Wikisource idwikisource https://id.wikisource.org/wiki/Halaman_Utama MediaWiki 1.39.0-wmf.25 first-letter Media Istimewa Pembicaraan Pengguna Pembicaraan Pengguna Wikisource Pembicaraan Wikisource Berkas Pembicaraan Berkas MediaWiki Pembicaraan MediaWiki Templat Pembicaraan Templat Bantuan Pembicaraan Bantuan Kategori Pembicaraan Kategori Pengarang Pembicaraan Pengarang Indeks Pembicaraan Indeks Halaman Pembicaraan Halaman Portal Pembicaraan Portal TimedText TimedText talk Modul Pembicaraan Modul Gadget Gadget talk Gadget definition Gadget definition talk Wikisource:Warung kopi 4 49 100320 100245 2022-08-21T05:27:40Z Agus Damanik 15946 wikitext text/x-wiki {{process header |title=Warung kopi |previous=[[Wikisource:Indeks/Komunitas|Halaman komunitas]] |next=[[Wikisource:Warung kopi/Arsip|Arsip]]/[[Wikisource:Warung kopi/Pesan global|Pesan global]] }} {{introkopi}} == Berkas dari Google Books == Saya temukan ada banyak buku-buku era kolonial yg dimuat di dalam Google Books. Saya tertarik untuk mengunggahnya, tapi merujuk kepada [[:en:Help:Google Books|panduan ini]], langkah pertama adalah penghapusan halaman pembuka dan watermark dari google, lalu diunggah ke Internet Archive untuk memperoleh bentuk berkas DJVU yang kemudian dapat diunggah ke Commons. Saya sedikit ragu untuk dalam menghapus watermark. Apakah ada yang pernah melakukan ini sebelumnya? Atau apakah ada cara lain?[[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 13 Februari 2022 06.31 (UTC) :sepertinya tidak semua yang ada di wikisource ini menghapus watermark, kemarin saya pernah melakukan edit [[Indeks:Kami_Perkenalkan_(1954).pdf]] di bawahnya masih ada watermark googlenya. [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 13 Februari 2022 11.25 (UTC) :Saya belum pernah melakukannya juga belum menemukan cara lain. Tapi, melihat panduan yang Anda maksud, saya rasa Anda tidak perlu ragu untuk menghapus halaman pembuka yang memiliki watermark dari Google tersebut. Kejadian di [[Commons:Deletion requests/File:Лайель Ч. Руководство к геологии, или Древние изменения земли... Пер. Н. А. Головкинского (1867).djvu|Wikimedia Commons]] yang mengarah kepada penghapusan mungkin memperkuat keputusan Anda. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 13 Februari 2022 11.30 (UTC) :Menurut saya sih sebaiknya tidak usah ada penghapusan. Itu kan terkait kebijakan yang ada di wikisource Inggris dan cuma menghindari penghapusan oleh admin wikicommons. Sampai sekarang semua unggahan saya tidak ada dihapus dan bila dihapus, silakan ajukan keberatan saja. Kalo dirasa memungkinkan, silakan dihapus, tapi bila tidak. Unggah sebagaimana mestinya saja. [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 13 Februari 2022 15.59 (UTC) Saya bisa (mencoba) menghapuskan, kalau mau. Kalau menghapus halaman pembuka, tinggal hapus halaman 1. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 17 Maret 2022 08.09 (UTC) ==Mohon Dukungan Penyelenggaraan Pelatihan== Saya mengajukan proposal penyelenggaraan pelatihan menyunting Wikidata dan Wikisource untuk civitas akademika Universitas Papua. Bagi kawan-kawan wikisource Indonesia saya mohon untuk melakukan dukungan proposal melalui pranala berikut [https://meta.wikimedia.org/wiki/Grants:Project/Rapid/Empat_Tilda/Menyunting_Wikidata_dan_Wikisource_Bersama_Civitas_Akademik_Universitas_Papua proposal pelatihan wikidata dan wikisource]. Dan jika teman-teman ada yang merupakan civitas akademika Universitas Papua saya sangat berterimakasih bila teman-teman mengikuti acara tersebut. Namun jika teman-teman tidak dapat bergabung, cukup dengan memberikan dukungan saja dalam pranala yang sudah saya sematkan di atas. Dukungan teman-teman sangat berarti bagi terselenggaranya program ini. salam hormat, [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 23 Februari 2022 07.23 (UTC) == Kredit buku == Berdasarkan perbincangan dengan bang Hardi dan bang Rahmat, saya ingin mengusulkan tersedianya halaman kredit untuk buku-buku yang ada di Wikisumber, terutama buku-buku yang dikerjakan bersama-sama selama kompetisi atau acara komunitas lainnya. Contohnya ada di [[Habis Gelap Terbitlah Terang/Kredit]] ([https://id.wikisource.org/w/index.php?title=Habis_Gelap_Terbitlah_Terang&diff=91508&oldid=88525]). Bagaimana pendapat rekan-rekan sekalian? <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 23 Maret 2022 08.22 (UTC) :Ide yang bagus mas, saya sih setuju [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 23 Maret 2022 13.14 (UTC) == Habis Gelap Terbitlah Terang == [[Berkas:HGTT.png|500px]] https://w.wiki/54Dp == Permintaan bantuan bot (lagi) == Ringkasnya, saya sekarang baru menyadari bahwa {{tl|PUU-ayat}} telah mengalami perubahan yang berdampak besar terhadap penyelarasan naskah undang-undang. Hal yang paling terkena dampaknya adalah {{tl|hii}} di dalam {{tl|PUU-pasal}} yang harus diubah dari <code><nowiki>{{hii|1.7|0}}</nowiki></code> menjadi <code><nowiki>{{hii|2|0}}</nowiki></code>. Saya tentu saja tidak akan bisa melakukan semuanya sendiri sehingga sangat memerlukan bantuan dari bot untuk yang satu ini. Sayangnya, sampai saat ini saya belum mempelajari cara kerja bot di MediaWiki tapi yang jelas, saya sangat berharap perubahan itu segera dilaksanakan, agar naskah perundang-undangan menjadi selaras dan nyaman untuk dipandang. Terima kasih. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 20 April 2022 14.44 (UTC) == ''Featured text'' == Berdasarkan sudah cukup banyak naskah yang tersedia secara lengkap di Wikisource bahasa Indonesia, juga berbagai promosi di media sosial yang telah mengarah kepada mereka, akankah Templat "Naskah Pillihan" akan ada di Halaman Utama? Sebagaimana Artikel Pilihan di Wikipedia, bisa diganti tiap bulannya atau didesain berganti otomatis seperti di Wikibuku. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 26 April 2022 05.16 (UTC) :Ide yang bagus. Saya setuju. Beberapa yang perlu dipikirkan: :#Sistemnya. Apakah akan ada pemilihan, pemungutan suara, musyawarah, atau yang lainnya? :#Kandidatnya. "Sudah cukup banyak", kira-kira ada berapa naskah yang saat ini sudah "layak", menurut Anda? :#Desainnya. Perlu mendesain [[Halaman Utama]] yang baru, dengan Naskah Pilihan? :<small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 19 Mei 2022 18.51 (UTC) ::Segala jawaban di bawah adalah pendapat saya. ::# Saya berpendapat bahwa dilakukan pemilihan dengan cara yang mungkin akan ditentukan lainnya, dimana Komunitas Wikisource Indonesia diberikan hak selaku orang-orang yang lebih mengenal naskah menjadi pemilihnya. ::# Saya belum memikirkan itu, tapi berdasarkan saran saya, beberapa naskah Lengkap yang dipromosikan di media sosial patut masuk di Naskah Pilihan. ::# Untuk sementara, mari coba dulu untuk menyesuaikan Halaman Utama sekarang, dengan Templat Naskah Pilihan yang akan ditambahkan. Jika dirasa kurang sesuai, barulah desain baru perlu dibuat. ::[[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 20 Mei 2022 11.51 (UTC) :Saya setuju dengan ide ini dengan sistem voting otomatis melihat sudah lumayan banyaknya kontributornya yang berkontribusi dengan durasi dua minggu pada bulan sebelumnya dengan penggantian naskah tiap bulannya. Terkait media sosial, ketika naskah terpilih, maka saya akan membantu untuk memposting di media sosial komunitas atau GLAM. [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 21 Mei 2022 05.01 (UTC) :Saya setuju jika ingin dibuat. Namun melihat diskusi di atas mengenai jumlah naskah yang layak dan juga melihat kondisi naskah-naskah yang ada (dan dipromosikan), menurut saya perlu dibuat juga kegiatan seperti di WS-EN, yaitu [[:en:WS:MC|Tantangan Bulanan]] dan [[:en:WS:PotM|Uji-Baca Bulan Ini]], untuk mempercepat penguji-bacaan dan perbaikan naskah-naskah yang sudah ada. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 23 Mei 2022 13.48 (UTC) == Marsuki == Spam cross-wiki dengan menggunakan banyak akun siluman. * [[Marsuki]] * https://id.wikiquote.org/wiki/Marsuki https://id.wikiquote.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/Arufa231 * https://id.wikibooks.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/125.167.59.27 * [https://www.wikidata.org/w/index.php?title=Wikidata:Requests_for_deletions&oldid=1638884437#Q111879057_%22Marsuki%22 wikidata.org oldid=1638884437] * https://id.wiktionary.org/w/index.php?title=Marsuki dan https://id.wiktionary.org/w/index.php?title=marsuki * https://id.wikipedia.org/wiki/Marsuki * [[d:Q112134247]] dan [[d:Q112144280]] * https://www.wikidata.org/wiki/Special:Contributions/Arifgunawan121 * https://www.wikidata.org/wiki/Special:Contributions/Geniusbrains88 * https://id.wiktionary.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/Arufa231 https://id.wiktionary.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_yang_dihapus/Arufa231 * [https://commons.wikimedia.org/wiki/Special:Contributions/Adi990 Adi990] sudah diblokir secara global : Sangat {{setuju}} sekali. [[Pengguna:Taylor 49|Taylor 49]] ([[Pembicaraan Pengguna:Taylor 49|bicara]]) 27 Mei 2022 22.09 (UTC) == Usulan:Merapikan Kategorisasi == Salam. Saat saya mencoba untuk merapikan halaman-halaman Bantuan, saya temukan ada beberapa kategori yang membingungkan dalam Wikisource bahasa Indonesia, yaitu: # Kategori Indeks menurut jenis ([[:Kategori:Indeks - Buku|Buku]], [[:Kategori:Indeks - Koleksi|Koleksi]], [[:Kategori:Indeks - Kamus|Kamus]], [[:Kategori:Indeks - Tesis|Tesis]], [[:Kategori:Indeks - Terbitan berkala|Terbitan Berkala]], [[:Kategori:Indeks peraturan perundang-undangan Indonesia|UU]]). Kategori ini menurut saya tidak perlu karena sudah ada kategori pada ruang nama utama, seperti kategori [[:Kategori:Undang-Undang Republik Indonesia|UU]], [[:Kategori:Kamus|Kamus]], dsb. → menghapus halaman-halaman tersebut. # Kategori kemajuan Indeks ([[:Kategori:Buku dengan kemajuan tidak diketahui|Tidak Diketahui]], [[:Kategori:Buku tanpa lapisan teks|Tanpa OCR]], [[:Kategori:Buku untuk diperbaiki|Untuk Diperbaiki]], [[:Kategori:Ekstrak dan kompilasi|Ekstrak-Kompilasi]], [[:Kategori:Buku untuk dibetulkan|Untuk Dibetulkan]], [[:Kategori:Buku untuk divalidasi|Untuk Divalidasi]], & [[:Kategori:Buku lengkap|Lengkap]]). Namanya masih belum seragam dan sepertinya kata "Buku" perlu diganti karena kurang inklusif, mungkin bisa menggunakan "Indeks" atau "Naskah" saja. Terdapat juga halaman [[:Kategori:Indeks yang telah diuji-baca|Indeks Teruji-baca]] yang sepertinya ganda dengan [[:Kategori:Buku lengkap|Lengkap]]. → Penggantian nama dan dibuatkan kategori sendiri, terpisah dari kategori [[:Kategori:Kategori tersembunyi|tersembunyi]]. Mungkin bisa juga dibuat templat seperti [[:en:Template:Index Progress|templat ini]] untuk memudahkan kegiatan pemeliharan. Sekian usulan dari saya. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 1 Juni 2022 03.08 (UTC) == Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas 2022 == <section begin="announcement-content" /> :''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]'' :''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>'' [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas]] Yayasan Wikimedia telah ditutup. Ada 12 (dua belas) orang anggota komunitas yang telah mendaftarkan diri. Pelajari lebih lanjut tentang [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Candidates|para calon di sini]]. Sekarang, Komite Analisis akan meninjau pernyataan para calon dengan membandingkannya pada matriks keterampilan dan kriteria tertentu untuk meningkatkan kapasitas Dewan, sebagaimana yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. Setelah Komite Analisis menyelesaikan tinjauan mereka, peringkat masing-masing calon akan dipublikasikan untuk tujuan memberikan informasi kepada pemilih. Untuk informasi lebih lanjut tentang pemilihan Dewan Pengawas 2022, Anda dapat menemukan garis waktu, informasi pemungutan suara, dan cara-cara lain untuk terlibat [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|di Meta-wiki]]. Atas dukungan Anda, kami ucapkan terima kasih, Atas nama Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan, tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan Yayasan Wikimedia <br /><section end="announcement-content" /> [[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 1 Juni 2022 03.57 (UTC) <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 --> == Sureq (I La) Galigo == Sedang di Wikinusantara saat ini, mengobrol dengan [[w:Pengguna:Abhi]] dari Makassar, kemudian mencari-cari di Commons, menemukan [[w:Sureq Galigo]]: [[commons:Category:La Galigo]] dari Universitas Leiden (Baru diunggah 2 dari 12 pdf). Menurut saya, karena belum ada komunitas/Wikisource Bugis/Makassar, karya tersebut bisa kita buatkan indeksnya dulu di situs ini, bagaimana menurut kawan-kawan? <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 4 Juni 2022 15.44 (UTC) :Tidak setuju. Lebih baik diunggah saja langsung ke [[oldwikisource:|Wikisource Multibahasa]], mungkin bisa memantik dibentuknya Wikisource Lontara. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 5 Juni 2022 05.06 (UTC) ::Butuh waktu berapa tahun? Ingat, untuk bahasa dengan 80+ juta penutur saja (Bahasa Jawa), butuh 8 tahun lebih untuk bisa jadi proyek mandiri. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 11 Juni 2022 11.06 (UTC) :::Plus, di sana tidak ada lalu lintas / pembaca, tidak terindeks dengan tinggi (SEO buruk), ''barrier of entry'' sangat tinggi (a.l. butuh kemampuan bahasa Inggris), dan lain-lain. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 11 Juni 2022 11.07 (UTC) #setuju. Mengingat kesepakatan pertemuan sebelum kompetisi menyunting kemarin. wikisource indonesia dapat mewadahi beberapa bahasa daerah yang belum memiliki wadah sendiri. Jadi untuk wadah sementara saja. [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 10 Juni 2022 14.25 (UTC) == [[Indeks:Boekoe Peringatan dari Staatsspoor-en Tramwegen di Hindia-Belanda 1875-1925.pdf]] == Halo, Halaman indeks di atas saya hapus karena buku aslinya sudah tidak tersedia lagi di Commons. Trims, '''&middot;&middot;&middot;''' <span title="Bunga sakura">🌸</span> [[User:Rachmat04|'''Rachmat04''']] '''&middot;''' [[User talk:Rachmat04|<span title="Ayo diskusi!">☕</span>]] 15 Juni 2022 07.45 (UTC) == Uji Baca Bulanan == Halo rekan-rekan kontributor. Rencananya kami ingin memasukkan fitur baru di Wikisource indonesia, yaitu uji baca bulanan seperti di [[:en:Wikisource:Proofread_of_the_Month|en.wikisource]] yang kami rutin lakukan di pengurus komunitas. Kira-kira ada saran dan kritik? Mohon bantuannya kepada @[[Pengguna:Bennylin|Bennylin]], @[[Pengguna:RaymondSutanto|RaymondSutanto]], @[[Pengguna:Meursault2004|Meursault2004]] dan [[Pengguna:Rachmat04|Rachmat04]] selaku pengurus. Untuk bulan ini, kami sedang menguji baca [[Indeks:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf]]. Terima kasih [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 9 Agustus 2022 02.10 (UTC) :Menurut saya prakarsa ini bagus. Hasil jadinya (targetnya) adalah halaman di ruang nama utama kan ya? (bukan sekadar di ruang nama halaman saja). <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 9 Agustus 2022 07.49 (UTC) ::Iya mas benny. Jadinya nanti bisa barengan urun dayanya kalau diletakkan di ruang utama. Mohon bantuannya ya karena gak punya akses nyunting ruang utama [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 10 Agustus 2022 04.34 (UTC) :::maksudku di ruang nama utama adalah transklusi halaman sih, misalnya [[Sorga_Ka_Toedjoe]], dsb. Jadi semua punya akses menyunting itu. Harapanku tidak cuma berhenti di ruang nama Halaman saja. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 16 Agustus 2022 09.29 (UTC) ::::Masukan yang menarik mas. Mohon bantuannya untuk meletakkannya di halaman utama ya. Soalnya saya gak bisa menyunting halaman muka [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 18 Agustus 2022 16.13 (UTC) == Penundaan pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia 2022 == <section begin="announcement-content" /> :''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Delay of Board of Trustees election| Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]'' :''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Delay of Board of Trustees election|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Delay of Board of Trustees election}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>'' Halo semua, Saya menyampaikan informasi terbaru tentang waktu pemungutan suara untuk pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia. Seperti yang sudah Anda ketahui, tahun ini kami menawarkan [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia_Foundation_elections/2022/Community_Voting/Election_Compass|Kompas Pemiliohan]] untuk membantu para pemilih mengidentifikasi keberpihakan para calon pada beberapa topik utama. Beberapa calon meminta perpanjangan batasan karakter pada tanggapan mereka yang memperluas pandangan mereka, dan Komite Pemilihan beranggapan bahwa alasan mereka selaras dengan tujuan proses yaitu untuk menciptakan pemilihan yang berkeadilan. Untuk memastikan bahwa pernyataan-pernyataan yang lebih panjang dapat diterjemahkan pada waktunya untuk pemilihan, Komite Pemilihan dan Satuan Tugas Pemilihan Dewan memutuskan untuk menunda pembukaan pemilihan Dewan Pengawas selama satu minggu - waktu yang diusulkan sebagai waktu yang ideal oleh staf yang bekerja untuk mendukung pemilihan ini. Meskipun kami tidak memperkirakan semua orang akan ingin menggunakan Kompas Pemilihan untuk membantu pengambilan keputusan pemungutan suara mereka, Komite Pemilihanmerasa lebih tepat untuk membuka periode pemungutan suara dengan dukungan terjemahan yang penting bagi anggota komunitas lintas bahasa untuk digunakan dalam hal pembuatan keputusan penting ini. Pemungutan suara akan dibuka pada tanggal 23 Agustus pukul 00:00 UTC dan ditutup pada tanggal 6 September pukul 23:59 UTC. Salam hangat, Matanya, mewakili Komite Pemilihan <section end="announcement-content" /> [[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 15 Agustus 2022 12.24 (UTC) <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 --> == Invitation to join the fifth Wikisource Triage meeting (18th August 2022) == Hello fellow Wikisource enthusiasts! We are the hosting the fifth [[:m:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meeting]] on '''18th August 2022 at 4 PM UTC / 9:30 PM IST''' ([https://zonestamp.toolforge.org/1660838411 check your local time]) according to the [https://wudele.toolforge.org/wIztQjaxX1l5qy3A wudele poll] and also based on the previous feedback to have a Europe-Americas friendly meeting. As always, you don't have to be a developer to participate in these meetings but the focus of these meetings is to improve the Wikisource infrastructure. If you are interested in joining the meeting, kindly leave a message on '''sgill@wikimedia.org''' and we will add you to the calendar invite. Meanwhile, feel free to check out [[:m:Wikisource Triage meetings|the page on Meta-wiki]] and suggest any other topics for the agenda. Regards [[:m:User:SWilson (WMF)|Sam Wilson (WMF)]] and [[:m:User:SGill (WMF)|Satdeep Gill (WMF)]] <small> Sent using [[Pengguna:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pembicaraan Pengguna:MediaWiki message delivery|bicara]]) 15 Agustus 2022 15.05 (UTC)</small> <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=23314792 --> == Pengajuan uji baca bulanan di halaman antar muka == Dikarenakan adanya beberapa [https://id.wikisource.org/wiki/Wikisource:Warung_kopi#Uji_Baca_Bulanan diskusi] penempatan [https://id.wikisource.org/wiki/Wikisource:Warung_kopi#Featured_text ''featured_text''] atau naskah pilihan dalam rangka uji baca bulanan untuk urun daya mengerjakan naskah sebagai langkah mempermudah kontributor wikisource baru berkontribusi dalam memilih naskah. Saya, [[:m:User:Agus_Damanik|Agus_Damanik]] mengajukan penempatan kolom uji baca bulanan seperti yang ada di [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Proofread_of_the_Month en.wikisource] dengan sistem pemilihan yang dilakukan dua minggu sebelum penempatan naskah dengan tiga minggu sebelumnya dapat menerima naskah untuk [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Community_collaboration/Monthly_Challenge/Nominations dinominasikan] oleh kontributor. Terkait naskah yang tidak dipilih, maka tersebut akan dimasukkan ke dalam [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Community_collaboration/Monthly_Challenge tantangan bulanan]. Bila proposal ini disetujui, saya akan segera menerjemahkan laman bahasa inggris ke bahasa Indonesia sesegera mungkin. Voting ini berlangsung selama dua minggu dan berakhir pada tanggal 4 September 05.26 UTC [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 21 Agustus 2022 05.27 (UTC) === Setuju === === Tidak === === Netral === === Keputusan === 0l5p6gftnzfo9gb9qaq3k4jklttxciy 100325 100320 2022-08-21T06:23:51Z Sathira15 16353 /* Setuju */ wikitext text/x-wiki {{process header |title=Warung kopi |previous=[[Wikisource:Indeks/Komunitas|Halaman komunitas]] |next=[[Wikisource:Warung kopi/Arsip|Arsip]]/[[Wikisource:Warung kopi/Pesan global|Pesan global]] }} {{introkopi}} == Berkas dari Google Books == Saya temukan ada banyak buku-buku era kolonial yg dimuat di dalam Google Books. Saya tertarik untuk mengunggahnya, tapi merujuk kepada [[:en:Help:Google Books|panduan ini]], langkah pertama adalah penghapusan halaman pembuka dan watermark dari google, lalu diunggah ke Internet Archive untuk memperoleh bentuk berkas DJVU yang kemudian dapat diunggah ke Commons. Saya sedikit ragu untuk dalam menghapus watermark. Apakah ada yang pernah melakukan ini sebelumnya? Atau apakah ada cara lain?[[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 13 Februari 2022 06.31 (UTC) :sepertinya tidak semua yang ada di wikisource ini menghapus watermark, kemarin saya pernah melakukan edit [[Indeks:Kami_Perkenalkan_(1954).pdf]] di bawahnya masih ada watermark googlenya. [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 13 Februari 2022 11.25 (UTC) :Saya belum pernah melakukannya juga belum menemukan cara lain. Tapi, melihat panduan yang Anda maksud, saya rasa Anda tidak perlu ragu untuk menghapus halaman pembuka yang memiliki watermark dari Google tersebut. Kejadian di [[Commons:Deletion requests/File:Лайель Ч. Руководство к геологии, или Древние изменения земли... Пер. Н. А. Головкинского (1867).djvu|Wikimedia Commons]] yang mengarah kepada penghapusan mungkin memperkuat keputusan Anda. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 13 Februari 2022 11.30 (UTC) :Menurut saya sih sebaiknya tidak usah ada penghapusan. Itu kan terkait kebijakan yang ada di wikisource Inggris dan cuma menghindari penghapusan oleh admin wikicommons. Sampai sekarang semua unggahan saya tidak ada dihapus dan bila dihapus, silakan ajukan keberatan saja. Kalo dirasa memungkinkan, silakan dihapus, tapi bila tidak. Unggah sebagaimana mestinya saja. [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 13 Februari 2022 15.59 (UTC) Saya bisa (mencoba) menghapuskan, kalau mau. Kalau menghapus halaman pembuka, tinggal hapus halaman 1. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 17 Maret 2022 08.09 (UTC) ==Mohon Dukungan Penyelenggaraan Pelatihan== Saya mengajukan proposal penyelenggaraan pelatihan menyunting Wikidata dan Wikisource untuk civitas akademika Universitas Papua. Bagi kawan-kawan wikisource Indonesia saya mohon untuk melakukan dukungan proposal melalui pranala berikut [https://meta.wikimedia.org/wiki/Grants:Project/Rapid/Empat_Tilda/Menyunting_Wikidata_dan_Wikisource_Bersama_Civitas_Akademik_Universitas_Papua proposal pelatihan wikidata dan wikisource]. Dan jika teman-teman ada yang merupakan civitas akademika Universitas Papua saya sangat berterimakasih bila teman-teman mengikuti acara tersebut. Namun jika teman-teman tidak dapat bergabung, cukup dengan memberikan dukungan saja dalam pranala yang sudah saya sematkan di atas. Dukungan teman-teman sangat berarti bagi terselenggaranya program ini. salam hormat, [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 23 Februari 2022 07.23 (UTC) == Kredit buku == Berdasarkan perbincangan dengan bang Hardi dan bang Rahmat, saya ingin mengusulkan tersedianya halaman kredit untuk buku-buku yang ada di Wikisumber, terutama buku-buku yang dikerjakan bersama-sama selama kompetisi atau acara komunitas lainnya. Contohnya ada di [[Habis Gelap Terbitlah Terang/Kredit]] ([https://id.wikisource.org/w/index.php?title=Habis_Gelap_Terbitlah_Terang&diff=91508&oldid=88525]). Bagaimana pendapat rekan-rekan sekalian? <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 23 Maret 2022 08.22 (UTC) :Ide yang bagus mas, saya sih setuju [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 23 Maret 2022 13.14 (UTC) == Habis Gelap Terbitlah Terang == [[Berkas:HGTT.png|500px]] https://w.wiki/54Dp == Permintaan bantuan bot (lagi) == Ringkasnya, saya sekarang baru menyadari bahwa {{tl|PUU-ayat}} telah mengalami perubahan yang berdampak besar terhadap penyelarasan naskah undang-undang. Hal yang paling terkena dampaknya adalah {{tl|hii}} di dalam {{tl|PUU-pasal}} yang harus diubah dari <code><nowiki>{{hii|1.7|0}}</nowiki></code> menjadi <code><nowiki>{{hii|2|0}}</nowiki></code>. Saya tentu saja tidak akan bisa melakukan semuanya sendiri sehingga sangat memerlukan bantuan dari bot untuk yang satu ini. Sayangnya, sampai saat ini saya belum mempelajari cara kerja bot di MediaWiki tapi yang jelas, saya sangat berharap perubahan itu segera dilaksanakan, agar naskah perundang-undangan menjadi selaras dan nyaman untuk dipandang. Terima kasih. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 20 April 2022 14.44 (UTC) == ''Featured text'' == Berdasarkan sudah cukup banyak naskah yang tersedia secara lengkap di Wikisource bahasa Indonesia, juga berbagai promosi di media sosial yang telah mengarah kepada mereka, akankah Templat "Naskah Pillihan" akan ada di Halaman Utama? Sebagaimana Artikel Pilihan di Wikipedia, bisa diganti tiap bulannya atau didesain berganti otomatis seperti di Wikibuku. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 26 April 2022 05.16 (UTC) :Ide yang bagus. Saya setuju. Beberapa yang perlu dipikirkan: :#Sistemnya. Apakah akan ada pemilihan, pemungutan suara, musyawarah, atau yang lainnya? :#Kandidatnya. "Sudah cukup banyak", kira-kira ada berapa naskah yang saat ini sudah "layak", menurut Anda? :#Desainnya. Perlu mendesain [[Halaman Utama]] yang baru, dengan Naskah Pilihan? :<small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 19 Mei 2022 18.51 (UTC) ::Segala jawaban di bawah adalah pendapat saya. ::# Saya berpendapat bahwa dilakukan pemilihan dengan cara yang mungkin akan ditentukan lainnya, dimana Komunitas Wikisource Indonesia diberikan hak selaku orang-orang yang lebih mengenal naskah menjadi pemilihnya. ::# Saya belum memikirkan itu, tapi berdasarkan saran saya, beberapa naskah Lengkap yang dipromosikan di media sosial patut masuk di Naskah Pilihan. ::# Untuk sementara, mari coba dulu untuk menyesuaikan Halaman Utama sekarang, dengan Templat Naskah Pilihan yang akan ditambahkan. Jika dirasa kurang sesuai, barulah desain baru perlu dibuat. ::[[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 20 Mei 2022 11.51 (UTC) :Saya setuju dengan ide ini dengan sistem voting otomatis melihat sudah lumayan banyaknya kontributornya yang berkontribusi dengan durasi dua minggu pada bulan sebelumnya dengan penggantian naskah tiap bulannya. Terkait media sosial, ketika naskah terpilih, maka saya akan membantu untuk memposting di media sosial komunitas atau GLAM. [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 21 Mei 2022 05.01 (UTC) :Saya setuju jika ingin dibuat. Namun melihat diskusi di atas mengenai jumlah naskah yang layak dan juga melihat kondisi naskah-naskah yang ada (dan dipromosikan), menurut saya perlu dibuat juga kegiatan seperti di WS-EN, yaitu [[:en:WS:MC|Tantangan Bulanan]] dan [[:en:WS:PotM|Uji-Baca Bulan Ini]], untuk mempercepat penguji-bacaan dan perbaikan naskah-naskah yang sudah ada. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 23 Mei 2022 13.48 (UTC) == Marsuki == Spam cross-wiki dengan menggunakan banyak akun siluman. * [[Marsuki]] * https://id.wikiquote.org/wiki/Marsuki https://id.wikiquote.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/Arufa231 * https://id.wikibooks.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/125.167.59.27 * [https://www.wikidata.org/w/index.php?title=Wikidata:Requests_for_deletions&oldid=1638884437#Q111879057_%22Marsuki%22 wikidata.org oldid=1638884437] * https://id.wiktionary.org/w/index.php?title=Marsuki dan https://id.wiktionary.org/w/index.php?title=marsuki * https://id.wikipedia.org/wiki/Marsuki * [[d:Q112134247]] dan [[d:Q112144280]] * https://www.wikidata.org/wiki/Special:Contributions/Arifgunawan121 * https://www.wikidata.org/wiki/Special:Contributions/Geniusbrains88 * https://id.wiktionary.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/Arufa231 https://id.wiktionary.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_yang_dihapus/Arufa231 * [https://commons.wikimedia.org/wiki/Special:Contributions/Adi990 Adi990] sudah diblokir secara global : Sangat {{setuju}} sekali. [[Pengguna:Taylor 49|Taylor 49]] ([[Pembicaraan Pengguna:Taylor 49|bicara]]) 27 Mei 2022 22.09 (UTC) == Usulan:Merapikan Kategorisasi == Salam. Saat saya mencoba untuk merapikan halaman-halaman Bantuan, saya temukan ada beberapa kategori yang membingungkan dalam Wikisource bahasa Indonesia, yaitu: # Kategori Indeks menurut jenis ([[:Kategori:Indeks - Buku|Buku]], [[:Kategori:Indeks - Koleksi|Koleksi]], [[:Kategori:Indeks - Kamus|Kamus]], [[:Kategori:Indeks - Tesis|Tesis]], [[:Kategori:Indeks - Terbitan berkala|Terbitan Berkala]], [[:Kategori:Indeks peraturan perundang-undangan Indonesia|UU]]). Kategori ini menurut saya tidak perlu karena sudah ada kategori pada ruang nama utama, seperti kategori [[:Kategori:Undang-Undang Republik Indonesia|UU]], [[:Kategori:Kamus|Kamus]], dsb. → menghapus halaman-halaman tersebut. # Kategori kemajuan Indeks ([[:Kategori:Buku dengan kemajuan tidak diketahui|Tidak Diketahui]], [[:Kategori:Buku tanpa lapisan teks|Tanpa OCR]], [[:Kategori:Buku untuk diperbaiki|Untuk Diperbaiki]], [[:Kategori:Ekstrak dan kompilasi|Ekstrak-Kompilasi]], [[:Kategori:Buku untuk dibetulkan|Untuk Dibetulkan]], [[:Kategori:Buku untuk divalidasi|Untuk Divalidasi]], & [[:Kategori:Buku lengkap|Lengkap]]). Namanya masih belum seragam dan sepertinya kata "Buku" perlu diganti karena kurang inklusif, mungkin bisa menggunakan "Indeks" atau "Naskah" saja. Terdapat juga halaman [[:Kategori:Indeks yang telah diuji-baca|Indeks Teruji-baca]] yang sepertinya ganda dengan [[:Kategori:Buku lengkap|Lengkap]]. → Penggantian nama dan dibuatkan kategori sendiri, terpisah dari kategori [[:Kategori:Kategori tersembunyi|tersembunyi]]. Mungkin bisa juga dibuat templat seperti [[:en:Template:Index Progress|templat ini]] untuk memudahkan kegiatan pemeliharan. Sekian usulan dari saya. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 1 Juni 2022 03.08 (UTC) == Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas 2022 == <section begin="announcement-content" /> :''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]'' :''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>'' [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas]] Yayasan Wikimedia telah ditutup. Ada 12 (dua belas) orang anggota komunitas yang telah mendaftarkan diri. Pelajari lebih lanjut tentang [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Candidates|para calon di sini]]. Sekarang, Komite Analisis akan meninjau pernyataan para calon dengan membandingkannya pada matriks keterampilan dan kriteria tertentu untuk meningkatkan kapasitas Dewan, sebagaimana yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. Setelah Komite Analisis menyelesaikan tinjauan mereka, peringkat masing-masing calon akan dipublikasikan untuk tujuan memberikan informasi kepada pemilih. Untuk informasi lebih lanjut tentang pemilihan Dewan Pengawas 2022, Anda dapat menemukan garis waktu, informasi pemungutan suara, dan cara-cara lain untuk terlibat [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|di Meta-wiki]]. Atas dukungan Anda, kami ucapkan terima kasih, Atas nama Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan, tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan Yayasan Wikimedia <br /><section end="announcement-content" /> [[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 1 Juni 2022 03.57 (UTC) <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 --> == Sureq (I La) Galigo == Sedang di Wikinusantara saat ini, mengobrol dengan [[w:Pengguna:Abhi]] dari Makassar, kemudian mencari-cari di Commons, menemukan [[w:Sureq Galigo]]: [[commons:Category:La Galigo]] dari Universitas Leiden (Baru diunggah 2 dari 12 pdf). Menurut saya, karena belum ada komunitas/Wikisource Bugis/Makassar, karya tersebut bisa kita buatkan indeksnya dulu di situs ini, bagaimana menurut kawan-kawan? <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 4 Juni 2022 15.44 (UTC) :Tidak setuju. Lebih baik diunggah saja langsung ke [[oldwikisource:|Wikisource Multibahasa]], mungkin bisa memantik dibentuknya Wikisource Lontara. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 5 Juni 2022 05.06 (UTC) ::Butuh waktu berapa tahun? Ingat, untuk bahasa dengan 80+ juta penutur saja (Bahasa Jawa), butuh 8 tahun lebih untuk bisa jadi proyek mandiri. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 11 Juni 2022 11.06 (UTC) :::Plus, di sana tidak ada lalu lintas / pembaca, tidak terindeks dengan tinggi (SEO buruk), ''barrier of entry'' sangat tinggi (a.l. butuh kemampuan bahasa Inggris), dan lain-lain. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 11 Juni 2022 11.07 (UTC) #setuju. Mengingat kesepakatan pertemuan sebelum kompetisi menyunting kemarin. wikisource indonesia dapat mewadahi beberapa bahasa daerah yang belum memiliki wadah sendiri. Jadi untuk wadah sementara saja. [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 10 Juni 2022 14.25 (UTC) == [[Indeks:Boekoe Peringatan dari Staatsspoor-en Tramwegen di Hindia-Belanda 1875-1925.pdf]] == Halo, Halaman indeks di atas saya hapus karena buku aslinya sudah tidak tersedia lagi di Commons. Trims, '''&middot;&middot;&middot;''' <span title="Bunga sakura">🌸</span> [[User:Rachmat04|'''Rachmat04''']] '''&middot;''' [[User talk:Rachmat04|<span title="Ayo diskusi!">☕</span>]] 15 Juni 2022 07.45 (UTC) == Uji Baca Bulanan == Halo rekan-rekan kontributor. Rencananya kami ingin memasukkan fitur baru di Wikisource indonesia, yaitu uji baca bulanan seperti di [[:en:Wikisource:Proofread_of_the_Month|en.wikisource]] yang kami rutin lakukan di pengurus komunitas. Kira-kira ada saran dan kritik? Mohon bantuannya kepada @[[Pengguna:Bennylin|Bennylin]], @[[Pengguna:RaymondSutanto|RaymondSutanto]], @[[Pengguna:Meursault2004|Meursault2004]] dan [[Pengguna:Rachmat04|Rachmat04]] selaku pengurus. Untuk bulan ini, kami sedang menguji baca [[Indeks:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf]]. Terima kasih [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 9 Agustus 2022 02.10 (UTC) :Menurut saya prakarsa ini bagus. Hasil jadinya (targetnya) adalah halaman di ruang nama utama kan ya? (bukan sekadar di ruang nama halaman saja). <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 9 Agustus 2022 07.49 (UTC) ::Iya mas benny. Jadinya nanti bisa barengan urun dayanya kalau diletakkan di ruang utama. Mohon bantuannya ya karena gak punya akses nyunting ruang utama [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 10 Agustus 2022 04.34 (UTC) :::maksudku di ruang nama utama adalah transklusi halaman sih, misalnya [[Sorga_Ka_Toedjoe]], dsb. Jadi semua punya akses menyunting itu. Harapanku tidak cuma berhenti di ruang nama Halaman saja. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 16 Agustus 2022 09.29 (UTC) ::::Masukan yang menarik mas. Mohon bantuannya untuk meletakkannya di halaman utama ya. Soalnya saya gak bisa menyunting halaman muka [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 18 Agustus 2022 16.13 (UTC) == Penundaan pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia 2022 == <section begin="announcement-content" /> :''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Delay of Board of Trustees election| Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]'' :''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Delay of Board of Trustees election|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Delay of Board of Trustees election}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>'' Halo semua, Saya menyampaikan informasi terbaru tentang waktu pemungutan suara untuk pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia. Seperti yang sudah Anda ketahui, tahun ini kami menawarkan [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia_Foundation_elections/2022/Community_Voting/Election_Compass|Kompas Pemiliohan]] untuk membantu para pemilih mengidentifikasi keberpihakan para calon pada beberapa topik utama. Beberapa calon meminta perpanjangan batasan karakter pada tanggapan mereka yang memperluas pandangan mereka, dan Komite Pemilihan beranggapan bahwa alasan mereka selaras dengan tujuan proses yaitu untuk menciptakan pemilihan yang berkeadilan. Untuk memastikan bahwa pernyataan-pernyataan yang lebih panjang dapat diterjemahkan pada waktunya untuk pemilihan, Komite Pemilihan dan Satuan Tugas Pemilihan Dewan memutuskan untuk menunda pembukaan pemilihan Dewan Pengawas selama satu minggu - waktu yang diusulkan sebagai waktu yang ideal oleh staf yang bekerja untuk mendukung pemilihan ini. Meskipun kami tidak memperkirakan semua orang akan ingin menggunakan Kompas Pemilihan untuk membantu pengambilan keputusan pemungutan suara mereka, Komite Pemilihanmerasa lebih tepat untuk membuka periode pemungutan suara dengan dukungan terjemahan yang penting bagi anggota komunitas lintas bahasa untuk digunakan dalam hal pembuatan keputusan penting ini. Pemungutan suara akan dibuka pada tanggal 23 Agustus pukul 00:00 UTC dan ditutup pada tanggal 6 September pukul 23:59 UTC. Salam hangat, Matanya, mewakili Komite Pemilihan <section end="announcement-content" /> [[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 15 Agustus 2022 12.24 (UTC) <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 --> == Invitation to join the fifth Wikisource Triage meeting (18th August 2022) == Hello fellow Wikisource enthusiasts! We are the hosting the fifth [[:m:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meeting]] on '''18th August 2022 at 4 PM UTC / 9:30 PM IST''' ([https://zonestamp.toolforge.org/1660838411 check your local time]) according to the [https://wudele.toolforge.org/wIztQjaxX1l5qy3A wudele poll] and also based on the previous feedback to have a Europe-Americas friendly meeting. As always, you don't have to be a developer to participate in these meetings but the focus of these meetings is to improve the Wikisource infrastructure. If you are interested in joining the meeting, kindly leave a message on '''sgill@wikimedia.org''' and we will add you to the calendar invite. Meanwhile, feel free to check out [[:m:Wikisource Triage meetings|the page on Meta-wiki]] and suggest any other topics for the agenda. Regards [[:m:User:SWilson (WMF)|Sam Wilson (WMF)]] and [[:m:User:SGill (WMF)|Satdeep Gill (WMF)]] <small> Sent using [[Pengguna:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pembicaraan Pengguna:MediaWiki message delivery|bicara]]) 15 Agustus 2022 15.05 (UTC)</small> <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=23314792 --> == Pengajuan uji baca bulanan di halaman antar muka == Dikarenakan adanya beberapa [https://id.wikisource.org/wiki/Wikisource:Warung_kopi#Uji_Baca_Bulanan diskusi] penempatan [https://id.wikisource.org/wiki/Wikisource:Warung_kopi#Featured_text ''featured_text''] atau naskah pilihan dalam rangka uji baca bulanan untuk urun daya mengerjakan naskah sebagai langkah mempermudah kontributor wikisource baru berkontribusi dalam memilih naskah. Saya, [[:m:User:Agus_Damanik|Agus_Damanik]] mengajukan penempatan kolom uji baca bulanan seperti yang ada di [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Proofread_of_the_Month en.wikisource] dengan sistem pemilihan yang dilakukan dua minggu sebelum penempatan naskah dengan tiga minggu sebelumnya dapat menerima naskah untuk [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Community_collaboration/Monthly_Challenge/Nominations dinominasikan] oleh kontributor. Terkait naskah yang tidak dipilih, maka tersebut akan dimasukkan ke dalam [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Community_collaboration/Monthly_Challenge tantangan bulanan]. Bila proposal ini disetujui, saya akan segera menerjemahkan laman bahasa inggris ke bahasa Indonesia sesegera mungkin. Voting ini berlangsung selama dua minggu dan berakhir pada tanggal 4 September 05.26 UTC [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 21 Agustus 2022 05.27 (UTC) === Setuju === [[Pengguna:Sathira15|Sathira15]] ([[Pembicaraan Pengguna:Sathira15|bicara]]) 21 Agustus 2022 06.23 (UTC) === Tidak === === Netral === === Keputusan === b0sa9h5mivd9d93fwnhw3a9wnvtnvjl 100352 100325 2022-08-21T10:15:31Z Mbee-wiki 5975 /* Setuju */ wikitext text/x-wiki {{process header |title=Warung kopi |previous=[[Wikisource:Indeks/Komunitas|Halaman komunitas]] |next=[[Wikisource:Warung kopi/Arsip|Arsip]]/[[Wikisource:Warung kopi/Pesan global|Pesan global]] }} {{introkopi}} == Berkas dari Google Books == Saya temukan ada banyak buku-buku era kolonial yg dimuat di dalam Google Books. Saya tertarik untuk mengunggahnya, tapi merujuk kepada [[:en:Help:Google Books|panduan ini]], langkah pertama adalah penghapusan halaman pembuka dan watermark dari google, lalu diunggah ke Internet Archive untuk memperoleh bentuk berkas DJVU yang kemudian dapat diunggah ke Commons. Saya sedikit ragu untuk dalam menghapus watermark. Apakah ada yang pernah melakukan ini sebelumnya? Atau apakah ada cara lain?[[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 13 Februari 2022 06.31 (UTC) :sepertinya tidak semua yang ada di wikisource ini menghapus watermark, kemarin saya pernah melakukan edit [[Indeks:Kami_Perkenalkan_(1954).pdf]] di bawahnya masih ada watermark googlenya. [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 13 Februari 2022 11.25 (UTC) :Saya belum pernah melakukannya juga belum menemukan cara lain. Tapi, melihat panduan yang Anda maksud, saya rasa Anda tidak perlu ragu untuk menghapus halaman pembuka yang memiliki watermark dari Google tersebut. Kejadian di [[Commons:Deletion requests/File:Лайель Ч. Руководство к геологии, или Древние изменения земли... Пер. Н. А. Головкинского (1867).djvu|Wikimedia Commons]] yang mengarah kepada penghapusan mungkin memperkuat keputusan Anda. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 13 Februari 2022 11.30 (UTC) :Menurut saya sih sebaiknya tidak usah ada penghapusan. Itu kan terkait kebijakan yang ada di wikisource Inggris dan cuma menghindari penghapusan oleh admin wikicommons. Sampai sekarang semua unggahan saya tidak ada dihapus dan bila dihapus, silakan ajukan keberatan saja. Kalo dirasa memungkinkan, silakan dihapus, tapi bila tidak. Unggah sebagaimana mestinya saja. [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 13 Februari 2022 15.59 (UTC) Saya bisa (mencoba) menghapuskan, kalau mau. Kalau menghapus halaman pembuka, tinggal hapus halaman 1. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 17 Maret 2022 08.09 (UTC) ==Mohon Dukungan Penyelenggaraan Pelatihan== Saya mengajukan proposal penyelenggaraan pelatihan menyunting Wikidata dan Wikisource untuk civitas akademika Universitas Papua. Bagi kawan-kawan wikisource Indonesia saya mohon untuk melakukan dukungan proposal melalui pranala berikut [https://meta.wikimedia.org/wiki/Grants:Project/Rapid/Empat_Tilda/Menyunting_Wikidata_dan_Wikisource_Bersama_Civitas_Akademik_Universitas_Papua proposal pelatihan wikidata dan wikisource]. Dan jika teman-teman ada yang merupakan civitas akademika Universitas Papua saya sangat berterimakasih bila teman-teman mengikuti acara tersebut. Namun jika teman-teman tidak dapat bergabung, cukup dengan memberikan dukungan saja dalam pranala yang sudah saya sematkan di atas. Dukungan teman-teman sangat berarti bagi terselenggaranya program ini. salam hormat, [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 23 Februari 2022 07.23 (UTC) == Kredit buku == Berdasarkan perbincangan dengan bang Hardi dan bang Rahmat, saya ingin mengusulkan tersedianya halaman kredit untuk buku-buku yang ada di Wikisumber, terutama buku-buku yang dikerjakan bersama-sama selama kompetisi atau acara komunitas lainnya. Contohnya ada di [[Habis Gelap Terbitlah Terang/Kredit]] ([https://id.wikisource.org/w/index.php?title=Habis_Gelap_Terbitlah_Terang&diff=91508&oldid=88525]). Bagaimana pendapat rekan-rekan sekalian? <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 23 Maret 2022 08.22 (UTC) :Ide yang bagus mas, saya sih setuju [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 23 Maret 2022 13.14 (UTC) == Habis Gelap Terbitlah Terang == [[Berkas:HGTT.png|500px]] https://w.wiki/54Dp == Permintaan bantuan bot (lagi) == Ringkasnya, saya sekarang baru menyadari bahwa {{tl|PUU-ayat}} telah mengalami perubahan yang berdampak besar terhadap penyelarasan naskah undang-undang. Hal yang paling terkena dampaknya adalah {{tl|hii}} di dalam {{tl|PUU-pasal}} yang harus diubah dari <code><nowiki>{{hii|1.7|0}}</nowiki></code> menjadi <code><nowiki>{{hii|2|0}}</nowiki></code>. Saya tentu saja tidak akan bisa melakukan semuanya sendiri sehingga sangat memerlukan bantuan dari bot untuk yang satu ini. Sayangnya, sampai saat ini saya belum mempelajari cara kerja bot di MediaWiki tapi yang jelas, saya sangat berharap perubahan itu segera dilaksanakan, agar naskah perundang-undangan menjadi selaras dan nyaman untuk dipandang. Terima kasih. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 20 April 2022 14.44 (UTC) == ''Featured text'' == Berdasarkan sudah cukup banyak naskah yang tersedia secara lengkap di Wikisource bahasa Indonesia, juga berbagai promosi di media sosial yang telah mengarah kepada mereka, akankah Templat "Naskah Pillihan" akan ada di Halaman Utama? Sebagaimana Artikel Pilihan di Wikipedia, bisa diganti tiap bulannya atau didesain berganti otomatis seperti di Wikibuku. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 26 April 2022 05.16 (UTC) :Ide yang bagus. Saya setuju. Beberapa yang perlu dipikirkan: :#Sistemnya. Apakah akan ada pemilihan, pemungutan suara, musyawarah, atau yang lainnya? :#Kandidatnya. "Sudah cukup banyak", kira-kira ada berapa naskah yang saat ini sudah "layak", menurut Anda? :#Desainnya. Perlu mendesain [[Halaman Utama]] yang baru, dengan Naskah Pilihan? :<small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 19 Mei 2022 18.51 (UTC) ::Segala jawaban di bawah adalah pendapat saya. ::# Saya berpendapat bahwa dilakukan pemilihan dengan cara yang mungkin akan ditentukan lainnya, dimana Komunitas Wikisource Indonesia diberikan hak selaku orang-orang yang lebih mengenal naskah menjadi pemilihnya. ::# Saya belum memikirkan itu, tapi berdasarkan saran saya, beberapa naskah Lengkap yang dipromosikan di media sosial patut masuk di Naskah Pilihan. ::# Untuk sementara, mari coba dulu untuk menyesuaikan Halaman Utama sekarang, dengan Templat Naskah Pilihan yang akan ditambahkan. Jika dirasa kurang sesuai, barulah desain baru perlu dibuat. ::[[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 20 Mei 2022 11.51 (UTC) :Saya setuju dengan ide ini dengan sistem voting otomatis melihat sudah lumayan banyaknya kontributornya yang berkontribusi dengan durasi dua minggu pada bulan sebelumnya dengan penggantian naskah tiap bulannya. Terkait media sosial, ketika naskah terpilih, maka saya akan membantu untuk memposting di media sosial komunitas atau GLAM. [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 21 Mei 2022 05.01 (UTC) :Saya setuju jika ingin dibuat. Namun melihat diskusi di atas mengenai jumlah naskah yang layak dan juga melihat kondisi naskah-naskah yang ada (dan dipromosikan), menurut saya perlu dibuat juga kegiatan seperti di WS-EN, yaitu [[:en:WS:MC|Tantangan Bulanan]] dan [[:en:WS:PotM|Uji-Baca Bulan Ini]], untuk mempercepat penguji-bacaan dan perbaikan naskah-naskah yang sudah ada. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 23 Mei 2022 13.48 (UTC) == Marsuki == Spam cross-wiki dengan menggunakan banyak akun siluman. * [[Marsuki]] * https://id.wikiquote.org/wiki/Marsuki https://id.wikiquote.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/Arufa231 * https://id.wikibooks.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/125.167.59.27 * [https://www.wikidata.org/w/index.php?title=Wikidata:Requests_for_deletions&oldid=1638884437#Q111879057_%22Marsuki%22 wikidata.org oldid=1638884437] * https://id.wiktionary.org/w/index.php?title=Marsuki dan https://id.wiktionary.org/w/index.php?title=marsuki * https://id.wikipedia.org/wiki/Marsuki * [[d:Q112134247]] dan [[d:Q112144280]] * https://www.wikidata.org/wiki/Special:Contributions/Arifgunawan121 * https://www.wikidata.org/wiki/Special:Contributions/Geniusbrains88 * https://id.wiktionary.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/Arufa231 https://id.wiktionary.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_yang_dihapus/Arufa231 * [https://commons.wikimedia.org/wiki/Special:Contributions/Adi990 Adi990] sudah diblokir secara global : Sangat {{setuju}} sekali. [[Pengguna:Taylor 49|Taylor 49]] ([[Pembicaraan Pengguna:Taylor 49|bicara]]) 27 Mei 2022 22.09 (UTC) == Usulan:Merapikan Kategorisasi == Salam. Saat saya mencoba untuk merapikan halaman-halaman Bantuan, saya temukan ada beberapa kategori yang membingungkan dalam Wikisource bahasa Indonesia, yaitu: # Kategori Indeks menurut jenis ([[:Kategori:Indeks - Buku|Buku]], [[:Kategori:Indeks - Koleksi|Koleksi]], [[:Kategori:Indeks - Kamus|Kamus]], [[:Kategori:Indeks - Tesis|Tesis]], [[:Kategori:Indeks - Terbitan berkala|Terbitan Berkala]], [[:Kategori:Indeks peraturan perundang-undangan Indonesia|UU]]). Kategori ini menurut saya tidak perlu karena sudah ada kategori pada ruang nama utama, seperti kategori [[:Kategori:Undang-Undang Republik Indonesia|UU]], [[:Kategori:Kamus|Kamus]], dsb. → menghapus halaman-halaman tersebut. # Kategori kemajuan Indeks ([[:Kategori:Buku dengan kemajuan tidak diketahui|Tidak Diketahui]], [[:Kategori:Buku tanpa lapisan teks|Tanpa OCR]], [[:Kategori:Buku untuk diperbaiki|Untuk Diperbaiki]], [[:Kategori:Ekstrak dan kompilasi|Ekstrak-Kompilasi]], [[:Kategori:Buku untuk dibetulkan|Untuk Dibetulkan]], [[:Kategori:Buku untuk divalidasi|Untuk Divalidasi]], & [[:Kategori:Buku lengkap|Lengkap]]). Namanya masih belum seragam dan sepertinya kata "Buku" perlu diganti karena kurang inklusif, mungkin bisa menggunakan "Indeks" atau "Naskah" saja. Terdapat juga halaman [[:Kategori:Indeks yang telah diuji-baca|Indeks Teruji-baca]] yang sepertinya ganda dengan [[:Kategori:Buku lengkap|Lengkap]]. → Penggantian nama dan dibuatkan kategori sendiri, terpisah dari kategori [[:Kategori:Kategori tersembunyi|tersembunyi]]. Mungkin bisa juga dibuat templat seperti [[:en:Template:Index Progress|templat ini]] untuk memudahkan kegiatan pemeliharan. Sekian usulan dari saya. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 1 Juni 2022 03.08 (UTC) == Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas 2022 == <section begin="announcement-content" /> :''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]'' :''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>'' [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas]] Yayasan Wikimedia telah ditutup. Ada 12 (dua belas) orang anggota komunitas yang telah mendaftarkan diri. Pelajari lebih lanjut tentang [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Candidates|para calon di sini]]. Sekarang, Komite Analisis akan meninjau pernyataan para calon dengan membandingkannya pada matriks keterampilan dan kriteria tertentu untuk meningkatkan kapasitas Dewan, sebagaimana yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. Setelah Komite Analisis menyelesaikan tinjauan mereka, peringkat masing-masing calon akan dipublikasikan untuk tujuan memberikan informasi kepada pemilih. Untuk informasi lebih lanjut tentang pemilihan Dewan Pengawas 2022, Anda dapat menemukan garis waktu, informasi pemungutan suara, dan cara-cara lain untuk terlibat [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|di Meta-wiki]]. Atas dukungan Anda, kami ucapkan terima kasih, Atas nama Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan, tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan Yayasan Wikimedia <br /><section end="announcement-content" /> [[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 1 Juni 2022 03.57 (UTC) <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 --> == Sureq (I La) Galigo == Sedang di Wikinusantara saat ini, mengobrol dengan [[w:Pengguna:Abhi]] dari Makassar, kemudian mencari-cari di Commons, menemukan [[w:Sureq Galigo]]: [[commons:Category:La Galigo]] dari Universitas Leiden (Baru diunggah 2 dari 12 pdf). Menurut saya, karena belum ada komunitas/Wikisource Bugis/Makassar, karya tersebut bisa kita buatkan indeksnya dulu di situs ini, bagaimana menurut kawan-kawan? <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 4 Juni 2022 15.44 (UTC) :Tidak setuju. Lebih baik diunggah saja langsung ke [[oldwikisource:|Wikisource Multibahasa]], mungkin bisa memantik dibentuknya Wikisource Lontara. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 5 Juni 2022 05.06 (UTC) ::Butuh waktu berapa tahun? Ingat, untuk bahasa dengan 80+ juta penutur saja (Bahasa Jawa), butuh 8 tahun lebih untuk bisa jadi proyek mandiri. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 11 Juni 2022 11.06 (UTC) :::Plus, di sana tidak ada lalu lintas / pembaca, tidak terindeks dengan tinggi (SEO buruk), ''barrier of entry'' sangat tinggi (a.l. butuh kemampuan bahasa Inggris), dan lain-lain. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 11 Juni 2022 11.07 (UTC) #setuju. Mengingat kesepakatan pertemuan sebelum kompetisi menyunting kemarin. wikisource indonesia dapat mewadahi beberapa bahasa daerah yang belum memiliki wadah sendiri. Jadi untuk wadah sementara saja. [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 10 Juni 2022 14.25 (UTC) == [[Indeks:Boekoe Peringatan dari Staatsspoor-en Tramwegen di Hindia-Belanda 1875-1925.pdf]] == Halo, Halaman indeks di atas saya hapus karena buku aslinya sudah tidak tersedia lagi di Commons. Trims, '''&middot;&middot;&middot;''' <span title="Bunga sakura">🌸</span> [[User:Rachmat04|'''Rachmat04''']] '''&middot;''' [[User talk:Rachmat04|<span title="Ayo diskusi!">☕</span>]] 15 Juni 2022 07.45 (UTC) == Uji Baca Bulanan == Halo rekan-rekan kontributor. Rencananya kami ingin memasukkan fitur baru di Wikisource indonesia, yaitu uji baca bulanan seperti di [[:en:Wikisource:Proofread_of_the_Month|en.wikisource]] yang kami rutin lakukan di pengurus komunitas. Kira-kira ada saran dan kritik? Mohon bantuannya kepada @[[Pengguna:Bennylin|Bennylin]], @[[Pengguna:RaymondSutanto|RaymondSutanto]], @[[Pengguna:Meursault2004|Meursault2004]] dan [[Pengguna:Rachmat04|Rachmat04]] selaku pengurus. Untuk bulan ini, kami sedang menguji baca [[Indeks:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf]]. Terima kasih [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 9 Agustus 2022 02.10 (UTC) :Menurut saya prakarsa ini bagus. Hasil jadinya (targetnya) adalah halaman di ruang nama utama kan ya? (bukan sekadar di ruang nama halaman saja). <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 9 Agustus 2022 07.49 (UTC) ::Iya mas benny. Jadinya nanti bisa barengan urun dayanya kalau diletakkan di ruang utama. Mohon bantuannya ya karena gak punya akses nyunting ruang utama [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 10 Agustus 2022 04.34 (UTC) :::maksudku di ruang nama utama adalah transklusi halaman sih, misalnya [[Sorga_Ka_Toedjoe]], dsb. Jadi semua punya akses menyunting itu. Harapanku tidak cuma berhenti di ruang nama Halaman saja. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 16 Agustus 2022 09.29 (UTC) ::::Masukan yang menarik mas. Mohon bantuannya untuk meletakkannya di halaman utama ya. Soalnya saya gak bisa menyunting halaman muka [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 18 Agustus 2022 16.13 (UTC) == Penundaan pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia 2022 == <section begin="announcement-content" /> :''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Delay of Board of Trustees election| Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]'' :''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Delay of Board of Trustees election|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Delay of Board of Trustees election}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>'' Halo semua, Saya menyampaikan informasi terbaru tentang waktu pemungutan suara untuk pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia. Seperti yang sudah Anda ketahui, tahun ini kami menawarkan [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia_Foundation_elections/2022/Community_Voting/Election_Compass|Kompas Pemiliohan]] untuk membantu para pemilih mengidentifikasi keberpihakan para calon pada beberapa topik utama. Beberapa calon meminta perpanjangan batasan karakter pada tanggapan mereka yang memperluas pandangan mereka, dan Komite Pemilihan beranggapan bahwa alasan mereka selaras dengan tujuan proses yaitu untuk menciptakan pemilihan yang berkeadilan. Untuk memastikan bahwa pernyataan-pernyataan yang lebih panjang dapat diterjemahkan pada waktunya untuk pemilihan, Komite Pemilihan dan Satuan Tugas Pemilihan Dewan memutuskan untuk menunda pembukaan pemilihan Dewan Pengawas selama satu minggu - waktu yang diusulkan sebagai waktu yang ideal oleh staf yang bekerja untuk mendukung pemilihan ini. Meskipun kami tidak memperkirakan semua orang akan ingin menggunakan Kompas Pemilihan untuk membantu pengambilan keputusan pemungutan suara mereka, Komite Pemilihanmerasa lebih tepat untuk membuka periode pemungutan suara dengan dukungan terjemahan yang penting bagi anggota komunitas lintas bahasa untuk digunakan dalam hal pembuatan keputusan penting ini. Pemungutan suara akan dibuka pada tanggal 23 Agustus pukul 00:00 UTC dan ditutup pada tanggal 6 September pukul 23:59 UTC. Salam hangat, Matanya, mewakili Komite Pemilihan <section end="announcement-content" /> [[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 15 Agustus 2022 12.24 (UTC) <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 --> == Invitation to join the fifth Wikisource Triage meeting (18th August 2022) == Hello fellow Wikisource enthusiasts! We are the hosting the fifth [[:m:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meeting]] on '''18th August 2022 at 4 PM UTC / 9:30 PM IST''' ([https://zonestamp.toolforge.org/1660838411 check your local time]) according to the [https://wudele.toolforge.org/wIztQjaxX1l5qy3A wudele poll] and also based on the previous feedback to have a Europe-Americas friendly meeting. As always, you don't have to be a developer to participate in these meetings but the focus of these meetings is to improve the Wikisource infrastructure. If you are interested in joining the meeting, kindly leave a message on '''sgill@wikimedia.org''' and we will add you to the calendar invite. Meanwhile, feel free to check out [[:m:Wikisource Triage meetings|the page on Meta-wiki]] and suggest any other topics for the agenda. Regards [[:m:User:SWilson (WMF)|Sam Wilson (WMF)]] and [[:m:User:SGill (WMF)|Satdeep Gill (WMF)]] <small> Sent using [[Pengguna:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pembicaraan Pengguna:MediaWiki message delivery|bicara]]) 15 Agustus 2022 15.05 (UTC)</small> <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=23314792 --> == Pengajuan uji baca bulanan di halaman antar muka == Dikarenakan adanya beberapa [https://id.wikisource.org/wiki/Wikisource:Warung_kopi#Uji_Baca_Bulanan diskusi] penempatan [https://id.wikisource.org/wiki/Wikisource:Warung_kopi#Featured_text ''featured_text''] atau naskah pilihan dalam rangka uji baca bulanan untuk urun daya mengerjakan naskah sebagai langkah mempermudah kontributor wikisource baru berkontribusi dalam memilih naskah. Saya, [[:m:User:Agus_Damanik|Agus_Damanik]] mengajukan penempatan kolom uji baca bulanan seperti yang ada di [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Proofread_of_the_Month en.wikisource] dengan sistem pemilihan yang dilakukan dua minggu sebelum penempatan naskah dengan tiga minggu sebelumnya dapat menerima naskah untuk [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Community_collaboration/Monthly_Challenge/Nominations dinominasikan] oleh kontributor. Terkait naskah yang tidak dipilih, maka tersebut akan dimasukkan ke dalam [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Community_collaboration/Monthly_Challenge tantangan bulanan]. Bila proposal ini disetujui, saya akan segera menerjemahkan laman bahasa inggris ke bahasa Indonesia sesegera mungkin. Voting ini berlangsung selama dua minggu dan berakhir pada tanggal 4 September 05.26 UTC [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 21 Agustus 2022 05.27 (UTC) === Setuju === * [[Pengguna:Sathira15|Sathira15]] ([[Pembicaraan Pengguna:Sathira15|bicara]]) 21 Agustus 2022 06.23 (UTC) * {{Setuju}}. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 21 Agustus 2022 10.15 (UTC) === Tidak === === Netral === === Keputusan === 2912y5if84bdwep8zhjyi60k777heqc 100377 100352 2022-08-21T11:02:49Z Apriadi ap 20026 /* Setuju */ wikitext text/x-wiki {{process header |title=Warung kopi |previous=[[Wikisource:Indeks/Komunitas|Halaman komunitas]] |next=[[Wikisource:Warung kopi/Arsip|Arsip]]/[[Wikisource:Warung kopi/Pesan global|Pesan global]] }} {{introkopi}} == Berkas dari Google Books == Saya temukan ada banyak buku-buku era kolonial yg dimuat di dalam Google Books. Saya tertarik untuk mengunggahnya, tapi merujuk kepada [[:en:Help:Google Books|panduan ini]], langkah pertama adalah penghapusan halaman pembuka dan watermark dari google, lalu diunggah ke Internet Archive untuk memperoleh bentuk berkas DJVU yang kemudian dapat diunggah ke Commons. Saya sedikit ragu untuk dalam menghapus watermark. Apakah ada yang pernah melakukan ini sebelumnya? Atau apakah ada cara lain?[[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 13 Februari 2022 06.31 (UTC) :sepertinya tidak semua yang ada di wikisource ini menghapus watermark, kemarin saya pernah melakukan edit [[Indeks:Kami_Perkenalkan_(1954).pdf]] di bawahnya masih ada watermark googlenya. [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 13 Februari 2022 11.25 (UTC) :Saya belum pernah melakukannya juga belum menemukan cara lain. Tapi, melihat panduan yang Anda maksud, saya rasa Anda tidak perlu ragu untuk menghapus halaman pembuka yang memiliki watermark dari Google tersebut. Kejadian di [[Commons:Deletion requests/File:Лайель Ч. Руководство к геологии, или Древние изменения земли... Пер. Н. А. Головкинского (1867).djvu|Wikimedia Commons]] yang mengarah kepada penghapusan mungkin memperkuat keputusan Anda. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 13 Februari 2022 11.30 (UTC) :Menurut saya sih sebaiknya tidak usah ada penghapusan. Itu kan terkait kebijakan yang ada di wikisource Inggris dan cuma menghindari penghapusan oleh admin wikicommons. Sampai sekarang semua unggahan saya tidak ada dihapus dan bila dihapus, silakan ajukan keberatan saja. Kalo dirasa memungkinkan, silakan dihapus, tapi bila tidak. Unggah sebagaimana mestinya saja. [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 13 Februari 2022 15.59 (UTC) Saya bisa (mencoba) menghapuskan, kalau mau. Kalau menghapus halaman pembuka, tinggal hapus halaman 1. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 17 Maret 2022 08.09 (UTC) ==Mohon Dukungan Penyelenggaraan Pelatihan== Saya mengajukan proposal penyelenggaraan pelatihan menyunting Wikidata dan Wikisource untuk civitas akademika Universitas Papua. Bagi kawan-kawan wikisource Indonesia saya mohon untuk melakukan dukungan proposal melalui pranala berikut [https://meta.wikimedia.org/wiki/Grants:Project/Rapid/Empat_Tilda/Menyunting_Wikidata_dan_Wikisource_Bersama_Civitas_Akademik_Universitas_Papua proposal pelatihan wikidata dan wikisource]. Dan jika teman-teman ada yang merupakan civitas akademika Universitas Papua saya sangat berterimakasih bila teman-teman mengikuti acara tersebut. Namun jika teman-teman tidak dapat bergabung, cukup dengan memberikan dukungan saja dalam pranala yang sudah saya sematkan di atas. Dukungan teman-teman sangat berarti bagi terselenggaranya program ini. salam hormat, [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 23 Februari 2022 07.23 (UTC) == Kredit buku == Berdasarkan perbincangan dengan bang Hardi dan bang Rahmat, saya ingin mengusulkan tersedianya halaman kredit untuk buku-buku yang ada di Wikisumber, terutama buku-buku yang dikerjakan bersama-sama selama kompetisi atau acara komunitas lainnya. Contohnya ada di [[Habis Gelap Terbitlah Terang/Kredit]] ([https://id.wikisource.org/w/index.php?title=Habis_Gelap_Terbitlah_Terang&diff=91508&oldid=88525]). Bagaimana pendapat rekan-rekan sekalian? <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 23 Maret 2022 08.22 (UTC) :Ide yang bagus mas, saya sih setuju [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 23 Maret 2022 13.14 (UTC) == Habis Gelap Terbitlah Terang == [[Berkas:HGTT.png|500px]] https://w.wiki/54Dp == Permintaan bantuan bot (lagi) == Ringkasnya, saya sekarang baru menyadari bahwa {{tl|PUU-ayat}} telah mengalami perubahan yang berdampak besar terhadap penyelarasan naskah undang-undang. Hal yang paling terkena dampaknya adalah {{tl|hii}} di dalam {{tl|PUU-pasal}} yang harus diubah dari <code><nowiki>{{hii|1.7|0}}</nowiki></code> menjadi <code><nowiki>{{hii|2|0}}</nowiki></code>. Saya tentu saja tidak akan bisa melakukan semuanya sendiri sehingga sangat memerlukan bantuan dari bot untuk yang satu ini. Sayangnya, sampai saat ini saya belum mempelajari cara kerja bot di MediaWiki tapi yang jelas, saya sangat berharap perubahan itu segera dilaksanakan, agar naskah perundang-undangan menjadi selaras dan nyaman untuk dipandang. Terima kasih. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 20 April 2022 14.44 (UTC) == ''Featured text'' == Berdasarkan sudah cukup banyak naskah yang tersedia secara lengkap di Wikisource bahasa Indonesia, juga berbagai promosi di media sosial yang telah mengarah kepada mereka, akankah Templat "Naskah Pillihan" akan ada di Halaman Utama? Sebagaimana Artikel Pilihan di Wikipedia, bisa diganti tiap bulannya atau didesain berganti otomatis seperti di Wikibuku. [[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 26 April 2022 05.16 (UTC) :Ide yang bagus. Saya setuju. Beberapa yang perlu dipikirkan: :#Sistemnya. Apakah akan ada pemilihan, pemungutan suara, musyawarah, atau yang lainnya? :#Kandidatnya. "Sudah cukup banyak", kira-kira ada berapa naskah yang saat ini sudah "layak", menurut Anda? :#Desainnya. Perlu mendesain [[Halaman Utama]] yang baru, dengan Naskah Pilihan? :<small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 19 Mei 2022 18.51 (UTC) ::Segala jawaban di bawah adalah pendapat saya. ::# Saya berpendapat bahwa dilakukan pemilihan dengan cara yang mungkin akan ditentukan lainnya, dimana Komunitas Wikisource Indonesia diberikan hak selaku orang-orang yang lebih mengenal naskah menjadi pemilihnya. ::# Saya belum memikirkan itu, tapi berdasarkan saran saya, beberapa naskah Lengkap yang dipromosikan di media sosial patut masuk di Naskah Pilihan. ::# Untuk sementara, mari coba dulu untuk menyesuaikan Halaman Utama sekarang, dengan Templat Naskah Pilihan yang akan ditambahkan. Jika dirasa kurang sesuai, barulah desain baru perlu dibuat. ::[[Pengguna:Mnafisalmukhdi1|Mnafisalmukhdi1]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mnafisalmukhdi1|bicara]]) 20 Mei 2022 11.51 (UTC) :Saya setuju dengan ide ini dengan sistem voting otomatis melihat sudah lumayan banyaknya kontributornya yang berkontribusi dengan durasi dua minggu pada bulan sebelumnya dengan penggantian naskah tiap bulannya. Terkait media sosial, ketika naskah terpilih, maka saya akan membantu untuk memposting di media sosial komunitas atau GLAM. [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 21 Mei 2022 05.01 (UTC) :Saya setuju jika ingin dibuat. Namun melihat diskusi di atas mengenai jumlah naskah yang layak dan juga melihat kondisi naskah-naskah yang ada (dan dipromosikan), menurut saya perlu dibuat juga kegiatan seperti di WS-EN, yaitu [[:en:WS:MC|Tantangan Bulanan]] dan [[:en:WS:PotM|Uji-Baca Bulan Ini]], untuk mempercepat penguji-bacaan dan perbaikan naskah-naskah yang sudah ada. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 23 Mei 2022 13.48 (UTC) == Marsuki == Spam cross-wiki dengan menggunakan banyak akun siluman. * [[Marsuki]] * https://id.wikiquote.org/wiki/Marsuki https://id.wikiquote.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/Arufa231 * https://id.wikibooks.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/125.167.59.27 * [https://www.wikidata.org/w/index.php?title=Wikidata:Requests_for_deletions&oldid=1638884437#Q111879057_%22Marsuki%22 wikidata.org oldid=1638884437] * https://id.wiktionary.org/w/index.php?title=Marsuki dan https://id.wiktionary.org/w/index.php?title=marsuki * https://id.wikipedia.org/wiki/Marsuki * [[d:Q112134247]] dan [[d:Q112144280]] * https://www.wikidata.org/wiki/Special:Contributions/Arifgunawan121 * https://www.wikidata.org/wiki/Special:Contributions/Geniusbrains88 * https://id.wiktionary.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_pengguna/Arufa231 https://id.wiktionary.org/wiki/Istimewa:Kontribusi_yang_dihapus/Arufa231 * [https://commons.wikimedia.org/wiki/Special:Contributions/Adi990 Adi990] sudah diblokir secara global : Sangat {{setuju}} sekali. [[Pengguna:Taylor 49|Taylor 49]] ([[Pembicaraan Pengguna:Taylor 49|bicara]]) 27 Mei 2022 22.09 (UTC) == Usulan:Merapikan Kategorisasi == Salam. Saat saya mencoba untuk merapikan halaman-halaman Bantuan, saya temukan ada beberapa kategori yang membingungkan dalam Wikisource bahasa Indonesia, yaitu: # Kategori Indeks menurut jenis ([[:Kategori:Indeks - Buku|Buku]], [[:Kategori:Indeks - Koleksi|Koleksi]], [[:Kategori:Indeks - Kamus|Kamus]], [[:Kategori:Indeks - Tesis|Tesis]], [[:Kategori:Indeks - Terbitan berkala|Terbitan Berkala]], [[:Kategori:Indeks peraturan perundang-undangan Indonesia|UU]]). Kategori ini menurut saya tidak perlu karena sudah ada kategori pada ruang nama utama, seperti kategori [[:Kategori:Undang-Undang Republik Indonesia|UU]], [[:Kategori:Kamus|Kamus]], dsb. → menghapus halaman-halaman tersebut. # Kategori kemajuan Indeks ([[:Kategori:Buku dengan kemajuan tidak diketahui|Tidak Diketahui]], [[:Kategori:Buku tanpa lapisan teks|Tanpa OCR]], [[:Kategori:Buku untuk diperbaiki|Untuk Diperbaiki]], [[:Kategori:Ekstrak dan kompilasi|Ekstrak-Kompilasi]], [[:Kategori:Buku untuk dibetulkan|Untuk Dibetulkan]], [[:Kategori:Buku untuk divalidasi|Untuk Divalidasi]], & [[:Kategori:Buku lengkap|Lengkap]]). Namanya masih belum seragam dan sepertinya kata "Buku" perlu diganti karena kurang inklusif, mungkin bisa menggunakan "Indeks" atau "Naskah" saja. Terdapat juga halaman [[:Kategori:Indeks yang telah diuji-baca|Indeks Teruji-baca]] yang sepertinya ganda dengan [[:Kategori:Buku lengkap|Lengkap]]. → Penggantian nama dan dibuatkan kategori sendiri, terpisah dari kategori [[:Kategori:Kategori tersembunyi|tersembunyi]]. Mungkin bisa juga dibuat templat seperti [[:en:Template:Index Progress|templat ini]] untuk memudahkan kegiatan pemeliharan. Sekian usulan dari saya. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 1 Juni 2022 03.08 (UTC) == Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas 2022 == <section begin="announcement-content" /> :''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]'' :''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/2022 Candidates for the Board of Trustees}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>'' [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|Pendaftaran calon anggota Dewan Pengawas]] Yayasan Wikimedia telah ditutup. Ada 12 (dua belas) orang anggota komunitas yang telah mendaftarkan diri. Pelajari lebih lanjut tentang [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Candidates|para calon di sini]]. Sekarang, Komite Analisis akan meninjau pernyataan para calon dengan membandingkannya pada matriks keterampilan dan kriteria tertentu untuk meningkatkan kapasitas Dewan, sebagaimana yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. Setelah Komite Analisis menyelesaikan tinjauan mereka, peringkat masing-masing calon akan dipublikasikan untuk tujuan memberikan informasi kepada pemilih. Untuk informasi lebih lanjut tentang pemilihan Dewan Pengawas 2022, Anda dapat menemukan garis waktu, informasi pemungutan suara, dan cara-cara lain untuk terlibat [[Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022|di Meta-wiki]]. Atas dukungan Anda, kami ucapkan terima kasih, Atas nama Dewan Pengawas dan Komite Pemilihan, tim Strategi dan Tata Kelola Gerakan Yayasan Wikimedia <br /><section end="announcement-content" /> [[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 1 Juni 2022 03.57 (UTC) <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 --> == Sureq (I La) Galigo == Sedang di Wikinusantara saat ini, mengobrol dengan [[w:Pengguna:Abhi]] dari Makassar, kemudian mencari-cari di Commons, menemukan [[w:Sureq Galigo]]: [[commons:Category:La Galigo]] dari Universitas Leiden (Baru diunggah 2 dari 12 pdf). Menurut saya, karena belum ada komunitas/Wikisource Bugis/Makassar, karya tersebut bisa kita buatkan indeksnya dulu di situs ini, bagaimana menurut kawan-kawan? <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 4 Juni 2022 15.44 (UTC) :Tidak setuju. Lebih baik diunggah saja langsung ke [[oldwikisource:|Wikisource Multibahasa]], mungkin bisa memantik dibentuknya Wikisource Lontara. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 5 Juni 2022 05.06 (UTC) ::Butuh waktu berapa tahun? Ingat, untuk bahasa dengan 80+ juta penutur saja (Bahasa Jawa), butuh 8 tahun lebih untuk bisa jadi proyek mandiri. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 11 Juni 2022 11.06 (UTC) :::Plus, di sana tidak ada lalu lintas / pembaca, tidak terindeks dengan tinggi (SEO buruk), ''barrier of entry'' sangat tinggi (a.l. butuh kemampuan bahasa Inggris), dan lain-lain. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 11 Juni 2022 11.07 (UTC) #setuju. Mengingat kesepakatan pertemuan sebelum kompetisi menyunting kemarin. wikisource indonesia dapat mewadahi beberapa bahasa daerah yang belum memiliki wadah sendiri. Jadi untuk wadah sementara saja. [[Pengguna:Empat Tilda|Empat Tilda]] ([[Pembicaraan Pengguna:Empat Tilda|bicara]]) 10 Juni 2022 14.25 (UTC) == [[Indeks:Boekoe Peringatan dari Staatsspoor-en Tramwegen di Hindia-Belanda 1875-1925.pdf]] == Halo, Halaman indeks di atas saya hapus karena buku aslinya sudah tidak tersedia lagi di Commons. Trims, '''&middot;&middot;&middot;''' <span title="Bunga sakura">🌸</span> [[User:Rachmat04|'''Rachmat04''']] '''&middot;''' [[User talk:Rachmat04|<span title="Ayo diskusi!">☕</span>]] 15 Juni 2022 07.45 (UTC) == Uji Baca Bulanan == Halo rekan-rekan kontributor. Rencananya kami ingin memasukkan fitur baru di Wikisource indonesia, yaitu uji baca bulanan seperti di [[:en:Wikisource:Proofread_of_the_Month|en.wikisource]] yang kami rutin lakukan di pengurus komunitas. Kira-kira ada saran dan kritik? Mohon bantuannya kepada @[[Pengguna:Bennylin|Bennylin]], @[[Pengguna:RaymondSutanto|RaymondSutanto]], @[[Pengguna:Meursault2004|Meursault2004]] dan [[Pengguna:Rachmat04|Rachmat04]] selaku pengurus. Untuk bulan ini, kami sedang menguji baca [[Indeks:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf]]. Terima kasih [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 9 Agustus 2022 02.10 (UTC) :Menurut saya prakarsa ini bagus. Hasil jadinya (targetnya) adalah halaman di ruang nama utama kan ya? (bukan sekadar di ruang nama halaman saja). <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 9 Agustus 2022 07.49 (UTC) ::Iya mas benny. Jadinya nanti bisa barengan urun dayanya kalau diletakkan di ruang utama. Mohon bantuannya ya karena gak punya akses nyunting ruang utama [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 10 Agustus 2022 04.34 (UTC) :::maksudku di ruang nama utama adalah transklusi halaman sih, misalnya [[Sorga_Ka_Toedjoe]], dsb. Jadi semua punya akses menyunting itu. Harapanku tidak cuma berhenti di ruang nama Halaman saja. <small><br />[[Pembicaraan Pengguna:Bennylin|&#x2712;]] [[Pengguna:Bennylin|Bennylin]]</small> 16 Agustus 2022 09.29 (UTC) ::::Masukan yang menarik mas. Mohon bantuannya untuk meletakkannya di halaman utama ya. Soalnya saya gak bisa menyunting halaman muka [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 18 Agustus 2022 16.13 (UTC) == Penundaan pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia 2022 == <section begin="announcement-content" /> :''[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Delay of Board of Trustees election| Anda dapat menemukan pesan ini dalam bahasa lain di Meta-Wiki.]]'' :''<div class="plainlinks">[[m:Special:MyLanguage/Wikimedia Foundation elections/2022/Delay of Board of Trustees election|{{int:interlanguage-link-mul}}]] • [https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Translate&group=page-{{urlencode:Wikimedia Foundation elections/2022/Announcement/Delay of Board of Trustees election}}&language=&action=page&filter= {{int:please-translate}}]</div>'' Halo semua, Saya menyampaikan informasi terbaru tentang waktu pemungutan suara untuk pemilihan Dewan Pengawas Yayasan Wikimedia. Seperti yang sudah Anda ketahui, tahun ini kami menawarkan [[m:Special:MyLanguage/Wikimedia_Foundation_elections/2022/Community_Voting/Election_Compass|Kompas Pemiliohan]] untuk membantu para pemilih mengidentifikasi keberpihakan para calon pada beberapa topik utama. Beberapa calon meminta perpanjangan batasan karakter pada tanggapan mereka yang memperluas pandangan mereka, dan Komite Pemilihan beranggapan bahwa alasan mereka selaras dengan tujuan proses yaitu untuk menciptakan pemilihan yang berkeadilan. Untuk memastikan bahwa pernyataan-pernyataan yang lebih panjang dapat diterjemahkan pada waktunya untuk pemilihan, Komite Pemilihan dan Satuan Tugas Pemilihan Dewan memutuskan untuk menunda pembukaan pemilihan Dewan Pengawas selama satu minggu - waktu yang diusulkan sebagai waktu yang ideal oleh staf yang bekerja untuk mendukung pemilihan ini. Meskipun kami tidak memperkirakan semua orang akan ingin menggunakan Kompas Pemilihan untuk membantu pengambilan keputusan pemungutan suara mereka, Komite Pemilihanmerasa lebih tepat untuk membuka periode pemungutan suara dengan dukungan terjemahan yang penting bagi anggota komunitas lintas bahasa untuk digunakan dalam hal pembuatan keputusan penting ini. Pemungutan suara akan dibuka pada tanggal 23 Agustus pukul 00:00 UTC dan ditutup pada tanggal 6 September pukul 23:59 UTC. Salam hangat, Matanya, mewakili Komite Pemilihan <section end="announcement-content" /> [[User:RamzyM (WMF)|RamzyM (WMF)]] 15 Agustus 2022 12.24 (UTC) <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:RamzyM (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=Global_message_delivery/Targets/ESEAP_project_embassies_-_Indonesia&oldid=22485727 --> == Invitation to join the fifth Wikisource Triage meeting (18th August 2022) == Hello fellow Wikisource enthusiasts! We are the hosting the fifth [[:m:Wikisource Triage meetings|Wikisource Triage meeting]] on '''18th August 2022 at 4 PM UTC / 9:30 PM IST''' ([https://zonestamp.toolforge.org/1660838411 check your local time]) according to the [https://wudele.toolforge.org/wIztQjaxX1l5qy3A wudele poll] and also based on the previous feedback to have a Europe-Americas friendly meeting. As always, you don't have to be a developer to participate in these meetings but the focus of these meetings is to improve the Wikisource infrastructure. If you are interested in joining the meeting, kindly leave a message on '''sgill@wikimedia.org''' and we will add you to the calendar invite. Meanwhile, feel free to check out [[:m:Wikisource Triage meetings|the page on Meta-wiki]] and suggest any other topics for the agenda. Regards [[:m:User:SWilson (WMF)|Sam Wilson (WMF)]] and [[:m:User:SGill (WMF)|Satdeep Gill (WMF)]] <small> Sent using [[Pengguna:MediaWiki message delivery|MediaWiki message delivery]] ([[Pembicaraan Pengguna:MediaWiki message delivery|bicara]]) 15 Agustus 2022 15.05 (UTC)</small> <!-- Pesan dikirim oleh Pengguna:SGill (WMF)@metawiki dengan menggunakan daftar di https://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:SGill_(WMF)/lists/WS_VPs&oldid=23314792 --> == Pengajuan uji baca bulanan di halaman antar muka == Dikarenakan adanya beberapa [https://id.wikisource.org/wiki/Wikisource:Warung_kopi#Uji_Baca_Bulanan diskusi] penempatan [https://id.wikisource.org/wiki/Wikisource:Warung_kopi#Featured_text ''featured_text''] atau naskah pilihan dalam rangka uji baca bulanan untuk urun daya mengerjakan naskah sebagai langkah mempermudah kontributor wikisource baru berkontribusi dalam memilih naskah. Saya, [[:m:User:Agus_Damanik|Agus_Damanik]] mengajukan penempatan kolom uji baca bulanan seperti yang ada di [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Proofread_of_the_Month en.wikisource] dengan sistem pemilihan yang dilakukan dua minggu sebelum penempatan naskah dengan tiga minggu sebelumnya dapat menerima naskah untuk [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Community_collaboration/Monthly_Challenge/Nominations dinominasikan] oleh kontributor. Terkait naskah yang tidak dipilih, maka tersebut akan dimasukkan ke dalam [https://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Community_collaboration/Monthly_Challenge tantangan bulanan]. Bila proposal ini disetujui, saya akan segera menerjemahkan laman bahasa inggris ke bahasa Indonesia sesegera mungkin. Voting ini berlangsung selama dua minggu dan berakhir pada tanggal 4 September 05.26 UTC [[Pengguna:Agus Damanik|Agus Damanik]] ([[Pembicaraan Pengguna:Agus Damanik|bicara]]) 21 Agustus 2022 05.27 (UTC) === Setuju === * [[Pengguna:Sathira15|Sathira15]] ([[Pembicaraan Pengguna:Sathira15|bicara]]) 21 Agustus 2022 06.23 (UTC) * {{Setuju}}. [[Pengguna:Mbee-wiki|Mbee-wiki]] ([[Pembicaraan Pengguna:Mbee-wiki|bicara]]) 21 Agustus 2022 10.15 (UTC) {{Setuju}} [[Pengguna:Apriadi ap|Apriadi ap]] ([[Pembicaraan Pengguna:Apriadi ap|bicara]]) 21 Agustus 2022 11.02 (UTC) === Tidak === === Netral === === Keputusan === 8zeqv9yrynp6u2biu7w0vopjqenlxyv Panduan Pembakuan Istilah, Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Penggunaan Komputer Dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia 0 1500 100308 48263 2022-08-21T03:26:58Z 2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E lembar kemajuan wikitext text/x-wiki casmo042946886Manajemen s1 {{header |title = Panduan Pembakuan Istilah<br/>Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Penggunaan Komputer Dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia |author = |section = |previous = |next = |year = 2001 |portal = Instruksi Presiden Republik Indonesia |shortcut = |notes = }} '''<center>PANDUAN PEMBAKUAN ISTILAH</center>''' '''<center>PELAKSANAAN [[Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001|INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2001]]</center>''' '''<center>TENTANG</center>''' '''<center>PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN APLIKASI KOMPUTER BERBAHASA INDONESIA</center>''' '''<center>KIAT PEMBAKUAN PERISTILAHAN PERKOMPUTERAN DALAM BAHASA INDONESIA</center>''' '''DAFTAR ISI''' * Daftar Perubahan * Lembar Pengesahan * Daftar Isi * [[#Landasan Umum|Landasan Umum]] * [[#Pedoman Khusus 1|PEDOMAN KHUSUS PEMBENTUKAN ISTILAH KOMPUTER]] *# Landasan *# Bahasa Sumber *# Tata Cara Penyerapan Istilah Asing * [[#Pedoman Khusus 2|PEDOMAN KHUSUS PEMAKAIAN ISTILAH KOMPUTER]] *# Kepoliglotan orang Indonesia *# Istilah Resmi dan Istilah Baku *# Pengefektifan Penggunaan Istilah * [[#Senarai|SENARAI PADANAN ISTILAH]] <span id="Landasan Umum"></span>'''<center>Landasan Umum</center>''' Penguasaan teknologi komunikasi dan informasi dengan menggunakan kemudahan komputer dan jaringannya di Indonesia masih tersendat-sendat. Terbatasnya kepemilikan komputer, digunakannya komputer hanya sebagai sarana terisolasi, dan kurangnya kemampuan dalam mengoperasikan komputer oleh adanya keterbatasan penguasaan bahasa merupakan faktor yang teridentifikasi sebagai penyebab kelambatan tadi. Bahasa Inggris yang dipergunakan dalam komputer, baik dalam perangkat lunak maupun perangkat kerasnya, diduga telah menyulitkan pengguna dalam memanfaatkan komputer. Untuk mengatasi kendala tersebut, Pemerintah melalui Inpres No. 2 Tahun 2001 menginstruksikan penggunaan komputer dengan aplikasi berbahasa Indonesia. Dengan demikian, diperlukan upaya pengindonesiasian istilah yang digunakan dalam komputer. Untuk menindaklanjuti dikeluarkannya Inpres tersebut, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 44/M/Kp/IV/2001 dibentuk Tim Pelaksana Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 yang, antara lain, bertugas menyediakan perangkat istilah bahasa Indonesia yang berkaitan dengan perkomputeran. Untuk memenuhi tugas tersebut, diputuskan pendekatan secara bertahap. Berpedoman pada panduan UNESCO, pada tahap awal dipersiapkan sekitar 700 istilah yang paling banyak dipakai dalam mengoperasikan dan membicarakan segala sesuatunya tentang komputer untuk keperluan sehari-hari. Tahap ini lebih ditujukan kepada pengguna umum (pemula) yang merupakan kelompok kaum terpelajar yang setara dengan sekolah menengah umum. Selanjutnya, akan dipersiapkan sekitar 4.000 istilah yang diperlukan untuk mendalami komputer sebagai suatu disiplin keilmuan pada tingkat pendidikan strata satu berdasarkan suatu klasifikasi perkomputeran. Kiat Pembakuan Peristilahan Perkomputeran Bahasa Indonesia yang berisi Panduan Praktis Pembentukan Istilah Komputer, Panduan Khusus Penggunaan Istilah Komputer dan Senarai Istilah Komputer Bahasa Indonesia ini merupakan salah satu sarana yang dikeluarkan oleh Tim Pelaksana Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2001 untuk digunakan, baik oleh para pengguna maupun pengembang pihak komputer. Diharapkan bahwa sarana ini akan membantu upaya nasional dalam (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Indonesia melalui penggunaan teknologi komputer dan (2) meningkatkan pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi, sehingga dapat menjadi salah satu pemicu industri perangkat lunak dan perangkat keras komputer. Maksud disusunnya buku Kiat Pembakuan Istilah Perkomputeran dalam Bahasa Indonesia ini adalah untuk memberikan kemudahan, baik bagi para pengguna Indonesia dalam berkomunikasi mengoperasikan perangkat lunak dan perangkat keras komputer, maupun bagi pihak pengembangan dalam merancang dan mendesain aplikasi komputer berbahasa Indonesia. Sementara itu, untuk lebih memantapkan hasil yang dicapai, suatu kamus istilah komputer sedang disiapkan pula. <span id="Pedoman Khusus 1"></span>'''<center>PEDOMAN KHUSUS PEMBENTUKAN ISTILAH KOMPUTER</center>''' {|border=0 |- |1.||Landasan |- |&nbsp;||Dalam membentuk istilah komputer Indonesia, kumpulan patokan dan saran dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta pedoman-pedoman khusus istilah terkait lainnya hendaklah digunakan sebagai penuntun utama. Di samping itu, perlu pula dipakai ketentuan berikut yang merupakan pelengkap khusus Pedoman Umum Pembentukan Istilah. |- |2.||Bahasa Sumber |- |&nbsp;||Bahasa sumber pembentukan istilah komputer adalah bahasa Inggris yang dipakai sebagai bahasa dasar pengembangan perkomputeran. Mengingat pentingnya peran komputer dalam teknologi komunikasi dan informasi sebagai wahana untuk pelaksanaan komunikasi internasional yang bersifat mengglobal, kemudahan untuk kecepatan saling mengerti antarbangsa supaya mendapat perhatian khusus dalam membentuk peristilahan komputer Indonesia.<br><br>Untuk itu, penentuan prioritas dalam mempertimbangkan dan menentukan pemilihan istilah yang akan diterima tidak membedakan prioritas alternatif langkah 1 (bahasa Indonesia lazim), langkah 2 (bahasa Indonesia tidak lazim), langkah 3 (bahasa serumpun lazim), langkah 4 (bahasa serumpun tidak lazim), langkah 5 (penerjemahan bahasa asing), langkah 6 (penyerapan dengan/tanpa penyesuaian ejaan/lafal), dan langkah 7 (penerjemahan dan penyerapan). |- |3.||Tata Cara Penyerapan Istilah Asing |- |&nbsp;||Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan berdasarkan beberapa ketentuan sebagai berikut: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |1.||Istilah asing dipadankan dengan bahasa Indonesia yang umum. |- |&nbsp;||Contoh: * delete - hapus * exit - keluar * cancel - batal |- |2.||Istilah asing dipadankan dengan bahasa Indonesia yang tidak lazim. |- |&nbsp;||Contoh: * scan - pindai * scanner - pemindai * hacker - peretas |- |3.||Istilah asing dipadankan dengan bahasa serumpun yang lazim. |- |&nbsp;||Contoh: * batch - tumpak * homepage - laman |- |4.||Istilah asing dipadankan dengan bahasa serumpun yang tidak lazim. |- |&nbsp;||Contoh: * discharge - luah * download - unduh * upload - unggah |- |5.||Istilah asing diserap ke dalam bahasa Indonesia: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |a.||tanpa melalui proses penyesuaian ejaan |- |&nbsp;||Contoh: * monitor - monitor * internet - internet |- |b.||melalui penyesuaian ejaan |- |&nbsp;||Contoh: * access - akses * computer - komputer |- |c.||melalui penyesuaian lafal |- |&nbsp;||Contoh: * design - desain * manager - manajer |- |d.||melalui penyesuaian ejaan dan lafal |- |&nbsp;||Contoh: * management - manajemen * architecture - arsitektur |- |e.||melalui penambahan vokal pada akhir kata yang hanya berupa satu suku kata, sekaligus dengan penyesuaian ejaan |- |&nbsp;||Contoh: * fact - fakta * norm - norma * byte - bita |} |} |} <span id="Pedoman Khusus 2"></span>'''<center>PEDOMAN KHUSUS PEMAKAIAN ISTILAH KOMPUTER</center>''' {|border=0 |- |1.||Kepoliglotan orang Indonesia |- |&nbsp;||Bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat poliglot. Oleh karena itu, penggunaan istilah yang berasal dari bahasa asing asal 'tampak' seperti bahasa Indonesia tidak akan merupakan masalah.<br><br>Dalam percakapan lisan 'didel' dibenarkan dipakai di samping 'dihapus'. Akan tetapi, untuk bahasa tulis sebaiknya dipakai istilah 'dihapus'. |- |2.||Istilah Resmi dan Istilah Baku |- |&nbsp;||Seranai istilah yang dihasilkan berdasarkan Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Komputer ini merupakan istilah resmi, sehingga harus dipakai dalam setiap tulisan dan dokumen resmi. Adapun pemapanan pembakuan dan pemakaiannya ditentukan berdasarkan keberterimaannya oleh masyarakat umum. |- |3.||Pengefektifan Penggunaan Istilah |- |&nbsp;||Senarai Istilah Komputer menyediakan seperangkat kosakata bahasa Indonesia untuk digunakan dalam upaya kebahasaan untuk mengefektifkan penyusunan karya tulis bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan persyaratan pola penyajian yang bersifat tepat, singkat, lugas, dan jelas.<br><br>Sehubungan dengan itu, upaya penggunaan bahasa Indonesia untuk menurunkan perangkat istilah bersistem amat dianjurkan. Dari istilah akses (access) dapat diturunkan pengakses (accessor), terakseskan (accessible), keteraksesan (accessibility), aksesi (accession), dan seterusnya.<br><br>Selanjutnya, bila akan dipadankan ' … new forms of computers will proliferate, including biological computers …' dalam bahasa Indonesia baku, dikatakan ' … bentuk baru komputer akan berprolifrasi, termasuk komputer biologis …' bukan '… bentuk-bentuk baru komputer-komputer, termasuk komputer-komputer biologis …'. Bentuk terakhir betul menurut tata bahasa Inggris, tetapi menyalahi tata kaidah kalimat bahasa Indonesia baku. Oleh karena itu, istilah Indonesia yang dibakukan adalah bentuk tunggal. Jadi, ada 'data' sebagai padanan datum yang dianggap tunggal, dan baru kalau diperlukan, ada bentuk 'data-data' untuk padanan data. Begitu pula hanya ada virus untuk virus, sedangkan bentuk jamak viri dipadankan dengan 'virus-virus ' bukan 'viri'. |} <span id="Senarai"></span>'''<center>SENARAI PADANAN ISTILAH</center>''' {| |-! No. !! Istilah !! Padanan |- | 1 || [[:wikt:abort|abort]] || [[:wikt:gugurkan|gugurkan]] |- | 2 || [[:wikt:access|access]] || [[:wikt:akses|akses]] |- | 3 || [[:wikt:access management|access management]] || [[:wikt:manajemen akses|manajemen akses]] |- | 4 || [[:wikt:access unit|access unit]] || [[:wikt:unit akses|unit akses]] |- | 5 || [[:wikt:account|account]] || [[:wikt:akun|akun]]; [[:wikt:rekening|rekening]] |- | 6 || [[:wikt:action button|action button]] || [[:wikt:tombol tindak|tombol tindak]], [[:wikt:tombol aksi|tombol aksi]] |- | 7 || [[:wikt:action setting|action setting]] || [[:wikt:penataan tindak|penataan tindak]], [[:wikt:penataan aksi|penataan aksi]] |- | 8 || [[:wikt:active desktop|active desktop]] || [[:wikt:destop aktif|destop aktif]] |- | 9 || [[:wikt:add-ins|add-ins]] || [[:wikt:tertambah|tertambah]] |- | 10 || [[:wikt:address|address]] || [[:wikt:alamat|alamat]] |- | 11 || [[:wikt:address book|address book]] || [[:wikt:buku alamat|buku alamat]] |- | 12 || [[:wikt:administration|administration]] || [[:wikt:administrasi|administrasi]] |- | 13 || [[:wikt:administration domain|administration domain]] || [[:wikt:ranah administrasi|ranah administrasi]] |- | 14 || [[:wikt:advisory system|advisory system]] || [[:wikt:sistem penasihat|sistem penasihat]] |- | 15 || [[:wikt:affirmation|affirmation]] || [[:wikt:penegasan|penegasan]] |- | 16 || [[:wikt:agenda|agenda]] || [[:wikt:agenda|agenda]] |- | 17 || [[:wikt:algorithm|algorithm]] || [[:wikt:algoritma|algoritma]] |- | 18 || [[:wikt:alias|alias]] || [[:wikt:alias|alias]] |- | 19 || [[:wikt:align left|align left]] || [[:wikt:rata kiri|rata kiri]] |- | 20 || [[:wikt:align right|align right]] || [[:wikt:rata kanan|rata kanan]] |- | 21 || [[:wikt:alignment|alignment]] || [[:wikt:perataan|perataan]] |- | 22 || [[:wikt:alternate|alternate]] || [[:wikt:silih|silih]] |- | 23 || [[:wikt:alternate recipient|alternate recipient]] || [[:wikt:penerima pilihan|penerima pilihan]] |- | 24 || [[:wikt:animation|animation]] || [[:wikt:animasi|animasi]] |- | 25 || [[:wikt:anonymous remailer|anonymous remailer]] || [[:wikt:penyurat-balik anonim|penyurat-balik anonim]] |- | 26 || [[:wikt:append|append]] || [[:wikt:bubuh|bubuh]] |- | 27 || [[:wikt:application|application]] || [[:wikt:aplikasi|aplikasi]] |- | 28 || [[:wikt:apply|apply]] || [[:wikt:terapkan|terapkan]] |- | 29 || [[:wikt:apply design|apply design]] || [[:wikt:desain terapan|desain terapan]] |- | 30 || [[:wikt:arrange|arrange]] || [[:wikt:susun|susun]] |- | 31 || [[:wikt:array|array]] || [[:wikt:larik|larik]] |- | 32 || [[:wikt:artificial intelligence|artificial intelligence]] || [[:wikt:kecerdasan buatan|kecerdasan buatan]], [[:wikt:intelegensi|intelegensi buatan]] |- | 33 || [[:wikt:ascending|ascending]] || [[:wikt:menanjak|menanjak]], [[:wikt:urut naik|urut naik]] |- | 34 || [[:wikt:attribute|attribute]] || [[:wikt:atribut|atribut]] |- | 35 || [[:wikt:auto clip art|auto clip art]] || [[:wikt:gambar klip otomatis|gambar klip otomatis]] |- | 36 || [[:wikt:auto-correct|auto-correct]] || [[:wikt:pembetulan otomatis|pembetulan otomatis]], [[:wikt:otokoreksi|otokoreksi]] |- | 37 || [[:wikt:auto-forward|auto-forward]] || [[:wikt:maju otomatis|maju otomatis]] |- | 38 || [[:wikt:auto-replay|auto-replay]] || [[:wikt:putar ulang otomatis|putar ulang otomatis]] |- | 39 || [[:wikt:auto-reply|auto-reply]] || [[:wikt:balasan otomatis|balasan otomatis]] |- | 40 || [[:wikt:autofit|autofit]] || [[:wikt:otofit|otofit]] |- | 41 || [[:wikt:autoformat|autoformat]] || [[:wikt:format otomatis|format otomatis]], [[:wikt:otoformat|otoformat]] |- | 42 || [[:wikt:automatic learning|automatic learning]] || [[:wikt:pemelajaran otomatis|pemelajaran otomatis]] |- | 43 || [[:wikt:autoshapes|autoshapes]] || [[:wikt:bentuk otomatis|bentuk otomatis]] |- | 44 || [[:wikt:autosum|autosum]] || [[:wikt:total otomatis|total otomatis]]; [[:wikt:jumlah otomatis|jumlah otomatis]] |- | 45 || [[:wikt:back|back]] || [[:wikt:balik|balik]]; [[:wikt:belakang|belakang]] |- | 46 || [[:wikt:back slash|back slash]] || [[:wikt:garis miring kiri|garis miring kiri]] |- | 47 || [[:wikt:back space|back space]] || [[:wikt:spasi mundur|spasi mundur]] |- | 48 || [[:wikt:back up|back up]] || [[:wikt:rekam cadangan|(rekam) cadangan]] |- | 49 || [[:wikt:background|background]] || [[:wikt:latar belakang|latar belakang]] |- | 50 || [[:wikt:backtracking|backtracking]] || [[:wikt:lacak balik|lacak balik]] |- | 51 || [[:wikt:backward chaining|backward chaining]] || [[:wikt:perantaian balik|perantaian balik]] |- | 52 || [[:wikt:band|band]] || [[:wikt:pita|pita]] |- | 53 || [[:wikt:bandwidth|bandwidth]] || [[:wikt:lebar pita|lebar pita]] |- | 54 || [[:wikt:bar|bar]] || [[:wikt:batang|batang]] |- | 55 || [[:wikt:bar-code|bar-code]] || [[:wikt:kode batang|kode batang]] |- | 56 || [[:wikt:bar-code reader|bar-code reader]] || [[:wikt:pembaca kode batang|pembaca kode batang]] |- | 57 || [[:wikt:bar-code scanner|bar-code scanner]] || [[:wikt:pemindai kode batang|pemindai kode batang]] |- | 58 || [[:wikt:base|base]] || [[:wikt:basis|basis]] |- | 59 || [[:wikt:batch|batch]] || [[:wikt:tumpak|tumpak]] |- | 60 || [[:wikt:best-first search|best-first search]] || [[:wikt:telusur pertama terbaik|telusur pertama terbaik]] |- | 61 || [[:wikt:binary|binary]] || [[:wikt:biner|biner]] |- | 62 || [[:wikt:bit|bit]] || [[:wikt:bit|bit]] |- | 63 || [[:wikt:bit map|bit map]] || [[:wikt:peta bit|peta bit]] |- | 64 || [[:wikt:blackboard model|blackboard model]] || [[:wikt:model papan tulis|model papan tulis]] |- | 65 || [[:wikt:blind copy recipient|blind copy recipient]] || [[:wikt:penerima kopi buntu|penerima kopi buntu]]; [[:wikt:penerima salin buntu|penerima salin buntu]] |- | 66 || [[:wikt:body|body]] || [[:wikt:bodi|bodi]]; [[:wikt:badan|badan]] |- | 67 || [[:wikt:body text|body text]] || [[:wikt:teks tubuh|teks tubuh]] |- | 68 || [[:wikt:bold|bold]] || [[:wikt:tebal|tebal]] |- | 69 || [[:wikt:border|border]] || [[:wikt:batas|batas]] |- | 70 || [[:wikt:bps|bps]] || [[:wikt:bps|bps]] |- | 71 || [[:wikt:breadth-first search|breadth-first search]] || [[:wikt:telusur pertama lebar|telusur pertama lebar]] |- | 72 || [[:wikt:break|break]] || [[:wikt:putus|putus]] |- | 73 || [[:wikt:broadcast mail|broadcast mail]] || [[:wikt:surat siaran|surat siaran]] |- | 74 || [[:wikt:broadcast videography|broadcast videography]] || [[:wikt:videografi siaran|videografi siaran]] |- | 75 || [[:wikt:browse|browse]] || [[:wikt:ramban|ramban]]; [[:wikt:jelajah|jelajah]] |- | 76 || [[:wikt:browsers|browsers]] || [[:wikt:peramban|peramban]]; [[:wikt:penjelajah|penjelajah]] |- | 77 || [[:wikt:buffer|buffer]] || [[:wikt:penyangga|penyangga]] |- | 78 || [[:wikt:bug|bug]] || [[:wikt:kutu|kutu]] |- | 79 || [[:wikt:bullet|bullet]] || [[:wikt:bulet|bulet]] |- | 80 || [[:wikt:button|button]] || [[:wikt:tombol|tombol]] |- | 81 || [[:wikt:byte|byte]] || [[:wikt:bita|bita]] |- | 82 || [[:wikt:cache memory|cache memory]] || [[:wikt:memori tembolok|memori tembolok]], [[:wikt:memori singgahan|memori singgahan]] |- | 83 || [[:wikt:cancel|cancel]] || [[:wikt:batal|batal]] |- | 84 || [[:wikt:capacity|capacity]] || [[:wikt:kapasitas|kapasitas]] |- | 85 || [[:wikt:capslock|capslock]] || [[:wikt:kancing kapital|kancing kapital]] |- | 86 || [[:wikt:caption|caption]] || [[:wikt:takarir|takarir]] |- | 87 || [[:wikt:card|card]] || [[:wikt:kartu|kartu]] |- | 88 || [[:wikt:cartridge|cartridge]] || [[:wikt:kartrid|kartrid]], [[:wikt:selongsong|selongsong]], [[:wikt:patrun|patrun]] |- | 89 || [[:wikt:cartridge disk|cartridge disk]] || [[:wikt:disket kartu|disket kartu]] |- | 90 || [[:wikt:cascade|cascade]] || [[:wikt:riam|riam]] |- | 91 || [[:wikt:cell|cell]] || [[:wikt:sel|sel]] |- | 92 || [[:wikt:center|center]] || [[:wikt:tengah|tengah]] |- | 93 || [[:wikt:central processing unit|central processing unit (CPU)]]|| [[:wikt:unit pengolah pusat|unit pengolah pusat (UPP)]] |- | 94 || [[:wikt:change case|change case]] || [[:wikt:ubah karakter|ubah karakter]] |- | 95 || [[:wikt:channel|channel]] || [[:wikt:saluran|saluran]], [[:wikt:kanal|kanal]] |- | 96 || [[:wikt:character|character]] || [[:wikt:aksara|aksara]]; [[:wikt:karakter|karakter]] |- | 97 || [[:wikt:chart|chart]] || [[:wikt:bagan|bagan]] |- | 98 || [[:wikt:chatting|chatting]] || [[:wikt:rumpi|rumpi]] |- | 99 || [[:wikt:clear|clear]] || [[:wikt:bersih|bersih]]; [[:wikt:bersihkan|bersihkan]] |- | 100 || [[:wikt:click|click]] || [[:wikt:klik|klik]] |- | 101 || [[:wikt:client|client]] || [[:wikt:klien|klien]] |- | 102 || [[:wikt:close|close]] || [[:wikt:tutup|tutup]] |- | 103 || [[:wikt:closed file|closed file]] || [[:wikt:berkas tertutup|berkas tertutup]] |- | 104 || [[:wikt:cluster|cluster]] || [[:wikt:gugus|gugus]]; [[:wikt:rumpun|rumpun]] |- | 105 || [[:wikt:coding|coding]] || [[:wikt:pengodean|pengodean]] |- | 106 || [[:wikt:color|color]] || [[:wikt:warna|warna]] |- | 107 || [[:wikt:color monitor|color monitor]] || [[:wikt:monitor warna|monitor warna]] |- | 108 || [[:wikt:column|column]] || [[:wikt:kolom|kolom]] |- | 109 || [[:wikt:comments|comments]] || [[:wikt:komentar|komentar]] |- | 110 || [[:wikt:common name|common name]] || [[:wikt:nama umum|nama umum]] |- | 111 || [[:wikt:computer|computer]] || [[:wikt:komputer|komputer]] |- | 112 || [[:wikt:computer aided|computer aided]] || [[:wikt:berbantuan komputer|berbantuan komputer]] |- | 113 || [[:wikt:computer aided design|computer aided design (CAD)]] || [[:wikt:desain berbantuan komputer|desain berbantuan komputer (DBK)]] |- | 114 || [[:wikt:computer aided instruction|computer aided instruction]] || [[:wikt:instruksi berbantuan komputer|instruksi berbantuan komputer]] |- | 115 || [[:wikt:computer aided manufacturing|computer aided manufacturing]] || [[:wikt:pemanufakturan berbantuan komputer|pemanufakturan berbantuan komputer]] |- | 116 || [[:wikt:computer conference|computer conference]] || [[:wikt:konferensi komputer|konferensi komputer]] |- | 117 || [[:wikt:computer memory|computer memory]] || [[:wikt:memori komputer|memori komputer]] |- | 118 || [[:wikt:computer network|computer network]] || [[:wikt:jaringan komputer|jaringan komputer]] |- | 119 || [[:wikt:conclusion part|conclusion part]] || [[:wikt:bagian kesimpulan|bagian kesimpulan]] |- | 120 || [[:wikt:content|content]] || [[:wikt:isi|isi]] |- | 121 || [[:wikt:content type|content type]] || [[:wikt:tipe isi|tipe isi]] |- | 122 || [[:wikt:control|control (ctrl)]] || [[:wikt:kontrol|kontrol (ktrl)]], [[:wikt:kendali|kendali]] |- | 123 || [[:wikt:convert|convert]] || [[:wikt:ubah|ubah]] |- | 124 || [[:wikt:copy|copy]] || [[:wikt:salinan|salinan]]; [[:wikt:kopi|kopi]] |- | 125 || [[:wikt:copy recipient|copy recipient]] || [[:wikt:penerima salinan|penerima salinan]] |- | 126 || [[:wikt:count|count]] || [[:wikt:cacah|cacah]] |- | 127 || [[:wikt:country name|country name]] || [[:wikt:nama negara|nama negara]] |- | 128 || [[:wikt:crack|crack]] || [[:wikt:rengkah|rengkah]] |- | 129 || [[:wikt:cracker|cracker]] || [[:wikt:perengah|perengah]] |- | 130 || [[:wikt:create new|create new]] || [[:wikt:buat baru|buat baru]] |- | 131 || [[:wikt:cursor|cursor]] || [[:wikt:kursor|kursor]] |- | 132 || [[:wikt:custom views|custom views]] || [[:wikt:tilik pesanan|tilik pesanan]], [[:wikt:tilik suai|tilik suai]] |- | 133 || [[:wikt:customizes|customizes]] || [[:wikt:sesuai|sesuai]] |- | 134 || [[:wikt:cut|cut]] || [[:wikt:potong|potong]] |- | 135 || [[:wikt:cut-off|cut-off]] || [[:wikt:putus|putus]] |- | 136 || [[:wikt:daemon|daemon]] || [[:wikt:jurik|jurik]] |- | 137 || [[:wikt:data|data]] || [[:wikt:data|data]] |- | 138 || [[:wikt:data analysis display|data analysis display]] || [[:wikt:tampilan analisis data|tampilan analisis data]] |- | 139 || [[:wikt:data anaysis|data anaysis]] || [[:wikt:analisis data|analisis data]] |- | 140 || [[:wikt:data bank|data bank]] || [[:wikt:bank data|bank data]] |- | 141 || [[:wikt:data interchange|data interchange]] || [[:wikt:saling tukar data|saling tukar data]] |- | 142 || [[:wikt:data logging|data logging]] || [[:wikt:pencatatan data|pencatatan data]] |- | 143 || [[:wikt:data processing|data processing]] || [[:wikt:pemrosesan data|pemrosesan data]], [[:wikt:pengolahan data|pengolahan data]] |- | 144 || [[:wikt:data processor|data processor]] || [[:wikt:pemroses data|pemroses data]] |- | 145 || [[:wikt:database|database]] || [[:wikt:pangkalan data|pangkalan data]], [[:wikt:basis data|basis data]] |- | 146 || [[:wikt:datasheet|datasheet]] || [[:wikt:lembar data|lembar data]] |- | 147 || [[:wikt:date|date]] || [[:wikt:tanggal|tanggal]] |- | 148 || [[:wikt:debug|debug]] || [[:wikt:awakutu|awakutu]] |- | 149 || [[:wikt:decimal|decimal]] || [[:wikt:desimal|desimal]] |- | 150 || [[:wikt:declarative knowledge|declarative knowledge]] || [[:wikt:pengetahuan deklaratif|pengetahuan deklaratif]] |- | 151 || [[:wikt:decoding|decoding]] || [[:wikt:pengawasandian|pengawasandian]] |- | 152 || [[:wikt:decrease|decrease]] || [[:wikt:kurang|kurang]]; [[:wikt:susut|susut]] |- | 153 || [[:wikt:deduction|deduction]] || [[:wikt:deduksi|deduksi]] |- | 154 || [[:wikt:deductive inference|deductive inference]] || [[:wikt:inferensi deduksi|inferensi deduksi]] |- | 155 || [[:wikt:deferred delivery|deferred delivery]] || [[:wikt:pengiriman tertunda|pengiriman tertunda]] |- | 156 || [[:wikt:delete|delete]] || [[:wikt:hapus|hapus]] |- | 157 || [[:wikt:delete item|delete item]] || [[:wikt:butir hapus|butir hapus]] |- | 158 || [[:wikt:delivery|delivery]] || [[:wikt:pengiriman|pengiriman]] |- | 159 || [[:wikt:delivery notification|delivery notification]] || [[:wikt:pemberitahuan pengiriman|pemberitahuan pengiriman]] |- | 160 || [[:wikt:depth-first search|depth-first search]] || [[:wikt:telusur pertama kedalaman|telusur pertama kedalaman]] |- | 161 || [[:wikt:descending|descending]] || [[:wikt:menurun|menurun]], [[:wikt:urut turun|urut turun]] |- | 162 || [[:wikt:design|design]] || [[:wikt:desain|desain]]; [[:wikt:rancangan|rancangan]] |- | 163 || [[:wikt:desk application|desk application]] || [[:wikt:aplikasi meja|aplikasi meja]] |- | 164 || [[:wikt:digit|digit]] || [[:wikt:digit|digit]] |- | 165 || [[:wikt:digital|digital]] || [[:wikt:digital|digital]] |- | 166 || [[:wikt:digital computer|digital computer]] || [[:wikt:komputer digital|komputer digital]] |- | 167 || [[:wikt:direct submission|direct submission]] || [[:wikt:submisi langsung|submisi langsung]] |- | 168 || [[:wikt:direct user|direct user]] || [[:wikt:pengguna langsung|pengguna langsung]] |- | 169 || [[:wikt:directory|directory]] || [[:wikt:direktori|direktori]] |- | 170 || [[:wikt:directory information|directory information]] || [[:wikt:informasi direktori|informasi direktori]] |- | 171 || [[:wikt:directory management|directory management]] || [[:wikt:manajemen direktori|manajemen direktori]] |- | 172 || [[:wikt:directory name|directory name]] || [[:wikt:nama direktori|nama direktori]] |- | 173 || [[:wikt:directory system|directory system]] || [[:wikt:sistem direktori|sistem direktori]] |- | 174 || [[:wikt:directory system agent|directory system agent]] || [[:wikt:agen sistem direktori|agen sistem direktori]] |- | 175 || [[:wikt:directory user|directory user]] || [[:wikt:pengguna direktori|pengguna direktori]] |- | 176 || [[:wikt:directory user agent|directory user agent]] || [[:wikt:agen pengguna direktori|agen pengguna direktori]] |- | 177 || [[:wikt:disc|disc]] || [[:wikt:disket|disket]]; [[:wikt:cakram; diska|cakram; diska]] |- | 178 || [[:wikt:disclosure of other|disclosure of other]] || [[:wikt:penyingkapan lain|penyingkapan lain]] |- | 179 || [[:wikt:disconnected network drive|disconnected network drive]] || [[:wikt:pemacu jaringan tak-tersambung|pemacu jaringan tak-tersambung]] |- | 180 || [[:wikt:discuss|discuss]] || [[:wikt:diskusi|diskusi]] |- | 181 || [[:wikt:disk drive|disk drive]] || [[:wikt:penggerak disket|penggerak disket]]; [[:wikt:penggerak cakram|penggerak cakram]] |- | 182 || [[:wikt:disk memory|disk memory]] || [[:wikt:memori disket|memori disket]]; [[:wikt:memori cakram|memori cakram]] |- | 183 || [[:wikt:diskette|diskette]] || [[:wikt:disket|disket]] |- | 184 || [[:wikt:display|display]] || [[:wikt:tayangan|tayangan]] |- | 185 || [[:wikt:display station|display station]] || [[:wikt:monitor peraga|monitor peraga]] |- | 186 || [[:wikt:distribution list|distribution list]] || [[:wikt:senarai distribusi|senarai distribusi]] |- | 187 || [[:wikt:document|document]] || [[:wikt:dokumen|dokumen]] |- | 188 || [[:wikt:document delivery|document delivery]] || [[:wikt:pengiriman dokumen|pengiriman dokumen]] |- | 189 || [[:wikt:document interchange|document interchange]] || [[:wikt:saling tukar dokumen|saling tukar dokumen]] |- | 190 || [[:wikt:domain|domain]] || [[:wikt:ranah|ranah]] |- | 191 || [[:wikt:domain knowledge|domain knowledge]] || [[:wikt:pengetahuan ranah|pengetahuan ranah]] |- | 192 || [[:wikt:domain model|domain model]] || [[:wikt:model ranah|model ranah]] |- | 193 || [[:wikt:domain name server|domain name server]] || [[:wikt:server nama ranah|server nama ranah]]; [[:wikt:peladen nama|peladen nama]] |- | 194 || [[:wikt:down|down]] || [[:wikt:anjlok|anjlok]] |- | 195 || [[:wikt:download|download]] || [[:wikt:unduh|unduh]] |- | 196 || [[:wikt:drag|drag]] || [[:wikt:seret|seret]] |- | 197 || [[:wikt:draw|draw]] || [[:wikt:gambar|gambar]]; [[:wikt:lukis|lukis]] |- | 198 || [[:wikt:draw table|draw table]] || [[:wikt:buat tabel|buat tabel]] |- | 199 || [[:wikt:drawing|drawing]] || [[:wikt:penggambaran|penggambaran]] |- | 200 || [[:wikt:drive|drive]] || [[:wikt:penggerak|penggerak]] |- | 201 || [[:wikt:dummy|dummy]] || [[:wikt:tiruan|tiruan]] |- | 202 || [[:wikt:edit|edit]] || [[:wikt:edit|edit]] |- | 203 || [[:wikt:electronic data proccessing|electronic data proccessing (EDP)]] || [[:wikt:pemrosesan data elektronik|pemrosesan data elektronik (PDE)]] |- | 204 || [[:wikt:electronic archive|electronic archive]] || [[:wikt:arsip elektronik|arsip elektronik]] |- | 205 || [[:wikt:electronic data|electronic data]] || [[:wikt:data elektronik|data elektronik]] |- | 206 || [[:wikt:electronic document|electronic document]] || [[:wikt:dokumen elektronik|dokumen elektronik]] |- | 207 || [[:wikt:electronic mail|electronic mail]] || [[:wikt:surat elektronik|surat elektronik]] |- | 208 || [[:wikt:electronic mailbox|electronic mailbox]] || [[:wikt:kotak surat elektronik|kotak surat elektronik]] |- | 209 || [[:wikt:electronic messaging|electronic messaging]] || [[:wikt:pemesanan elektronik|pemesanan elektronik]] |- | 210 || [[:wikt:emoticon|emoticon]] || [[:wikt:ikon emosi|ikon emosi]] |- | 211 || [[:wikt:encoded information|encoded information]] || [[:wikt:informasi tersandi|informasi tersandi]] |- | 212 || [[:wikt:encoding|encoding]] || [[:wikt:penyandian|penyandian]] |- | 213 || [[:wikt:encryption|encryption]] || [[:wikt:enkripsi|enkripsi]] |- | 214 || [[:wikt:end|end]] || [[:wikt:selesai|selesai]]; [[:wikt:tamat|tamat]] |- | 215 || [[:wikt:enter|enter]] || [[:wikt:enter|enter]] |- | 216 || [[:wikt:entry|entry]] || [[:wikt:entri|entri]] |- | 217 || [[:wikt:envelope|envelope]] || [[:wikt:amplop|amplop]] |- | 218 || [[:wikt:episode|episode]] || [[:wikt:episode|episode]] |- | 219 || [[:wikt:erase|erase]] || [[:wikt:hapus|hapus]] |- | 220 || [[:wikt:eraser|eraser]] || [[:wikt:penghapus|penghapus]] |- | 221 || [[:wikt:error|error]] || [[:wikt:galat|galat]] |- | 222 || [[:wikt:escape|escape (esc)]] || [[:wikt:hindar|hindar]]; [[:wikt:keluar balik|keluar balik]] |- | 223 || [[:wikt:evaluation function|evaluation function]] || [[:wikt:fungsi evaluasi|fungsi evaluasi]] |- | 224 || [[:wikt:exit|exit]] || [[:wikt:keluar|keluar]] |- | 225 || [[:wikt:expert system|expert system (ES)]] || [[:wikt:sistem pakar|sistem pakar (SP)]] |- | 226 || [[:wikt:expiration date|expiration date]] || [[:wikt:tanggal ekspirasi|tanggal ekspirasi]] |- | 227 || [[:wikt:expiry date indication|expiry date indication]] || [[:wikt:indikasi tanggal kedaluwarsa|indikasi tanggal kedaluwarsa]] |- | 228 || [[:wikt:explorer|explorer]] || [[:wikt:penjelajah|penjelajah]] |- | 229 || [[:wikt:export|export]] || [[:wikt:ekspor|ekspor]] |- | 230 || [[:wikt:facsimile|facsimile]] || [[:wikt:faksimile|faksimile]] |- | 231 || [[:wikt:facsimile machine|facsimile machine]] || [[:wikt:mesin faksimile|mesin faksimile]] |- | 232 || [[:wikt:fax|fax]] || [[:wikt:faks|faks]] |- | 233 || [[:wikt:fax board|fax board]] || [[:wikt:papan faks|papan faks]] |- | 234 || [[:wikt:fax machine|fax machine]] || [[:wikt:mesin faks|mesin faks]] |- | 235 || [[:wikt:fax modem|fax modem]] || [[:wikt:modem faks|modem faks]] |- | 236 || [[:wikt:feedback|feedback]] || [[:wikt:balikan|balikan]]; [[:wikt:umpan balik|umpan balik]] |- | 237 || [[:wikt:fetch|fetch]] || [[:wikt:jemput|jemput]]; [[:wikt:ambil|ambil]] |- | 238 || [[:wikt:field|field]] || [[:wikt:ruas|ruas]] |- | 239 || [[:wikt:field length|field length]] || [[:wikt:panjang ruas|panjang ruas]] |- | 240 || [[:wikt:file|file]] || [[:wikt:berkas|berkas]] |- | 241 || [[:wikt:file name|file name]] || [[:wikt:nama berkas|nama berkas]] |- | 242 || [[:wikt:filing|filing]] || [[:wikt:pemberkasan|pemberkasan]] |- | 243 || [[:wikt:fill|fill]] || [[:wikt:isi|isi]] |- | 244 || [[:wikt:fill character|fill character]] || [[:wikt:isi karakter|isi karakter]] |- | 245 || [[:wikt:filter|filter]] || [[:wikt:tapis|tapis]]; [[:wikt:filter|filter]] |- | 246 || [[:wikt:filtering|filtering]] || [[:wikt:penapisan|penapisan]] |- | 247 || [[:wikt:find|find]] || [[:wikt:cari|cari]]; [[:wikt:temukan|temukan]] |- | 248 || [[:wikt:firmware|firmware]] || [[:wikt:peranti tegar|peranti tegar]], [[:wikt:perangkat tegar|perangkat tegar]] |- | 249 || [[:wikt:floppy disk|floppy disk]] || [[:wikt:disket liuk|disket liuk]]; [[:wikt:cakram liuk|cakram liuk]] |- | 250 || [[:wikt:folder|folder]] || [[:wikt:pelipat|pelipat]] |- | 251 || [[:wikt:font|font]] || [[:wikt:huruf|huruf]]; [[:wikt:fonta|fonta]] |- | 252 || [[:wikt:font size|font size]] || [[:wikt:ukuran huruf|ukuran huruf]] |- | 253 || [[:wikt:footer|footer]] || [[:wikt:kaki halaman|kaki halaman]] |- | 254 || [[:wikt:foreground|foreground]] || [[:wikt:latar depan|latar depan]] |- | 255 || [[:wikt:format|format]] || [[:wikt:format|format]] |- | 256 || [[:wikt:format painter|format painter]] || [[:wikt:pewarna format|pewarna format]] |- | 257 || [[:wikt:formula|formula]] || [[:wikt:formula|formula]], [[:wikt:rumus|rumus]] |- | 258 || [[:wikt:forward|forward]] || [[:wikt:depan|depan]] |- | 259 || [[:wikt:forward chaining|forward chaining]] || [[:wikt:perantaian maju|perantaian maju]] |- | 260 || [[:wikt:frame|frame]] || [[:wikt:bingkai|bingkai]] |- | 261 || [[:wikt:front-end|front-end]] || [[:wikt:ujung depan|ujung depan]] |- | 262 || [[:wikt:full screen|full screen]] || [[:wikt:layar penuh|layar penuh]] |- | 263 || [[:wikt:gateway|gateway]] || [[:wikt:gerbang|gerbang]] |- | 264 || [[:wikt:general|general]] || [[:wikt:umum|umum]] |- | 265 || [[:wikt:generate|generate]] || [[:wikt:bangkitkan|bangkitkan]] |- | 266 || [[:wikt:get|get]] || [[:wikt:dapatkan|dapatkan]] |- | 267 || [[:wikt:gigabyte|gigabyte]] || [[:wikt:gigabita|gigabita]] |- | 268 || [[:wikt:go to|go to]] || [[:wikt:menuju|menuju]] |- | 269 || [[:wikt:gridlines|gridlines]] || [[:wikt:garis kisi|garis kisi]] |- | 270 || [[:wikt:hack|hack]] || [[:wikt:retas|retas]] |- | 271 || [[:wikt:hacker|hacker]] || [[:wikt:peretas|peretas]] |- | 272 || [[:wikt:hang|hang]] || [[:wikt:macet|macet]] |- | 273 || [[:wikt:hanging indent|hanging indent]] || [[:wikt:inden macet|inden macet]] |- | 274 || [[:wikt:hard disk|hard disk]] || [[:wikt:cakram keras|cakram keras]] |- | 275 || [[:wikt:hardware|hardware]] || [[:wikt:perangkat keras|perangkat keras]] |- | 276 || [[:wikt:header|header]] || [[:wikt:tajuk|tajuk]] |- | 277 || [[:wikt:heading|heading]] || [[:wikt:penajukan|penajukan]] |- | 278 || [[:wikt:help|help]] || [[:wikt:bantuan|bantuan]] |- | 279 || [[:wikt:heuristic search|heuristic search]] || [[:wikt:telusur heuristik|telusur heuristik]] |- | 280 || [[:wikt:hide|hide]] || [[:wikt:tersembunyi|tersembunyi]] |- | 281 || [[:wikt:highlight|highlight]] || [[:wikt:sorot|sorot]] |- | 282 || [[:wikt:history|history]] || [[:wikt:sejarah|sejarah]] |- | 283 || [[:wikt:home|home]] || [[:wikt:pangkal|pangkal]] |- | 284 || [[:wikt:home base|home base]] || [[:wikt:basis pangkal|basis pangkal]] |- | 285 || [[:wikt:horizontal|horizontal]] || [[:wikt:horizontal|horizontal]] |- | 286 || [[:wikt:hub|hub]] || [[:wikt:hub|hub]] |- | 287 || [[:wikt:hyperlink|hyperlink]] || [[:wikt:hipertaut|hipertaut]] |- | 288 || [[:wikt:identity|identity (ID)]] || [[:wikt:identitas|identitas (ID)]]; [[:wikt:tanda kenal|tanda kenal]] |- | 289 || [[:wikt:If-then rule|If-then rule]] || [[:wikt:kaidah jika-maka|kaidah jika-maka]] |- | 290 || [[:wikt:If-then statement|If-then statement]] || [[:wikt:pernyataan jika-maka|pernyataan jika-maka]] |- | 291 || [[:wikt:image interpretation|image interpretation]] || [[:wikt:interpretasi citra|<s>inteprestasi</s> [interpretasi] citra]] |- | 292 || [[:wikt:image understanding|image understanding]] || [[:wikt:pemahaman citra|pemahaman citra]] |- | 293 || [[:wikt:image recognition|image recognition]] || [[:wikt:rekognisi citra|rekognisi citra]] |- | 294 || [[:wikt:import|import]] || [[:wikt:masuk|masuk]]; [[:wikt:impor|impor]] |- | 295 || [[:wikt:in-basket|in-basket]] || [[:wikt:masuk keranjang|masuk keranjang]] |- | 296 || [[:wikt:inbox|inbox]] || [[:wikt:kotak masuk|kotak masuk]] |- | 297 || [[:wikt:indent|indent]] || [[:wikt:inden|inden]] |- | 298 || [[:wikt:index|index]] || [[:wikt:indeks|indeks]] |- | 299 || [[:wikt:inference engine|inference engine]] || [[:wikt:mesin inferensi|mesin inferensi]] |- | 300 || [[:wikt:informatics|informatics]] || [[:wikt:informatika|informatika]] |- | 301 || [[:wikt:information|information]] || [[:wikt:informasi|informasi]] |- | 302 || [[:wikt:information object|information object]] || [[:wikt:objek informasi|objek informasi]] |- | 303 || [[:wikt:information system|information system]] || [[:wikt:sistem informasi|sistem informasi]] |- | 304 || [[:wikt:information technology|information technology (IT)]] || [[:wikt:teknologi informasi|teknologi informasi (TI)]] |- | 305 || [[:wikt:input|input]] || [[:wikt:masukan|masukan]] |- | 306 || [[:wikt:input data|input data]] || [[:wikt:data masukan|data masukan]] |- | 307 || [[:wikt:input/output|input/output (I/O)]] || [[:wikt:masukan/keluaran|masukan/keluaran (M/K)]] |- | 308 || [[:wikt:insert|insert]] || [[:wikt:sisip|sisip]], [[:wikt:sisipan|sisipan]] |- | 309 || [[:wikt:install|install]] || [[:wikt:instal|instal]] |- | 310 || [[:wikt:instruction|instruction]] || [[:wikt:pembelajaran|pembelajaran]], [[:wikt:instruksi|instruksi]] |- | 311 || [[:wikt:integrated software|integrated software]] || [[:wikt:perangkat keras terpadu|perangkat keras terpadu]] |- | 312 || [[:wikt:interactive videography|interactive videography]] || [[:wikt:videografi interaktif|videografi interaktif]] |- | 313 || [[:wikt:interface|interface]] || [[:wikt:antarmuka|antarmuka]] |- | 314 || [[:wikt:intranet|intranet]] || [[:wikt:intranet|intranet]] |- | 315 || [[:wikt:IP address|IP (identification personal) address]] || [[:wikt:alamat IP|alamat (personal identifikasi)]] |- | 316 || [[:wikt:italic|italic]] || [[:wikt:italik|italik]]; [[:wikt:miring|miring]] |- | 317 || [[:wikt:joining|joining]] || [[:wikt:penggabungan|penggabungan]] |- | 318 || [[:wikt:key|key]] || [[:wikt:kunci|kunci]]; [[:wikt:tombol|tombol]] |- | 319 || [[:wikt:key field|key field]] || [[:wikt:medan kunci|medan kunci]]; [[:wikt:medan tombol|medan tombol]] |- | 320 || [[:wikt:key lock|key lock]] || [[:wikt:terkunci|terkunci]] |- | 321 || [[:wikt:keyboard|keyboard]] || [[:wikt:papan ketik|papan ketik]]; [[:wikt:papan tombol|papan tombol]] |- | 322 || [[:wikt:keyboard entry|keyboard entry]] || [[:wikt:entri papan ketik|entri papan ketik]]; [[:wikt:entri papan tombol|entri papan tombol]] |- | 323 || [[:wikt:keyboard printer|keyboard printer]] || [[:wikt:pencetak papan ketik|pencetak papan ketik]] |- | 324 || [[:wikt:keypad|keypad]] || [[:wikt:bantalan kunci|bantalan kunci]] |- | 325 || [[:wikt:keyword|keyword]] || [[:wikt:kata kunci|kata kunci]]; [[:wikt:kata sandi|kata sandi]] |- | 326 || [[:wikt:kilobyte|kilobyte]] || [[:wikt:kilobita|kilobita]] |- | 327 || [[:wikt:knowledge acquisition|knowledge acquisition]] || [[:wikt:persyaratan pengetahuan|persyaratan pengetahuan]] |- | 328 || [[:wikt:knowledge base|knowledge base]] || [[:wikt:basis pengetahuan|basis pengetahuan]] |- | 329 || [[:wikt:knowledge engineer|knowledge engineer]] || [[:wikt:insinyur pengetahuan|insinyur pengetahuan]] |- | 330 || [[:wikt:knowledge engineering|knowledge engineering]] || [[:wikt:rekayasa pengetahuan|rekayasa pengetahuan]] |- | 331 || [[:wikt:label|label]] || [[:wikt:label|label]] |- | 332 || [[:wikt:landscape|landscape]] || [[:wikt:lanskap|lanskap]] |- | 333 || [[:wikt:launch|launch]] || [[:wikt:luncur|luncur]] |- | 334 || [[:wikt:launching|launching]] || [[:wikt:peluncuran|peluncuran]] |- | 335 || [[:wikt:leased line|leased line]] || [[:wikt:jalur sewaan|jalur sewaan]] |- | 336 || [[:wikt:left|left]] || [[:wikt:kiri|kiri]] |- | 337 || [[:wikt:legal pleadings|legal pleadings]] || [[:wikt:pembelaan legal|pembelaan legal]] |- | 338 || [[:wikt:letters and fax|letters and fax]] || [[:wikt:surat dan faks|surat dan faks]] |- | 339 || [[:wikt:line|line]] || [[:wikt:garis|garis]]; [[:wikt:jalur|jalur]] |- | 340 || [[:wikt:links|links]] || [[:wikt:taut|taut]] |- | 341 || [[:wikt:list|list]] || [[:wikt:senarai|senarai]] |- | 342 || [[:wikt:load|load]] || [[:wikt:muat|muat]] |- | 343 || [[:wikt:lock|lock]] || [[:wikt:kancing|kancing]] |- | 344 || [[:wikt:log in|log in]] || [[:wikt:log masuk|log masuk]] |- | 345 || [[:wikt:log off|log off]] || [[:wikt:log keluar|log keluar]] |- | 346 || [[:wikt:log on|log on]] || [[:wikt:log masuk|log masuk]] |- | 347 || [[:wikt:log out|log out]] || [[:wikt:log keluar|log keluar]] |- | 348 || [[:wikt:lower case|lower case]] || [[:wikt:sosok (huruf) bawah|sosok (huruf) bawah]] |- | 349 || [[:wikt:macro|macro]] || [[:wikt:makro|makro]] |- | 350 || [[:wikt:macro instructions|macro instructions]] || [[:wikt:instruksi makro|instruksi makro]] |- | 351 || [[:wikt:macroprocessor|macroprocessor]] || [[:wikt:makroprosesor|makroprosesor]]; [[:wikt:pemroses makro|pemroses makro]] |- | 352 || [[:wikt:magnetic disc storage|magnetic disc storage]] || [[:wikt:penyimpan disket magnetik|penyimpan disket magnetik]] |- | 353 || [[:wikt:mail|mail]] || [[:wikt:surat|surat]] |- | 354 || [[:wikt:mail broadcaster|mail broadcaster]] || [[:wikt:penyiar surat|penyiar surat]] |- | 355 || [[:wikt:mailbox|mailbox]] || [[:wikt:kotak surat|kotak surat]] |- | 356 || [[:wikt:mainframe|mainframe]] || [[:wikt:bingkai induk|bingkai induk]]; [[:wikt:kerangka induk|kerangka induk]] |- | 357 || [[:wikt:management domain|management domain]] || [[:wikt:ranah manajemen|ranah manajemen]] |- | 358 || [[:wikt:map network drive|map network drive]] || [[:wikt:pemacu jaringan peta|pemacu jaringan peta]] |- | 359 || [[:wikt:master data|master data]] || [[:wikt:data utama|data utama]]; [[:wikt:data induk|data induk]] |- | 360 || [[:wikt:master file|master file]] || [[:wikt:berkas induk|berkas induk]] |- | 361 || [[:wikt:means-end analysis|means-end analysis]] || [[:wikt:analisis rerata-akhir|analisis rerata-akhir]] |- | 362 || [[:wikt:media player|media player]] || [[:wikt:penggelar media|penggelar media]] |- | 363 || [[:wikt:megabyte|megabyte]] || [[:wikt:megabita|megabita]] |- | 364 || [[:wikt:memo|memo]] || [[:wikt:memo|memo]] |- | 365 || [[:wikt:memory|memory]] || [[:wikt:memori|memori]] |- | 366 || [[:wikt:memory cache|memory cache]] || [[:wikt:memori tembolok|memori tembolok]] |- | 367 || [[:wikt:memory capacity|memory capacity]] || [[:wikt:kapasitas memori|kapasitas memori]] |- | 368 || [[:wikt:menu|menu]] || [[:wikt:menu|menu]] |- | 369 || [[:wikt:merge|merge]] || [[:wikt:gabung|gabung]] |- | 370 || [[:wikt:message|message]] || [[:wikt:pesan|pesan]] |- | 371 || [[:wikt:message handling|message handling]] || [[:wikt:penanganan pesan|penanganan pesan]] |- | 372 || [[:wikt:message retrieval|message retrieval]] || [[:wikt:temu kembali pesan|temu kembali pesan]] |- | 373 || [[:wikt:message storage|message storage]] || [[:wikt:penyimpanan pesan|penyimpanan pesan]] |- | 374 || [[:wikt:message transfer|message transfer]] || [[:wikt:transfer pesan|transfer pesan]] |- | 375 || [[:wikt:message transfer agent|message transfer agent]] || [[:wikt:agen transfer pesan|agen transfer pesan]] |- | 376 || [[:wikt:microcomputer|microcomputer]] || [[:wikt:mikrokomputer|mikrokomputer]]; [[:wikt:komputer mikro|komputer mikro]] |- | 377 || [[:wikt:microprocessor|microprocessor]] || [[:wikt:mikroprosesor|mikroprosesor]]; [[:wikt:prosesor mikro|prosesor mikro]] |- | 378 || [[:wikt:minicomputer|minicomputer]] || [[:wikt:minikomputer|minikomputer]] |- | 379 || [[:wikt:missing|missing]] || [[:wikt:penghilangan|penghilangan]] |- | 380 || [[:wikt:modem|modem]] || [[:wikt:modem|modem]] |- | 381 || [[:wikt:moderated conference|moderated conference]] || [[:wikt:konferensi terpadu|konferensi terpadu]] |- | 382 || [[:wikt:monitor|monitor]] || [[:wikt:monitor|monitor]] |- | 383 || [[:wikt:monitor display|monitor display]] || [[:wikt:tampilan monitor|tampilan monitor]] |- | 384 || [[:wikt:motherboard|motherboard]] || [[:wikt:papan induk|papan induk]] |- | 385 || [[:wikt:mouse|mouse]] || [[:wikt:tetikus|tetikus]] |- | 386 || [[:wikt:movie|movie]] || [[:wikt:film|film]] |- | 387 || [[:wikt:multi-tasking|multi-tasking]] || [[:wikt:penugasan ganda|penugasan ganda]] |- | 388 || [[:wikt:multimedia|multimedia]] || [[:wikt:multimedia|multimedia]] |- | 389 || [[:wikt:multiple of firing|multiple of firing]] || [[:wikt:ganda penyalaan|ganda penyalaan]] |- | 390 || [[:wikt:name resolution|name resolution]] || [[:wikt:resolusi nama|resolusi nama]] |- | 391 || [[:wikt:naming authority|naming authority]] || [[:wikt:otoritas penamaan|otoritas penamaan]] |- | 392 || [[:wikt:natural language|natural language]] || [[:wikt:bahasa alami|bahasa alami]] |- | 393 || [[:wikt:network|network]] || [[:wikt:jaringan|jaringan]] |- | 394 || [[:wikt:networking|networking]] || [[:wikt:jejaring|jejaring]] |- | 395 || [[:wikt:new mail|new mail]] || [[:wikt:surat baru|surat baru]] |- | 396 || [[:wikt:nondelivery|nondelivery]] || [[:wikt:takterkirim|takterkirim]] |- | 397 || [[:wikt:numbering|numbering]] || [[:wikt:penomoran|penomoran]] |- | 398 || [[:wikt:numlock|numlock]] || [[:wikt:kancing angka|kancing angka]] |- | 399 || [[:wikt:O/R address|O/R address]] || [[:wikt:alamat O/R|alamat O/R]] |- | 400 || [[:wikt:object|object]] || [[:wikt:objek|objek]] |- | 401 || [[:wikt:off|off]] || [[:wikt:padam|padam]] |- | 402 || [[:wikt:office automation|office automation]] || [[:wikt:otomasi kantor|otomasi kantor]] |- | 403 || [[:wikt:offline|offline]] || [[:wikt:terputus|terputus]] |- | 404 || [[:wikt:ok|ok]] || [[:wikt:oke|oke]] |- | 405 || [[:wikt:on|on]] || [[:wikt:hidup|hidup]], [[:wikt:on|on]] |- | 406 || [[:wikt:on line|on line]] || [[:wikt:terhubung|terhubung]]; [[:wikt:tersambung|tersambung]] |- | 407 || [[:wikt:open|open]] || [[:wikt:buka|buka]] |- | 408 || [[:wikt:operating system|operating system (OS)]] || [[:wikt:sistem operasi|sistem operasi (SO)]] |- | 409 || [[:wikt:operator|operator]] || [[:wikt:operator|operator]] |- | 410 || [[:wikt:optical disk|optical disk]] || [[:wikt:disket optik|disket optik]] |- | 411 || [[:wikt:option|option]] || [[:wikt:opsi|opsi]]; [[:wikt:pilihan|pilihan]] |- | 412 || [[:wikt:originator|originator]] || [[:wikt:originator|originator]] |- | 413 || [[:wikt:originator/recipient|originator/recipient]] || [[:wikt:originator/penerima|originator/penerima]] |- | 414 || [[:wikt:other documents|other documents]] || [[:wikt:dokumen lain|dokumen lain]] |- | 415 || [[:wikt:out-basket|out-basket]] || [[:wikt:keranjang luar|keranjang luar]] |- | 416 || [[:wikt:outline|outline]] || [[:wikt:kerangka|kerangka]], [[:wikt:ragangan|ragangan]] |- | 417 || [[:wikt:output|output]] || [[:wikt:keluaran|keluaran]] |- | 418 || [[:wikt:pack and go|pack and go]] || [[:wikt:kemas dan jalankan|kemas dan jalankan]] |- | 419 || [[:wikt:page default|page default]] || [[:wikt:standar halaman|standar halaman]] |- | 420 || [[:wikt:page down|page down (PgDn)]] || [[:wikt:turun halaman|turun halaman]] |- | 421 || [[:wikt:page number|page number]] || [[:wikt:nomor halaman|nomor halaman]] |- | 422 || [[:wikt:page preview|page preview]] || [[:wikt:pratilik halaman|pratilik halaman]] |- | 423 || [[:wikt:page set up|page set up]] || [[:wikt:tata halaman|tata halaman]] |- | 424 || [[:wikt:page up|page up (PgUp)]] || [[:wikt:naik halaman|naik halaman]] |- | 425 || [[:wikt:page width|page width]] || [[:wikt:lebar halaman|lebar halaman]] |- | 426 || [[:wikt:paragraph|paragraph]] || [[:wikt:paragraf|paragraf]] |- | 427 || [[:wikt:password|password]] || [[:wikt:sandi lewat|sandi lewat]] |- | 428 || [[:wikt:paste|paste]] || [[:wikt:pasta|pasta]], [[:wikt:rekat|rekat]] |- | 429 || [[:wikt:paste special|paste special]] || [[:wikt:spesial pasta|spesial pasta]] |- | 430 || [[:wikt:pause|pause]] || [[:wikt:jeda|jeda]] |- | 431 || [[:wikt:percent style|percent style]] || [[:wikt:gaya persentase|gaya persentase]] |- | 432 || [[:wikt:physical delivery|physical delivery]] || [[:wikt:pengiriman fisik|pengiriman fisik]] |- | 433 || [[:wikt:physical delivery access|physical delivery access]] || [[:wikt:akses pengiriman fisik|akses pengiriman fisik]] |- | 434 || [[:wikt:picture|picture]] || [[:wikt:gambar|gambar]] |- | 435 || [[:wikt:pixel|pixel]] || [[:wikt:piksel|piksel]] |- | 436 || [[:wikt:port|port]] || [[:wikt:pangkalan|pangkalan]] |- | 437 || [[:wikt:portrait|portrait]] || [[:wikt:potret|potret]] |- | 438 || [[:wikt:power|power]] || [[:wikt:daya|daya]] |- | 439 || [[:wikt:preview|preview]] || [[:wikt:pratilik|pratilik]] |- | 440 || [[:wikt:preview not available|preview not available]] || [[:wikt:pratilik taktersedia|pratilik taktersedia]] |- | 441 || [[:wikt:primary storage|primary storage]] || [[:wikt:penyimpan utama|penyimpan utama]] |- | 442 || [[:wikt:print|print]] || [[:wikt:cetak|cetak]] |- | 443 || [[:wikt:print area|print area]] || [[:wikt:wilayah cetak|wilayah cetak]] |- | 444 || [[:wikt:print out|print out]] || [[:wikt:cetakan|cetakan]] |- | 445 || [[:wikt:print preview|print preview]] || [[:wikt:pratilik cetak|pratilik cetak]] |- | 446 || [[:wikt:print screen|print screen]] || [[:wikt:cetak layar|cetak layar]] |- | 447 || [[:wikt:printer|printer]] || [[:wikt:pencetak|pencetak]] |- | 448 || [[:wikt:private domain name|private domain name]] || [[:wikt:nama ranah pribadi|nama ranah pribadi]] |- | 449 || [[:wikt:private management|private management]] || [[:wikt:manajemen pribadi|manajemen pribadi]] |- | 450 || [[:wikt:probe|probe]] || [[:wikt:kuar|kuar]] |- | 451 || [[:wikt:process|process]] || [[:wikt:proses|proses]] |- | 452 || [[:wikt:processor|processor]] || [[:wikt:pemroses|pemroses]]; [[:wikt:prosesor|prosesor]] |- | 453 || [[:wikt:program|program]] || [[:wikt:program|program]] |- | 454 || [[:wikt:programmer|programmer]] || [[:wikt:pemrogram|pemrogram]], [[:wikt:programer|programer]] |- | 455 || [[:wikt:programmer analyst|programmer analyst]] || [[:wikt:analis pemrogram|analis pemrogram]]; [[:wikt:analis programer|analis programer]] |- | 456 || [[:wikt:programming|programming]] || [[:wikt:pemrograman|pemrograman]] |- | 457 || [[:wikt:programming language|programming language]] || [[:wikt:bahasa pemrograman|bahasa pemrograman]] |- | 458 || [[:wikt:prompt|prompt]] || [[:wikt:siap ketik|siap ketik]] |- | 459 || [[:wikt:proof of delivery service|proof of delivery service]] || [[:wikt:kedap layanan pengiriman|kedap layanan pengiriman]] |- | 460 || [[:wikt:properties|properties]] || [[:wikt:properti|properti]] |- | 461 || [[:wikt:protect|protect]] || [[:wikt:proteksi|proteksi]]; [[:wikt:perlindungan|perlindungan]] |- | 462 || [[:wikt:protocol|protocol]] || [[:wikt:protokol|protokol]] |- | 463 || [[:wikt:publications|publications]] || [[:wikt:publikasi|publikasi]] |- | 464 || [[:wikt:query|query]] || [[:wikt:permintaan|permintaan]], [[:wikt:kueri|kueri]] |- | 465 || [[:wikt:quit|quit]] || [[:wikt:keluar|keluar]] |- | 466 || [[:wikt:random access|random access]] || [[:wikt:akses acak|akses acak]] |- | 467 || [[:wikt:random access memory|random access memory (RAM)]] || [[:wikt:memori akses acak|memori akses acak]] |- | 468 || [[:wikt:read only memory|read only memory (ROM)]] || [[:wikt:memori baca-saja|memori baca-saja]] |- | 469 || [[:wikt:reader|reader]] || [[:wikt:pembaca|pembaca]] |- | 470 || [[:wikt:ready|ready]] || [[:wikt:siap|siap]] |- | 471 || [[:wikt:receipt|receipt]] || [[:wikt:menerima|menerima]] |- | 472 || [[:wikt:received|received]] || [[:wikt:diterima|diterima]] |- | 473 || [[:wikt:recipient|recipient]] || [[:wikt:penerima|penerima]] |- | 474 || [[:wikt:record|record]] || [[:wikt:utas|utas]]; [[:wikt:rekam|rekam]] |- | 475 || [[:wikt:redo|redo]] || [[:wikt:jadi lagi|jadi lagi]] |- | 476 || [[:wikt:redundancy|redundancy]] || [[:wikt:kelewahan|kelewahan]]; [[:wikt:redundansi|redundansi]] |- | 477 || [[:wikt:refresh|refresh]] || [[:wikt:segar|segar]] |- | 478 || [[:wikt:release|release]] || [[:wikt:luncuran|luncuran]]; [[:wikt:terbitan|terbitan]] |- | 479 || [[:wikt:remove|remove]] || [[:wikt:hapus|hapus]] |- | 480 || [[:wikt:rename|rename]] || [[:wikt:ganti judul|ganti judul]], [[:wikt:nama ulang|nama ulang]] |- | 481 || [[:wikt:repeat|repeat]] || [[:wikt:ulang|ulang]] |- | 482 || [[:wikt:replace|replace]] || [[:wikt:ganti|ganti]] |- | 483 || [[:wikt:replication|replication]] || [[:wikt:replikasi|replikasi]] |- | 484 || [[:wikt:reply|reply]] || [[:wikt:jawab|jawab]] |- | 485 || [[:wikt:reply all|reply all]] || [[:wikt:jawab semua|jawab semua]] |- | 486 || [[:wikt:reports|reports]] || [[:wikt:laporan|laporan]] |- | 487 || [[:wikt:reset|reset]] || [[:wikt:tata ulang|tata ulang]] |- | 488 || [[:wikt:resource|resource]] || [[:wikt:sumber daya|sumber daya]] |- | 489 || [[:wikt:restart|restart]] || [[:wikt:start ulang|start ulang]] |- | 490 || [[:wikt:restore|restore]] || [[:wikt:simpan ulang|simpan ulang]] |- | 491 || [[:wikt:resume|resume]] || [[:wikt:teruskan lagi|teruskan lagi]] |- | 492 || [[:wikt:retrieval|retrieval]] || [[:wikt:temu kembali|temu kembali]] |- | 493 || [[:wikt:retry|retry]] || [[:wikt:coba lagi|coba lagi]] |- | 494 || [[:wikt:return|return]] || [[:wikt:kembali|kembali]] |- | 495 || [[:wikt:rewrite|rewrite]] || [[:wikt:tulis ulang|tulis ulang]] |- | 496 || [[:wikt:right|right]] || [[:wikt:kanan|kanan]] |- | 497 || [[:wikt:row|row]] || [[:wikt:baris|baris]] |- | 498 || [[:wikt:ruler|ruler]] || [[:wikt:mistar|mistar]] |- | 499 || [[:wikt:run|run]] || [[:wikt:jalankan|jalankan]] |- | 500 || [[:wikt:save|save]] || [[:wikt:simpan|simpan]] |- | 501 || [[:wikt:save as|save as]] || [[:wikt:simpan sebagai|simpan sebagai]] |- | 502 || [[:wikt:save as HTML|save as HTML (hyper markup language)]] || [[:wikt:simpan sebagai bahasa markah hiper teks|simpan sebagai bahasa markah hiper teks (BMHT)]] |- | 503 || [[:wikt:scan|scan]] || [[:wikt:pindai|pindai]] |- | 504 || [[:wikt:scanner|scanner]] || [[:wikt:pemindai|pemindai]] |- | 505 || [[:wikt:screen|screen]] || [[:wikt:layar|layar]] |- | 506 || [[:wikt:scroll|scroll]] || [[:wikt:menggulung|menggulung]] |- | 507 || [[:wikt:scroll lock|scroll lock]] || [[:wikt:kunci gulung|kunci gulung]] |- | 508 || [[:wikt:search|search]] || [[:wikt:telusur|telusur]] |- | 509 || [[:wikt:secondary recipient|secondary recipient]] || [[:wikt:penerima sekunder|penerima sekunder]] |- | 510 || [[:wikt:sector|sector]] || [[:wikt:sektor|sektor]] |- | 511 || [[:wikt:secure access|secure access]] || [[:wikt:akses aman|akses aman]] |- | 512 || [[:wikt:security|security]] || [[:wikt:keamanan|keamanan]] |- | 513 || [[:wikt:segment|segment]] || [[:wikt:segmen|segmen]] |- | 514 || [[:wikt:select|select]] || [[:wikt:pilih|pilih]] |- | 515 || [[:wikt:select all|select all]] || [[:wikt:pilih semua|pilih semua]] |- | 516 || [[:wikt:send|send]] || [[:wikt:kirim|kirim]] |- | 517 || [[:wikt:send to|send to]] || [[:wikt:kirim kepada|kirim kepada]] |- | 518 || [[:wikt:sent item|sent item]] || [[:wikt:surat/butir terkirim|surat/butir terkirim]] |- | 519 || [[:wikt:series|series]] || [[:wikt:seri|seri]] |- | 520 || [[:wikt:server|server]] || [[:wikt:peladen|peladen]]; [[:wikt:server|server]] |- | 521 || [[:wikt:set up show|set up show]] || [[:wikt:tata tampilan|tata tampilan]] |- | 522 || [[:wikt:setting|setting]] || [[:wikt:penataan|penataan]] |- | 523 || [[:wikt:setup|setup]] || [[:wikt:tata|tata]] |- | 524 || [[:wikt:shading|shading]] || [[:wikt:pembayangan|pembayangan]] |- | 525 || [[:wikt:share workbook|share workbook]] || [[:wikt:buku kerja bersama|buku kerja bersama]] |- | 526 || [[:wikt:shareable directory|shareable directory]] || [[:wikt:direktori terbagi|direktori terbagi]] |- | 527 || [[:wikt:sheet|sheet]] || [[:wikt:lembar|lembar]] |- | 528 || [[:wikt:shift|shift]] || [[:wikt:alih|alih]] |- | 529 || [[:wikt:shut down|shut down]] || [[:wikt:tutup padam|tutup padam]] |- | 530 || [[:wikt:signature|signature]] || [[:wikt:tanda tangan|tanda tangan]] |- | 531 || [[:wikt:slash|slash]] || [[:wikt:garis miring|garis miring]] |- | 532 || [[:wikt:sleep|sleep]] || [[:wikt:pudar|pudar]] |- | 533 || [[:wikt:slide|slide]] || [[:wikt:salindia|salindia]] |- | 534 || [[:wikt:slide colour scheme|slide colour scheme]] || [[:wikt:skema warna salindia|skema warna salindia]] |- | 535 || [[:wikt:slide from files|slide from files]] || [[:wikt:salindia dari berkas|salindia dari berkas]] |- | 536 || [[:wikt:slide from outlines|slide from outlines]] || [[:wikt:salindia dari ragangan|salindia dari ragangan]] |- | 537 || [[:wikt:slide layout|slide layout]] || [[:wikt:tata letak salindia|tata letak salindia]] |- | 538 || [[:wikt:slide miniature|slide miniature]] || [[:wikt:miniatur salindia|miniatur salindia]] |- | 539 || [[:wikt:slide number|slide number]] || [[:wikt:nomor salindia|nomor salindia]] |- | 540 || [[:wikt:slide show|slide show]] || [[:wikt:tampil salindia|tampil salindia]] |- | 541 || [[:wikt:slide sorter|slide sorter]] || [[:wikt:penyortir salindia|penyortir salindia]]; [[:wikt:pemilah salindia|pemilah salindia]] |- | 542 || [[:wikt:slot|slot]] || [[:wikt:slot|slot]] |- | 543 || [[:wikt:software|software]] || [[:wikt:perangkat lunak|perangkat lunak]] |- | 544 || [[:wikt:sort|sort]] || [[:wikt:sortir|sortir]]; [[:wikt:pilah|pilah]] |- | 545 || [[:wikt:sound|sound]] || [[:wikt:suara|suara]] |- | 546 || [[:wikt:source|source]] || [[:wikt:sumber|sumber]] |- | 547 || [[:wikt:space|space]] || [[:wikt:spasi|spasi]] |- | 548 || [[:wikt:spacebar|spacebar]] || [[:wikt:batang spasi|batang spasi]] |- | 549 || [[:wikt:speaker noter|speaker noter]] || [[:wikt:pencatat pembicara|pencatat pembicara]] |- | 550 || [[:wikt:spelling|spelling]] || [[:wikt:ejaan|ejaan]] |- | 551 || [[:wikt:split|split]] || [[:wikt:belah|belah]] |- | 552 || [[:wikt:splitting|splitting]] || [[:wikt:pembelahan|pembelahan]] |- | 553 || [[:wikt:spread sheet|spread sheet]] || [[:wikt:lembar sebar|lembar sebar]] |- | 554 || [[:wikt:standby|standby]] || [[:wikt:siaga|siaga]] |- | 555 || [[:wikt:start|start]] || [[:wikt:mulai|mulai]]; [[:wikt:star|star]] |- | 556 || [[:wikt:start up|start up]] || [[:wikt:hidupkan|hidupkan]] |- | 557 || [[:wikt:status bar|status bar]] || [[:wikt:batang status|batang status]] |- | 558 || [[:wikt:stop|stop]] || [[:wikt:stop|stop]] |- | 559 || [[:wikt:stored message alert|stored message alert]] || [[:wikt:siaga pesan tersimpan|siaga pesan tersimpan]] |- | 560 || [[:wikt:style|style]] || [[:wikt:gaya|gaya]] |- | 561 || [[:wikt:style checker|style checker]] || [[:wikt:pemeriksa gaya|pemeriksa gaya]] |- | 562 || [[:wikt:subdirectory|subdirectory]] || [[:wikt:subdirektori|subdirektori]] |- | 563 || [[:wikt:subject|subject]] || [[:wikt:subjek|subjek]] |- | 564 || [[:wikt:submission|submission]] || [[:wikt:submisi|submisi]] |- | 565 || [[:wikt:subscriber|subscriber]] || [[:wikt:penika bawah|penika bawah]] |- | 566 || [[:wikt:subscript|subscript]] || [[:wikt:tika bawah|tika bawah]] |- | 567 || [[:wikt:subtotals|subtotals]] || [[:wikt:subtotal|subtotal]] |- | 568 || [[:wikt:superscript|superscript]] || [[:wikt:tika atas|tika atas]] |- | 569 || [[:wikt:symbol|symbol]] || [[:wikt:simbol|simbol]] |- | 570 || [[:wikt:synchronize|synchronize]] || [[:wikt:menyelaraskan|menyelaraskan]]; [[:wikt:selaras|selaras]] |- | 571 || [[:wikt:tab|tab]] || [[:wikt:tab|tab]] |- | 572 || [[:wikt:table|table]] || [[:wikt:tabel|tabel]] |- | 573 || [[:wikt:tape|tape]] || [[:wikt:pita|pita]] |- | 574 || [[:wikt:taskbar|taskbar]] || [[:wikt:batang tugas|batang tugas]] |- | 575 || [[:wikt:teleconferencing|teleconferencing]] || [[:wikt:telekonferensi|telekonferensi]] |- | 576 || [[:wikt:telecopy|telecopy]] || [[:wikt:telekopi|telekopi]] |- | 577 || [[:wikt:telefax|telefax]] || [[:wikt:telefaks|telefaks]] |- | 578 || [[:wikt:teletext|teletext]] || [[:wikt:teleteks|teleteks]] |- | 579 || [[:wikt:telex|telex]] || [[:wikt:teleks|teleks]] |- | 580 || [[:wikt:template|template]] || [[:wikt:templat|templat]] |- | 581 || [[:wikt:terminal|terminal]] || [[:wikt:terminal|terminal]] |- | 582 || [[:wikt:text|text (voice, image, video)]] || [[:wikt:teks|teks (suara, citra, video)]] |- | 583 || [[:wikt:text box|text box]] || [[:wikt:kotak teks|kotak teks]] |- | 584 || [[:wikt:theme|theme]] || [[:wikt:tema|tema]] |- | 585 || [[:wikt:thread|thread]] || [[:wikt:ulir|ulir]] |- | 586 || [[:wikt:throughput|throughput]] || [[:wikt:terobosan|terobosan]] |- | 587 || [[:wikt:tile|tile]] || [[:wikt:ubinan|ubinan]] |- | 588 || [[:wikt:time|time]] || [[:wikt:waktu|waktu]] |- | 589 || [[:wikt:to fax|to fax]] || [[:wikt:ke faks|ke faks]] |- | 590 || [[:wikt:toolbars|toolbars]] || [[:wikt:batang alat|batang alat]]; [[:wikt:batang perkakas|batang perkakas]] |- | 591 || [[:wikt:tools|tools]] || [[:wikt:alat|alat]]; [[:wikt:perkakas|perkakas]] |- | 592 || [[:wikt:top-level domain name|top-level domain name]] || [[:wikt:nama ranah aras puncak|nama ranah aras puncak]] |- | 593 || [[:wikt:trace|trace]] || [[:wikt:runut|runut]] |- | 594 || [[:wikt:tracing facility|tracing facility]] || [[:wikt:fasilitas perunutan|fasilitas perunutan]] |- | 595 || [[:wikt:track|track]] || [[:wikt:lintas|lintas]], [[:wikt:jalur|jalur]] |- | 596 || [[:wikt:transfer|transfer]] || [[:wikt:transfer|transfer]] |- | 597 || [[:wikt:transmission|transmission]] || [[:wikt:transmisi|transmisi]] |- | 598 || [[:wikt:transmittal event|transmittal event]] || [[:wikt:peristiwa transmital|peristiwa transmital]] |- | 599 || [[:wikt:underline|underline]] || [[:wikt:garis bawah|garis bawah]] |- | 600 || [[:wikt:undo|undo]] || [[:wikt:tak jadi|tak jadi]] |- | 601 || [[:wikt:unhide|unhide]] || [[:wikt:tak tersembunyi|tak tersembunyi]] |- | 602 || [[:wikt:up|up]] || [[:wikt:ungguh|ungguh]] |- | 603 || [[:wikt:up level|up level]] || [[:wikt:naik aras|naik aras]] |- | 604 || [[:wikt:update|update]] || [[:wikt:mutakhir|mutakhir]] |- | 605 || [[:wikt:upload|upload]] || [[:wikt:unggah|unggah]] |- | 606 || [[:wikt:upper case|upper case]] || [[:wikt:sosok atas|sosok (huruf) atas]] |- | 607 || [[:wikt:user|user]] || [[:wikt:pengguna|pengguna]] |- | 608 || [[:wikt:user agent|user agent]] || [[:wikt:agen pengguna|agen pengguna]] |- | 609 || [[:wikt:user friendly|user friendly]] || [[:wikt:akrab pengguna|akrab pengguna]] |- | 610 || [[:wikt:user group|user group]] || [[:wikt:kelompok pengguna|kelompok pengguna]] |- | 611 || [[:wikt:user interface|user interface]] || [[:wikt:antarmuka pengguna|antarmuka pengguna]] |- | 612 || [[:wikt:utilities|utilities]] || [[:wikt:kegunaan|kegunaan]] |- | 613 || [[:wikt:version|version]] || [[:wikt:versi|versi]] |- | 614 || [[:wikt:vertical|vertical]] || [[:wikt:vertikal|vertikal]] |- | 615 || [[:wikt:video conferencing|video conferencing]] || [[:wikt:konferensi video|konferensi video]] |- | 616 || [[:wikt:videotext|videotext]] || [[:wikt:teks video|teks video]] |- | 617 || [[:wikt:view|view]] || [[:wikt:tilik|tilik]] |- | 618 || [[:wikt:viewdata|viewdata]] || [[:wikt:data tilik|data tilik]] |- | 619 || [[:wikt:viewing screen|viewing screen]] || [[:wikt:layar penilikan|layar penilikan]] |- | 620 || [[:wikt:voice mail|voice mail]] || [[:wikt:surat suara|surat suara]] |- | 621 || [[:wikt:wake up|wake up]] || [[:wikt:bangun|bangun]] |- | 622 || [[:wikt:web pages|web pages]] || [[:wikt:halaman web|halaman web]] |- | 623 || [[:wikt:whole page|whole page]] || [[:wikt:halaman utuh|halaman utuh]] |- | 624 || [[:wikt:window|window]] || [[:wikt:jendela|jendela]] |- | 625 || [[:wikt:wizard|wizard]] || [[:wikt:cekatan|cekatan]] |- | 626 || [[:wikt:word|word]] || [[:wikt:kata|kata]] |- | 627 || [[:wikt:work load|work load]] || [[:wikt:beban kerja|beban kerja]] |- | 628 || [[:wikt:work station|work station]] || [[:wikt:anjungan kerja|anjungan kerja]] |- | 629 || [[:wikt:zoom|zoom]] || [[:wikt:zum|zum]] |} [[Kategori:Instruksi Presiden Republik Indonesia]] [[Kategori:Bahasa Indonesia]] [[Kategori:Standar dan pedoman]] mx94abacffk8aepp7dy74zijfpdqeuz Mekanisme Impeachment & Hukum Acara Mahkamah Konstitusi/Lampiran/Lampiran/PEDOMAN BERACARA DALAM MEMUTUS PENDAPAT DPR MENGENAI DUGAAN PELANGGARAN OLEH PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN 0 5258 100316 11872 2022-08-21T03:45:06Z 2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo042946886 Manajemen s1 {{header |title = Mekanisme Impeachment & Hukum Acara Mahkamah Konstitusi<br> Lampiran<br> RANCANGAN PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM MEMUTUS PENDAPAT<br> |section = |previous = [[Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia]] |next = [[Mekanisme Impeachment & Hukum Acara Mahkamah Konstitusi]] |shortcut = |notes = }} [[Kategori:Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia]] <div style="text-align: center;"> <b>Lampiran 1</b> </div> RANCANGAN PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR : …/PMK/..... TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM MEMUTUS PENDAPAT DPR MENGENAI DUGAAN PELANGGARAN OLEH PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar; b. bahwa hukum acara untuk melaksanakan kewajiban ketentuan tersebut huruf a belum lengkap; c. bahwa Mahkamah Konstitusi dapat mengatur hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenangnya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, b, dan c perlu ditetapkan Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang pedoman beracara dalam memutus pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden; Mengingat : 1.Pasal 6 ayat (1) dan (2), Pasal 7A, Pasal 7B ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), dan Pasal 24C ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 11, Pasal 28 sampai dengan 49, Pasal 80 sampai dengan Pasal 85, dan Pasal 86 Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 98,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316); Memperhatikan : Hasil Rapat Pleno Mahkamah Konstitusi pada tanggal .. Pebruari 2005; Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM MEMUTUS PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MENGENAI DUGAAN PELANGGARAN OLEH PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. UUD 1945 adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Presiden adalah Presiden Republik Indonesia. 3. Wakil Presiden ialah Wakil Presiden Republik Indonesia. 4. Mahkamah ialah Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 5. DPR ialah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 6. Pendapat DPR adalah pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. 7. Pengkhianatan terhadap Negara adalah tindak pidana terhadap keamanan Negara sebagaimana diatur dalam undang-undang. 8. Korupsi dan penyuapan adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan sebagaimana diatur dalam undang-undang. 9. Tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. 10. Perbuatan tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat Presiden dan/atau Wakil Presiden. 11. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 UUD 1945. 12. Panitera adalah Panitera Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. BAB II PEMOHON DAN TERMOHON Pasal 2 (1) Pemohon adalah DPR yang diwakili oleh Pimpinan Komisi DPR yang menangani bidang hukum. (2) Termohon adalah Presiden dan/atau Wakil Presiden yang dapat didampingi dan/atau diwakili oleh kuasa hukumnya. BAB III TATA CARA MENGAJUKAN PERMOHONAN Pasal 3 (1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Mahkamah Konstitusi. (2) Permohonan dibuat dalam 12 (dua belas) rangkap yang ditandatangani oleh Pemohon. (3) Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya mengenai dugaan : <ul> a. Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; <br> b. Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden berdasarkan UUD 1945. <br></ul> (4) Pemohon wajib melampirkan dalam permohonannya buktibukti : <ul> a. Proses pengambilan keputusan dan Keputusan DPR bahwa Pendapat DPR didukung oleh minimal 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh minimal 2/3 dari jumlah anggota DPR; <br> b. risalah dan/atau berita acara rapat DPR; <br> c. dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. <br></ul> BAB IV REGISTRASI PERKARA DAN PENJADWALAN SIDANG Pasal 4 (1) Panitera memeriksa kelengkapan permohonan. (2) Permohonan yang belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 3 wajib diperbaiki dan/atau dilengkapi oleh Pemohon dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak pemberitahuan kekuranglengkapan tersebut diterima Pemohon. (3) Panitera mencatat permohonan yang sudah lengkap dalam Buku Registerasi Perkara Konstitusi (BRPK). (4) Panitera mengirimkan satu berkas permohonan yang sudah diregistrasi kepada Termohon dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan dicatat dalam BRPK disertai permintaan tanggapan tertulis atas permohonan dimaksud. (5) Tanggapan tertulis Termohon dibuat dalam 12 (dua belas) rangkap dan sudah harus diterima oleh Panitera paling lambat satu hari sebelum sidang pertama dimulai. Pasal 5 (1) Mahkamah menetapkan hari sidang pertama paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diregistrasi oleh Panitera. (2) Penetapan hari sidang pertama diberitahukan kepada Pemohon dan Termohon dan diumumkan kepada masyarakat melalui penempelan salinan pemberitahuan di papan pengumuman Mahkamah yang khusus digunakan untuk itu. BAB V PERSIDANGAN Pasal 6 (1) Persidangan dilakukan oleh Pleno Hakim dengan minimal dihadiri oleh 7 (tujuh) orang hakim Konstitusi. (2) Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Mahkamah dan bersifat terbuka untuk umum. (3) Sidang pertama adalah sidang pemeriksaan pendahuluan untuk memeriksa kelengkapan dan kejelasan permohonan. Apabila Mahkamah menilai permohonan belum lengkap dan/atau belum jelas, Mahkamah wajib memberi nasihat kepada Pemohon untuk memperbaiki dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari. (4) Persidangan berikutnya ditentukan oleh Ketua Sidang. Pasal 7 (1) Dalam persidangan Pemohon dan Termohon mendapat kesempatan yang sama untuk menyampaikan argumentasi lisan dan tertulis, serta mengajukan alat-alat bukti. (2) Alat-alat bukti yang diajukan oleh Pemohon dan Termohon dapat berupa surat atau tulisan, keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan para pihak, petunjuk, dan alat-alat bukti lainnya. (3) Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden mengundurkan diri pada saat proses pemeriksaan di Mahkamah, proses pemeriksaan tersebut dihentikan dan permohonan dinyatakan gugur oleh Mahkamah. BAB VI RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM Pasal 8 (1) Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) diselenggarakan untuk mengambil putusan setelah pemeriksaan persidangan oleh Ketua Mahkamah dipandang cukup. <br> (2) Rapat Permusyawaratan Hakim dilakukan secara tertutup oleh Pleno Hakim dengan sekurang-kurangnya dihadiri oleh 7 (tujuh) orang hakim konstitusi. <br> (3) Pengambilan keputusan dalam RPH dilakukan secara musyawarah untuk mufakat. <br> (4) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (3) tidak mencapai mufakat, keputusan diambil dengan suara terbanyak. <br> (5) Putusan yang diambil dengan suara terbanyak harus didukung oleh mayoritas mutlak oleh 6 (enam) orang hakim. <br> BAB VII PUTUSAN Pasal 9 (1) Putusan Mahkamah tentang memutus Pendapat DPR wajib diputus dalam jangka waktupaling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak permohonan dicatat dalam BRPK. (2) Putusan Mahkamah yang diputuskan dalam RPH dibacakan dalam Sidang Pleno yang terbuka untuk umum. (3) Amar putusan Mahkamah dapat menyatakan : a. Permohonan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) apabila tidak memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 3 Peraturan ini. b. Membenarkan Pendapat DPR apabila Mahkamah berpendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau terbukti tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. c. Permohonan ditolak apabila Pendapat DPR tidak terbukti. (4) Putusan Mahkamah mengenai Pendapat DPR wajib disampaikan kepada DPR dan Presiden dan/atau Wakil Presiden. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : .. ...................... Mahkamah Konstitusi RI Ketua, ritpmokqm7fmwhwhbh4o55iwrtlq9wd Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) 2006 0 5671 100326 12920 2022-08-21T06:53:44Z 2404:C0:7540:0:0:0:E387:7FF4 lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo042946886 Manajemen s1 {{header2 | title = {{PAGENAME}} | author = organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia | translator = | section = | previous = | next = | notes = Sumber: [http://ajiindonesia.org/id/news_details.php?cid=1&amp;id=95 http://ajiindonesia.org] }} Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. <br /> <br /> Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. <br /> <br /> Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik: <br /> <br /> Pasal 1 <br /> <br /> Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. <br /> b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. <br /> c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. <br /> d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. <br /> <br /> Pasal 2 <br /> <br /> Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> Cara-cara yang profesional adalah: <br /> a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber; <br /> b. menghormati hak privasi; <br /> c. tidak menyuap; <br /> d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; <br /> e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; <br /> f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara; <br /> g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; <br /> h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. <br /> <br /> Pasal 3 <br /> <br /> Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. <br /> b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional. <br /> c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. <br /> d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. <br /> <br /> Pasal 4 <br /> <br /> Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. <br /> b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. <br /> c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. <br /> d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. <br /> e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. <br /> <br /> Pasal 5 <br /> <br /> Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. <br /> b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. <br /> <br /> Pasal 6 <br /> <br /> Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. <br /> b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. <br /> <br /> Pasal 7 <br /> <br /> Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan �off the record� sesuai dengan kesepakatan. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. <br /> b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber. <br /> c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. <br /> d. �Off the record� adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan. <br /> <br /> Pasal 8 <br /> <br /> Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. <br /> b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. <br /> <br /> Pasal 9 <br /> <br /> Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. <br /> b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. <br /> <br /> Pasal 10 <br /> <br /> Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar. <br /> b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. <br /> <br /> Pasal 11 <br /> <br /> Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. <br /> b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. <br /> c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. <br /> <br /> <br /> Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh <br /> organisasi wartawan dan atau perusahaan pers. <br /> <br /> <br /> Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006 <br /> <br /> Kami atas nama organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia: <br /> <br /> 1. Aliansi Jurnalis Independen (AJI)-Abdul Manan <br /> 2. Aliansi Wartawan Independen (AWI)-Alex Sutejo <br /> 3. Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)-Uni Z Lubis <br /> 4. Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI)-OK. Syahyan Budiwahyu <br /> 5. Asosiasi Wartawan Kota (AWK)-Dasmir Ali Malayoe <br /> 6. Federasi Serikat Pewarta-Masfendi <br /> 7. Gabungan Wartawan Indonesia (GWI)-Fowa�a Hia <br /> 8. Himpunan Penulis dan Wartawan Indonesia (HIPWI)-RE Hermawan S <br /> 9. Himpunan Insan Pers Seluruh Indonesia (HIPSI)-Syahril <br /> 10. Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI)-Bekti Nugroho <br /> 11. Ikatan Jurnalis Penegak Harkat dan Martabat Bangsa (IJAB HAMBA)-Boyke M. Nainggolan <br /> 12. Ikatan Pers dan Penulis Indonesia (IPPI)-Kasmarios SmHk <br /> 13. Kesatuan Wartawan Demokrasi Indonesia (KEWADI)-M. Suprapto <br /> 14. Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI)-Sakata Barus <br /> 15. Komite Wartawan Indonesia (KWI)-Herman Sanggam <br /> 16. Komite Nasional Wartawan Indonesia (KOMNAS-WI)-A.M. Syarifuddin <br /> 17. Komite Wartawan Pelacak Profesional Indonesia (KOWAPPI)-Hans Max Kawengian <br /> 18. Korp Wartawan Republik Indonesia (KOWRI)-Hasnul Amar <br /> 19. Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI)-Ismed hasan Potro <br /> 20. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)-Wina Armada Sukardi <br /> 21. Persatuan Wartawan Pelacak Indonesia (PEWARPI)-Andi A. Mallarangan <br /> 22. Persatuan Wartawan Reaksi Cepat Pelacak Kasus (PWRCPK)-Jaja Suparja Ramli <br /> 23. Persatuan Wartawan Independen Reformasi Indonesia (PWIRI)-Ramses Ramona S. <br /> 24. Perkumpulan Jurnalis Nasrani Indonesia (PJNI)-Ev. Robinson Togap Siagian- <br /> 25. Persatuan Wartawan Nasional Indonesia (PWNI)-Rusli <br /> 26. Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat- Mahtum Mastoem <br /> 27. Serikat Pers Reformasi Nasional (SEPERNAS)-Laode Hazirun <br /> 28. Serikat Wartawan Indonesia (SWI)-Daniel Chandra <br /> 29. Serikat Wartawan Independen Indonesia (SWII)-Gunarso Kusumodiningrat <br /> <br /> [[Kategori:Kode Etik Wartawan Indonesia]] o423im1hp0onw89r0pprdshvkljbu5l 100329 100326 2022-08-21T08:45:13Z Agus Damanik 15946 Membalikkan revisi 100326 oleh [[Special:Contributions/2404:C0:7540:0:0:0:E387:7FF4|2404:C0:7540:0:0:0:E387:7FF4]] ([[User talk:2404:C0:7540:0:0:0:E387:7FF4|bicara]]) wikitext text/x-wiki {{header2 | title = {{PAGENAME}} | author = organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia | translator = | section = | previous = | next = | notes = Sumber: [http://ajiindonesia.org/id/news_details.php?cid=1&amp;id=95 http://ajiindonesia.org] }} Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. <br /> <br /> Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. <br /> <br /> Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik: <br /> <br /> Pasal 1 <br /> <br /> Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. <br /> b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. <br /> c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. <br /> d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. <br /> <br /> Pasal 2 <br /> <br /> Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> Cara-cara yang profesional adalah: <br /> a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber; <br /> b. menghormati hak privasi; <br /> c. tidak menyuap; <br /> d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; <br /> e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; <br /> f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara; <br /> g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; <br /> h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. <br /> <br /> Pasal 3 <br /> <br /> Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. <br /> b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional. <br /> c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. <br /> d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. <br /> <br /> Pasal 4 <br /> <br /> Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. <br /> b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. <br /> c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. <br /> d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. <br /> e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. <br /> <br /> Pasal 5 <br /> <br /> Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. <br /> b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. <br /> <br /> Pasal 6 <br /> <br /> Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. <br /> b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. <br /> <br /> Pasal 7 <br /> <br /> Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan �off the record� sesuai dengan kesepakatan. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. <br /> b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber. <br /> c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. <br /> d. �Off the record� adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan. <br /> <br /> Pasal 8 <br /> <br /> Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. <br /> b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. <br /> <br /> Pasal 9 <br /> <br /> Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. <br /> b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. <br /> <br /> Pasal 10 <br /> <br /> Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar. <br /> b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. <br /> <br /> Pasal 11 <br /> <br /> Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. <br /> <br /> Penafsiran <br /> <br /> a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. <br /> b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. <br /> c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. <br /> <br /> <br /> Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh <br /> organisasi wartawan dan atau perusahaan pers. <br /> <br /> <br /> Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006 <br /> <br /> Kami atas nama organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia: <br /> <br /> 1. Aliansi Jurnalis Independen (AJI)-Abdul Manan <br /> 2. Aliansi Wartawan Independen (AWI)-Alex Sutejo <br /> 3. Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)-Uni Z Lubis <br /> 4. Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI)-OK. Syahyan Budiwahyu <br /> 5. Asosiasi Wartawan Kota (AWK)-Dasmir Ali Malayoe <br /> 6. Federasi Serikat Pewarta-Masfendi <br /> 7. Gabungan Wartawan Indonesia (GWI)-Fowa�a Hia <br /> 8. Himpunan Penulis dan Wartawan Indonesia (HIPWI)-RE Hermawan S <br /> 9. Himpunan Insan Pers Seluruh Indonesia (HIPSI)-Syahril <br /> 10. Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI)-Bekti Nugroho <br /> 11. Ikatan Jurnalis Penegak Harkat dan Martabat Bangsa (IJAB HAMBA)-Boyke M. Nainggolan <br /> 12. Ikatan Pers dan Penulis Indonesia (IPPI)-Kasmarios SmHk <br /> 13. Kesatuan Wartawan Demokrasi Indonesia (KEWADI)-M. Suprapto <br /> 14. Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI)-Sakata Barus <br /> 15. Komite Wartawan Indonesia (KWI)-Herman Sanggam <br /> 16. Komite Nasional Wartawan Indonesia (KOMNAS-WI)-A.M. Syarifuddin <br /> 17. Komite Wartawan Pelacak Profesional Indonesia (KOWAPPI)-Hans Max Kawengian <br /> 18. Korp Wartawan Republik Indonesia (KOWRI)-Hasnul Amar <br /> 19. Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI)-Ismed hasan Potro <br /> 20. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)-Wina Armada Sukardi <br /> 21. Persatuan Wartawan Pelacak Indonesia (PEWARPI)-Andi A. Mallarangan <br /> 22. Persatuan Wartawan Reaksi Cepat Pelacak Kasus (PWRCPK)-Jaja Suparja Ramli <br /> 23. Persatuan Wartawan Independen Reformasi Indonesia (PWIRI)-Ramses Ramona S. <br /> 24. Perkumpulan Jurnalis Nasrani Indonesia (PJNI)-Ev. Robinson Togap Siagian- <br /> 25. Persatuan Wartawan Nasional Indonesia (PWNI)-Rusli <br /> 26. Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat- Mahtum Mastoem <br /> 27. Serikat Pers Reformasi Nasional (SEPERNAS)-Laode Hazirun <br /> 28. Serikat Wartawan Indonesia (SWI)-Daniel Chandra <br /> 29. Serikat Wartawan Independen Indonesia (SWII)-Gunarso Kusumodiningrat <br /> <br /> [[Kategori:Kode Etik Wartawan Indonesia]] gxi91dr7vqdiw5ve7e4udihr1n73032 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 178/U/2001 0 6103 100312 28259 2022-08-21T03:35:32Z 2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo042946886 Manajemens1{{Kep|mendiknas|178/U|2001}} <center>KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA<br /> NOMOR 178/U/2001<br /> <br /> TENTANG<br /> <br /> GELAR DAN SEBUTAN LULUSAN PERGURUAN TINGGI<br /> <br /> MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,</center> <br /> {{UU/Ayat|ket=Menimbang : |h=bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Bab VII Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, dipandang perlu mengatur penetapan jenis gelar dan sebutan sesuai dengan kelompok bidang ilmu;}} {{UU/Ayat|ket=Mengingat : |{{UU/1|Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390); |Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi ( Lembaran Negara Nomor 3859); |Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001; |Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001 Mengenai Pembentukan Kabinet Gotong Royong; |Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan Tugas, Fungsi, Kedudukan Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;}}{{UU/x}}}} <br /> <center>MEMUTUSKAN :</center> <br /> {{UU/Ayat|ket=Menetapkan : |h=KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG GELAR DAN SEBUTAN LULUSAN PERGURUAN TINGGI.}} {{UU/Bab| I |KETENTUAN UMUM}} {{UU/Ayat|pasal=1 |h=Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : |{{UU/1|Gelar akademik adalah gelar yang diberikan kepada lulusan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik. |Sebutan profesional adalah sebutan yang diberikan kepada lulusan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional. |Pendidikan akademik adalah pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasan ilmu pengetahuan dan pengetahuan. |Pendidikan dan profesional adalah pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu. |Program studi adalah merupakan pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesioal yang diselenggarakan atas dasar kurikulum yang disusun oleh perguruan tinggi. |Menteri adalah Menteri Pendidikan Nasional. |Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.}}{{UU/x}}}} {{UU/Ayat|pasal=2 |{{UU/1| Penetapan jenis gelar akademik dan sebutan profesional didasarkan atas bidang keahlian. | Bidang keahlian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk gelar akademik merupakan program studi. | Bidang keahlian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk sebutan profesional merupakan program studi.}}{{UU/x}}}} {{UU/Ayat|pasal=3 |{{UU/1| Gelar akademik dan sebutan profesional yang diberikan kepada lulusan perguruan tinggi dicantumkan dalam ijazah. | Dalam ijazah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan pula nama program studi yang bersangkutan secara lengkap.}}{{UU/x}}}} {{UU/Bab| II |GELAR AKADEMIK DAN SEBUTAN PROFESIONAL}} {{UU/Ayat|pasal=4 |{{UU/1| Yang berhak menggunakan gelar akademik adalah lulusan pendidikan akademik dari Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas. | Yang berhak menggunakan sebutan profesional adalah lulusan pendidikan profesional dari Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas.}}{{UU/x}}}} {{UU/Ayat|pasal=5 |{{UU/1| Yang berhak memberikan gelar akademik adalah Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. | Yang berhak memberikan sebutan profesional adalah Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas.}}{{UU/x}}}} {{UU/Bab| III |JENIS GELAR AKADEMIK}} {{UU/Ayat|pasal=6 |h=Gelar akademik terdiri atas Sarjana, Magister dan Doktor.}} {{UU/Ayat|pasal=7 |h=Penggunaan gelar akademik Sarjana dan Magister ditempatkan di belakang nama yang berhak atas gelar yang bersangkutan dengan mencantumkan huruf S., untuk Sarjana dan huruf M. untuk Magister disertai singkatan nama kelompok bidang keahlian.}} {{UU/Ayat|pasal=8 |h=Penetapan jenis gelar dan sebutan serta singkatannya sesuai dengan kelompok bidang ilmu dilakukan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi bersamaan dengan pemberian ijin pembukaan program studi berdasarkan usul dari perguruan tinggi yang bersangkutan sesuai dengna norma dan kepatutan akademik.}} {{UU/Ayat|pasal=9 |h=Gelar akademik Doktor disingkat Dr. ditempatkan di depan nama yang berhak atas gelar yang bersangkutan.}} {{UU/Bab| IV |JENIS SEBUTAN PROFESIONAL}} {{UU/Ayat|pasal=10 |h=Penggunaan sebutan profesional dalam bentuk singkatan ditempatkan di belakang nama yang berhak atas sebutan profesional yang bersangkutan.}} {{UU/Ayat|pasal=11 |{{UU/1| Sebutan profesional lulusan Program Diploma terdiri atas : {{UU/a|Ahli Pratama untuk Program Diploma I disingkat A.P. |Ahli Muda untuk Program Diploma II disingkat A.Ma. |Ahli Madya untuk Program Diploma III disingkat A.Md. |Sarjana Sains Terapan untuk Program Diploma IV disingkat SST}}{{UU/x}} | Singkatan sebutan profesional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditempatkan di belakang nama yang berhak atas sebutan tersebut.}}{{UU/x}}}} {{UU/Bab| V |PENGGUNAAN GELAR AKADEMIK DAN SEBUTAN PROFESIONAL}} {{UU/Ayat|pasal=12 |{{UU/1| Gelar akademik dan sebutan profesional yang digunakan oleh yang berhak menerima adalah satu gelar akademik dan/atau sebutan profesional jenjang tertinggi yang dimiliki oleh yang berhak. | Gelar akademik dan sebutan profesional hanya digunakan atau dicantumkan pada dokumen resmi yang berkaitan dengan kegiatan akademik dan pekerjaan.}}{{UU/x}}}} {{UU/Bab| VI |SYARAT PEMBERIAN GELAR AKADEMIK DAN SEBUTAN PROFESIONAL}} {{UU/Ayat|pasal=13 |h=Syarat pemberian gelar akademik dan sebutan profesional adalah : |{{UU/1|Telah menyelesaikan semua kewajiban dan/atau tugas yang dibebankan dalam mengikuti suatu program studi baik untuk pendidikan akademik maupun pendidikan profesional sesuai dengan ketentuan yang berlaku. |Telah menyelesaikan kewajiban administrasi dan keuangan berkenaan dengan program studi yang diikuti sesuai ketentuan yang berlaku. |Telah dinyatakan lulus dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional.}}{{UU/x}}}} {{UU/Bab| VII |GELAR DOKTOR KEHORMATAN}} {{UU/Ayat|pasal=14 |h=Gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dapat diberikan kepada seseorang yang telah berjasa luar biasa bagi ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, kemasyarakatan dan/atau kemanusiaan.}} {{UU/Ayat|pasal=15 |{{UU/1| Syarat bagi calon penerima gelar Doktor kehormatan adalah : {{UU/1|memiliki gelar akademik sekurang-kurangnya Sarjana. |berjasa luar biasa dalam pengembangan suatu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, kemasyarakatan dan/atau kemanusiaan.}}{{UU/x}} | Syarat perguruan tinggi yang dapat memberikan gelar Doktor Kehormatan adalah universitas dan institut yang memiliki wewenang menyelenggarakan Program Pendidikan Doktor sesuai ketentuan yang berlaku.}}{{UU/x}}}} {{UU/Ayat|pasal=16 |{{UU/1| Pemberian gelar Doktor Kehormatan dapat diusulkan oleh senat fakultas dan dikukuhkan oleh senat universitas/institut yang dimiliki wewenang. | Pemberian gelar Doktor Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan tatacara yang berlaku di universitas/institut yang bersangkutan. | Pemberian gelar Doktor Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaporkan oleh Rektor kepada Menteri dengan disertai pertimbangan lengkap atas karya atau jasa yang bersangkutan.}}{{UU/x}}}} {{UU/Ayat|pasal=17 |h=Gelar Doktor kehormatan, disingkat Dr (H.C) ditempatkan di depan nama penerima hak atas gelar tersebut dan hanya digunakan atau dicantumkan pada dokumen resmi yang berkaitan dengan kegiatan akademik dan pekerjaan.}} {{UU/Bab| VIII |KETENTUAN LAIN}} {{UU/Ayat|pasal=18 |h=Perguruan tinggi yang tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak dibenarkan memberikan gelar akademik, sebutan profesional dan/atau gelar doktor kehormatan.}} {{UU/Ayat|pasal=19 |{{UU/1| Gelar akademik dan/atau sebutan profesional yang diperoleh secara sah tidak dapat dicabut atau ditiadakan oleh siapapun. | Keabsahan perolehan gelar akademik dan/atau sebutan profesional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat ditinjau kembali karena alasan akademik. | Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur oleh Direktur Jenderal.}}{{UU/x}}}} {{UU/Ayat|pasal=20 |h=Penggunaan gelar akademik dan / atau sebutan profesional yang tidak sesuai dengan Keputusan ini dikarenakan ancaman dipidana seperti dimaksud dalam Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.}} {{UU/Ayat|pasal=21 |{{UU/1| Gelar akademik dan sebutan profesional yang diberikan oleh perguruan tinggi di luar negeri digunakan sesuai pola dan cara pemakaian yang berlaku di negara yang bersangkutan dan tidak dibenarkan untuk disesuaikan dan/atau diterjemahkan menjadi gelar akademik dan/atau sebutan profesional sebagaimana diatur dalam Keputusan ini. | Gelar akademik dan sebutan profesional yang diberikan oleh perguruan tinggi di luar negeri perlu pengesahan dari Departemen Pendidikan Nasional. | Gelar akademik dan sebutan profesional lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak dibenarkan untuk disesuaikan dan/atau diterjemahkan menjadi gelar akademik dan/atau diterjemahkan menjadi gelar akademik dan/atau sebutan profesional yang diberikan oleh perguruan tinggi di luar negeri;}}{{UU/x}}}} {{UU/Ayat|pasal=22 |h=Sebutan profesional yang dapat diberikan oleh perguruan tinggi di lingkungan Departemen Pertahanan ditetapkan dalam ketentuan tersendiri.}} {{UU/Bab| IX |KETENTUAN PERALIHAN}} {{UU/Ayat|pasal=23 |{{UU/1| Gelar akademik dan sebutan profesional seperti diatur dalam keputusan ini berlaku sejak ditetapkan. | Gelar akademik dan sebutan profesional yang diberikan oleh perguruan tinggi di dalam negeri sebelum Keputusan ini berlaku dapat tetap dipakai sebagaimana adanya.}}{{UU/x}}}} {{UU/Ayat|pasal=24 |h=Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 036/U/1993 tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi dinyatakan tidak berlaku.}} {{UU/Ayat|pasal=25 |h=Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.}} <br /> {{Pengguna:Tjmoel/TTD-1|isi=Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 November 2001<br /> <br /> MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,<br /> <br /> TTD<br /> <br /> A.MALIK FAJAR<br />}} 3trkiae7ysq1s8tzvkfx5f6nqr5jukm Laporan Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum atas Kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Rianto 0 6479 100310 44371 2022-08-21T03:31:21Z 2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo042946886 Manajemen s1 {{header2 | title = Laporan Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum <br/>atas Kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Rianto | author = | override_author = Adnan Buyung Nasution, Koesparmono Irsan, Denny Indrayana, Anies Baswedan, Todung Mulya Lubis, Amir Syamsudin, Hikmahanto Juwana, Komaruddin Hidayat | section = | previous = | next = | notes = '''''Sumber:'' http://www.kompas.com''' }} <strong><strong>EXECUTIVE SUMMARY</strong> Proses hukum terhadap Chandra M. Hamzah (selanjutnya disebut “Chandra”) dan Bibit Samad Rianto (selanjutnya disebut “Bibit”) menjadi isu strategis di masyarakat karena menimbulkan kecurigaan adanya rekayasa terhadap proses hukum tersebut. Untuk menjawab kecurigaan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 2 November 2009, menerbitkan Keputusan Presiden No. 31 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum atas Kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Rianto (selanjutnya disebut Tim 8). Tim 8 bertugas untuk melakukan verifikasi fakta dan proses hukum atas Kasus Chandra M. Hamzah dan Bibit Samad Rianto. Jangka waktu yang diberikan untuk mengumpulkan fakta dan melakukan verifikasi adalah 14 hari kerja, dan dapat diperpanjang jika diperlukan. Tim 8 juga berwenang untuk berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah dan memanggil pihak-pihak yang dianggap terkait dengan penanganan kasus ini. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim 8 memverifikasi pihak-pihak yang terkait kasus Chandra dan Bibit, serta melakukan gelar perkara atas kasus tersebut. Terdapat beberapa temuan yang pada intinya menyangkut: a. dugaan adanya praktik mafia hukum, sebagaimana terindikasi dalam rekaman penyadapan pembicaraan Anggodo Widjojo dengan pihak-pihak tertentu yang diputar dalam sidang di Mahkamah Konstitusi pada tanggal 3 November 2009; b. Antasari Azhar berinisiatif untuk membuka dugaan suap terhadap pimpinan KPK, melalui testimoni yang dibuatnya dan membuat Laporan Pengaduan kepada polisi; c. Adanya potensi benturan kepentingan pada tahap penyidikan perkara Chandra dan Bibit, antara Susno Duadji sebagai pribadi yang tersadap KPK, dengan jabatannya selaku Kabareskrim. Hasil sadapan telepon tersebut antara lain pembicaraan Susno Duadji dengan Lucas, terkait upaya pencairan dana milik Budi Sampoerna di Bank Century. Berdasarkan verifikasi tersebut, Tim 8 menyimpulkan dan merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: <strong>A. KESIMPULAN<br />1. Proses Hukum Chandra dan Bibit:</strong> a. Pada awalnya, proses pemeriksaan terhadap dugaan adanya penyuapan dan/atau pemerasan dalam kasus Chandra dan Bibit adalah wajar (tidak ada rekayasa) berdasarkan alasan-alasan:<br /> 1) Testimoni Antasari Azhar<br /> 2) Laporan Polisi oleh Antasari Azhar<br /> 3) Rekaman pembicaraan Antasari Azhar dengan Anggoro di Singapura di Laptop Antasari Azhar di KPK<br /> 4) Keterangan Anggodo tanggal 7 Juli 2009<br /> 5) Keterangan Anggoro tanggal 10 Juli 2009 di Singapura<br /> 6) Keterangan Ari Muladi. b. Dalam perkembangannya Polisi tidak menemukan adanya bukti penyuapan dan/atau pemerasan, namun demikian Polisi terlihat memaksakan dugaan penyalahgunaan wewenang oleh Chandra dan Bibit dengan menggunakan:<br /> 1) Surat pencegahan ke luar negeri terhadap Anggoro;<br /> 2) Surat pencegahan dan pencabutan cegah keluar negeri terhadap Djoko Tjandra. c. Polri tidak memiliki bukti yang cukup untuk mendakwa Chandra dan Bibit atas dasar penyalahgunaan wewenang berdasarkan Pasal 23 UU Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 421 KUHP dan pemerasan berdasarkan Pasal 12 (e) Undang-undang Tindak Pidana Korupsi serta percobaannya berdasarkan Pasal 15 UU Tindak Pidana Korupsi. d. Dalam gelar perkara tanggal 7 Nopember 2009, Jaksa Peneliti Kasus Chandra dan Bibit juga menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh penyidik masih lemah. e. Aliran dana dari Anggodo Widjojo ke Ari Muladi terputus dan tidak ada bukti yang menyatakan uang tersebut sampai ke tangan pimpinan KPK. <strong>2. Profesionalisme Penyidik dan Penuntut</strong><br /> Tim 8 berkesimpulan profesionalisme penyidik dari Kepolisian dan penuntut dari Kejaksaan sangat lemah mengingat sangkaan dan dakwaan tidak didukung oleh fakta dan bukti yang kuat. Fenomena mengikuti ''apa yang diinginkan oleh atasan'' dikalangan penyidik dan penuntut umum masih kuat, sehingga penyidik dan penuntut umum tidak bebas mengembangkan temuannya secara obyektif dan adil. Sehingga terkesan adanya rekayasa. Munculnya intruksi dari atasan tersebut, tidak terlepas dari adanya benturan kepentingan pada atasan yang bersangkutan. <strong>3. Makelar Kasus<br /></strong> Dalam proses verifikasi yang dilakukan oleh Tim 8, ditemukan dugaan kuat atas terjadinya fenomena Makelar Kasus (Markus). Fenomena ini tidak hanya ada di Kepolisian, Kejaksaan, ataupun Advokat, tetapi juga di KPK dan LPSK. Bahkan pada kasus lainnya, mafia hukum juga menjangkiti profesi notaris dan Pengadilan. <strong>4. Institutional Reform<br /></strong> Tim 8 juga menemukan adanya permasalahan institusional dan personal di dalam tubuh kepolisian, kejaksaan, KPK, termasuk Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sehingga menimbulkan disharmoni dan tidak efektifnya institusi-institusi tersebut dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. <strong>B. REKOMENDASI<br /></strong> Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, Tim 8 merekomendasikan kepada Presiden untuk: 1. Setelah mempelajari fakta-fakta, lemahnya bukti-bukti materil maupun formil dari penyidik, dan demi kredibilitas sistem hukum, dan tegaknya penegakan hukum yang jujur dan obyektif, serta memenuhi rasa keadilan yang berkembang di masyarakat, maka <strong>proses hukum terhadap Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto sebaiknya dihentikan. </strong> Dalam hal ini Tim 8 merekomendasikan agar: a. Kepolisian menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dalam hal perkara ini masih di tangan kepolisian; b. Kejaksaan menerbitkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) dalam hal perkara ini sudah dilimpahkan ke kejaksaan; atau c. Jika kejaksaan berpendapat bahwa demi kepentingan umum, perkara perlu dihentikan, maka berdasarkan asas opportunitas, Jaksa Agung dapat mendeponir perkara ini. 2. Setelah menelaah problematika institusional dan personel lembaga-lembaga penegak hukum dimana ditemukan berbagai kelemahan mendasar maka Tim 8 merekomendasikan agar Presiden melakukan: a. Untuk memenuhi rasa keadilan, menjatuhkan sanksi kepada pejabat-pejabat yang bertanggung jawab dalam proses hukum yang dipaksakan dan sekaligus melakukan reformasi institusional pada tubuh lembaga kepolisian dan kejaksaan; b. Melanjutkan reformasi institusional dan reposisi personel pada tubuh Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Lembaga Perlindungan saksi dan Korban (LPSK) tentu dengan tetap menghormati independensi lembaga-lembaga tersebut, utamanya KPK. Untuk mereformasi lembaga-lembaga penegak hukum tersebut diatas maka Presiden dapat menginstruksikan dilakukannya ''governance audit'' oleh suatu lembaga independen, yang bersifat diagnostic untuk mengidentifikasi persoalan dan kelemahan mendasar di tubuh lembaga-lembaga penegak hukum tersebut. 3. Setelah mendalami betapa penegakan hukum telah dirusak oleh merajalelanya makelar kasus (markus) yang beroperasi di semua lembaga penegak hukum maka sebagai ''shock therapy'' Presiden perlu memprioritaskan operasi pemberantasan makelar kasus (markus) di dalam semua lembaga penegak hukum termasuk di lembaga peradilan dan profesi advokat; dimulai dengan pemeriksaan secara tuntas dugaan praktik mafia hukum yang melibatkan Anggodo Widjojo dan Ari Muladi oleh aparat terkait. 4. Kasus-kasus lainnya yang terkait seperti kasus korupsi Masaro; proses hukum terhadap Susno Duadji dan Lucas terkait dana Budi Sampoerna di Bank Century; serta kasus pengadaaan SKRT Departemen Kehutanan; hendaknya dituntaskan. 5. Setelah mempelajari semua kritik dan input yang diberikan tentang lemahnya strategi dan implementasi penegakan hukum serta lemahnya koordinasi di antara lembaga&ndash;lembaga penegak hukum maka Presiden disarankan membentuk Komisi Negara yang akan membuat program menyeluruh dengan arah dan tahapan-tahapan yang jelas untuk pembenahan lembaga-lembaga hukum, termasuk organisasi profesi Advokat, serta sekaligus berkoordinasi dengan lembaga-lembaga hukum lainnya untuk menegakkan prinsip-prinsip negara hukum, ''due proccess of law'', hak-hak asasi manusia dan keadilan. <strong>BAB I PENDAHULUAN</strong> <strong>A. LATAR BELAKANG<br /></strong> 1. Proses hukum terhadap Chandra M. Hamzah (selanjutnya disebut ''Chandra'') dan Bibit Samad Rianto (selanjutnya disebut ''Bibit'') menjadi isu strategis di masyarakat karena menimbulkan kecurigaan adanya rekayasa terhadap proses hukum tersebut. 2. Kecurigaan masyarakat timbul karena sejumlah alasan, di antaranya:<br />a. Beredarnya transkrip rekaman pembicaraan Antasari Azhar dengan Anggoro Widjojo di Singapura di berbagai media massa;<br />b. Beredarnya rumor penyadapan terhadap Susno Duadji terkait pencairan dana dari Bank Century, yang kemudian memunculkan istilah “Cicak vs. Buaya” oleh Susno Duadji dalam wawancara dengan Majalah ''Tempo'';<br />c. Penetapan Chandra dan Bibit sebagai Tersangka oleh Kepolisian pada tanggal 15<br />September 2009 dengan sangkaan pemerasan dan penyalahgunaan wewenang jabatan;<br />d. Beredarnya transkrip rekaman penyadapan telpon Anggodo yang menyebut-nyebut RI 1;<br />e. Dilakukannya penahanan Chandra dan Bibit pada tanggal 29 Oktober 2009 oleh<br />Kepolisian meski dasar hukum dianggap masih lemah yang mengakibatkan beberapa<br />tokoh nasional, praktisi serta akademisi menjaminkan dirinya, agar polisi menangguhkan penahanan Chandra dan Bibit. 3. Untuk menepis kecurigaan masyarakat yang berimbas pada suasana tidak kondusif pada stabilitas sosial dan politik, Presiden mengundang sejumlah tokoh yaitu Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina), Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah), Teten Masduki (Sekjen Transparansi Internasional Indonesia), dan Hikmahanto Juwana (Guru Besar Ilmu Hukum UI) untuk membicarakan kondisi yang terjadi dan usulan bagi penyelesaian permasalahan. 4. Pada pertemuan tersebut diusulkan agar Presiden membentuk Tim Pencari Fakta yang independen untuk menepis kecurigaan dan ketidak-percayaan (mistrust and distrust) masyarakat atas proses hukum terhadap Chandra dan Bibit. 5. Usulan ini disampaikan mengingat proses hukum atas Chandra dan Bibit tidak sekedar masalah formal legal melainkan sudah berdampak pada masalah sosial, politik dan ekonomi. 6. Suasana ketika itu ditandai dengan memuncaknya ketegangan antara masyarakat yang mendukung Chandra dan Bibit di satu pihak dengan Kepolisian di lain pihak yang berkeras untuk melakukan proses hukum. Dukungan masyarakat terhadap Chandra dan Bibit berbentuk jaminan untuk penangguhan hingga dukungan dalam dunia maya berupa akun ''facebook''. 7. Pada tanggal 2 November 2009, Presiden menerbitkan Keputusan Presiden No. 31 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum atas Kasus Sdr. Chandra M. Hamzah dan Sdr. Bibit Samad Rianto (selanjutnya disebut “Tim 8”). <strong>B. RUANG LINGKUP<br /></strong>1. Tim 8 berdasarkan Keputusan Presiden No. 31 Tahun 2009, Tim 8 bertugas untuk melakukan verifikasi fakta dan proses hukum atas Kasus Chandra M. Hamzah dan Bibit Samad Rianto. 2. Jangka waktu yang diberikan untuk mengumpulkan fakta dan melakukan verifikasi adalah 14 hari kerja. 3. Tim 8 diberi kewenangan untuk berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah dan memanggil pihak-pihak yang dianggap terkait dengan penanganan kasus ini. <strong>BAB II<br />KEGIATAN TIM 8<br /></strong> Dalam melaksanakan tugas yang dibebankan pada Tim 8, Tim 8 telah melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan fakta terkait proses hukum atas Chandra dan Bibit, serta melakukan proses verifikasi melalui gelar perkara oleh para penyidik Kepolisian yang dihadiri oleh peneliti perkara dari Kejaksaan Agung.<br />Dalam bab ini akan diuraikan sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh Tim 8. <strong>A. MENDENGARKAN REKAMAN SADAPAN KPK DI MAHKAMAH KONSTITUSI</strong> 1. Sehari setelah terbentuk, Tim 8 melakukan rapat konsolidasi dilanjutkan dengan turut mendengarkan pemutaran rekaman penyadapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap telepon Anggodo Widjojo dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK). 2. Adapun rekaman penyadapan yang diperdengarkan adalah sebagai berikut:<br />a. Kasus Masaro oleh Anggodo;<br />b. Perincian uang dari Anggodo kepada Ari Muladi;<br />c. Rekaman minta bantuan ke Kejaksaan;<br />d. Pencatutan nama RI 1;<br />e. Minta bantuan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK);<br />f. Menyusun strategi dari suap menjadi pemerasan;<br />g. Lapor menang komitmen tinggi dan ancaman terhadap Chandra;<br />h. Penghitungan fee pihak terkait;<br />i. Untuk mempengaruhi AM (Ari Muladi) kembali ke BAP awal. <strong>B. MENYAMPAIKAN REKOMENDASI INTERIM GUNA MENENANGKAN MASYARAKAT</strong><br />1. Pasca diperdengarkannya rekaman sadapan KPK di Mahkamah Konstitusi, masyarakat bereaksi sangat luar biasa. Untuk menenangkan reaksi masyarakat agar terhindar hal-hal yang tidak diinginkan maka Tiim 8 mengeluarkan Rekomendasi Interim pada tanggal 3 November 2009 kepada Presiden dan melakukan koordinasi langkah-langkah yang perlu diambil oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (selanjutnya disebut “Kapolri”). 2. Adapun rekomendasi kepada Presiden adalah sebagai berikut:<br />a. perlu diambil langkah-langkah yang cepat dan antisipatif dengan&nbsp; membebastugaskan (menonaktifkan) Pejabat Tinggi Kepolisian dan Kejaksaan yaitu: Susno Duadji (Kabareskrim) dan Abdul Hakim Ritonga (Wakil Jaksa Agung) yang disebut dalam rekaman sadapan. Pembebastugasan tersebut diperlukan agar dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih efektif, obyektif dan terhindar dari benturan kepentingan;<br />b. tindakan yang cepat tersebut perlu dilakukan untuk memberikan pesan yang jelas kepada masyarakat bahwa Pemerintah memiliki komitmen kuat untuk menegakan hukum secara obyektif, jujur dan adil; dan c. persoalan yang mengemuka tidak semata-mata dilihat sebagai persoalan individu<br />(oknum), akan tetapi sebagai sebuah persoalan institusional dan sistemik dimana<br />Presiden perlu mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk melakukan reformasi<br />menyeluruh terhadap semua aparatur penegak hukum. 3. Sementara, koordinasi yang dilakukan kepada Kapolri dalam bentuk menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:<br />a. Mengabulkan permintaan penangguhan penahanan kepada Chandra dan Bibit agar<br />penahanan tidak dipersepsikan oleh masyarakat sebagai simbol kesewenang-wenangan Polri dan upaya Polri melawan KPK;<br />b. Melakukan penangkapan terhadap Anggodo Widjojo yang menjadi simbol keresahan masyarakat pasca didengarkannya rekaman sadapan secara nasional oleh sejumlah media; dan c. Menonaktifkan Susno Duadji yang disebut-sebut dalam rekaman dan menjadi simbol dari Kepolisian. <strong>C. MENDENGARKAN DAN MENDALAMI KETERANGAN<br /></strong>1. Dalam melakukan pengumpulan fakta, Tim 8 memulai dengan mendengarkan dan mendalami keterangan dari berbagai pihak, yaitu: <strong>a. Civil Society<br /></strong>Pertemuan dilakukan pada hari Rabu, 4 November 2009 yang dihadiri oleh perwakilan 15 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yakni KRHN, LBH Jakarta, Transparency International Indonesia, Indonesia Police Watch, Imparsial, Elsam, ICJR, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), LeIP, Dompet Dhuafa Republika, Pro Patria Institute, P2D, PB HMI, LIPI.Tujuan dari pertemuan ini adalah mengetahui apa yang menjadi concern masyarakat trhadap proses hukum Chandra dan Bibit. Dalam pertemuan juga didengar aspirasi LSM. Aspirasi ini antara lain adalah penyelesaian kasus PT. Masaro dan kasus Bank Century; perlunya transparansi dan akuntabilitas tim dalam menyampaikan substansi rekomendasi yang disampaikan kepada Presiden kepada publik; perlunya Presiden melakukan bureaucratic reform yang menyeluruh terhadap semua institusi penegak hukum; dan meminta supaya tim membuat rekomendasi kepada Presiden untuk memberhentikan Kapolri dan Jaksa Agung. <strong>b. Pemimpin Redaksi Media Massa<br /></strong>Pertemuan dengan pemimpin Redaksi Media Massa diadakan di Hotel Nikko pada hari abu, 4 November 2009. Pertemuan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan<br />masukan dari media terkait dengan masalah ini. Disamping itu, Tim 8 memanfaatkan<br />pertemuan ini untuk menjelaskan alasan dibentuknya Tim 8 dan apa yang menjadi tugas. Ini penting agar pers mengetahui persis keberadaan dari Tim 8 agar tidak terjadi distorsi pemberitaan. <strong>c. Kapolri dan Jajarannya<br /></strong>Pertemuan dengan Kapolri dan jajarannya dilakukan pada hari Kamis, 5 November 2009. Dalam pertemuan, Kapolri mengikutsertakan tim penyidik kasus Chandra dan Bibit. Pertemuan ini tidak dihadiri oleh Susno Duadji. Dalam keterangan Kapolri menyampaikan kronologis penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh Polri terhadap Chandra dan Bibit. Kapolri juga menyampaikan pasal-pasal yang menjadi dasar sangkaan atas Chandra dan Bibit. Kapolri juga membeberkan beberapa alat bukti yang dipergunakan oleh penyidik. Pada kesempatan tersebut disepakati penyidik Polri akan melakukan gelar perkara dihadapan Tim 8 dengan dihadiri pihak Kejaksaan. Setelah Kapolri memberikan keterangan dan meninggalkan tempat, Kapolri mempersilahkan Tim 8 untuk mendapat keterangan mendalam dari penyidik kasus Chandra dan Bibit. Tim 8 melakukan penggalian untuk mendapatkan sejumlah fakta dari penyidik Polri. <strong>d. Anggodo Widjojo<br /></strong>Pertemuan dengan Anggodo Widjojo diadakan pada hari Kamis, 5 November 2009.<br />Anggodo merupakan adik dari Anggoro Widjojo dan menjadi tokoh yang disadap oleh KPK. Kehadirian Anggodo didampingi oleh beberapa advokatnya, antara lain, Indra Sahnun Lubis (ketua tim) dan Bonaran Situmeang. Anggodo memberikan keterangan mengenai: penanganan kasus PT. Masaro Radiokom oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); penyerahan uang beserta jumahnya kepada Ari Muladi yang ditujukan kepada kepada sejumlah pimpinan KPK dan deputi serta<br />direktur; pembuatan kronologis bersama Ari Muladi; larangan pencegahan oleh KPK<br />terhadap Anggoro; pembicaraan antara Anggodo dengan beberapa orang yang disadap<br />oleh KPK; serta klarifikasi ‘ancaman’ pembunuhan terhadap Chandra. <strong>e. Chandra dan Bibit<br /></strong>Pertemuan dilakukan pada hari Kamis, 5 November 2009 dengan tujuan memperoleh<br />fakta melalui keterangan yang disampaikan. Kehadiran Chandra dan Bibit didampingi oleh advokat para advokatnya, antara lain, Luhut Pangaribuan, Alexander Lay dan Taufik Basari. Chandra dan Bibit memberi keterangan yang bertujuan untuk menangkis dugaan penerimaan uang dari Anggoro maupun Anggodo. Dalam keterangan disampaikan sejumlah fakta, antara lain, ketidakbenaran hubungan emosional antara Chandra dengan M.S. Ka’ban sebagaimana ditenggarai oleh Polri; kronologis penanganan kasus PT. Masaro Radiokom; penjelasan atas tidak segera dilimpahkannya kasus PT Masaro ke pengadilan.<br />Dalam pertemuan Tim Pembela juga menyampaikan perihal konstruksi hukum yang<br />janggal terkait dengan penyidikan yang dilakukan oleh Polri. <strong>f. Komisi Pemberantasan Korupsi<br /></strong>Pertemuan diadakan pada hari Kamis, 5 November 2009. Dalam pertemuan, semua<br />pimpinan KPK hadir didampingi Deputi Penindakan Ade Rahardja. KPK menyampaikan sejumlah keterangan diantaranya kewenangan penetapan<br />pencegahan seseorang bepergian ke luar negeri; penanganan kasus PT. Masaro<br />Radiokom dan kasus alih fungsi hutan lindung dengan terdakwa Yusuf E. Faisal; dugaan keterlibatan Ade Rahardja dalam transaksi pemberian uang kepada sejumlah pimpinan KPK; surat pencabutan pencegahan palsu; mekanisme tentang pelaksanaan musyawarah antar pimpinan sebagai wujud dari keputusan pimpinan KPK yang bersifat kolegial; dan perihal penyadapan atas Lucas yang melibatkan Susno Duadji. <strong>g. Jaksa Agung dan Jajarannya</strong><br />Pertemuan dengan Jaksa Agung beserta jajarannya dilakukan pada hari Jumat, 6<br />November 2009. Jaksa Agung didampingi oleh Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), pejabat teras Kejaksaan Agung, serta sejumlah jaksa peneliti yang akan menangani kasus Chandra dan Bibit.<br />Jaksa Agung terlebih dahulu menyampaikan keterangan terkait pengunduran diri Wakil Jaksa Agung Abdul Hakim Ritonga beserta alasannya. Setelah itu Jaksa Agung<br />menyampaikan berbagai hal seputar rekaman pembicaraan yang disadap oleh KPK<br />dimana disebut nama AH Ritonga (ketika itu menjabat sebagai Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, Wisnu Subroto yang mantan Jaksa Agung Muda Intelijen.<br />Jaksa Agung juga memberi penegasan tentang independensi Kejaksaan dalam<br />penanganan kasus Chandra dan Bibit. Kejaksaan tidak bisa membuka secara rinci terkait dengan penuntutan yang akan dilakukan oleh Chandra dan Bibit karena terikat dengan sumpah jabatan.<br />Jaksa Agung juga sudah menyampaikan pihak Kejaksaan yang memberi petunjuk kepada penyidik Polri guna melengkapi berkas perkara, diantaranya, dengan memasukkan delik pemerasan.<br />Jaksa Agung juga menyampaikan keterangan secara sekilas tentang posisi kasus dan<br />proses penanganannya oleh Kejaksaan Agung. Namun penjelasan secara terperinci<br />disampaikan oleh Jampidsus dan jaksa peneliti yang masing-masing terdiri dari 4 orang untuk satu berkas perkara. <strong>h. Susno Duadji (Kabareskrim Polri/Non Aktif)<br /></strong>Pertemuan dengan Susno Duadji dilakukan pada hari Jumat, 6 November 2009. Susno Duadji menemui Tim 8 dengan didampingi oleh M. Panggabean, Wakadiv hukum Mabes Polri.<br />Susno Duadji memberikan keterangan perihal alasan pengunduran dirinya dari jabatan Kabareskrim; penegasan bahwa dirinya tidak menerima uang dari siapapun dalam kasus Bank Century; perihal surat keterangan dari Kabareskrim tentang status dana milik Budi Sampurno guna kepentingan pencairan dana; kemunculan dirinya dalam rekaman penyadapan pembicaraan yang dilakukan KPK; tujuan kunjungan ke Singapura untuk menemui Anggoro Widjojo; tindakan Susno Duadji yang tersadap untuk mengesankan seolah-olah akan menerima sebuah tas, meski sebenarnya kosong sebagai bentuk kontra intelijen; istilah Cicak versus Buaya yang dimunculkannya; dan perannya dalam proses hukum atas Chandra dan Bibit. <strong>i. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)<br /></strong>Pertemuan dengan PPATK diadakan pada hari Jumat, 6 November 2009 yang dihadiri oleh Kepala PPATK, Yunus Hussein. Dalam keterangannya disampaikan hal-hal yang terkait dengan informasi rekening Chandra dan Bibit. PPATK menyampaikan bahwa tidak terdapat aliran dana yang masuk terkait kasus PT. Masaro kepada Chandra ataupun Bibit.<br />Selain itu, PPATK juga memberikan informasi secara lisan tentang arus keluar masuk dana ke rekening Ari Muladi, Anggodo. Demi keamanan semua pihak, PPATK meminta permohonan informasi rekening dilakukan secara tertulis oleh Tim 8 dan PPATK akan memberi jawaban secara tertulis juga. Selain itu, PPATK juga memberikan penjelasan seputar modus pencucian uang. <strong>j. Ari Muladi<br /></strong>Pertemuan dengan tokoh sentral penyerahan uang dari Anggodo ke sejumlah Pimpinan KPK, Ari Muladi dilakukan pada hari Sabtu, 7 November 2009. Kehadiran Ari Muladi didampingi oleh beberapa advokat, diantaranya, Sugeng Teguh Santoso.<br />Peran Ari Muladi dalam kasus ini adalah sebagai orang kepercayaan Anggodo yang<br />diberikan tugas untuk menyerahkan uang kepada pimpinan KPK.<br />Secara terperinci Ari Muladi memberikan keterangan, antara lain: seputar perkenalannya dengan Anggodo; kronologis penyerahan uang dari Anggodo kepada Ari; pencabutan keterangan Ari Muladi atas Berita Acara Pemeriksaan yang pertama di Mabes Polri; pertemuannya dengan Kabareskrim Susno Duadji di Mabes Polri; seputar pemeriksaan dirinya yang dilakukan secara marathon; dan penegasan bahwa Ari tidak pernah menyerahkan sendiri uang dari Anggodo kepada pimpinan KPK, melainkan melalui seseorang yang bernama Yulianto. <strong>k. Eddy Sumarsono</strong><br />Pertemuan dengan Eddy Sumarsono diadakan pada hari Sabtu, 7 November 2009.<br />Pertemuan tidak dilakukan atas dasar undangan Tim 8, melainkan Eddy Sumarsono yang meminta waktu kepada Tim 8.<br />Peran Eddy Sumarsono dalam kaitan dengan perkara Chandra dan Bibit adalah sebagai pihak yang memberi informasi kepada Antasri Azhar sebagai Ketua KPK saat itu terkait dengan adanya pimpinan KPK yang menerima uang dari Anggoro. Atas dasar informasi inilah Antasari Azhar difasilitasi untuk bertemu dengan Anggoro di Singapura dan Ari Muladi di Malang.<br />Eddy Sumarsono juga memberi keterangan seputar perkenalannya dengan Antasari<br />Azhar, melalui seorang jaksa yang bernama Irwan Nasution.<br />Tim 8 mempertanyakan motivasi kedatangan Eddy dalam kasus ini. Dalam pertemuan<br />terungkap bahwa sebenarnya Eddy memberikan keterangan tentang informasi yang tidak dialami, didengar atau dilihat sendiri. Tetapi mendengar cerita dari orang lain (''testimonium de auditu''). <strong>l. Antasari Azhar<br /></strong>Pertemuan dengan Antasari Azhar diadakan sebanyak 2 kali yaitu pada hari Sabtu dan<br />Minggu, 7-8 November 2009. Antasari Azhar didampingi sejumlah advokatnya, antara lain, Juniver Girsang, Hotma Sitompul dan lain-lain.<br />Antasari Azhar memberikan keterangan perihal pembuatan testimoni yang menjadi dasar bagi Kepolisian untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan atas Chandra dan Bibit; hubungan antara kasus tuduhan pembunuhan atas Antasari Azhar dengan kasus Chandra dan Bibit; pertemuan dengan Anggoro di Singapura; proses penyelidikan dan penyidikan atas kasus PT. Masaro; kasus korupsi alih fungsi hutan lindung di Sumatera Selatan dengan terdakwa Yusuf E. Faisal; dan dugaan pimpinan KPK menerima uang dari Anggodo berikut tindakan yang diambil oleh Antasari Azhar. <strong>m. Tim Majalah ''Tempo''<br /></strong>Pertemuan dengan Tim Majalah ''Tempo'' dilakukan pada hari Senin, 9 November 2009, bertempat di Hotel Nikko. Tim Tempo diwakili oleh Pemimpin redaksi&nbsp; Majalah Tempo, Toriq Haddad yang didampingi oleh beberapa redaktur/wartawan.<br />''Tempo ''memberikan keterangan perihal hasil investigasi wartawannya terkait proses<br />pencairan dana Budi Sampoerna di Bank Century; peranan Robert Tantular dalam kasus Bank Century; peranan Lucas sebagai pengacara Budi Sampoerna dalam pencairan dana di Bank Century; komunikasi-komunikasi yang terjadi antara Lucas dengan Kabareskrim, Susno Duadji; serta temuan-temuan lain seputar penanganan kasus Bank Century yang terkait dana Budi Sampoerna yang diupayakan pencairannya oleh Lucas dengan bantuan Susno Duadji. <strong>n. Ade Rahardja (Deputi Bidang Penindakan KPK)<br /></strong>Pertemuan dengan Ade Rahardja diadakan pada hari Rabu, 11 November 2009. Ade<br />Rahardja merupakan pihak yang penting dalam penyampaian uang dari Ari Muladi ke<br />sejumlah Pimpinan KPK sebagaimana tertuang dalam BAP Polisi pertama atas Ari Muladi.<br />Dalam keterangannya Ade Rahardja menyampaikan fakta bahwa dirinya tidak mengenal Anggoro, Ari Muladi ataupun Yulianto. Tim 8 juga mempertanyakan keterkaitan kasus SKRT dengan kasus alih fungsi hutan lindung Tanjung Api-Api. <strong>o. Bambang Widaryatmo (Mantan Direktur Penindakan KPK)<br /></strong>Pertemuan dengan Bambang Widaryatmo diadakan pada hari Rabu, 11 November 2009. Kehadiran Bambang didampingi oleh Kombes Pol Dr. Iza Fadri, S.Ik., S.H., M.H. dari Divisi Hukum Mabes Polri.<br />Dalam keterangannya Bambang membantah bahwa dirinya mengenal dan berhubungan ataupun menerima uang dari Ari Muladi, Anggoro, Anggodo, maupun Yulianto.<br />Selain itu, Bambang juga mengungkapkan sejumlah kelemahan sistem dalam KPK<br />diantaranya berupa penyimpangan administrasi dan konflik antar pimpinan yang terdapat dalam institusi KPK, khususnya dalam proses penyidikan kasus korupsi. Pengalaman tersebut dialami Bambang selama menjabat sebagai Direktur Penyidikan KPK. Bambang juga menceritakan latar belakang kepentingan pribadi pimpinan dibalik perpindahan tempat tugasnya dari KPK ke Mabes Polri. <strong>p. Abdul Hakim Ritonga (Mantan Wakil Jaksa Agung)<br /></strong>Pertemuan dengan Abdul Hakim Ritonga diadakan pada hari Rabu, 11 November 2009. Kehadiran Ritonga diserta dengan sejumlah pihak dari Kejaksaan dan pengacaranya. Ritonga memberikan keterangan antara lain tentang hubungan perkenalannya dengan Yuliana Ong; seputar penyakit yang dialaminya sehingga dikenalkan pada Yuliana sebagai tukang pijat. Tim 8 mempertanyakan kepada Ritonga tentang rekaman pembicaraan KPK terkait<br />dengan pernyataan Yuliana bahwa dirinya didukung oleh RI 1; posisi Jampidum dalam kasus Chandra dan Bibit; maksud ‘kata duren’, dan pijat yang dilakukan oleh Yuliana kepada Ritonga. <strong>q. Wisnu Subroto (Mantan JamIntel Kejaksaan Agung)<br /></strong>Pertemuan dengan Wisnu Subroto diadakan pada hari Rabu, 11 November 2009. Wisnu memberikan keterangan antara lain tentang perkenalannya dengan Anggodo serta mempunyai hubungan usaha dalam jual beli cincin dan paket kayu jati; penegasan bahwa dirinya tidak mengenal Anggoro, Yuliana dan Ari Muladi; dan klarifikasi tentang pembicaraan dirinya yang disadap oleh KPK. <strong>r. Kombes Pol M. Iriawan (Wakil Direktur I Bareskrim Polri)<br /></strong>Pertemuan dengan Kombes Pol M. Iriawan diadakan pada hari Kamis, 12 November<br />2009. Pertemuan dilakukan atas permintaan dari Polri yang disampaikan secara resmi<br />oleh Iza Fadri sehari sebelumnya pada pertemuan dengan Bambang Widaryatmo.<br />Kombes Iriawan di dampingi oleh beberapa penyidik dari Bareskrim yang menangani<br />kasus Antasari Azhar.<br />Dalam keterangannya disampaikan, antara lain, tentang penanganan kasus pembunuhan atas Nasrudin dengan tersangka Antasari; penggeledahan ruangan dan penyitaan Laptop Antasari; perihal waktu pembuatan dan penyerahan testimoni Antasari; perihal pembuatan Laporan Polisi terkait dugaan penyalahgunaan wewenang dan penyuapan yang dilakukan oleh pimpinan KPK; dan perihal pencabutan BAP Williardi Wizard. <strong>s. Edy Widjaya (Pemilik Show Room Duta Motor)<br /></strong>Pertemuan dengan Edy Widjaya diadakan pada hari Minggu, 15 November 2009.<br />Pertemuan dilakukan atas permintaan yang bersangkutan terkait dugaan pemberian mobil Mercy kepada Wisnu Subroto oleh Anggodo &ndash; sebagaimana terekam dalam pembicaraan telepon yang disadap oleh KPK. Dalam keterangannya, Edy Widjaya menyatakan Anggodo membeli dua mobil mercy seri S 300 yang diatasnamakan dua anak Anggodo. Harga satu mobil mercy tersebut, menurut Edy Widjaya adalah Rp 1,6 miliar. Pembelian salah satu mobil mercy tersebut, pembayarannya dengan cara menukar mobil BMW milik Wisnu Subroto, yang dihargai Rp 500 juta, dan kekurangannya (Rp 1,1 miliar) ditambahkan oleh Anggodo. <strong>D. VERIFIKASI MELALUI GELAR PERKARA<br /></strong>1. Tugas tim 8 setelah mendapatkan fakta atas proses hukum terhadap Chandra dan Bibit dari sejumlah pihak, menggunakan fakta tersebut sebagai dasar dalam gelar perkara yang dilakukan oleh penyidik Polri dan dihadiri oleh peneliti dari Kejaksaan.<br />2. Gelar perkara dilakukan pada hari Sabtu, 7 November 2009, pukul 19.00.<br />3. Untuk memperkuat verifikasi, Tim 8 mengundang 2 orang ahli di bidang Kepolisian dan Kejaksaan, yakni Prof. Farouk Muhammad (mantan Gubernur PTIK) dan Dr. Ramelan, S.H., M.H (mantan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus).<br />4. Dalam gelar perkara, Tim 8 melakukan proses tanya jawab guna mendalami fakta, bukti dan pasal yang digunakan oleh penyidik Polri. Tim 8 memposisikan sebagai Jaksa peneliti yang harus membuat dakwaan dan menyertakan fakta dan bukti-bukti di persidangan.<br />5. Dalam gelar perkara, terungkap penyidik Polri berpatokan pada keterangan dalam BAP pertama oleh Ari Muladi dan untuk memperkuat keterangan tersebut digunakan petunjukpetunjuk bahwa telah terjadi penyerahan uang kepada Chandra dan Bibit. <strong>BAB III<br />TEMUAN TIM 8</strong> <strong>A. DUGAAN MAKELAR KASUS<br /></strong>Berdasarkan rekaman pembicaraan yang telah diperdengarkan di sidang MK dimana terdapat nama dan penyebutan nama-nama sebagai berikut:<br />a. Anggoro Widjojo yang merupakan Tersangka KPK dalam kasus korupsi PT. Masaro Radiokom, yang berperan sebagai penyedia dana yang bertujuan agar kasusnya dapat dihentikan.<br />b. Anggodo Widjojo yang merupakan adik dari Anggoro, yang berperan besar dalam<br />kemungkinan proses rekayasa dan mengatur proses hukum Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto dengan para oknum pejabat Kepolisian, Kejaksaan, KPK, LPSK dan Pengacara. <br />c. Susno Duadji yang merupakan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri &ndash; disebutkan berulangkali dengan istilah Truno 3 &ndash; yang meskipun tidak terlibat pembicaraan telepon hasil sadapan, namun berdasarkan pernyataan Anggodo, Susno Duadji memiliki peran sentral dalam penetapan tersangka terhadap Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto dan memiliki komitmen tinggi terhadap Anggodo.<br />d. Abdul Hakim Ritonga yang merupakan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (Jampidum) ketika penyadapan dilakukan, disebut sebanyak 24 kali dalam rekaman sebagai oknum yang memiliki peran penting dalam rencana yang disiapkan oleh Anggodo, serta diklaim memiliki dukungan dari RI 1, sebagaimana diungkapkan oleh rekan Anggodo, Yuliana Gunawan.<br />e. Wisnu Subroto yang merupakan mantan Jaksa Agung Muda Intelejen (Jamintel). Berperan aktif dalam merancang dan berkomunikasi dengan Anggodo khususnya dalam proses penyidikan Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto.<br />f. Irwan Nasution yang merupakan Jaksa pada Jamintel. Disebut dalam rekaman sebanyak 9 kali;<br />g. Farman yang merupakan Penyidik pada Mabes Polri, disebut dalam rekaman sebanyak 8 kali dan memiliki peran penting dalam penyusunan BAP Kasus Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto;<br />h. Ketut [Sudiarsa] dan Mira [Diarsih] yang merupakan komisioner Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.<br />i. Bonaran Situmeang, Kosasih dan Alex yang merupakan pengacara dari Anggodo.<br />j. Eddy Sumarsono<br />k. Ari Muladi<br />l. Yuliana Gunawan<br />Terdapat dugaan terjadinya ‘permainan’ antara aparat penegak hukum dengan pihak-pihak masyarakat biasa. Permainan ini yang memunculkan kesan adanya masyarakat biasa yang dapat menyelesaikan atau mengatur perkara dengan imbalan sejumlah uang yang disebut sebagai makelar kasus (markus). <strong>B. DASAR PENYIDIKAN POLRI<br />1. Inisiatif dari Antasari Azhar terkait Testimoni<br /></strong>Terkait testimoni Antasari Azhar berdasarkan rekaman pembicaraannya dengan Anggoro Widjojo, serta Laporan kasus penyuapan Masaro yang kemudian dijadikan dasar untuk menyangka Chandra dan Bibit, Tim 8 menemukan perbedaan keterangan dari Antasari Azhar sendiri maupun antara keterangan Antasari Azhar dengan penyidik. Pada pertemuan pertama dengan Tim 8 tanggal 7 November 2009, Antasari Azhar menyatakan bahwa testimoni dibuat tanggal 16 Mei 2009. Namun, pada pertemuan kedua dengan tim 8 tanggal 8 November 2009, Antasari menyatakan bahwa testimoni itu dibuat tanggal 16 Juni 2009. Ini berbeda dengan keterangan penyidik Polri bahwa mereka baru mengetahui adanya kasus pemerasan Anggoro setelah adanya penyitaan laptop KPK pada 11 Juni 2009. Antasari Azhar kemudian membuat laporan resmi perihal dugaan suap pimpinan KPK kepada Kepolisian yang disampaikan tanggal 6 Juli 2009.<br />Perbedaan keterangan tersebut berimplikasi pada Laporan Polisi (LP) di atas apakah<br />berdasarkan permintaan Antasari Azhar ataukah permintaan dari penyidik.<br />Perbedaan ini berpotensi menjadi masalah ketika kasus Chandra dan Bibit masuk ke<br />persidangan. Antasari Azhar sebagai Saksi Pelapor akan menyampaikan keterangan yang digunakan oleh penyidik dan Jaksa Penutut Umum.<br />Ini menjadi salah satu faktor tidak kuatnya proses hukum atas Chandra dan Bibit di<br />persidangan.<br />Dari hasil verifikasi, Tim 8 berpandangan &ndash; utamanya setelah melihat rekaman video<br />penyitaan barang bukti di ruang kerja Antasari Azhar di KPK &ndash; bahwa inisiatif awal<br />pengungkapan kasus dugaan suap terkait PT Masaro ini sebenarnyalah dilakukan oleh<br />Antasari Azhar. Di dalam rekaman video jelas tergambar bahwa Antasari memang datang ke kantornya untuk mengambil rekaman pembicaraan dirinya dengan Anggoro yang tersimpan di dalam komputer jinjingnya. Antasari kemungkinan berupaya mengalihkan isu hukum yang sedang dihadapinya, terkait pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, dengan menarik pula pimpinan KPK ke dalam kasus hukum PT. Masaro, melalui testimoni yang dibuatnya berdasarkan rekaman pembicaraan Antasari dengan Anggoro Widjojo. <strong>2.&nbsp;Inisiatif Pertemuan Susno Duadji dengan Anggoro Widjojo </strong> Pada tanggal 7 Juli 2009 KPK telah mengeluarkan surat perintah penangkapan kepada Anggoro Widjojo. Surat dikirim KPK ke Kabareskrim dengan nomor Sprindik 25/01/VI/2009 tanggal 19 Juni tahun 2009 dan disertai surat perintah penangkapan no. KEP-04/P6KPK/VII/2009 bertanggal 7 Juli 2009. Namun demikian pada tanggal 10 Juli 2009, Susno Duadji melakukan pertemuan dengan Anggoro di Singapura dengan alasan Anggoro hanya mau bertemu dengan Kabareskrim untuk menyampaikan keterangan (BAP) terkait dugaan<br />penyuapan/pemerasan oleh pimpinan KPK. Pertemuan di Singapura tersebut dilakukan dengan sepengetahuan Kapolri.<br />Pada saat itu tidak diketahui apakah penyidik melakukan pemeriksaan atas Anggoro untuk kemudian dibuatkan BAP. Dalam keterangan penyidik BAP atas Anggoro yang intinya menyatakan Anggoro diperas oleh sejumlah pimpinan KPK.<br />Hanya saja Tim 8 menemukan fakta bahwa BAP dibuat di luar negeri (di Singapura) dan tidak di Kedutaan Besar Republik Indonesia, Singapura. Secara yuridis formal BAP oleh Kepolisian di luar negeri hanya dapat dilakukan di Kedutaan Besar Republik Indonesia.<br />Oleh karenanya BAP atas Anggoro yang menjadi dasar bagi sangkaan terhadap Chandra dan Bibit dapat dipertanyakan oleh Tim Pembela Chandra dan Bibit keabsahannya.<br />BAP yang dibuat di luar negeri namun tidak di Kedutaan Besar Republik Indonesia merupakan faktor yang tidak kuat bagi sangkaan dan dakwaan atas Chandra dan Bibit. 3. <strong>Kronologi 15 Juli (Ditandatangani Anggodo Widjojo dan Ari Muladi)<br /></strong>Penyidik dalam melakukan proses hukum atas Chandra dan Bibit mendasarkan pada<br />Kronologi yang dibuat oleh Anggodo Widjojo dan Ari Muladi. BAP Ari Muladi didasarkan pada kronologi ini. Dalam kronologi disebutkan sejumlah tanggal dimana Ari Muladi menyerahkan uang kepada Ade Rahardja yang untuk selanjutnya Ade Rahardja menyerahkan uang tersebut kepada sejumlah Pimpinan KPK.<br />Untuk diketahui Kronologi tersebut dibuat setelah pertemuan Susno Duadji dan Anggoro di Singapura pada tanggal 10 Juli 2009.<br />Kronologi yang dijadikan dasar oleh penyidik oleh Ari Muladi telah dicabut. Ari Muladi menyampaikan bahwa uang diserahkan kepada Yulianto.<br />Dengan pencabutan maka Kronologi tidak dapat dijadikan dasar yang kuat. Pencabutan tidak berarti pengakuan pertama Ari Muladi tidak dapat dipercaya, tetapi Ari Muladi sendiri sebagai pihak yang tidak dapat dipercaya.<br />Penggunaan Kronologi oleh penyidik sebagai dasar untuk menyangka adalah lemah<br />mengingat kredibilitas Ari Muladi. Penyidik kelihatannya bersikukuh pada urutan kejadian sesuai dengan Kronologi Anggodo. <strong>4. Petunjuk<br /></strong>Penyidik menggunakan petunjuk untuk membuktikan bahwa Kronologi sudah benar. Petunjuk yang dimiliki oleh penyidik adalah sejumlah mobil KPK yang memasuki area Bellagio dan Pasar Festival pada tanggal-tanggal yang disebutkan dalam Kronologi. Penyidik telah mendapatkan bukti berupa foto masuknya mobil-mobil KPK. Hanya saja ketika Tim 8 bertanya apakah mobil-mobil tersebut adalah mobil yang digunakan oleh Bibit ataupun Chandra maka penyidik tidak dapat memberi konfirmasi. Disamping itu, jumlah mobil yang disebutkan berjumlah banyak yang ditandai dengan plat nomor berbedabeda.<br />Oleh karenanya petunjuk ini tidak dapat memperkuat BAP Ari Muladi yang didasarkan pada Kronologi. Petunjuk ini tidak sama dengan petunjuk yang digunakan untuk menyangka dan mendakwa Polycarpus dalam kasus kematian Munir.<br />Ini merupakan bukti tidak kuatnya dasar yang digunakan oleh penyidik untuk menyangka Chandra dan Bibit menerima uang dari Ari Muladi sebagai bentuk pemerasan. <strong>5. BAP Ade Rahardja<br /></strong>Ade Rahardja sebagai tokoh sentral yang menghubungkan uang yang diterima oleh Ari Muladi dari Anggodo ke sejumlah pimpinan KPK dalam BAP menyatakan tidak mengenal Ari Muladi.<br />Ade Rahardja juga melakukan sangkalan bahwa pada waktu-waktu yang ada dalam kronologi ia berada di Bellagio atau Pasar Festival.<br />Kalaupun benar bahwa Chandra dan Bibit menerima uang dari Ari Muladi berdasarkan kronologi maka Ade Rahardja harus ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik. Namun hingga kedatangan Ade Rahardja ke Tim 8, Ade Rahardja tidak dalam status sebagai tersangka.<br />Oleh karenanya ini merupakan tidak kuatnya proses hukum yang dilakukan oleh penyidik maupun penuntut umum bila dilimpahkan ke pengadilan. <strong>6. BAP Bambang Widaryatmo<br /></strong>Meskipun dalam Kronologi disebutkan bahwa Bambang Widaryatmo menerima uang namun hingga kedatangan Bambang Widaryatmo ke Tim 8, tidak ada permintaan BAP oleh penyidik terhadap hal ini.<br />Bambang Widaryatmo dimintai keterangan yang telah dibuatkan BAPnya oleh penyidik dalam pasal penyalahgunaan wewenang.<br />Oleh karenanya proses hukum terhadap Chandra dan Bibit sangat lemah bila dibawa ke pengadilan karena Kronologi yang digunakan oleh penyidik ternyata tidak diikuti secara konsisten. Kronologi seolah digunakan sepanjang ada keterkaitannya dengan Chandra dan Bibit dalam melakukan pemerasan. <strong>7. Rekaman Penyadapan Telpon Anggodo Widjojo oleh KPK<br /></strong>Sebagian besar materi pembicaraan Anggodo berdasarkan hasil penyadapan KPK yang telah diperdengarkan secara umum dalam sidang Mahkamah Konstitusi pada 3 November 2009, menunjukkan keterangan dan infomasi adanya alur atau proses penyesuaian BAP yang disusun oleh Penyidik dengan kronologi yang dibuat Anggodo. Kurun waktu pembicaraan Anggodo dalam rekaman tersebut adalah periode Juli-September 2009, jika bandingkan dengan penyusunan BAP dan perumusan sangkaan terhadap Chandra dan Bibit maka<br />terdapat kesamaan periode waktu. Terdapat beberapa kalimat dalam rekaman yang menunjukkan infomasi bahwa Anggodo mempengaruhi dan berkoordinasi dengan oknum penyidik, kejaksaan dan pengacara untuk memastikan bahwa BAP Saksi semuanya sesuai dengan kronologi yang dibuatnya. <strong>8. Rekaman Penyadapan KPK terkait Lucas dan Susno Duadji<br /></strong>KPK mulai menyelidiki dugaan suap terkait Bank Century sejak 25 November 2008. Terkait penyelidikan, KPK mengakui memiliki rekaman penyadapan pembicaraan di antaranya antara Lucas dan Susno Duadji. Pembicaraan terkait upaya pencairan dana Budi Sampoerna. Dalam upaya pencairan tersebut, Susno Duadji mengeluarkan dua surat klarifikasi tertanggal 7 April dan 17 April 2009.<br />Dalam pertemuan dengan Tim 8, Susno Duadji membantah menerima suap dalam pencairan dana Budi Sampoerna tersebut. Dia mengatakan, sengaja menyusun skenario pembicaraan seolah-olah akan menerima suap. Maksudnya untuk melakukan latihan penyadapan bagi KPK, dan sekaligus latihan “kontra intelijen”. Hanya ketika ditanya apakah pihak ketiga (Lucas) mengetahui bahwa tindakan ini merupakan kontra intelijen diketahui, jawabannya adalah tidak.<br />Meski membantah, Susno Duadji mengakui ada pertemuan di Hotel Ambhara dan sempat mendesain suatu rencana penyerahan dengan menggunakan tas, yang diakuinya kosong. Keterangan dan bantahan Susno Duadji terkait pura-pura akan menerima suap demikian, diragukan oleh Tim 8.<br />Selanjutnya, adanya rekaman penyadapan KPK tersebut, sempat membuat Susno Duadji tidak berkenan dan salah satunya memunculkan istilah “Cicak vs Buaya” dalam wawancara dengan Majalah ''Tempo''. <strong>C. TERKAIT SANGKAAN PEMERASAN OLEH CHANDRA M. HAMZAH DAN BIBIT S. RIANTO</strong> <strong>1. Perumusan Dan Perubahan Sangkaan yang Janggal<br /></strong>Pada awalnya Penyidik memulai proses hukum berdasarkan testimoni dan laporan resmi dari Antasari Azhar yang pada pokoknya terdapat dugaan penyuapan atau pemerasan. Namun pada tanggal 7 Agustus 2009 melalui proses gelar perkara dengan Kejaksaan diperoleh fakta adanya tindak pidana penyalahgunaan wewenang oleh dua tersangka yang melanggar pasal 21 ayat 5 UU No 30 Tahun 2002 tentang KPK.<br />Sedangkan perumusan sangkaan pemerasan (Pasal 12 b dan 15 UU 31/1999 tentang<br />penyuapan dan pemerasan) diperoleh setelah adanya petunjuk dari Jaksa Penuntut Umum (P16) yang menyatakan bahwa penyalahgunaan wewenang tersebut dalam kaitannya untuk melakukan pemerasan. Pada tanggal 15 September 2009, Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto ditetapkan sebagai tersangka dengan sangkaan pemerasan dan penyalahgunaan wewenang jabatan <strong>2. Unsur Pemerasan yang Lemah<br /></strong>Penyidik hanya berpegang pada keterangan Ari Muladi bahwa pimpinan KPK-lah yang berinisiatif awal untuk meminta sejumlah dana (atensi) kepada Anggoro. Faktanya: Ari Muladi, sesuai dengan BAP pertama tanggal 11 Juli 2009, menyatakan hanya berhubungan dengan Ade Rahardja, bukan pimpinan KPK. Menurut Ari Muladi, permintaan atensi dari pimpinan KPK tersebut hanya dia dengar dari Ade Rahardja. Bahkan keterangan Ari Muladi tersebut pada akhirnya dicabut (BAP tanggal 18 Agustus 2009 dan BAP Lanjutan tanggal 26 Agustus 2009)<br />dengan menyatakan bahwa dirinya tidak pernah bertemu dengan Ade Rahardja maupun pimpinan KPK.<br />Ade Rahardja dalam kesaksiannya juga menegaskan bahwa dirinya tidak pernah bertemu dengan Ari Muladi terkait dengan dugaan suap atau pemerasan oleh pimpinan KPK. Ade juga membatah telah menerima sejumlah uang dari Ari Muladi serta membantah semua keterangan sebagaimana tertuang dalam kronologi Anggodo.<br />Dengan demikian, Penyidik dihadapan Tim 8 tidak dapat menunjukkan bukti adanya unsur permintaan atensi (pemerasan) dari pimpinan KPK. Penyidik harus membuktikan bahwa keterangan dari Ari Muladi dan Ade Rahardja tidak benar, disisi lain Penyidik dihadapan Tim 8 menyatakan tidak memiliki saksi fakta atau bukti lain yang menunjukkan adanya permintaan atensi dari pimpinan KPK. Penyidik hanya memiliki petunjuk-petunjuk, yang petunjuk itu sendiri telah dicabut oleh yang bersangkutan. <br />Masih terkait dengan inisiatif untuk meminta uang, fakta menunjukkan bahwa Anggodo sebagaimana tertuang dalam kronologi yang dibuatnya sendiri tanggal 15 juli 2009, pernah menyatakan bahwa meminta bantuan Ari Muladi yang memiliki teman di KPK untuk “mengurus” kasus PT Masaro Radiokom setelah penggeledahan terhadap perusahaan tersebut oleh KPK tanggal 29 Juli 2008, hal tersebut dibenarkan oleh Ari Muladi bahwa Anggodo meminta tolong kepada dirinya untuk menyelesaikan kasus PT Masaro Radiokom. Dengan demikian, inisiatif awal pertama kali untuk melakukan suap justru muncul dari Anggoro/Anggodo. <strong>3. Penyerahan Uang Kepada Pimpinan KPK Tidak Didukung Bukti Hukum yang Kuat<br /></strong>Polisi mendasarkan pada kesaksian Ari Muladi yang pada keterangan BAP pertama tanggal 11 Juli 2009 yang menyatakan bahwa uang tersebut diserahkan kepada Pimpinan KPK melalui Ade Rahardja.<br />Keterangan lain yang digunakan Penyidik adalah pernyataan Edy Sumarsono yang mengaku mendengarkan pernyataan Ari Muladi saat pertemuan dengan Antasari Azhar di Malang pada 29 November 2008 yang pada pokoknya Ari Muladi mengaku telah menyerahkan sejumlah uang kepada M. Yasin bersama-sama dengan Ade Rahardja.<br />Padahal, akhirnya Ari Muladi merubah BAP pertamanya tanggal 11 Juli 2009, dan menyatakan dalam BAP Perubahan (BAP tanggal 18 Agustus 2009 dan BAP Lanjutan tanggal 26 Agustus 2009) bahwa dia tidak menyerahkan sejumlah uang kepada Ade Rahardja. Uang yang dia terima dari Anggodo digunakan sebagian untuk keperluan hidupnya dan sebagian diserahkan kepada orang yang bernama Yulianto.<br />Ade Rahardja juga membantah semua keterangan Ari Muladi dan menyatakan tidak pernah bertemu dengan Ari Muladi. Orang yang disebut sebagai Yulianto, hingga saat ini belum diketahui keberadaannya. Ari Muladi bahkan tidak mengetahui alamat, nomor telepon maupun segala hal terkait dengan identitas Yulianto.<br />Bibit Samad Rianto sebagaimana disebut dalam kronologi yang dibuat Ari Muladi dan Anggodo bahwa yang bersangkutan telah menerima uang pada 15 Agustus 2008 di Belaggio Residence adalah tidak benar karena pada saat itu Bibit Samad Rianto berada di Peru. Begitupun dengan Chandra M. Hamzah menyatakan bahwa pada tanggal penyerahan uang tanggal 27 Februari 2009 sebagaimana disebut dalam kronologi Anggodo, yang bersangkutan tidak berada di Pasar Festival.<br />Terhadap keterangan-keterangan tersebut, Penyidik tetap bersikukuh pada kesaksian Ari Muladi sesuai BAP pertama meskipun BAP tersebut telah dirubah (dicabut sebagian). Penyidik hanya menggunakan petunjuk-petunjuk berupa keberadaan sejumlah mobil KPK di Pasar Festival dan Hotel Bellagio pada waktu yang bersamaan sesuai kronologi, karcis parkir a.n. mobil KPK di Pasar Festival dan Hotel Bellagio, lie detector untuk membuktikan bahwa pencabutan keterangan oleh Ari Muladi adalah bohong, Surat keterangan dari suatu Kelurahan di Surabaya yang menyatakan bahwa benar tidak ada warga yang bernama Yulianto, dan petunjuk lainnya yang mengarah pada keberadaan Ade Rahardja, Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto pada waktu dan tempat sesuai dengan kronologi Anggodo. <strong>4. Ketidakyakinan Antasari Azhar Terhadap Suap Kepada Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto</strong><br />Antasari Azhar menyatakan tidak yakin dengan bahwa Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto menerima sejumlah uang dari Anggoro. Antasari Azhar juga menegaskan bahwa testimoni yang dibuatnya adalah testimoni Anggoro, sehingga tidak ada satupun urutan kejadian dalam kronologi kasus ini yang disaksikan atau diketahui secara langsung oleh Antasari Azhar. <strong>5. Ari Muladi Sebagai Saksi Sekaligus Tersangka<br /></strong>Ari Muladi dijadikan tersangka oleh Kepolisian pada tanggal 18 Agustus 2009 dengan tuduhan penipuan dan atau penggelapan terhadap Anggodo serta pemalsuan surat. Penipuan dan atau penggelapan disangkakan kepada Ari Muladi terkait dengan penggunaan uang yang diberikan Anggodo, yang pada awalnya ditujukan untuk pimpinan KPK namun kemudian digunakan sendiri oleh Ari Muladi dan sebagian diserahkan kepada Yulianto. Uang yang diterima Ari Muladi dari Anggodo, menurut pengakuan Ari, adalah: · US$ 404.600 (setara dengan Rp. 3.750.000.000,-) pada 11 Agustus 2008. <br />· Rp 400.000.000 pada 13 November 2008.<br />· Dolar Singapur $ 124.920 (setara dengan Rp. 1.000.000.000,-) pada 13 Februari 2009. Sedangkan pemalsuan surat disangkakan terhadap Ari Muladi terkait dengan pemalsuan Surat Pencabutan Pencegahan ke Luar Negeri a.n. Anggoro Widjojo Cs. Kepada Dirjen Imigrasi Up. Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian Nomor: R-85/22/VI/2009 tanggal 5 Juni 2009 yang didalamnya terdapat tanda tangan Chandra M. Hamzah dan Bibit S Rianto. <strong>6. Anggodo Widjojo Tidak Dijadikan Tersangka<br /></strong>Dalam pengumpulan fakta, diketahui bahwa Kepolisian tidak menetapkan Anggodo sebagai tersangka dalam kasus ini. Sesuai dengan kronologi yang dibuatnya sendiri tanggal 15 Juli 2009, secara jelas menunjukkan bahwa inisiatif untuk “mengurus” kasus PT Masaro Radiokom, pertama kali muncul dari Anggodo dengan meminta bantuan Ari Muladi yang dianggap memiliki teman di KPK.<br />Dalam BAP Ari Muladi tanggal 18 Agustus 2009 juga dinyatakan bahwa Anggodo meminta tolong kepada Ari Muladi untuk menyelesaikan perkara yang terjadi di PT. Masaro Radiokom. <br />Dengan demikian semestinya orang yang memiliki inisiatif awal dan menyediakan dana untuk melakukan penyuapan dapat dianggap terlibat dalam kasus ini sehingga sudah selayaknya untuk dijadikan tersangka. <strong>7. Perubahan BAP Ari Muladi<br /></strong>Ari Muladi telah merubah BAP pertama dengan menyatakan bahwa dia tidak pernah bertemu dan tidak pernah berkomunikasi dengan Ade Rahardja. Ari Muladi juga menyatakan bahwa dia tidak pernah mendengar Ade Rahardja meminta sejumlah uang untuk pengurusan PT Masaro serta tidak pernah menyerahkan uang kepada Ade Rahardja. Ari Muladi menyatakan pula bahwa uang yang diperolehnya dari Anggodo, dia pakai sendiri dan sebagian dia serahkan kepada seseorang bernama Yulianto.<br />Ari Muladi juga menyatakan bahwa Surat Pencabutan Pencegahan ke Luar Negeri a.n. Anggoro Widjojo Cs. adalah palsu dan dibuat oleh Ari Muladi beserta Yulianto pada 6 Juni 2009 di daerah Matraman.<br />Atas perubahan BAP dan keterangan tersebut, Penyidik tetap bersikukuh dengan BAP<br />sebelum perubahan (11 Juli 2009) dan memilih untuk menggunakan lie detector untuk membuktikan bahwa BAP kedua dari Ari Muladi adalah bohong.<br />Penggunaan lie detector juga menjadi catatan Tim 8, khususnya keakuratan dan proses penggunanaan mesin tersebut. <strong>D. TERKAIT PENYALAHGUNAAN WEWENANG<br />1. Prosedur Penerbitan Dan Pencabutan Surat Larangan Bepergian Ke Luar Negeri (Cegah) Tidak Melanggar Standard Operating Procedure KPK</strong><br />Proses penerbitan dan pencabutan surat telah sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) KPK. Hal tersebut diatur dalam Surat Keputusan Pimpinan KPK No. KEP-447/01/XII/2008 tentang Perubahan Keputusan Pimpinan KPK No. KEP-33/01/I/2008 tentang Pembagian Tugas Pimpinan KPK Periode tahun 2007-2011. Dalam UU KPK juga mengatur bahwa KPK diberikan kewenangan<br />mengatur sendiri mekanisme dalam menetapkan kebijakan sebagaimana yang diatur dalam pasal 25 ayat (2) UU KPK, sehingga jikalau terjadi kekeliruan dalam penerapan wewenang, maka hal tersebut bukan masuk dalam ranah pidana, namun masuk dalam ranah Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun demikian, Penyidik tetap bersikukuh menganggap SOP KPK bertentangan dengan UU KPK. <strong>2. Tidak Terpenuhinya Unsur Pemaksaan dalam Penerbitan Dan Pencabutan Surat Larangan </strong>Bepergian Ke Luar Negeri<br />Tumpak Hatorangan Panggabean, Ketua KPK sementara, menyatakan bahwa tidak ada unsur pemaksaan dan tidak ada seorangpun termasuk Dirjen Imigrasi yang dipaksa dalam penerbitan dan pencabutan Surat larangan Bepergian ke Luar Negeri yang ditandatangani oleh Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto. Padahal Pasal yang dituduhkan kepada Chandra dan Bibit mengharuskan adanya pembuktian unsur pemaksaan dengan kewenangan.<br />Namun penyidik tetap bersikukuh bahwa telah terjadi penyalahgunaan wewenang dengan hanya mendasarkan pada penafsiran UU KPK dan tidak terpenuhinya bukti formil terkait persetujuan kolektif dalam penerbitan surat tersebut. <strong>3. Pimpinan-Pimpinan KPK Terdahulu Melakukan Prosedur yang Sama<br /></strong>Terdapat konvensi atau kesepakatan di internal KPK sejak periode pertama hingga periode saat ini bahwa dalam menerbitkan atau mencabut Surat Larangan Bepergian Ke Luar Negeri (Cegah) tidak perlu melalui rapat pimpinan kolektif, namun cukup ditandatangani oleh pimpinan KPK yang menangani kasus tersebut dan menyampaikan salinan surat tersebut kepada pimpinan KPK lainnya. Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan beberapa mantan pimpinan KPK. <strong>4. Pencabutan Surat Larangan Bepergian Ke Luar Negeri a.n. Djoko Chandra Terkait dengan Kasus Arthalita Suryani<br /></strong>KPK sedang menyelidiki keterkaitan antara aliran uang dari PT. Mulia Graha Tatalestari sebesar 1 US$ kepada Urip Tri Gunawan-Artalyta Suryani. KPK mendapatkan informasi bahwa aliran dana di rekening Joko Chandra diduga terkait dengan dana yang digunakan Arthalita Suryani dalam kasus suap Urip Tri Gunawan, namun ternyata dugaan tersebut tidak benar setelah KPK mendapatkan<br />informasi yang akurat bahwa dana tersebut ternyata mengalir ke Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian Sosial. Saat itu pula kasus Arthalita dan Jaksa Urip Tri Gunawan sudah selesai diperiksa dan diputus di Pengadilan, sehingga KPK menganggap tidak cukup alasan lagi untuk melakukan ”larangan bepergian ke luar negeri” terhadap Joko Chandra. <strong>5. Penundaan Pelaksanaan Penyidikan Anggoro Widjojo dan Kasus MS Ka’ban yang Belum Disidik Karena Menunggu Putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (in kracht) Kasus SKRT</strong><br />Dugaan polisi yang mengarahkan pada adanya hubungan antara penundaan pelaksanaan penyidikan PT. Masaro Radiokom dengan aliran dana dari Anggoro ke Pimpinan KPK dibantah dengan fakta yang disampaikan KPK bahwa penundaan penyidikan dilakukan karena KPK menunggu adanya putusan ''in kracht ''oleh Pengadilan Tipikor atas perkara Yusuf Erwin Faisal dalam kasus Tanjung Siapi-Api yaitu tanggal 23 Maret 2009 dimana Anggoro terbukti menyuap Yusuf Erwin Faisal. Menurut KPK, penundaan penyidikan hingga adanya putusan pengadilan tersebut adalah salah satu strategi penyidikan untuk memudahkan proses pembuktian terhadap<br />Anggoro dalam kasus PT. Masaro Radiokom.<br />Chandra M. Hamzah menyatakan bahwa tidak ada hubungan emosional antara dirinya dengan MS Ka’ban. Chandra hanya beberapa kali bertemu dengan MS Ka’ban dan hanya dalam acara resmi. <strong>BAB IV<br />HASIL VERIFIKASI MELALUI GELAR PERKARA</strong> <strong>A. Atas Sangkaan Pasal 12 huruf e juncto Pasal 15 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi</strong> <strong>1. Kekurangan Fakta dari Penyidik<br /></strong>a. Tidak ada fakta yang diperoleh penyidik dalam mengkonstruksikan bahwa Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto telah melakukan pemerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.<br />b. Ketiadaan fakta tersebut nampak pada ketidakmampuan penyidik di hadapan Tim 8 pada acara gelar perkara untuk menjelaskan alur penyerahan uang dari Ari Muladi kepada Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah maupun kepada Ade Raharja serta berdasarkan keterangan Antasari Azhar, keterangan Ari Muladi, dan BAP Ari Muladi tertanggal 18 Agustus 2009 (BAP Kedua), dan keterangan Edy Soemarsono, serta bantahan Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto<br />c. Dalam hal Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto sebagai tersangka membantah telah menerima uang tersebut, mereka tidak berkewajiban membuktikan bahwa mereka tidak menerima (karena dalam hukum pembuktian, tidak dikenal pembuktian secara negatif). Justru sebaliknya, beban pembuktian berada pada pihak yang mendalilkan adanya sangkaan itu, dalam hal ini penyidik. Namun ternyata penyidik hanya memiliki keterangan Ari Muladi dan bahan petunjuk yang sangat lemah atau tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian.<br />d. Bahan petunjuk yang sangat lemah itu hanya berupa adanya mobil KPK yang keluar masuk di Pasar Festifal dan Hotel Bellagio, yang kemudian dijadikan bukti petunjuk. Bukti petunjuk demikian adalah sangat lemah karena baru merupakan sebuah bahan untuk membentuk sebuah bukti. Keterangan tentang mobil KPK itu harus disesuaikan dengan bahan pembentuk bukti petunjuk yang lain (keterangan saksi, surat, keterangan terdakwa). Kalau keterangan Ari Muladi digunakan sebagai bahan, maka jelas sangat lemah atau tidak dapat digunakan karena keterangan Ari Muladi merupakan upaya pembelaan diri bagi Ari Muladi. <strong>2. Lemahnya Bukti yang digunakan oleh Penyidik<br /></strong>a. Untuk menentukan seseorang telah melakukan perbuatan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e dan Pasal 15 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka yang harus dibuktikan adalah apakah unsur-unsur Pasal 12 huruf e dan Pasal 15 itu terpenuhi atau tidak. Unsur-unsur pasal tersebut adalah:<br />1) Pegawai negeri atau penyelenggara;<br />2) Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan<br />hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaanya;<br />3) Memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran<br />dengan potongan; atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;<br />Sedangkan unsur-unsur Pasal 15 adalah:<br />1) Setiap orang;<br />2) Melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi;<br />b. Dalam pemeriksaan oleh Tim 8, ternyata penyidik tidak memiliki cukup bukti untuk membuktikan unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum.<br />Karena alat bukti yang dimiliki penyidik tentang aliran uang dari Anggoro Widjojo terhenti di Ari Muladi (missing link). Alat bukti untuk membuktikan unsur percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat juga tidak dimiliki penyidik.<br />c. Keterangan Edi Soemarsono dan Antasari Azhar merupakan keterangan yang diperoleh dari orang lain (testimonium de auditu), oleh karenanya tidak dapat dipakai sebagai alat bukti (185) ayat (1) KUHAP) juncto Pasal 1 angka 27 KUHAP. Disamping itu juga, keterangan Edy Soemarsono merupakan pendapat atau rekaan yang diperoleh dari pemikiran sendiri, berdasarkan cerita orang lain yang tidak dapat digunakan sebagai keterangan saksi (Pasal 185 ayat (5) KUHAP).<br />d. Keterangan Ari Muladi mengenai penyerahan uang itu, kalaupun benar, juga merupakan keterangan yang berdiri sendiri, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti (unus testis nullus testis), satu saksi bukanlah saksi; terlebih keterangan tersebut sudah dicabut. Alat bukti berupa petunjuk yang dimiliki penyidik juga tidak berdasar karena hanya berdasarkan asumsi saja, tidak berdasarkan pada rangkaian keterangan dari saksi-saksi yang ada.<br />e. Hal yang terungkap di hadapan Tim 8 justru inisiatif pemberian uang berasal dari Anggoro Widjojo yang kemudian meminta bantuan Anggodo Widjojo menghubungi KPK terkait penggeledahan PT. Masaro. Dengan demikian, yang terjadi adalah percobaan penyuapan, bukan pemerasan sebagaimana didalilkan oleh Anggoro Widjojo/Anggodo Widjojo. Oleh karena itu Anggoro Widjojo, Anggodo Widjojo dan Ari Muladi harus dijadikan tersangka karena mencoba menyuap kedua tersangka. Ari Muladi juga dapat dikenai pasal penipuan dan/atau penggelapan (kumulatif).<br />Berdasarkan uraian di atas, maka tidak ada pidana bagi Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto, karena yang bersangkutan tidak melakukan perbuatan pidana (nulla poena sine crimine). <strong>B. Atas Sangkaan atas Pasal 421 KUHP juncto Pasal 23 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi</strong> <strong>1. Kekurangan Fakta dari Penyidik<br /></strong>a. Tidak ada fakta yang diperoleh penyidik dalam mengkonstuksikan bahwa Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto telah melakukan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 421 KUHP juncto Pasal 23 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.<br />b. Di hadapan Tim 8, pada acara gelar perkara, penyidik tidak memiliki cukup bukti yang membuktikan Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto memaksa pejabat imigrasi untuk mencegah Anggoro Widjojo berpergian keluar negeri dan memaksa pejabat imigrasi untuk mencabut pencegahan berpergian ke luar negeri atas nama Joko S. Tjandra.<br />c. Pimpinan KPK di hadapan Tim 8 menjelaskan bahwa pencegahan Anggoro Widjojo dan pencabutan pencegahan Joko S. Tjandra telah sesuai dengan mekanisme yang ada dan telah berlangsung sejak pimpinan KPK periode pertama. <strong>2. Lemahnya Bukti yang digunakan oleh Penyidik<br /></strong>a. Dalam membuktikan apakah seseorang telah melakukan perbuatan pidana penyalahgunaan kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 421 KUHP juncto Pasal 23 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka yang harus dibktikan adalah unsur-unsur dalam pasa-pasal tersebut. Unsur-unsur Pasal 421 KUHP adalah:<br />1) Pejabat;<br />2) Menyalahgunakan kekuasaan;<br />3) Memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu.<br />Sedangkan pasal 23 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memuat ketentuan pidana minimal dan pidana maksimal bagi yang melanggar Pasal 421 KUHP. Dengan demikian, yang harus penyidik/penuntut umum buktikan adalah unsur-unsur Pasal 421 KUHP. b. Alat bukti yang dimiliki penyidik dalam menjerat Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan sangat lemah karena tidak ada saksi-saksi yang menerangkan bahwa ada unsur “memaksa” dalam pencegahan perpergian keluar negeri atas nama Anggoro Widjojo dan pencabutan pencegahan berpergian keluar negeri atas nama Joko S. Tjandra. c. Dalam memeriksa Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto, Penyidik hanya mendasarkan pada penilaian bahwa pencegahan bepergian keluar negeri atas nama Anggoro Widjojo dan pencabutan pelarangan perpergian keluar negeri atas nama Joko S. Tjandra melanggar prinsip kolektif kolegial; status Anggoro Widjojo belum tersangka; dan terhadap Anggoro Widjojo belum dilakukan penyelidikan/penyidikan terlebih dulu, sehingga dirumuskan telah terjadi penyalahgunaan&nbsp; kekuasaan/wewenang.<br />Terhadap prinsip pengambilan keputusan yang bersifat kolektif-kolegial, pimpian KPK pada 5 November 2009 telah menjelaskan kepada Tim 8 antara lain bahwa KPK telah memiliki mekanisme yang ditetapkan secara internal tentang pelaksanaan musyawarah antar pimpinan sebagai realisasi kepada putusan yang sifatnya kolektif itu. Karena KPK diberikan kewenangan juga mengatur sendiri mekanisme dalam menetapkan kebijakan sebagaimana yang diatur dalam pasal 25 ayat (2) UU KPK.<br />Hal tersebut telah berlangsung sejak pimpinan KPK pada periode pertama. Selain itu, ada konvensi atau kesepakatan di internal KPK bahwa pencegahan berpergian cukup dilakukan oleh komisioner yang membawahi tugas tersebut. Dan itu sudah diatur pula dalam Surat Keputusan Pimpian KPK No. KEP-447/01/XII/2008 tentang Perubahan Keputusan Pimpinan KPK No. KEP-33/01/I/2008 tentang Pembagian Tugas Pimpinan KPK Periode tahun 2007-2011. d. Terhadap pelarangan perpergian keluar negeri atas nama Anggoro Widjojo yang berstatus sebagai tersangka. Pasal 12 ayat (1) huruf b UU KPK tegas menyatakan bahwa “dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf c, KPK berwenang memerintahkan kepada instansi terkait untuk melarang seseorang berpergian ke luar negeri.” Kata “penyelidikan” dan “seseorang” pada rumusan pasal tersebut menunjukan bahwa KPK berwenang memerintahkan instansi terkait (imigrasi) untuk mencegah seseorang berpergian ke luar negeri apapun status orang itu, asalkan terkait<br />dengan perkara korupsi yang sedang diselidiki KPK. Oleh karena itu, pencegahan seseorang oleh KPK tidak harus berstatus tersangka. e. Terkait dengan Anggoro Widjojo, pencegahan yang bersangkutan berpergian ke luar negeri karena KPK sedang menangani perkara lain yakni, kasus Yusuf Erwin Faisal dan sudah incracht). Dalam perkara itu, Anggoro menyuap Yusuf Erwin Faisal dan pejabat di Departemen Kehutan (MS Kaban). Tindakan penyidik mengkaitkan keterlambatan penanganan kasus Masoro dengan utang jasa Chandra M. Hamzah terhadap MS Kaban sangat tidak berdasar. f. Pencabutan pencegahan atas nama Joko S. Tjandra juga tidak menyalahi ketentuan karena KPK sedang menyelidiki keterkaitan antara aliran uang dari PT. Mulia Graha Tatalestari sebesar 1 US$ kepada Urip Tri Gunawan-Artalyta Suryani. Dalam persidangan, tidak ditemukan keterlibatan Joko S. Tjandra dalam perkara suap Artalyta Susryani kepada Urip Tri Gunawan sehingga KPK mencabut pencegahan berpergian ke luar negeri tersebut. Berdasarkan hal-hal di atas, tidak cukup bukti bahwa kedua tersangka melakukan penyalahgunaan kekuasaan/wewenang sebagaimana yang dituduhkan oleh Penyidik. <strong>BAB V<br />KESIMPULAN DAN REKOMENDASI</strong> Berdasarkan verifikasi tersebut, Tim 8 menyimpulkan dan merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: <strong>A. KESIMPULAN</strong> <strong>1. Proses Hukum Chandra dan Bibit<br /></strong>a. Pada awalnya, proses pemeriksaan terhadap dugaan adanya penyuapan dan/atau pemerasan dalam kasus Chandra dan Bibit adalah wajar (tidak ada rekayasa) berdasarkan alasan-alasan:<br />1) Testimoni Antasari Azhar<br />2) Laporan Polisi oleh Antasari Azhar<br />3) Rekaman pembicaraan Antasari Azhar dengan Anggoro di Singapura di Laptop Antasari Azhar di KPK<br />4) Keterangan Anggodo tanggal 7 Juli 2009<br />5) Keterangan Anggoro tanggal 10 Juli 2009 di Singapura<br />6) Keterangan Ari Muladi. b. Dalam perkembangannya Polisi tidak menemukan adanya bukti penyuapan dan/atau pemerasan, namun demikian Polisi terlihat memaksakan dugaan penyalahgunaan wewenang oleh Chandra dan Bibit dengan menggunakan:<br />1) Surat pencegahan ke luar negeri terhadap Anggoro;<br />2) Surat pencegahan dan pencabutan cegah keluar negeri terhadap Djoko Tjandra.<br />c. Polri tidak memiliki bukti yang cukup untuk mendakwa Chandra dan Bibit atas dasar penyalahgunaan wewenang berdasarkan Pasal 23 UU Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 421 KUHP dan pemerasan berdasarkan Pasal 12 (e) Undang-undang Tindak Pidana Korupsi serta percobaannya berdasarkan Pasal 15 UU Tindak Pidana Korupsi.<br />d. Dalam gelar perkara tanggal 7 Nopember 2009, Jaksa Peneliti Kasus Chandra dan Bibit juga menilai bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh penyidik masih lemah. e. Aliran dana dari Anggodo Widjojo ke Ari Muladi terputus dan tidak ada bukti yang menyatakan uang tersebut sampai ke tangan pimpinan KPK. <strong>2. Profesionalisme Penyidik dan Penuntut<br /></strong>Tim 8 berkesimpulan profesionalisme penyidik dari Kepolisian dan penuntut dari Kejaksaan sangat lemah mengingat sangkaan dan dakwaan tidak didukung oleh fakta dan bukti yang kuat. Fenomena mengikuti ‘apa yang diinginkan oleh atasan’ dikalangan penyidik dan penuntut umum masih kuat, sehingga penyidik dan penuntut umum tidak bebas mengembangkan temuannya secara obyektif dan adil. Sehingga terkesan adanya rekayasa. Munculnya intruksi dari atasan tersebut, tidak terlepas dari<br />adanya benturan kepentingan pada atasan yang bersangkutan. <strong>3. Makelar Kasus<br /></strong>Dalam proses verifikasi yang dilakukan oleh Tim 8, ditemukan dugaan kuat atas terjadinya fenomena Makelar Kasus (Markus). Fenomena ini tidak hanya ada di Kepolisian, Kejaksaan, ataupun Advokat, tetapi juga di KPK dan LPSK. Bahkan pada kasus lainnya, mafia hukum juga menjangkiti profesi notaris dan Pengadilan. <strong>4. Institutional Reform<br /></strong>Tim 8 juga menemukan adanya permasalahan institusional dan personal di dalam tubuh kepolisian, kejaksaan, KPK, termasuk Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sehingga menimbulkan disharmoni dan tidak efektifnya institusi-institusi tersebut dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. <strong>B. REKOMENDASI<br /></strong>Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, Tim 8 merekomendasikan kepada Presiden untuk:<br />1. Setelah mempelajari fakta-fakta, lemahnya bukti-bukti materil maupun formil dari penyidik, dan demi kredibilitas sistem hukum, dan tegaknya penegakan hukum yang jujur dan obyektif, serta memenuhi rasa keadilan yang berkembang di masyarakat, maka <strong>proses hukum terhadap Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto sebaiknya dihentikan</strong>. Dalam hal ini Tim 8 merekomendasikan agar:<br />a. Kepolisian menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dalam hal perkara ini masih di tangan kepolisian;<br />b. Kejaksaan menerbitkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) dalam hal perkara ini sudah dilimpahkan ke kejaksaan; atau<br />c. Jika kejaksaan berpendapat bahwa demi kepentingan umum, perkara perlu dihentikan, maka berdasarkan asas opportunitas, Jaksa Agung dapat mendeponir perkara ini. 2. Setelah menelaah problematika institusional dan personel lembaga-lembaga penegak hukum dimana ditemukan berbagai kelemahan mendasar maka Tim 8 merekomendasikan agar Presiden melakukan:<br />a. Untuk memenuhi rasa keadilan, menjatuhkan sanksi kepada pejabat-pejabat yang bertanggung jawab dalam proses hukum yang dipaksakan dan sekaligus melakukan reformasi institusional pada tubuh lembaga kepolisian dan kejaksaan;<br />b. Melanjutkan reformasi institusional dan reposisi personel pada tubuh Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Lembaga Perlindungan saksi dan Korban (LPSK) --tentu dengan tetap menghormati independensi lembaga-lembaga tersebut, utamanya KPK.<br />Untuk mereformasi lembaga-lembaga penegak hukum tersebut diatas maka Presiden dapat menginstruksikan dilakukannya ‘governance audit’ oleh suatu lembaga independen, yang bersifat diagnostic untuk mengidentifikasi persoalan dan kelemahan mendasar di tubuh lembaga-lembaga penegak hukum tersebut. 3. Setelah mendalami betapa penegakan hukum telah dirusak oleh merajalelanya makelar kasus (markus) yang beroperasi di semua lembaga penegak hukum maka sebagai ''shock therapy'' <strong>Presiden perlu memprioritaskan operasi pemberantasan makelar kasus </strong>(markus) di dalam semua lembaga penegak hukum termasuk di lembaga peradilan dan profesi advokat; dimulai dengan pemeriksaan<br />secara tuntas dugaan praktik mafia hukum yang melibatkan Anggodo Widjojo dan Ari Muladi oleh aparat terkait. 4. Kasus-kasus lainnya yang terkait seperti kasus korupsi Masaro; <strong>proses hukum terhadap Susno Duadji dan Lucas terkait dana Budi Sampoerna di Bank Century; serta kasus pengadaaan SKRT Departemen Kehutanan; hendaknya dituntaskan.</strong> 5. Setelah mempelajari semua kritik dan input yang diberikan tentang lemahnya strategi dan implementasi penegakan hukum serta lemahnya koordinasi di antara lembaga&ndash;lembaga penegak hukum, maka <strong>Presiden disarankan membentuk Komisi Negara yang akan membuat program menyeluruh dengan arah dan tahapan-tahapan yang jelas untuk pembenahan lembaga-lembaga hukum, termasuk organisasi profesi Advokat, serta sekaligus berkoordinasi dengan lembaga-lembaga hukum lainnya </strong>untuk menegakkan prinsip-prinsip negara hukum, due proccess of law, hak-hak asasi manusia dan keadilan. <br />Jakarta, 16 November 2009<br />Ketua Tim 8,<br />Dr. Iur. Adnan Buyung Nasution<br />Wakil Ketua Tim 8,<br />Irjen Pol (Purn) Prof. Drs. Koesparmono Irsan<br />Sekretaris Tim 8,<br />Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph. D.<br />Anggota Tim 8,<br />Dr. Todung Mulya Lubis, S.H., LL.M.<br />Anggota Tim 8,<br />Dr. Amir Syamsuddin, S.H., M.H.<br />Anggota Tim 8,<br />Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph. D.<br />Anggota Tim 8,<br />Dr. Anies Baswedan<br />Anggota Tim 8,<br />Prof. Dr. Komaruddin Hidayat [[Kategori:Dokumen resmi]] 0kqq61c9ac8y17hd3b1i13ndfp8opmh Pengakuan Iman Rasuli 0 10489 100317 99361 2022-08-21T04:03:57Z 125.161.206.93 /* Versi Kristen Protestan */ wikitext text/x-wiki {{header | title = Pengakuan Iman Rasuli | author = | section = | previous = | next = | portal = | wikipedia = Pengakuan Iman Rasuli | notes = ditulis pada tahun c. 700 M, kredo ini merupakan pengakuan awal iman Kristen. Pengakuan ini banyak digunakan oleh denominasi-denominasi Kristen untuk tujuan liturgis maupun katekismus. Penerjemah ke dalam bahasa Indonesia tidak diketahui }} == Teks == === Versi Katolik Roma === <poem> Aku percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi; dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria; yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat, dan dimakamkan; yang turun ke tempat penantian pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati; yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa; dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin. </poem> === Versi Kristen Protestan === <poem> Aku percaya kepada Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, Khalik langit dan bumi, Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, Turun dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus, dan Am Persekutuan orang Kudus Pengampunan dosa Kebangkitan daging Dan hidup yang kekal. Amin </poem> ;Catatan * Pada beberapa terjemahan berbunyi, "kebangkitan orang mati." == Teks dengan referensi ayat Alkitab == {| |- valign="top" | Aku percaya kepada Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, || {{Alkitab|1 Korintus 8:6}} {{Alkitab|Wahyu 1:8}} {{Alkitab|Yesaya 44:6}} {{Alkitab|2 Korintus 6:18}} {{Alkitab|Efesus 4:6}} {{Alkitab|Wahyu 19:6}} |- valign="top" | Khalik langit dan bumi, || {{Alkitab|Yohanes 1:1-3}} {{Alkitab|Kejadian 1:1-3}} {{Alkitab|Kisah 14:15}} {{Alkitab|Kisah 17:24-26}} {{Alkitab|Ibrani 11:3}} {{Alkitab|Nehemia 9:6}} |- valign="top" | dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, || {{Alkitab|Yohanes 20:28}} {{Alkitab|Yohanes 3:16}} {{Alkitab|Yohanes 1:18}} {{Alkitab|1 Yohanes 4:9}} {{Alkitab|Yohanes 10:30,36-38}} {{Alkitab|Kisah 4:10-12}} {{Alkitab|Kolose 1:15-19}} {{Alkitab|Kolose 2:3,9}} {{Alkitab|Amsal 30:4}} {{Alkitab|Lukas 2:11}} {{Alkitab|1 Korintus 8:6}} {{Alkitab|2 Petrus 1:16-18}} {{Alkitab|Roma 8:31-34}} {{Alkitab|Roma 9:5}} {{Alkitab|Matius 28:18-19}} {{Alkitab|1 Timotius 3:16}} |- valign="top" | yang dikandung dari Roh Kudus, || {{Alkitab|Matius 1:18-20}} {{Alkitab|Lukas 1:35}} |- valign="top" | lahir dari anak dara Maria, || {{Alkitab|Lukas 1:27,34}} {{Alkitab|Matius 1:23}} |- valign="top" | yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, || {{Alkitab|Lukas 3:1,2}} {{Alkitab|Lukas 23:13-25,32-34,44-46}} |- valign="top" | disalibkan, mati dan dikuburkan, || {{Alkitab|Kisah 4:10}} {{Alkitab|Yesaya 53:4-8}} {{Alkitab|Yohanes 19:20}} {{Alkitab|Lukas 23:52-53}} {{Alkitab|Wahyu 5:12,13}} |- valign="top" | turun ke dalam kerajaan maut. || {{Alkitab|1 Petrus 3:18-19}} {{Alkitab|Wahyu 1:18}} |- valign="top" | Dan pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, || {{Alkitab|1 Korintus 15:1-8,12-14,19-20}} {{Alkitab|Kisah 2:21,22,31,32}} {{Alkitab|Matius 28:1-9}} {{Alkitab|Markus 16:4-6}} {{Alkitab|Lukas 24:44-47}} {{Alkitab|Yohanes 20:1,12-17}} {{Alkitab|Roma 1:2-4}} |- valign="top" | naik ke surga, || {{Alkitab|Kisah 1:9-11}} {{Alkitab|Lukas 24:49-51}} {{Alkitab|Yohanes 20:17}} |- valign="top" | duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa. || {{Alkitab|Ibrani 12:2}} {{Alkitab|Ibrani 1:1-6}} {{Alkitab|Markus 16:19}} {{Alkitab|Ibrani 9:24}} {{Alkitab|Ibrani 10:12-13}} |- valign="top" | Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. || {{Alkitab|Kisah 10:42}} {{Alkitab|2 Timotius 4:1}} {{Alkitab|1 Tesalonika 4:15-18}} {{Alkitab|2 Petrus 3:8-13}} {{Alkitab|Matius 24:27,36}} {{Alkitab|Matius 25:31-34,41,46}} {{Alkitab|Yohanes 5:22}} {{Alkitab|Yohanes 14:1,3}} {{Alkitab|2 Tesalonika 1:7-10}} {{Alkitab|Ibrani 9:27}} |- valign="top" | Aku percaya kepada Roh Kudus, || {{Alkitab|Efesus 4:30-32}} {{Alkitab|Yohanes 15:26}} {{Alkitab|Yohanes 16:7-15}} {{Alkitab|Kisah 1:8-9}} {{Alkitab|Kisah 13:2}} {{Alkitab|1 Korintus 6:19-20}} {{Alkitab|Galatia 5:22-25}} |- valign="top" | Gereja Yang Kudus dan Am || {{Alkitab|Efesus 2:18-22}} |- valign="top" | Persekutuan orang Kudus || {{Alkitab|Galatia 6:2,10}} |- valign="top" | Pengampunan dosa || {{Alkitab|Kisah 13:38}} {{Alkitab|1 Yohanes 1:8 - 2:2}} {{Alkitab|1 Timotius 1:15}} {{Alkitab|Matius 26:26-28}} {{Alkitab|Lukas 7:48}} {{Alkitab|Kisah 10:43}} {{Alkitab|Roma 3:23}} {{Alkitab|Roma 4:5}} {{Alkitab|Roma 5:6-10}} {{Alkitab|Roma 10:4-13}} {{Alkitab|1 Yohanes 4:9-10}} {{Alkitab|Efesus 1:7}} {{Alkitab|Yohanes 1:29}} |- valign="top" | Kebangkitan orang mati || {{Alkitab|1 Korintus 15:42-44,50-54}} {{Alkitab|Filipi 3:20-21}} {{Alkitab|Ayub 19:25-27}} {{Alkitab|1 Tesalonika 4:16-17}} {{Alkitab|Yohanes 5:28-29}} {{Alkitab|Yohanes 6:39-40,44}} |- valign="top" | Dan hidup yang kekal. || {{Alkitab|Yohanes 3:14-16}} {{Alkitab|Yohanes 10:10}} {{Alkitab|Yohanes 11:25}} {{Alkitab|Yohanes 17:2-3}} {{Alkitab|1 Petrus 1:3-5}} {{Alkitab|1 Yohanes 5:11-13}} |- valign="top" |Amin. |} == Teks Panjang (Nicea-Konstantinopel) == Teks versi Nicea Konstatinopel: <poem> Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan; dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa. aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin. </poem> == Teks Latin == Teks dalam [[bahasa Latin]]: <poem> Credo in Deum Patrem omnipotentem; Creatorem coeli et terrae. Et in Iesum Christum, Filium ejus unicum, Dominum nostrum; qui conceptus est de Spiritu Sancto, natus ex Maria virgine; passus sub Pontio Pilato, crucifixus, mortuus, et sepultus; descendit ad inferna; tertia die resurrexit a mortuis; ascendit ad coelos; sedet ad dexteram Dei Patris omnipotentis; inde venturus (est) judicare vivos et mortuos. Credo in Spiritum Sanctum; sanctam ecclesiam catholicam; sanctorum communionem; remissionem peccatorum; carnis resurrectionem; vitam oeternam. Amen. </poem> == Teks Yunani == Teks dalam [[bahasa Yunani]]: <poem> Πιστεύω εις Θεον Πατερα, παντοκράτορα, ποιητην ουρανου και γης. Και (εις) `Ιησουν Χριστον, υίον αυτου τον μονογενη, τον κύριον ήμων, τον συλληφθέντα εκ πνεύματοσ άγίου, γεννηθέντα εκ Μαρίας της παρθένου, παθόντα επι Ποντίου Πιλάτου, σταυρωθέντα, θανόντα, και ταφέντα, κατελθόντα εις τα κατώτατα, τη τρίτη `ημέρα `αναστάντα `απο των νεκρων, `ανελθόντα εις τους ουρανούς, καθεζόμενον εν δεξια θεου πατρος παντο δυνάμου, εκειθεν ερχόμενον κρϊναι ζωντας και νεκρούς. Πιστεύω εις το Πνυμα το `Αγιον, αγίαν καθολικην εκκλησίαν, αγίων κοινωνίαν, άφεσιν αμαρτιων, σαρκος ανάστασιν, ξωήν αιώνιον. Αμήν. </poem> [[Category:Kristen]] [[da:Den apostolske trosbekendelse]] [[en:Apostles' Creed]] [[fr:Je crois en Dieu]] [[it:Simbolo degli Apostoli]] [[ko:사도신경]] [[la:Symbolum Apostolicum]] [[pl:Książka do nabożeństwa/Skład Apostolski]] [[pt:Credo dos Apóstolos]] rynyf1k523s1ta83ajrskkm32fpyp13 100318 100317 2022-08-21T04:06:31Z 125.161.206.93 /* Versi Kristen Protestan */ wikitext text/x-wiki {{header | title = Pengakuan Iman Rasuli | author = | section = | previous = | next = | portal = | wikipedia = Pengakuan Iman Rasuli | notes = ditulis pada tahun c. 700 M, kredo ini merupakan pengakuan awal iman Kristen. Pengakuan ini banyak digunakan oleh denominasi-denominasi Kristen untuk tujuan liturgis maupun katekismus. Penerjemah ke dalam bahasa Indonesia tidak diketahui }} == Teks == === Versi Katolik Roma === <poem> Aku percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi; dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria; yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat, dan dimakamkan; yang turun ke tempat penantian pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati; yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa; dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin. </poem> === Versi Kristen Protestan === <poem> Aku percaya kepada Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, Khalik langit dan bumi, Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, Turun dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang kudus, dan Am Persekutuan orang Kudus Pengampunan dosa Kebangkitan daging Dan hidup yang kekal. Amin </poem> ;Catatan * Pada beberapa terjemahan berbunyi, "kebangkitan orang mati." == Teks dengan referensi ayat Alkitab == {| |- valign="top" | Aku percaya kepada Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, || {{Alkitab|1 Korintus 8:6}} {{Alkitab|Wahyu 1:8}} {{Alkitab|Yesaya 44:6}} {{Alkitab|2 Korintus 6:18}} {{Alkitab|Efesus 4:6}} {{Alkitab|Wahyu 19:6}} |- valign="top" | Khalik langit dan bumi, || {{Alkitab|Yohanes 1:1-3}} {{Alkitab|Kejadian 1:1-3}} {{Alkitab|Kisah 14:15}} {{Alkitab|Kisah 17:24-26}} {{Alkitab|Ibrani 11:3}} {{Alkitab|Nehemia 9:6}} |- valign="top" | dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, || {{Alkitab|Yohanes 20:28}} {{Alkitab|Yohanes 3:16}} {{Alkitab|Yohanes 1:18}} {{Alkitab|1 Yohanes 4:9}} {{Alkitab|Yohanes 10:30,36-38}} {{Alkitab|Kisah 4:10-12}} {{Alkitab|Kolose 1:15-19}} {{Alkitab|Kolose 2:3,9}} {{Alkitab|Amsal 30:4}} {{Alkitab|Lukas 2:11}} {{Alkitab|1 Korintus 8:6}} {{Alkitab|2 Petrus 1:16-18}} {{Alkitab|Roma 8:31-34}} {{Alkitab|Roma 9:5}} {{Alkitab|Matius 28:18-19}} {{Alkitab|1 Timotius 3:16}} |- valign="top" | yang dikandung dari Roh Kudus, || {{Alkitab|Matius 1:18-20}} {{Alkitab|Lukas 1:35}} |- valign="top" | lahir dari anak dara Maria, || {{Alkitab|Lukas 1:27,34}} {{Alkitab|Matius 1:23}} |- valign="top" | yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, || {{Alkitab|Lukas 3:1,2}} {{Alkitab|Lukas 23:13-25,32-34,44-46}} |- valign="top" | disalibkan, mati dan dikuburkan, || {{Alkitab|Kisah 4:10}} {{Alkitab|Yesaya 53:4-8}} {{Alkitab|Yohanes 19:20}} {{Alkitab|Lukas 23:52-53}} {{Alkitab|Wahyu 5:12,13}} |- valign="top" | turun ke dalam kerajaan maut. || {{Alkitab|1 Petrus 3:18-19}} {{Alkitab|Wahyu 1:18}} |- valign="top" | Dan pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, || {{Alkitab|1 Korintus 15:1-8,12-14,19-20}} {{Alkitab|Kisah 2:21,22,31,32}} {{Alkitab|Matius 28:1-9}} {{Alkitab|Markus 16:4-6}} {{Alkitab|Lukas 24:44-47}} {{Alkitab|Yohanes 20:1,12-17}} {{Alkitab|Roma 1:2-4}} |- valign="top" | naik ke surga, || {{Alkitab|Kisah 1:9-11}} {{Alkitab|Lukas 24:49-51}} {{Alkitab|Yohanes 20:17}} |- valign="top" | duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa. || {{Alkitab|Ibrani 12:2}} {{Alkitab|Ibrani 1:1-6}} {{Alkitab|Markus 16:19}} {{Alkitab|Ibrani 9:24}} {{Alkitab|Ibrani 10:12-13}} |- valign="top" | Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. || {{Alkitab|Kisah 10:42}} {{Alkitab|2 Timotius 4:1}} {{Alkitab|1 Tesalonika 4:15-18}} {{Alkitab|2 Petrus 3:8-13}} {{Alkitab|Matius 24:27,36}} {{Alkitab|Matius 25:31-34,41,46}} {{Alkitab|Yohanes 5:22}} {{Alkitab|Yohanes 14:1,3}} {{Alkitab|2 Tesalonika 1:7-10}} {{Alkitab|Ibrani 9:27}} |- valign="top" | Aku percaya kepada Roh Kudus, || {{Alkitab|Efesus 4:30-32}} {{Alkitab|Yohanes 15:26}} {{Alkitab|Yohanes 16:7-15}} {{Alkitab|Kisah 1:8-9}} {{Alkitab|Kisah 13:2}} {{Alkitab|1 Korintus 6:19-20}} {{Alkitab|Galatia 5:22-25}} |- valign="top" | Gereja Yang Kudus dan Am || {{Alkitab|Efesus 2:18-22}} |- valign="top" | Persekutuan orang Kudus || {{Alkitab|Galatia 6:2,10}} |- valign="top" | Pengampunan dosa || {{Alkitab|Kisah 13:38}} {{Alkitab|1 Yohanes 1:8 - 2:2}} {{Alkitab|1 Timotius 1:15}} {{Alkitab|Matius 26:26-28}} {{Alkitab|Lukas 7:48}} {{Alkitab|Kisah 10:43}} {{Alkitab|Roma 3:23}} {{Alkitab|Roma 4:5}} {{Alkitab|Roma 5:6-10}} {{Alkitab|Roma 10:4-13}} {{Alkitab|1 Yohanes 4:9-10}} {{Alkitab|Efesus 1:7}} {{Alkitab|Yohanes 1:29}} |- valign="top" | Kebangkitan orang mati || {{Alkitab|1 Korintus 15:42-44,50-54}} {{Alkitab|Filipi 3:20-21}} {{Alkitab|Ayub 19:25-27}} {{Alkitab|1 Tesalonika 4:16-17}} {{Alkitab|Yohanes 5:28-29}} {{Alkitab|Yohanes 6:39-40,44}} |- valign="top" | Dan hidup yang kekal. || {{Alkitab|Yohanes 3:14-16}} {{Alkitab|Yohanes 10:10}} {{Alkitab|Yohanes 11:25}} {{Alkitab|Yohanes 17:2-3}} {{Alkitab|1 Petrus 1:3-5}} {{Alkitab|1 Yohanes 5:11-13}} |- valign="top" |Amin. |} == Teks Panjang (Nicea-Konstantinopel) == Teks versi Nicea Konstatinopel: <poem> Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan; dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa. aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin. </poem> == Teks Latin == Teks dalam [[bahasa Latin]]: <poem> Credo in Deum Patrem omnipotentem; Creatorem coeli et terrae. Et in Iesum Christum, Filium ejus unicum, Dominum nostrum; qui conceptus est de Spiritu Sancto, natus ex Maria virgine; passus sub Pontio Pilato, crucifixus, mortuus, et sepultus; descendit ad inferna; tertia die resurrexit a mortuis; ascendit ad coelos; sedet ad dexteram Dei Patris omnipotentis; inde venturus (est) judicare vivos et mortuos. Credo in Spiritum Sanctum; sanctam ecclesiam catholicam; sanctorum communionem; remissionem peccatorum; carnis resurrectionem; vitam oeternam. Amen. </poem> == Teks Yunani == Teks dalam [[bahasa Yunani]]: <poem> Πιστεύω εις Θεον Πατερα, παντοκράτορα, ποιητην ουρανου και γης. Και (εις) `Ιησουν Χριστον, υίον αυτου τον μονογενη, τον κύριον ήμων, τον συλληφθέντα εκ πνεύματοσ άγίου, γεννηθέντα εκ Μαρίας της παρθένου, παθόντα επι Ποντίου Πιλάτου, σταυρωθέντα, θανόντα, και ταφέντα, κατελθόντα εις τα κατώτατα, τη τρίτη `ημέρα `αναστάντα `απο των νεκρων, `ανελθόντα εις τους ουρανούς, καθεζόμενον εν δεξια θεου πατρος παντο δυνάμου, εκειθεν ερχόμενον κρϊναι ζωντας και νεκρούς. Πιστεύω εις το Πνυμα το `Αγιον, αγίαν καθολικην εκκλησίαν, αγίων κοινωνίαν, άφεσιν αμαρτιων, σαρκος ανάστασιν, ξωήν αιώνιον. Αμήν. </poem> [[Category:Kristen]] [[da:Den apostolske trosbekendelse]] [[en:Apostles' Creed]] [[fr:Je crois en Dieu]] [[it:Simbolo degli Apostoli]] [[ko:사도신경]] [[la:Symbolum Apostolicum]] [[pl:Książka do nabożeństwa/Skład Apostolski]] [[pt:Credo dos Apóstolos]] 98coisciuzt332bv3vmxu5wbpooe3mf 100319 100318 2022-08-21T04:08:18Z 125.161.206.93 /* Versi Kristen Protestan */ wikitext text/x-wiki {{header | title = Pengakuan Iman Rasuli | author = | section = | previous = | next = | portal = | wikipedia = Pengakuan Iman Rasuli | notes = ditulis pada tahun c. 700 M, kredo ini merupakan pengakuan awal iman Kristen. Pengakuan ini banyak digunakan oleh denominasi-denominasi Kristen untuk tujuan liturgis maupun katekismus. Penerjemah ke dalam bahasa Indonesia tidak diketahui }} == Teks == === Versi Katolik Roma === <poem> Aku percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi; dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria; yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat, dan dimakamkan; yang turun ke tempat penantian pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati; yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa; dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin. </poem> === Versi Kristen Protestan === <poem> Aku percaya kepada Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, Khalik langit dan bumi, Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, Turun dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, Aku percaya kepada Roh Kudus, Gereja yang Kudus dan Am, Persekutuan orang Kudus, Pengampunan dosa, Kebangkitan daging, Dan hidup yang kekal. Amin. </poem> ;Catatan * Pada beberapa terjemahan berbunyi, "kebangkitan orang mati." == Teks dengan referensi ayat Alkitab == {| |- valign="top" | Aku percaya kepada Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, || {{Alkitab|1 Korintus 8:6}} {{Alkitab|Wahyu 1:8}} {{Alkitab|Yesaya 44:6}} {{Alkitab|2 Korintus 6:18}} {{Alkitab|Efesus 4:6}} {{Alkitab|Wahyu 19:6}} |- valign="top" | Khalik langit dan bumi, || {{Alkitab|Yohanes 1:1-3}} {{Alkitab|Kejadian 1:1-3}} {{Alkitab|Kisah 14:15}} {{Alkitab|Kisah 17:24-26}} {{Alkitab|Ibrani 11:3}} {{Alkitab|Nehemia 9:6}} |- valign="top" | dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, || {{Alkitab|Yohanes 20:28}} {{Alkitab|Yohanes 3:16}} {{Alkitab|Yohanes 1:18}} {{Alkitab|1 Yohanes 4:9}} {{Alkitab|Yohanes 10:30,36-38}} {{Alkitab|Kisah 4:10-12}} {{Alkitab|Kolose 1:15-19}} {{Alkitab|Kolose 2:3,9}} {{Alkitab|Amsal 30:4}} {{Alkitab|Lukas 2:11}} {{Alkitab|1 Korintus 8:6}} {{Alkitab|2 Petrus 1:16-18}} {{Alkitab|Roma 8:31-34}} {{Alkitab|Roma 9:5}} {{Alkitab|Matius 28:18-19}} {{Alkitab|1 Timotius 3:16}} |- valign="top" | yang dikandung dari Roh Kudus, || {{Alkitab|Matius 1:18-20}} {{Alkitab|Lukas 1:35}} |- valign="top" | lahir dari anak dara Maria, || {{Alkitab|Lukas 1:27,34}} {{Alkitab|Matius 1:23}} |- valign="top" | yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, || {{Alkitab|Lukas 3:1,2}} {{Alkitab|Lukas 23:13-25,32-34,44-46}} |- valign="top" | disalibkan, mati dan dikuburkan, || {{Alkitab|Kisah 4:10}} {{Alkitab|Yesaya 53:4-8}} {{Alkitab|Yohanes 19:20}} {{Alkitab|Lukas 23:52-53}} {{Alkitab|Wahyu 5:12,13}} |- valign="top" | turun ke dalam kerajaan maut. || {{Alkitab|1 Petrus 3:18-19}} {{Alkitab|Wahyu 1:18}} |- valign="top" | Dan pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, || {{Alkitab|1 Korintus 15:1-8,12-14,19-20}} {{Alkitab|Kisah 2:21,22,31,32}} {{Alkitab|Matius 28:1-9}} {{Alkitab|Markus 16:4-6}} {{Alkitab|Lukas 24:44-47}} {{Alkitab|Yohanes 20:1,12-17}} {{Alkitab|Roma 1:2-4}} |- valign="top" | naik ke surga, || {{Alkitab|Kisah 1:9-11}} {{Alkitab|Lukas 24:49-51}} {{Alkitab|Yohanes 20:17}} |- valign="top" | duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa. || {{Alkitab|Ibrani 12:2}} {{Alkitab|Ibrani 1:1-6}} {{Alkitab|Markus 16:19}} {{Alkitab|Ibrani 9:24}} {{Alkitab|Ibrani 10:12-13}} |- valign="top" | Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. || {{Alkitab|Kisah 10:42}} {{Alkitab|2 Timotius 4:1}} {{Alkitab|1 Tesalonika 4:15-18}} {{Alkitab|2 Petrus 3:8-13}} {{Alkitab|Matius 24:27,36}} {{Alkitab|Matius 25:31-34,41,46}} {{Alkitab|Yohanes 5:22}} {{Alkitab|Yohanes 14:1,3}} {{Alkitab|2 Tesalonika 1:7-10}} {{Alkitab|Ibrani 9:27}} |- valign="top" | Aku percaya kepada Roh Kudus, || {{Alkitab|Efesus 4:30-32}} {{Alkitab|Yohanes 15:26}} {{Alkitab|Yohanes 16:7-15}} {{Alkitab|Kisah 1:8-9}} {{Alkitab|Kisah 13:2}} {{Alkitab|1 Korintus 6:19-20}} {{Alkitab|Galatia 5:22-25}} |- valign="top" | Gereja Yang Kudus dan Am || {{Alkitab|Efesus 2:18-22}} |- valign="top" | Persekutuan orang Kudus || {{Alkitab|Galatia 6:2,10}} |- valign="top" | Pengampunan dosa || {{Alkitab|Kisah 13:38}} {{Alkitab|1 Yohanes 1:8 - 2:2}} {{Alkitab|1 Timotius 1:15}} {{Alkitab|Matius 26:26-28}} {{Alkitab|Lukas 7:48}} {{Alkitab|Kisah 10:43}} {{Alkitab|Roma 3:23}} {{Alkitab|Roma 4:5}} {{Alkitab|Roma 5:6-10}} {{Alkitab|Roma 10:4-13}} {{Alkitab|1 Yohanes 4:9-10}} {{Alkitab|Efesus 1:7}} {{Alkitab|Yohanes 1:29}} |- valign="top" | Kebangkitan orang mati || {{Alkitab|1 Korintus 15:42-44,50-54}} {{Alkitab|Filipi 3:20-21}} {{Alkitab|Ayub 19:25-27}} {{Alkitab|1 Tesalonika 4:16-17}} {{Alkitab|Yohanes 5:28-29}} {{Alkitab|Yohanes 6:39-40,44}} |- valign="top" | Dan hidup yang kekal. || {{Alkitab|Yohanes 3:14-16}} {{Alkitab|Yohanes 10:10}} {{Alkitab|Yohanes 11:25}} {{Alkitab|Yohanes 17:2-3}} {{Alkitab|1 Petrus 1:3-5}} {{Alkitab|1 Yohanes 5:11-13}} |- valign="top" |Amin. |} == Teks Panjang (Nicea-Konstantinopel) == Teks versi Nicea Konstatinopel: <poem> Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan; dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa. aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin. </poem> == Teks Latin == Teks dalam [[bahasa Latin]]: <poem> Credo in Deum Patrem omnipotentem; Creatorem coeli et terrae. Et in Iesum Christum, Filium ejus unicum, Dominum nostrum; qui conceptus est de Spiritu Sancto, natus ex Maria virgine; passus sub Pontio Pilato, crucifixus, mortuus, et sepultus; descendit ad inferna; tertia die resurrexit a mortuis; ascendit ad coelos; sedet ad dexteram Dei Patris omnipotentis; inde venturus (est) judicare vivos et mortuos. Credo in Spiritum Sanctum; sanctam ecclesiam catholicam; sanctorum communionem; remissionem peccatorum; carnis resurrectionem; vitam oeternam. Amen. </poem> == Teks Yunani == Teks dalam [[bahasa Yunani]]: <poem> Πιστεύω εις Θεον Πατερα, παντοκράτορα, ποιητην ουρανου και γης. Και (εις) `Ιησουν Χριστον, υίον αυτου τον μονογενη, τον κύριον ήμων, τον συλληφθέντα εκ πνεύματοσ άγίου, γεννηθέντα εκ Μαρίας της παρθένου, παθόντα επι Ποντίου Πιλάτου, σταυρωθέντα, θανόντα, και ταφέντα, κατελθόντα εις τα κατώτατα, τη τρίτη `ημέρα `αναστάντα `απο των νεκρων, `ανελθόντα εις τους ουρανούς, καθεζόμενον εν δεξια θεου πατρος παντο δυνάμου, εκειθεν ερχόμενον κρϊναι ζωντας και νεκρούς. Πιστεύω εις το Πνυμα το `Αγιον, αγίαν καθολικην εκκλησίαν, αγίων κοινωνίαν, άφεσιν αμαρτιων, σαρκος ανάστασιν, ξωήν αιώνιον. Αμήν. </poem> [[Category:Kristen]] [[da:Den apostolske trosbekendelse]] [[en:Apostles' Creed]] [[fr:Je crois en Dieu]] [[it:Simbolo degli Apostoli]] [[ko:사도신경]] [[la:Symbolum Apostolicum]] [[pl:Książka do nabożeństwa/Skład Apostolski]] [[pt:Credo dos Apóstolos]] 6ztmeuj7rfnv8oiwsgn3fw1o032rl68 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 0 12223 100302 44523 2022-08-21T03:00:03Z 2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E Lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo042946886 Manajemen s1 {{header | title = {{PAGENAME}} | author = |override_author= | year = | translator = | section = | previous = | next = |portal = Peraturan menteri Indonesia | notes = <br /> }} <DIV align=justify><center> PERATURAN<br /> MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL<br /> REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN CALON MAHASISWA BARU<br /> PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI<br /> <br /> DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br /> MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,<br /> </center> Menimbang : <br /> <ol style="list-style-type: lower-alpha;"> <li> bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 11 dan Pasal 108 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, perlu mengatur pedoman penerimaan calon mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri; <li> bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Penerimaan Calon Mahasiswa Baru pada Perguruan Tinggi Negeri; </ol> Mengingat : #Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); #Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3859; #Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; #Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31/P Tahun 2007 <center>MEMUTUSKAN: Menetapkan : <br /> PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN CALON MAHASISWA BARU PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI Pasal 1</center><br /> Penerimaan calon mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri menjadi tanggung jawab Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi. <center>Pasal 2</center><br /> (1) Penerimaan calon mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dengan tetap memperhatikan kekhususan perguruan tinggi penerima.<br /> (2) Seleksi penerimaan calon mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dan diselenggarakan oleh Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi yang bersangkutan, di bawah koordinasi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.<br /> (3) Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat membentuk Tim/Panitia atau menunjuk pihak ketiga untuk kelancaran pelaksanaan penerimaan calon mahasiswa baru, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.<br /> (4) Dalam rangka efisiensi pembentukan Tim/Panitia atau penunjukan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan secara bersama-sama melalui Keputusan Bersama para Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi. <center>Pasal 3</center><br /> Setiap perguruan Tinggi negeri hanya menerima calon mahasiswa baru sesuai dengan daya tampung yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal pendidikan Tinggi. <center>Pasal 4</center><br /> (1) Penerimaan mahasiswa baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), dapat dilakukan melalui seleksi penerimaaan mahasiswa baru (SPMB) terpadu antar Universitas, Institut, sekolah Tinggi, Politeknik, atau Akademi.<br /> (2) Pelaksanaan SPMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. <center>Pasal 5</center><br /> Biaya pelaksanaan SPMB dibebankan pada Anggaran Perguruan Tinggi Negeri yang bersangkutan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. <center>Pasal 6</center><br /> Rektor Universitas/Institu, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi kecuali Perguruan Tingi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) wajib melaporkan pelaksanaan penerimaan calon mahasiswa baru kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. <center>Pasal 7</center><br /> Dengan ditetapkan Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 173/U/2001 tentang Penerimaan Calon Mahasiswa pada Perguruan Tinggi dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 8</center><br /> Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. ::::::::::::::::::::Ditetapkan di Jakarta ::::::::::::::::::::pada tanggal 8 Februari 2008 ::::::::::::::::::::MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, ::::::::::::::::::::BAMBANG SUDIBYO {{DP-DokumenPemerintahanIndonesia}} [[Kategori:Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan|2008-006]] mgy6e6cs66wazciyn3rxjntdizao8fr 100324 100302 2022-08-21T05:44:19Z Agus Damanik 15946 Membalikkan revisi 100302 oleh [[Special:Contributions/2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E|2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E]] ([[User talk:2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E|bicara]]) wikitext text/x-wiki {{header | title = {{PAGENAME}} | author = |override_author= | year = | translator = | section = | previous = | next = |portal = Peraturan menteri Indonesia | notes = <br /> }} <DIV align=justify><center> PERATURAN<br /> MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL<br /> REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN CALON MAHASISWA BARU<br /> PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI<br /> <br /> DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br /> MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,<br /> </center> Menimbang : <br /> <ol style="list-style-type: lower-alpha;"> <li> bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 11 dan Pasal 108 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, perlu mengatur pedoman penerimaan calon mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri; <li> bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Penerimaan Calon Mahasiswa Baru pada Perguruan Tinggi Negeri; </ol> Mengingat : #Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); #Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3859; #Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; #Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31/P Tahun 2007 <center>MEMUTUSKAN: Menetapkan : <br /> PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN CALON MAHASISWA BARU PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI Pasal 1</center><br /> Penerimaan calon mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri menjadi tanggung jawab Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi. <center>Pasal 2</center><br /> (1) Penerimaan calon mahasiswa baru pada perguruan tinggi negeri diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dengan tetap memperhatikan kekhususan perguruan tinggi penerima.<br /> (2) Seleksi penerimaan calon mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dan diselenggarakan oleh Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi yang bersangkutan, di bawah koordinasi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.<br /> (3) Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat membentuk Tim/Panitia atau menunjuk pihak ketiga untuk kelancaran pelaksanaan penerimaan calon mahasiswa baru, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.<br /> (4) Dalam rangka efisiensi pembentukan Tim/Panitia atau penunjukan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan secara bersama-sama melalui Keputusan Bersama para Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi. <center>Pasal 3</center><br /> Setiap perguruan Tinggi negeri hanya menerima calon mahasiswa baru sesuai dengan daya tampung yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal pendidikan Tinggi. <center>Pasal 4</center><br /> (1) Penerimaan mahasiswa baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), dapat dilakukan melalui seleksi penerimaaan mahasiswa baru (SPMB) terpadu antar Universitas, Institut, sekolah Tinggi, Politeknik, atau Akademi.<br /> (2) Pelaksanaan SPMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. <center>Pasal 5</center><br /> Biaya pelaksanaan SPMB dibebankan pada Anggaran Perguruan Tinggi Negeri yang bersangkutan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. <center>Pasal 6</center><br /> Rektor Universitas/Institu, Ketua Sekolah Tinggi, dan Direktur Politeknik/Akademi kecuali Perguruan Tingi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) wajib melaporkan pelaksanaan penerimaan calon mahasiswa baru kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. <center>Pasal 7</center><br /> Dengan ditetapkan Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 173/U/2001 tentang Penerimaan Calon Mahasiswa pada Perguruan Tinggi dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 8</center><br /> Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. ::::::::::::::::::::Ditetapkan di Jakarta ::::::::::::::::::::pada tanggal 8 Februari 2008 ::::::::::::::::::::MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, ::::::::::::::::::::BAMBANG SUDIBYO {{DP-DokumenPemerintahanIndonesia}} [[Kategori:Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan|2008-006]] maqcw9pkz1gn4jphsz2xupuco1rdmeu Al-Ghazali dan Kepastian 0 13332 100303 38269 2022-08-21T03:06:18Z 2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E Lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo042946886 Manajemen s1{{header | title = Al-Ghazali dan Kepastian | author = Goenawan Mohamad | translator = | section = 2005 | previous = | next = | year = 2005 | portal = Esai | notes = }} '''I''' JIKA ada yang berubah dari zaman kita, itu tampak dalam cara orang membaca Al-Ghazali. Salah satu kutipan yang termashur dari karya otobiografi pemikirannya, al-Munqidh min al-Dalal (‘Selamat dari Sesat’) menekankan niatnya yang teguh untuk satu hal: kepastian dalam pengetahuan. '''‘Tujuanku adalah untuk mencerap realitas yang terdalam dari hal ihwal; aku ingin menangkap hakikat pengetahuan. Pengetahuan yang pasti adalah yang membuat hal yang diketahui mewedarkan dirinya tanpa membiarkan secercah pun peluang untuk ragu atau kemungkinan apapun untuk salah dan berilusi, dan tak pula hati kita membiarkan kemungkinan semacam itu. …Orang harus dilindungi dari kekeliruan, dan harus begitu terpaut erat dengan kepastian hingga usaha apapun, misalnya, untuk mengubah sebungkah batu menjadi emas atau sebatang tongkat menjadi seekor ular, tak akan membangkitkan ragu atau menimbulkan kemungkinan yang berlawanan….’'' Tampak di mana ia meletakkan penekanan, dan apa yang terasa sebagai hasrat orang alim yang mendapatkan julukan hiperbolik hujjat al-Islam ini: ia tak hendak memberi ‘peluang untuk ragu’, ia haus akan ‘hakikat pengetahuan’. Saya bukan seorang yang mempelajari khusus Al-Ghazali. Yang saya ketahui tentang dia datang dari sumber-sumber sekunder atau terjemahan dari bahasa Arab. Saya tak tahu pasti tentang asal-usul dorongan untuk ‘hakikat pengetahuan’ itu dalam kehidupan religius dan intelektual di masanya. Tapi cukup dikenal bahwa ia hidup di dunia Islam yang tak punya suatu pusat pemikiran, khususnya sebuah pusat yang ditopang oleh politik yang stabil. Tak ada lagi kekuatan yang kharismatik yang tunggal di puncak, tak cukup kukuh pula institusi kekuasaan yang mapan mengendalikan sebuah ‘daulat’. Al-Ghazali lahir di sebuah keluarga terpelajar di kota Tus di timur-laut Persia di tahun 1058. Itu berarti sekitar empat abad setelah Islam menyebar dan mendapatkan pemeluk dengan latar budaya yang beragam, sementara soal kepemimpinannya menghadapi problem legitimasi, ketika penganutnya tak menemukan pedoman yang mantap untuk menyelesaikannya. Cara yang sering dipakai adalah kekerasan. Khalif-khalif dibunuh, atau skisma terjadi, terutama ketika lahir gerakan, keyakinan, dan pemikiran Syi’ah. Tak hanya itu. Sejak pertengahan abad ke-10, kekhalifahan di Baghdad secara efektif surut; posisi itu hanya jadi semacam lambang yang bertahta. Pemegang tampuk de facto adalah penguasa perang yang kemudian disebut ‘Sultan’, sejak Tughril Beg di tahun 1055 datang dan menegakkan tarikh baru. Orang inilah yang memulai kekuasaan Seljuq (‘al Salājiqah’) di Baghdad yang didukung suku-suku orang Turki. Al-Ghazali lahir, tumbuh, dan meninggal dalam zaman itu, di tengah dualisme kekuasaan yang masih mencari bentuknya. Dalam usia tigapuluhan tahun ia bahkan ikut terlibat dalam pelbagai ketegangan yang tak terelakkan dari keadaan itu. Ini dimulai ketika ia meninggalkan kota tempat ia bersekolah, Nishapur, dan bergabung dengan majelis Nizam al-Mulk, seorang wazir yang bekerja di bawah pemerintahan Sultan Alp-Arslan (1063-72) dan Malik-Shah (1072–92). Pejabat terkemuka yang selama 30 tahun mengabdi kekuasaan Seljuq inilah yang membangun perguruan Nizamiyah — sebutan ini diambil dari namanya –di sembilan tempat, sejak Mosul sampai Herat. Madrasah-madrasah ini pada dasarnya merupakan perguruan hukum agama oleh dan untuk para pengikut Mazhab Syafi’i. Seorang sejarawan mencatat tempat pendidikan itu sebagai pusat ilmu di mana pendekatan fiqh bertaut dengan kalām (teologi), dan seorang sejarawan lain melihat bagaimana madrasah-madrasah itu tumbuh jadi tempat di mana ortodoksi Sunni disusun, ketika para pejabat dan ulama menghadapi gerakan politik dan pemikiran Syi’ah, khususnya kaum Ismaili. Yang disebut barusan ini dianggap sebuah ancaman, dengan pusat di Kairo, di mana kekhalifahan Fatimiyah berdiri sejak tahun 968. Dalam proses itu, para ulama pun, sebagai penerima dan pengelola utama wakaf untuk perguruan itu, mendapatkan statusnya sebagai suatu elite tersendiri, meskipun sebenarnya tak pernah ‘kelompok’ ini benar-benar merupakan satu kesatuan politik dan sosiologis. Tapi dalam kepercayaan umum mereka dianggap pewaris para nabi, yang, menurut seorang sejarawan, ‘secara de facto jadi penjaga syari’ah’. Al-Ghazali adalah salah satu di antaranya. Bahkan dialah yang terkemuka, sejak ia diangkat sendiri oleh Nizam al-Mulk sebagai pengajar utama Perguruan Nazimiyah Baghdad. Inilah puncak karirnya pada usia 33, meskipun hanya berlangsung selama empat tahun, ketika ia menikmati penghormatan dan kekayaan yang, dalam gambaran seorang penulis riwayat, ‘tak tertandingi oleh para pangeran, wazir, dan raja’. Tapi kita bisa menduga bahwa di masa jabatannya itu, dimulai di tahun 1091, suasana dirundung ketidak-tenteraman dan ambivalensi. Patronase politik atas pusat-pusat pendidikan sangat penting tapi, karena sistem wakaf, kekuasaan itu tak langsung menentukan nasib para ulama yang berpusat di sana. Tapi pada saat yang sama, sultan-sultan begitu kuat hingga disebut orang sebagai ‘mereka yang memiliki kuasa mengikat atau melepaskan’ (ahl al-hall wa’l-aqd). Dengan struktur elite seperti itu, persengketaan bersenjata dalam masalah kepemimpinan serta konflik sosial yang mengibarkan lambang keagamaan dengan segera membuat krisis legitimasi dan legalitas jadi akut. Persaingan dan permusuhan di antara kelompok Muslim sangat intens. Dalam sebuah studi tentang hidup dan filsafat Al-Ghazali, Mustafa Abu-Sway (Abu-Sway: 1996) menyebut suasana tanpa toleransi yang berkecamuk antara kelompok-kelompok teologi dan fiqih dari kalangan Sunni sendiri di masa itu. Sejarahnya cukup lama. Di tahun 1055, tiga tahun sebelum Al-Ghazali lahir, bentrokan terjadi antara para pengikut Imam Hambali dan kaum Asyariyah; yang terakhir ini bahkan dilarang ikut dalam shalat Jum’at. Tapi ketegangan yang paling mencekam tentu saja datang dari sisi ini: perselisihan antara kaum Sunni dan Syi’ah yang tak kunjung berhenti. Peringatan 10 Asyura acap merupakan hari yang eksplosif, ketika penganut kedua kubu itu berhantam dan korban jiwa jatuh. Keadaan menajam ketika salah satu firqah kaum Isamili mengambil jalan kekerasan: membunuh musuh-musuh politik mereka. Nizam al-Mulk, sang wazir, tewas. Nasib yang sama juga menempa beberapa orang ‘amir’, pejabat tinggi daerah. Terbunuh pula khatib dari Nishapur, Abu al-Qasim, putra almarhum Imam al-Haramayn al-Juwayni, guru al-Ghazali. Dan selama periode Baghdad dalam hidup al-Ghazali itu juga di pucuk kekuasaan politik terjadi bentrok. Di tahun 1092 Sultan Malik Shah mangkat, dan perang saudara di antara para pemimpin Seljuq pecah, kurang lebih selama tiga tahun. Ada beberapa hal penting yang terjadi selama al-Ghazali menghadapi hal-hal yang merisaukan itu. Diketahui ia menulis beberapa buku yang menentang pemikiran kaum Ismaili, yang oleh musuh-musuhnya, juga oleh al-Ghazali, disebut sebagai ‘al-Batiniyah’. Salah satunya ditulis atas permintaan Khalif al-Mustazhir yang baru bertahta. Farouk Mitha (Mitha: 2001) menilai buku itu, Fada'ih al-Batiniyyah wa Fada'il al-Mustazhiriyyah (‘Keburukan al–Batiniyah dan Kebajikan al-Mustaziriyah’), bukan saja disusun untuk menampik dalil-dalil keagamaan kaum Ismaili. Kitab itu juga bisa dilihat sebagai pelanjut tradisi siyāsa shari’yya, jenis risalah yang di masa itu merupakan usaha menawarkan teori politik dengan patokan hukum – dan, setidaknya dalam hal Fada'ih al-Batiniyyah, merupakan argumen bagi kebutuhan dan keinginan untuk meneruskan sistem kekhalifahan. Ada alasan untuk itu. Di kalangan Sunni, tulis Mitha, pengertian ‘umat’ bukanlah sebuah badan yang abstrak. Identitasnya berasal dari hubungannya dengan otoritas sang khalif, yang ‘dianggap sebagai wali penjaga umat setelah Nabi wafat, dan sebab itu juga sebagai wali penjaga syari’ah’. Tentu saja struktur yang menopang peran sebagai ‘wali penjaga’ itu tak diatur dalam Qur’an. Yang diuraikan oleh para penulis siyāsa shari’yya seperti al-Ghazali adalah ide mereka mengenai itu, seraya memberinya legitimasi dengan otoritas sebagai faqih. Fada'ih al-Batiniyyah, misalnya, mengidentifikasi syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi dan ditegakkan agar ‘dasar Islam bagi kehidupan umat’ terjaga. Sekaligus, buku ini, menurut Mitha, ‘memberi bentuk tempat dan peran politik ulama dalam masyarakat…’ Fada'ih al-Batiniyyah bukanlah karya terpenting al-Ghazali, tapi cukup mencerminkan suasana di masanya yang nanti akan membuat guru besar Nazimiyah ini mengambil keputusan yang penting dalam hidupnya. Telah disinggung di atas bahwa ia ditulis di tengah retaknya kekuasaan elite Seljuq, yang berarti timbulnya kembali harapan bahwa posisi sentral sang khalif akan kembali. Tentulah tak mudah al-Ghazali merumuskan sikap di sini: ia sendiri mendapatkan posisinya dari kekuasaan Seljuq, sementara ia mendukung al-Mustazar, khalif muda yang ia hadiri upacara bai’atnya di bulan Februari 1084. Ia mempertahankan posisi fiqih Sunni, sementara ia tak bisa meremehkan semangat politik dan produk intelektual kalangan Syi’ah. Kita tak tahu sejauh mana karya semacam Fada'ih al-Batiniyyah memuaskan al-Ghazali sendiri. Bukan mustahil, keterlibatannya dengan persoalan politik yang ruwet masa itu dan kebiasannya merenungkan kehidupan dengan kesadaran moral yang kuat, akhirnya membuatnya tak jenak benar dalam kedudukannya yang prestisius di Perguruan Nazimiyah. Bukan mustahil pula, di masa itu ia mulai lebih dekat kepada tasawuf. Abu-Sway menyebut, itulah periode ketika al-Ghazali membaca karya-karya yang mengakrabkannya ke hidup ber-khalwat, mengundurkan diri dari dunia. Tentang keputusan yang dramatis itu di bulan November 1095 itu, cukup terkenal apa yang diceritakannya dalam al-Munqidh yang ditulisnya 15 tahun setelah kejadian. Syahdan, kian lama ia kian merasa bahwa ia mengajar bukan untuk Allah. Ia risau. ‘Selama hampir enam bulan sejak Rajab tahun 488 Hijriah,’ demikian tulisnya, ‘aku terombang-ambing antara daya tarik duniawi dan desakan ke hidup yang kekal’. Dan di bulan Juli 1095 itu pula, tulisnya, ia ‘melintasi batas kemauan bebas dan masuk ke dalam kendala (idtirār)’. Tuhan, kata al-Ghazali, ‘mengunci lidahku’, dan ia tak bisa mengajar. Kesehatannya memburuk. Para dokter tak tahu bagaimana mengobatinya. Mereka menyimpulkan bahwa sakitnya bukanlah gangguan jasmani. Akhirnya al-Ghazali pun mengambil keputusan; ia ‘berlindung kepada Allah yang meringankan hatinya untuk menampik kedudukan dan harta, dan lepas dari anak-anak dan sahabat’. Dengan segera dibagi-bagikannya kekayaannya dan ditinggalkannya Baghdad. Sejak itu ia berkelana, selama sebelas tahun lamanya, ke Damaskus, Jerusalem, Hebron, Madinah, Mekah dan kembali ke Baghdad sebentar di bulan Juni 1097, sebelum ia akhirnya kembali ke Tus, tempat kelahiran dan akhirnya tempat wafatnya. Dalam cerita yang terkenal itu, kita bisa merasakan keresahan batin yang mencengkam. Pilihan ber-khalwat pada waktu itu adalah sebuah laku yang luar biasa bagi seorang faqih yang terpandang seperti al-Ghazali. Sebab bukan saja kegemilangan dunia yang ditinggalkannya. Ia mengundurkan diri dari banyak hal lain. Abu Sway mencatat, bahwa di tahun 1098, Yerusalem jatuh dari kekuasaan Islam. Pasukan Perang Salib dari Prancis merebutnya. Tapi tentang peristiwa yang mengguncang dunia Islam ini al-Ghazali diam. Ia tak menyerukan jihad. Ada di antara para penelaah sejarah pemikiran Islam yang kemudian mengecam sikap diam ini. Abu-Sway mencoba menjelaskan posisi ini dengan menyebutkan, bahwa pengertian ‘jihad’ bagi al-Ghazali, mengikuti hadith Nabi, juga berarti mencari pengetahuan, atau zikir, atau, ‘mengucapkan kata kebenaran di hadapan sultan yang tak adil’. Menurut Abu-Sway, bagi al-Ghazali, kekalahan politik Islam di Yerusalem hanyalah sebuah gejala penyakit dalam kekhalifahan, yang merupakan sebuah kekuasaan yang korup, dan ia tak hendak dekat di sana. Penampikan ini tak berarti membuat al-Ghazali sepenuhnya acuh tak acuh kepada keadaan. Jauhnya ia dari pamrih kekuasaan justru memberinya wibawa, meskipun bukan tanpa problem. Abu-Sway mengatakan, bahwa Islam pada dasarnya tak akan membenarkan seseorang menarik diri dari masyarakat dan hidup menyepi dalam pertapaan, tapi al-Ghazali berjalan bersendiri berkelana di pelbagai tempat sebagai seorang zuhud. Di Yerusalem ia bahkan acapkali berdiam diri dalam Al-Sakhrah, ruangan di bawah kubah yang dipercaya sebagai tempat Nabi bertolak untuk Mi’raj. Akhirnya ia hidup ber-khalwat selama sebelas tahun di Tus, mendirikan pondok untuk para sufi, menegaskan perlunya hidup miskin, bahkan dalam sepucuk surat mengutip kata-kata Yesus, bahwa kelak, ‘orang yang kaya tak akan dapat masuk ke kerajaan surga’. Tak terbayangkan bahwa dengan demikian ia – yang terkenal sebagai seorang sufi yang menghormati syari’ah — bermaksud melanggar perintah Allah yang tak membenarkan rahbāniyyah, hidup kerahiban. Persoalan menafsirkan ‘perintah Allah’ ini, sebuah persoalan penafsiran yang klasik, pada akhirnya diputuskan oleh pilihan seseorang dalam berhubungan dengan Tuhan dalam hidupnya. Tapi tak mudah menjelaskan sebab-sebab sebuah pilihan, juga dalam hal seoarng faqih yang merindukan kepastian seperti al-Ghazali. Abu-Sway mengatakan, bahwa al-Ghazali memutuskan untuk berkhalwat bukan untuk melepaskan diri dari ‘kesulitan-kesulitan politik’ di Baghdad. Tapi tampaknya jelas pula bahwa pilihan al-Ghazali itu dipengaruhi oleh pandangannya tentang kekuasaan pada umumnya. Kita tahu ia telah menyaksikan dan terlibat dalam perilaku kekuasaan secara langsung ataupun tak langsung. Maka penting untuk dicatat bahwa di makam Nabi Ibrahim di Yerusalem, ia bersumpah seraya menarik garis yang tegas: ia tak mau menerima uang dari Sultan yang manapun, juga tak hendak mendatangi mereka — sebuah sikap yang ditegaskannya kembali dalam suratnya kepada Sultan Sanjar Seljuqi, ketika ia menolak undangan penguasa itu agar datang ke istana. Bahkan dalam sepucuk surat untuk Qazis dari Maghrib-i Aqsa, ia menasihati: ’Tuan tak akan beroleh selamat, kecuali kalau tuan putuskan hubungan dengan para Amir dan Sultan’, sebuah pandangan yang sangat meragukan nilai moral dari setiap kepemimpinan politik, sesuatu yang tampak jelas dalam surat-suratnya yang dihimpun oleh Abdul Qayyum (Qayyum: 1992). Pendirian ini – yang bisa menjadi tauladan terus menerus dalam hal hubungan antara seorang alim dengan kekuasaan, semacam yang sembilan abad kemudian dipujikan oleh Julien Benda dalam La Trahison des Clercs — tentu menimbulkan problem sendiri. Bagaimana hukum dan ajaran Islam dijaga di dunia, jika tak ada kekuasaan yang didekati dan dibentuk oleh mereka yang hidup dengan pengetahuan tentang Tuhan dan kehendak-Nya? Pertanyaan ini tak mudah diselesaikan, terutama di zaman ketika sejarah memberi contoh yang berderet tentang kekuasaan manusia (juga yang dijalankan dengan ketaatan beribadah) yang pada akhirnya tetap merupakan kekuasaan dari makhluk yang terbatas, dengan kecenderungannya untuk membenarkan diri. Dengan kata lain, argumen yurisprudensi Islam seperti tersirat dalam siyāsa shari’yya akan selalu dipengaruhi oleh tendensi itu. Maka saya kira ada benarnya yang ditulis oleh salah satu penelaah Al-Ghazali, Kojiro Nakamura (Nakamura: 1985) bahwa keputusan orang alim dari Tus itu untuk meninggalkan Baghdad dan hidup menjadi seorang sufi merupakan ‘sebuah manifestasi dari satu tahap baru pemahaman agama dalam perkembangan sejarah Islam’. Sebelumnya, pemahaman ini mendapatkan bentuknya dalam usaha menyusun dan menjalankan perangkat hukum yang mengatur perilaku umat dan tata sosial kekhalifahan. Pemahaman ini semakin terasa kehilangan daya dorongnya di tengah pengalaman sejarah yang ada – pengalaman yang menyaksikan ketidak-adilan tak kunjung lenyap. Tahap baru pun dijelang. Dalam kata-kata Nakamura: ‘sebuah iman yang diekspresikan sebagai komunikasi langsung dengan Tuhan dalam pengalaman mistik sufi’. Sebagaimana ditunjukkan dengan meyakinkan oleh Abu-Sway, sampai akhir hayatnya, pengarang kitab Ihya Ulum al-Din ini memang tak pernah meninggalkan sufisme dan tetap dengan pilihannya untuk menjauhi dunia. Tentu saja, seperti telah disinggung di atas, ia bukan sama sekali tak peduli akan keadaan; secara tak langsung surat-suratnya menunjukkan ia tak meniadakan hubungan antara kesalehan dan masyarakat. Tapi tampak bahwa baginya keterbatasan manusia menyebabkan pengetahuan tentang hukum agama itu tak akan memadai buat jadi pembimbing. ‘Meskipun pengetahuan tentang hukum yang berhubungan dengan penyelenggaraan keadilan antar manusia merupakan sesuatu yang tak dapat ditinggalkan,’ demikian tulis al-Ghazali kepada Abu Hassan Mas’ud, ‘itu tak ada artinya jika dibandingkan dengan pengetahuan ke-Ilahi-an, yang menerangi jalan kita ke Surga dan menghidupkan kembali ruh kita dengan wanginya yang semerbak’. ‘Pengetahuan ke-Ilahi-an’ itulah yang agaknya menjadi pegangan al-Ghazali: tasawufnya makin menegaskan keyakinannya tentang keterbatasan akal manusia. Baginya ‘ada misteri dalam kenyataan rohaniah yang akan selalu tak terjelajahi’. Bahkan faktor ‘yang akan selalu tak terjelajahi’ itu menjadi demikian penting hingga ada kalimat dari Ihya Ulum al-Din yang sering dikutip: ‘mengungkapkan misteri kuasa Allah adalah kufur’. Agaknya itulah dasar bertolak al-Ghazali untuk menampik perdebatan keagamaan. Ia telah menempuh hidup di mana perdebatan seperti itu, yang selalu berupa perdebatan tafsir tentang Tuhan dan firman-Nya, tak bisa lepas dari hubungan-hubungan kekuasaan dan kepentingannya, dan akhirnya tak akan membuahkan legitimasi yang final. Kita ingat ia telah bersumpah di Yerusalem, di makam Nabi Ibrahim. Ia bersumpah — seperti yang dinyatakannya juga kepada Nizamuddin Ahmed yang mengundangnya kembali mengajar di Baghdad — bahwa ia tak hendak terlibat dalam kontroversi seperti itu. Ia memilih tinggal di Tus, bersama murid yang lebih sedikit, dengan fasilitas untuk menambah pengetahuan yang tak lengkap. ‘Di Baghdad, ‘tulis al-Ghazali, ‘saya tak dapat mengelak dari kontroversi keagamaan’. Kontroversi keagamaan mau tak mau akan mendasarkan diri kepada pendekatan terhadap ‘kebenaran’. Bagi al-Ghazali, dengan pandangan seorang sufi, kebenaran bukanlah sebuah kesimpulan kognitif yang cocok dengan ‘kenyataan’. Ia berbicara tentang ‘yakin’ sebagai sebuah taraf pengalaman, sesuatu yang datang melalui proses dhawq, intuisi mistik yang bukan ‘ilmu’, melainkan ‘laku’; bahkan, seperti diutarakannya dalam Mishkāt ul Anwār, bisa dibandingkan dengan pengalaman intuitif seorang penyair. Mukashafah, kata lain yang penting dalam sistem al-Ghazali, ibarat ‘sebuah sinar yang muncul di hati setelah hati itu disucikan dari sifat-sifatnya yang tercela’. Mukashafah ini kurang lebih sama dengan ‘pencerahan’: keadaan ketika kebenaran terungkap, kawedar. (Jabre: 1958; Shehadi: 1964; Abu-Sway: 1996). Persoalan tentu tak akan selesai dengan pendirian seperti ini, terutama dalam perkara ‘kepastian’. Apa yang bisa dipenuhi dari kata-kata al-Ghazali dalam al-Munqidh: ‘Orang harus dilindungi dari kekeliruan, dan harus begitu terpaut erat dengan kepastian’? Sejarah pemikirannya menunjukkan bahwa al-Ghaxali sendiri tak gampang menjawab pertanyaan itu. '''II''' DI bulan Januari 1095, ia selesai menulis Tahāfut al-Falasifah (‘Keruwetan Para Filosof’). Buku ini tak sedahsyat Ihya ‘ulum al-din dari segi kemampuannya untuk mengangkat nama pengarangnya dalam sejarah pemikiran Islam. Tapi Tahāfut penting bagi pembicaraan kita karena ia mencerminkan usaha awal al-Ghazali untuk meneguhkan kepastian pengetahuan yang menyangkut iman – dan juga, pada hemat saya, membuka persoalan yang tak kunjung terpecahkan bahkan sampai setelah kitab Ihya terbit dan menimbulkan pelbagai reaksi selama bertahun-tahun.. Berbeda dengan Ihya yang ditulis setelah al-Ghazali hidup menyendiri, Tahāfut disusun di antara kesibukannya mengajar dan mengikuti tugas resmi sebagai rektor. Isinya adalah buah pikiran yang lahir delapan bulan sebelum ia meninggalkan kedudukannya, bahkan sebelum ia merasakan kerisauan batinnya. Ada yang mengatakan buku ini salah satu dari sebuah trilogi: yang pertama adalah Maqāsid al-Falasifah (‘Maksud Para Filosof’), sebuah uraian yang akurat tentang pemikiran Neo-Platonis dalam filsafat yang tumbuh di dunia Islam, yang lain adalah Mi’yar al-‘Ilm (‘Kriterium Ilmu’). Ada pula yang menyebut Al-Ghazali, segera setelah menerbitkan Tahāfut, merasa perlu menjelaskan buku itu dan menulis juga Mihakk al-nazar fi’l-mantiq (‘Batu Ujuan Pembuktian dalam Logika’), yang seperti Mi’yar, merupakan telaah tentang logika Aristoteles. Tahāfut berangkat sebagai polemik. Judulnya dengan segera menyarankan itu. Al-Ghazali memang menulis untuk melucuti argumen yang terdapat dalam Kitab al-Najāt Ibn Sina, filosof besar dari abad ke-10 dan 11 itu, yang oleh sebagian komentator dikutuk dan oleh al-Ghazali sendiri diragukan kesalehannya. Dari terjemahan Sabih Ahmad Kamali (al-Ghazali: 1963), saya menemukan dalam pengantarnya sebuah sikap yang sengit, yang menyebut orang-orang ‘ateis’, atau kalau tidak, ‘orang-orang yang berbuat bid’ah di masa kita’, yang layak dicap sebagai ‘sesat seperti setan dan bandel secara bodoh’. Seperti tampak dalam kesimpulan buku ini, al-Ghazali belum membebaskan diri dari posisi sebagai ‘jurubicara’ kaum ulama, dan bertindak sebagai seorang teolog dan seorang faqih yang punya otoritas. Apalagi setelah Tahāfut ia menulis Faysal al-Tafriqah Bayn al-Islam Wa ‘l-Zandaqah, yang menjelaskan dasar hukum bagi penilaiannya, bahwa para filosof telah ingkar. Agaknya dari sini orang mendapat kesan bahwa penulis Tahāfut adalah seorang pengawal ortodoksi – seorang yang menutup pintu bagi filsafat dalam Islam, dengan akibat masa muram yang panjang bagi dunia pemikiran, walaupun dicoba perbaiki oleh Ibnu Rushd di abad ke-12 dari kehidupan intelektual yang sedang cemerlang di Spanyol. Tapi tak jelas sebenarnya sejauh mana al-Ghazali menghardik habis kegiatan berpikir. Dari teksnya sendiri, Tahāfut lebih merupakan polemik ke arah para filosof yang dikenal di zamannya ketimbang hantaman terhadap ikhtiar filsafat pada umumnya. Al-Ghazali mengecam mereka yang ‘menolak untuk puas dengan agama yang diikuti nenek-moyang’, yang seraya memuja nama-nama besar seperti Plato, Sokratres, dan Aristoteles, merasa ‘terhormat bila tak menerima kebenaran dengan sikap tak kritis’, meskipun sebenarnya mereka tak kritis sama sekali kepada argumen yang keliru. Satu hal perlu dicatat: al-Ghazali menyebut filosof bukan Muslim yang pengaruhnya telah meresap ke dunia Islam selama sekitar 200 tahun itu tanpa menampik sama sekali filsafat Yunani. Baginya, ‘para filosof zaman dahulu’ itu, yang oleh ‘kaum ateis zaman kita’ diklaim sebagai guru, adalah orang-orang yang ‘tak membantah agama’.—satu hal yang sebenarnya membuatnya lebih dekat kepada sikap Ibnu Rushd ketimbang yang sering diduga. Tapi perdebatan yang intens selalu tak hanya menyangkut ide. Tampaknya memang ada hubungan yang tak ramah antara para filosof dan para mutakallimun di masa itu. Telaah Watt (Watt: 1961) mencari sebab keadaan itu dari sistem pendidikan di dunia Islam di abad ke-11: mereka yang mengenal filsafat Yunani terpisah dari mereka yang hanya mempelajari ilmu-ilmu agama. Apalagi yang disebut para filosof, menurut Watt, adalah sekelompok kecil orang yang hampir semuanya ‘cranks’, tukang recok dengan ide-ide mengejutkan dan eksentrik, meskipun di antaranya ada yang jadi tabib yang ulung. Watt menggambarkan, bahwa ‘hanya dengan motif yang sangat kuat seorang teolog dapat melawan warisan kecurigaan itu dan bergabung dengan kelompok filosof’. Al-Ghazali adalah salah satu dari sedikit teolog yang meskipun tidak ‘bergabung’, berani ke seberang untuk bertamu ke kemah orang-orang seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina serta pengikutnya. Perhatiannya yang mendalam kepada logika menyebabkannya dikecam oleh sejumlah ulama dari Mazhab Maliki, juga oleh Ibnu Taymiyah, tokoh Mazhab Hambali. Logika memang belum sepenuhnya diterima dengan tenteram oleh para teolog masa itu. Tapi, seperti dikatakannya dalam al-Munqidh, ia tak ingin bertindak seperti orang buta dalam membantah. Ia harus juga memahami dan mengenal kedalaman sistem pemikiran lawannya. Mungkin itu sebabnya sekitar 80 tahun kemudian, Ibnu Rushd — di samping menulis polemiknya terhadap Tahāfut yang termashur itu dengan judul yang lucu dan cerdas, Tahāfut al-Tahāfut, (‘Ruwetnya Keruwetan’) — menggambarkan diri al-Ghazali dengan setengah kagum dan setengah mengejek. Dari kitab Fasl al-maqāl-nya ia dikutip mengatakan bahwa ‘Abu Hamid’, nama lain orang alim dari Tus itu, ‘tampak sebagai seorang penganut Asy’airiyah di antara kaum Asy’airiyah, sebagai seorang Mu’tazilah di antara kaum Mu’tazilah, sebagai seorang Sufi di antara kaum Sufi, dan filosof di antara filosof’. Tapi justru sebab itu Tahāfut al-Falasifah adalah sebuah karya polemik yang cerdas, dengan logika yang tajam dan argumentasi yang analitis. Bahkan ada yang menyimpulkan (Bello: 1989) karya al-Ghazali ini di pelbagai soal pokok tak terbantah oleh kritik Ibnu Rushd, pendekar kemandirian filsafat itu. Terdiri dari 20 bab yang menampik proposisi kaum filosof yang umumnya punya argumen kuat, Tahāfut memang bisa melelahkan karena pengulang-ulangannya. Tapi tak pelak lagi: posisi dan ungkapannya gigih, cemerlang, dan jelas. Sebagian besar halamannya dicurahkan untuk menghadapi teori qidam al-‘ālam, atau kekekalan alam semesta, dan bagaimana penciptaan oleh Tuhan dilihat oleh para filosof. Kita dapat menduga kenapa al-Ghazali, seorang ulama, juga seorang faqih dan pemikir yang dekat dengan pemikiran Asy’ariah, mengutamakan perkara ini. Begitu pula kenapa ia menganggap penting membantah penafsiran (dengan gema suara Aristoteles) tentang Tuhan sebagai Sang Sebab Pertama. Di permukaan, perdebatan ini adalah perdebatan mengenai apa yang diketahui manusia tentang Allah dan dunia. Tapi pada akhirnya mau tak mau melibatkan persoalan ethis; argumen-argumen al-Ghazali sebenarnya adalah pendirian tentang bagaimana manusia bersikap. Seperti nanti akan diuraikan lebih lanjut, persoalan kekekalan alam semesta dan berlaku atau tidaknya tesis sebab-dan-akibat, terutama dalam pemikiran al-Ghazali, mau tak mau menyangkut masalah bagaimana manusia diharapkan dan diposisikan di dunia. Tentu saja kita harus mulai dengan pemikiran Aristoteles – setidaknya Aristoteles sebagaimana ditafsirkan orang di dunia berbahasa Arab di zaman itu. Sebab persoalan kekekalan alam semesta memang berasal dari ‘sang guru pertama’ dari Yunani itu. Sebelum Aristoteles, para filosof umumnya menganggap alam semesta datang dari sebuah materi yang primitif atau dari dunia yang lain. Setelah Aristloteles, dalam Kitab al-Najāt Ibnu Sina tesis qidam al-‘ālam itu mendapatkan gemanya. Bantahan al-Ghazali terhadap pandangan itu bukanlah sesuatu yang baru. Meskipun pengaruh Aristoteles amat besar, sekitar seratus tahun sebelum al-Ghazali kritik yang mirip telah datang dari al-Kindi, al-Razi, kaum Mu’tazilah dan kaum Asy’ariah (termasuk guru al-Ghazali, yakni al-Juwayni). Bahkan sebagian sejarawan melihat para filosof Islam yang menampik pandangan tentang kekekalan alam semesta.ini mendapatkan sumbernya pada pemikiran Johannes Philophonus, teolog Kristen dari Iskandariyah sebelum Islam. Tapi dalam sejarah yang panjang itu, demikianlah dikatakan, hanya dalam Tahāfut itulah teori yang ‘sesat’ itu diuraikan dengan terang. Bahkan al-Ghazali dengan akurat dan adil menunjukkan bagian ‘yang paling pintar’ dari argumen para filosof, dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang tak mudah dijawab: ''‘Jika asal usul dunia dikarenakan laku Tuhan, pertanyaannya tetap: Mengapa sekarang, dan bukan sebelumnya? Apakah hal itu disebabkan tidak adanya cara, atau kuasa, atau tujuan, atau alam? ''‘…Tentu mustahil untuk menjawab, ‘Karena ketidak-mampuan-Nya untuk membuat dunia ada’, atau ‘Karena mustahilnya dunia untuk ada’. Seandainya demikian itulah jawabnya, berarti Tuhan berubah dari tak mampu menjadi berdaya, atau dunia berubah dari kemustahilan menjadi mungkin… ''‘Yang paling mendekati [jawaban yang tepat] adalah bila kita membayangkan diri mengatakan bahwa Tuhan sebelumnya tak menghendaki adanya dunia…. ''‘Berarti kehendak itu punya permulaan dalam waktu, sementara Ia tak tunduk kepada peristiwa temporal.'' Hubungan antara Tuhan dan alam semesta, bagi filosof seperti Ibnu Sina, bukanlah seperti hubungan antara arsitek dan sebuah bangunan. Bagi mereka, alam semesta ‘memancar’ dari hadirat-Nya. Karena Tuhan tak tunduk kepada kerangka waktu, para filosof menganggap alam semesta senantiasa ada bersama kekekalan Tuhan. Sebab mustahil bila baru pada suatu waktu timbul ‘kehendak’ Tuhan untuk menciptakan alam semesta. Jika itu terjadi di ‘suatu waktu’, berarti Tuhan tidak kekal. Waktu, seperti dalam pengertian Aristoteles, menandai perubahan, sedang Tuhan begitu sempurna hingga Ia tak berubah. Demikian juga kehendak-Nya. Tapi, bagi al-Ghazali, penciptaan bisa terjadi tanpa waktu. Kita, kata al-Ghazali, bisa mengajukan satu tesis: mula-mula Tuhan ada sebelum Yesus, kemudian Tuhan ada dan Yesus ada, tanpa harus mengasumsikan ada unsur waktu di sana. Dalam proses itu, manusia memasukkan unsur waktu karena ‘imajinasi tak dapat menolak untuk menganggapnya demikian’. Imajinasi tak mampu membayangkan adanya sebuah kejadian di luar waktu, sebab manusia hidup dalam waktu yang diciptakan Tuhan bersama alam semesta. Tapi dengan logika dan nalar murni kita dapat menyimpulkan kemungkinan adanya keadaan tanpa waktu ketika penciptaan terjadi: yang maha kuasa akan selalu dapat menciptakan sesuatu dari ketiadaan yang sehampa-hampanya. Perdebatan ini, yang sangat kompleks dan mendasar (dan tak akan cukup diuraikan sepenuhnya di sini), pada akhirnya berkisar pada persoalan: adakah alam semesta diciptakan ex nihilo, dari sesuatu ketiadaan sama sekali, ataukah, seperti dalam filsafat al-Farabi dan Plotinus, merupakan emanasi atau ‘pancaran’ esensi Tuhan yang kekal. Al-Ghazali menegaskan yang partama. Ia hendak mengukuhkan kembali peran Tuhan yang tidak tampil impersonal seperti dalam teori penciptaan para filosof, melainkan Tuhan yang mahakuasa dan mahatahu. Juga Tuhan yang mempunyai iradah, berkehendak. Sejak al-Kindi di abad ke-9 memperkenalkan kata muhdith dalam perbincangan filsafat dalam bahasa Arab — yang oleh Majid Fakhry (Fakhry: 2004) dengan sadar diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai generator, dan bukan creator — para filosof memang tampak terombang-ambing dalam menggambarkan Tuhan: Sang Pencipta-kah Ia, atau Sang Maha Pemula? Bila kita berangkat dari tesis bahwa alam semesta dan hidup diciptakan oleh yang maha kuasa, kuasa itu dapat memutuskan dari kehendaknya yang kekal untuk menciptakan sesuatu – juga sesuatu dalam kerangka temporal. Untuk mengatakan hal itu mustahil, para filosof, menurut al-Ghazali, tak punya argumen yang memadai. Yang pasti tak berdasarkan keniscayaan rasional yang tak usah dibuktikan lagi. Sebab jika demikian halnya, kenapa tak setiap orang. langsung setuju? Juga para filosof, menurut al-Ghazali, tak punya argumen berdasarkan logika. Secara logika orang tak dapat serta merta mengatakan bahwa karena premis ‘tak-ada’ menjadi ‘ada’ adalah urutan dalam waktu, maka kesimpulannya kehendak membuat ‘tak-ada’ menjadi ‘ada’ dengan sendirinya berada dalam waktu. Silogisme ini baru lengkap jika didahului dengan satu pembuktian, bahwa mustahil ada ‘kehendak’ yang bisa bebas dari kerangka temporal – dan itu berarti kita kembali ke titik awal persoalan. Maka al-Ghazali pun menyimpulkan: ''‘Yang telah tuan-tuan katakan hanya menunjukkan adanya kemustahilan, dengan membandingkan kehendak Ilahi dengan kecenderungan atau kehendak kita. Perbandingan itu salah; sebab kehendak yang kekal tak dapat menyerupai kecenderungan temporal.’'' Tampak, bahwa bagi para filosof, hanya ada dua kemungkinan ketika kita berbicara bahwa Tuhan ‘membuat’ dunia. Kemungkinan pertama adalah antara Tuhan yang ‘membuat’ dan dunia yang ‘dibuat’ ada jarak waktu. Itu sama saja dengan mengatakan Tuhan, seperti ciptaan-Nya, berada dalam kerangka waktu. Kemungkinan kedua ialah bahwa kata ‘membuat’ punya makna lain yang bukan urutan waktu, bukan temporal, melainkan esensial, khususnya dalam hubungan sebab dan akibat. Contoh yang gamblang adalah gerakan tubuh kita yang ‘membuat’ bayangan bergerak atau gerakan tangan yang menyebabkan cincin di jari kelingking bergerak pula. Bagi al-Ghazali, mengatakan Tuhan berada dalam kerangka waktu tentulah bertentangan dengan konsep kekekalan Tuhan – dan dalam hal ini ia setuju dengan argumen para filosof . Tapi mengatakan bahwa hubungan antara Tuhan dan dunia adalah hubungan kausal juga bisa menyesatkan. Kita tahu Aristoteles beranggapan bahwa tak mungkin rangkaian sebab-dan-akibat di dunia bersifat tanpa batas; ‘sebab pertama’ niscaya ada. Ini pulalah yang kemudian diikuti al-Farabi: ia menyebut Tuhan dengan sebutan ‘Yang Awal’. Syahdan, dari [Sebab] Yang Awal inilah yang alam semesta berpangkal. Kaitan antara sang [Sebab] Yang Awal dan alam semesta adalah kaitan kausal yang secara alamiah niscaya terjadi. Para pengritik doktrin ‘keniscayaan alami’ ini — mereka menyebutnya ījāb dhātī — menyerang bahwa ada yang tak meyakinkan dalam keyakinan tentang Tuhan di dalam pandangan ini. Seperti dicoba ditunjukkan al-Ghazali, bila genesis alam semesta dilihat dari pandangan ini, bila Tuhan oleh Ibnu Sina disebut sebagai wājib al-wujūd, Ia tak dianggap sebagai subyek dan pelaku yang bebas, fā’il mukhtār. Inilah yang diutarakan al-Ghazali: ''Pelaku (fā’il) adalah ia dari mana sebuah laku berlangsung, sebagai akibat dari kemauan untuk berbuat, menjalankan laku, dengan kebebasan memilih dan pengetahuan tentang apa yang dimaui. Tapi dalam pandangan tuan-tuan, hubungan dunia dengan Tuhan sama dengan hubungan antara akibat dan sebabnya. Maka dunia menyusul-Nya sebagai akibat yang niscaya (darūri). Karena itu, tak terpikirkan bahwa Tuhan akan telah dapat menghindari perbuatan-Nya, sebagaimana bayang-bayang tak dapat menghindari seseorang, atau sinar menghindari matahari. ''Tapi ini tak ada hubungannya dengan ‘perbuatan’. Mereka yang mengatakan bahwa lampu ‘melakukan’ cahaya, atau seseorang ‘melakukan’ bayang-bayang, adalah mereka yang menjembereng makna kata melebihi definisinya. Mereka akan meminjam sepatah kata yang dipakai di suatu konteks yang lain, karena terlampau mudah mempersoalkan hubungan antara dua hal dari satu sifatnya saja – yakni seorang pelaku adalah seluruhnya hanya sebuah sebab, dan lampu adalah penyebab terang dan matahari penyebab cahaya. ''Tapi pelaku tak disebut pelaku semata-mata karena ia ada sebagai sebab, melainkan ia sebuah sebab dalam cara khusus, yakni dalam cara kemampuan dan pilihan bebas….'' Argumen ini pada hemat saya penting: ide tentang Tuhan sebagai fā’il mukhtār dalam al-Ghazali bersangkut paut dengan pandangannya yang tak hendak menerima secara mutlak tesis kausalitas. ‘Hubungan antara apa yang dipercaya sebagai sebab dan akibat’, demikian tercantum di kalimat awal bantahan ke-17 dalam Tahāfut, ‘bukanlah hubungan yang niscaya sifatnya’. Al-Ghazali bisa mengerti bila orang percaya, bahwa beberapa kejadian di dunia membawa kejadian lain, dan bahwa pengalaman kita tentang hal itu memberi kita keyakinan akan kemampuan kita mengartikan apa yang berlangsung dalam kehidupan. Yang ditentang al-Ghazali ialah anggapan bahwa kaitan sebab-akibat itu mau tak mau harus terjadi. Coba lihat sepotong kapas terbakar karena api, katanya. Para filosof mengatakan bahwa api itu ‘membakar’ kapas, dan itu terjadi karena keniscayaan alami. Dengan kata lain, api itulah pelaku pembakaran. Tapi bagi al-Ghazali, api yang didorong keniscayaan tak punya kehendak. Maka yang kita saksikan adalah A ada dengan B, dan bukan ada oleh B, tanpa sebab lain apapun selain B. Hampir seperti Sextus Empiricus yang menentang teori kausalitas Aristoteles di abad ke-2 dan seperti Hume di abad ke-18, al-Ghazali secara tak langsung menunjukkan, bahwa ketika kita melihat ada hubungan antara sebab dan akibat dalam dua kejadian, kita sebetulnya hanya memproyeksikan ke dunia sebuah pengharapan dalam diri kita, pengharapan yang terbentuk oleh pengalaman. Dengan kata lain, yang lahir dari sebuah ‘kebiasaan’, ‘adah. Pada dasarnya argumen ini menggemakan kembali pemikiran ‘atomistik’ Asya’iriah: tiap kejadian, sebagaimana tiap zarah yang ada di dunia, adalah hasil ciptaan dari ketiadaan. Oleh Tuhan, semuanya digabung dan dipertahankan sementara di dalam ruang-ruang yang terbatas. Tuhanlah yang mengatur atom yang terpisah-pisah itu dalam sebuah desain, sebuah pola, hingga tak berantakan dan asal-asalan, hingga orang dapat memperoleh pengetahuan dan ilmu tentang alam. Maka, kalaupun ada ‘kekuatan silogisme yang tersembunyi’, qūwa qiyāsīyā khafiya, untuk memakai kata-kata Ibnu Sina, itu bukan karena sifat dasar obyek dan kejadian itu sendiri. Di sinilah al-Ghazali berbeda dari Hume, seorang empiris dan sekaligus seorang materialis. Al-Ghazali seorang ulama yang percaya bahwa tiap kejadian ditentukan oleh Tuhan yang mempunyai kemauan bebas, Tuhan yang bukan Sebab Pertama, melainkan satu-satunya Subyek, Pelaku, atau fa’il mukhtār. Kesimpulan al-Ghazali tentu saja lebih merupakan kesimpulan seorang teolog. Ketika ia menggunakan metode filsafat, misalnya logika, untuk mempertahankan kesimpulan itu, ia tak cukup bergerak jauh, apalagi radikal. Salah satu bantahan Ibnu Rushd dalam Tahāfut al-Tahāfut secara tak langsung menunjukkan satu persoalan yang tak dimasuki al-Ghazali dari tesisnya sendiri: dari mana sebenarnya manusia melihat dan memahami ‘desain’ atau ‘pola’ dalam atom yang terpisah-pisah di alam semesta itu? Jika itu dari ‘kebiasaan’ (‘adah), apa arti ‘kebiasaan’ di sini? ‘Kebiasaan’ Tuhan dalam menentukan hal ihwal? Jika Tuhan mempunyai ‘kebiasaan’, itu berarti Tuhan melakukan sesuatu berdasarkan sebuah corak perilaku yang berulang-ulang – yang tak cocok dengan konsep Tuhan yang, dalam tesis al-Ghazali, berkehendak bebas untuk membuat tiap kejadian terjadi. Al-Ghazali juga tentu tak akan menyebutnya sebagai ‘kebiasaan’ dari hal ihwal itu sendiri; baginya hal-ihwal bukan ‘pelaku’. Ataukah itu ‘kebiasaan’ manusia? Jika ‘kebiasaan’ ini dipasang oleh Tuhan dalam diri manusia, atau pun jika ‘kebiasaan’ itu terbit dari manusia sendiri, dan dengan ‘kebiasaan’ itulah manusia memahami hal ihwal, menilai, dan memutuskan, maka itu berarti, dalam kata-kata Ibnu Rushd, ‘tak akan ada kearifan di dalam dunia yang membuat kita dapat menyimpulkan bahwa sang pelaku adalah arif bijaksana’.. Di sini sebenarnya yang kita saksikan adalah tema perdebatan klasik kaum Asy’airiah dengan kaum Mu’tazilah. Secara kasar dapat diringkaskan, bahwa inilah perdebatan untuk menentukan, di mana kita harus meletakkan titik berat dalam sejarah: pada desain Tuhan? Pada kreatifitas manusia? Kita tahu di mana al-Ghazali berdiri. Dalam satu telaah yang seksama tentang hubungan yang tak semuanya pasti antara al-Ghazali dan pemikiran Asya’iriah, Frank (Frank: 1994) mengutipnya dari al-Iqtisād f’il-I’tiqad: al-Ghazali memilih menggunakan pengertian ‘pencipta’, al-khāliqu wal-mukhtari, semata-mata buat Tuhan. Sebab dialah ‘yang menyebabkan sesuatu ada, melalui kekuatannya sendiri’. Laku manusia yang dijalankannya dengan kemauannya sendiri hanya bisa disebut kash (dalam bahasa Inggris: performance’). Ini tentu saja yang tak tercantum dalam pemikiran Mu’tazilah: di sini tak ada rasa enggan menggunakan pengertian ‘khalaqa, yakhluqu’ bagi manusia sebagai subyek. Seperti kita ketahui, .dalam pemikiran ini manusia secara otonom menghadirkan lakunya di dunia. Tuhan hanya tak secara langsung mempengaruhi kejadian. Dalam batas tertentu ini adalah benih sebuah ‘humanisme Islam’, dan sejarahnya panjang. Majid Fakhry menyebut asal usul perdebatan antara pemikiran Qadariyah yang mengakui kemauan bebas manusia dan kaum Jabariyah yang menampiknya dari sejak Ma’bad al-Juhanī. Pemikir ini dihukum mati di tahun 699 oleh Khalif Abdul-Malik (685-705). Pandangannya bentrok dengan kepentingan kekhalifahan: bila manusia dianggap punya kemauan bebas, maka sang khalif tak lagi dapat dilepaskan dari tanggungjawab atas tindakannya yang zalim, sebab tindakan itu tak lagi bisa dikatakan sebagai akibat ‘titah Tuhan yang tak dapat dijelaskan’. Kaum Mu’tazilah tak selamanya berada dalam posisi perlawanan seperti itu, jika diingat bahwa dalam masa Khalif al-Ma’mun paham ‘rasionalis’ itu mendapatkan patronase politik penuh, bahkan di tahun 827 dan 833 ia jadi doktrin yang dipaksakan. Tapi pada saat yang sama permusuhan terhadapnya tak berhenti. Tentu saja doktrin tak pernah utuh dan tak bergeming; tiap pertentangan ide akan menimbulkan penekanan baru dan juga moderasi. Betapapun, dasar argumennya bertahan. Fakhry menyebut nama Mu’ammar b. ‘Abbad dari kota Basra, misalnya, yang menganggap bahwa di dunia benda-benda mati, laku – yang menyebabkan ‘kejadian’ — terjadi karena keharusan alam (tab’an), sedang di dunia makhluk hidup, laku terjadi karena ada kemauan (ikhtiyāran). ‘Humanisme’ ini tentu saja tak sepenuhnya menegaskan, bahwa manusia adalah pusat dan ukuran segala hal ihwal. ‘Humanisme’ Mu’tazilah pada dasarnya sebuah teodise. '''III''' DI tahun 1710, Leibnitz menerbitkan Essais de Théodicée dalam bahasa Prancis. Sejak itu, teodise dikenal: sebuah pembelaan manusia untuk membuktikan keadilan Tuhan, yang dibentuk dari kata theos dan dikē, ‘Tuhan’ dan ‘keadilan’. Dalam sejarah pemikiran Islam, kata itu tak dipergunakan, tapi ada benihnya sebelum ajaran Mu’tazilah tersusun di abad ke-9.. Dan persoalan tentang ini tak berhenti dengan al-Ghazali. Dalam sebuah telaah yang menyeluruh dan mendalam, Ormsby (Ormsby: 1984) menemukan sumbernya pada pemikiran al-Hasan al-Basri, yang wafat di tahun 728. Pada mulanya adalah persoalan, akankah Tuhan menghukum selama-lamanya mereka yang tak dibimbing-Nya sendiri ke dalam Islam. Terhadap ini al-Hasan al-Basri menjawab: ‘Tuhan kita begitu rahim, begitu adil, dan begitu pemurah untuk melakukan hal itu bagi hamba-Nya’. Dalam kandungan pernyataan ini, orang alim yang di masanya sangat berpengaruh itu menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia berkemauan bebas, dan sebab itulah, bila ia berbuat keji dan tak adil, itu adalah hasil kemauannya, bukan karena takdir Tuhan atas dirinya. Tuhan senantiasa akan bersifat adil. Pengaruh al-Hasan sangat besar pada aliran teologi yang kemudian dikenal sebagai Mu’tazilah itu, yang memperkenalkan ‘teologi dialektis’ dalam Islam, yang mula-mula berkembang di Basra di abad ke-8. Yang terpenting bagi aliran ini — kemudian disebut sebagai ‘golongan keadilan’ (adlīyah) — adalah keyakinan tentang keadilan Tuhan. Sebagai bagian dari keyakinan itu, dikemukakanlah manusia sebagai pelaku dengan kemauan bebas. Seperti kata Wasil ibnu ‘Atā, pendiri aliran ini: ‘Karena sang pencipta arif dan adil, maka dilarang membuat kaitan antara Dia dan kekejian (sharr) atau salah (zulm) …Sebab itu manusia adalah pembuat kebaikan, kekejian, keyakinan, kemungkaran, kekufuran dan dosa, dan diberi pahala atau hukuman atas lakunya’. Kira-kira satu abad kemudian Ibrahim ibn Sayyār al-Nazzām, teolog Mu’tazillah dari Basra, mengatakan pula: ‘Kekejian adalah sebuah sifat yang secara intrinsik terdapat dalam perbuatan yang keji…Tuhan, pintu keadilan, tak boleh digambarkan sebagai yang punya kuasa untuk bertindak tak adil’. Ada semacam optimisme dalam teodise Mu’tazillah: pandangan ini meyakini bahwa kejahatan di bumi tak pernah diniatkan oleh Tuhan. Bahkan Tuhan, didorong oleh sifat-Nya sendiri yang ‘begitu rahim, begitu adil, dan begitu pemurah’ senantiasa menyediakan apa yang sebaik-baiknya (al-aslah, kata kaum Mu’tazillah) bagi makhluk-Nya. Optimisme ini menarik, tapi bagi sebagian teolog justru menggelisahkan. Tidakkah ajaran atau gambaran seperti itu mengandung pikiran yang hendak membuat Tuhan tak lagi Maha Kuasa? Jika Tuhan ‘harus’ menyediakan apa yang sebaik-baiknya, dan jika manusia adalah sumber dan ukuran ‘kebaikan, kekejian, keyakinan, kemungkaran, kekufuran dan dosa’, Tuhan akan tampak surut. Pada dasarnya itulah kritik yang dilancarkan oleh kaum Asy’ariyah: bagi mereka, Tuhan berada di atas ukuran ‘kebaikan’ dan ‘keadilan’ manusia. Al-Ghazali menegaskan pandangan ini dengan mengatakan bahwa ‘baik’ (hasan) dan ‘jahat’ (qabih) berarti lurus atau melencengnya sesuatu dari sebuah tujuan, tapi Tuhan tak punya tujuan: Ia adalah tujuan itu sendiri. Bagi al-Ghazali, kezaliman (zulm) berarti pelanggaran hak milik pihak lain, tapi semua makhluk milik-Nya; Ia tak dapat dianggap zalim. Tapi jika demikian halnya, akan adakah pertalian moral antara Tuhan dan manusia? Jika Tuhan terlepas dari seperangkat nilai-nilai, di manakah nilai-nilai akan mendapatkan otoritasnya agar universal, dan, karena universal, dengan mudah diterima untuk memperbaiki kehidupan? Dengan segera tampak, bahwa dilema yang dihadapi terletak di antara dua pilihan: bila Tuhan bersifat adil, Ia tidaklah maha kuasa. Tapi bila Tuhan mahakuasa, Ia tak niscaya adil. Dilema ini dicoba dipecahkan oleh kaum Asy’ariah – yang punya akar teologi yang sama dengan kaum Mu’tazilah – dengan merumuskan: hanya Tuhan yang menciptakan laku di dunia, dan manusia ‘memperoleh’ laku ini dan dengan perolehan (kasb) itu sebab itu secara legal bertanggungjawab atas perbuatannya. Tentu saja pemecahan ini tak memuaskan. Setali tiga uang: manusia di sini tetap semacam robot. Dengan demikian, bila ia dihukum, sementara ia hanya menjalankan sesuatu yang telah diprogram untuk eksistensinya, pengertian ‘salah’ menjadi problematik, dan akan terputus hubungan nilai-nilai antara yang insani dan yang illahi. Kemungkinan yang tertinggal adalah fatalisme. Tapi fatalisme adalah sikap yang ibarat burung onta: membenamkan kepala dan matanya ke dalam pasir, menyerah agar tak mencoba mengetahui apapun tentang sifat Tuhan, selain sebagai Tuhan yang mahakuasa dan berkehendak. Fatalisme praktis mereduksikan Tuhan hanya sebagai kekuasaan. Tidakkah dengan demikian Ia jadi impersonal, karena tak punya sifat-sifat lain? Yang pasti, fatalisme bukanlah agenda teologis kaum Asy’ariah. Tapi pandangan mereka bukannya telah menawarkan kata akhir. Juga pandangan al-Ghazali. Sebagai konsekuensi dari kritiknya terhadap pandangan para filosof yang menampilkan Tuhan sebagai sesuatu yang impersonal, al-Ghazali berbicara tentang sifat-sifat Tuhan. Tapi begitu seseorang masuk ke dalam bahasa ini – yang sifatnya antropomorfis – ia pun masuk ke dalam kemungkinan untuk jauh dari Tuhan sebagai subyek yang maha kuasa dan merdeka. Dan itulah yang terjadi. Ormsby menguraikan dengan jernih sebuah kehebohan yang berlanjut sampai ke abad ke-19 di sekitar Ihya Ulum al-Din. Syahdan, di bagian empat buku yang termashur ini, ketika al-Ghazali membahas soal ‘tawakal,’ ada sepotong kalimat yang berbunyi: ‘Tak mungkin akan terjadi apa saja yang lebih bagus, lebih lengkap, atau lebih sempurna ketimbang yang ada kini’. Bagi al-Ghazali, sebagaimana kemudian dikemukakan seorang penafsirnya, itu adalah tanda sifat pemurah (fadl) Tuhan kepada alam semesta dan manusia. Tapi bagi sebagian teolog, terutama dengan kecenderungan Asy’ariah, kalimat itu dianggap membangkitkan kembali teodise Mu’tazilah, yang membatasi Tuhan dari kemahakuasaan-Nya. Memang ada dalam baris-baris Ihya, sebagaimana dipaparkan Ormsby, yang akan mengingatkan kita kepada optimisme yang pernah merisaukan kaum Asy’ariah. Terutama ini: ''Setiap yang dibagikan Tuhan kepada manusia, misalnya dukungan kehidupan, panjangnya usia, nikmat dan sakit, mampu dan tak mampu, percaya atau tak percaya, patuh atau berdosa, semua itu semata-mata keadilan, tanpa ada ketidak-adilan di dalamnya, dan sepenuhnya benar, tak ada salah di dalamnya. ''Sungguh, itu sesuai dengan tertib yang niscaya benar, menurut apa yang mesti, dan sebagaimana mestinya, dan dalam ukuran yang semestinya pula; dan tak mungkin akan terjadi apa saja yang lebih bagus, lebih lengkap, atau lebih sempurna ketimbang itu.'' Bagi al-Ghazali, ‘tertib yang niscaya benar’ itu, al-tartīb al-wājib al-haqq, merupakan ekspresi kearifan ilahi. Dalam hal ini, sebagaimana ditunjukkan oleh Ormsby, al-Ghazali sebenarnya tak mengikuti tesis Mu’tazilah tentang al-aslah, melainkan mengikuti pendapat yang menentang itu dan menggantikannya dengan isābah, atau ‘penempatan hal ihwal secara patut’. Tapi bagi kaum Asy’ariah, ini mirip dengan usaha me-‘rasional’-kan laku Tuhan. Tendensi ini patut dicurigai sebagai usaha menerjemahkan dan mereduksi Tuhan ke dalam kerangka nisbi manusia: mengatakan bahwa alam semesta ini merupakan karya Tuhan yang paling indah, bahwa ciptaan ini ‘menurut apa yang mesti’, sama artinya dengan membatasi sifat maha kuasa dan maha tahu Allah.. Memang, pandangan Asy’ariah tentang Tuhan di sini terasa kering dan juga kurang. Dua abad setelah al-Ghazali, Ibnu Taymiyah menilai kaum Asy’ariah sebagai yang ‘menegaskan kehendak [Tuhan] tanpa kearifan, menekankan kemauan [Tuhan] tanpa sifat pengampun, kasih, maupun dukungan’. Seperti saya katakan mengenai fatalisme, Tuhan kaum Asy’iriah juga hampir sepenuhnya tampil sebagai satu kekuasaan yang nyaris impersonal – dan lebih penting lagi: terlepas dari kaitannya dengan nilai-nilai insani. Dilihat dari sini, melalui Ihya, al-Ghazali telah mencoba, untuk meminjam kata-kata Ormsby, ‘mengubah doktrin Asy’airah yang ketat’, yakni doktrin yang meletakkan kedaulatan Tuhan sebagai sesuatu yang ‘tak perlu dipertanggungjawabkan’. Tapi perdebatan di sekitar Ihya tak berhenti. Ormsby mencatat bahwa itu berlanjut terus sampai sekitar delapan ratus tahun, kadang-kadang dengan letupan permusuhan. Di abad ke-15, misalnya, seorang penulis, Ibrāhim ibn ‘Umar al-Biqa’i menilai sang hujjat al-Islam telah berbuat bid’ah; syahdan, segera setelah bukunya terbit, di Damaskus terjadi kerusuhan yang hampir menyebabkan al-Biqa’i terbunuh. Ironisnya, tema serangan itu kita kenal kembali sebagai gaung argumen al-Ghazali di masa lampau: kenapa, begitulah kata para penafsir al-Ghazali menyalahkan baris-baris Ihya itu, tak mungkin terjadi sesuatu yang lebih bagus ketimbang alam semesta sekarang jika Tuhan menghendakinya? Tidakkah di sini Al-Ghazali mengulang ajaran kaum filosof yang sesat, yang menafikan pilihan bebas Tuhan dalam mencipta? Perbantahan ini menyebabkan orang alim dari Tus yang pernah bersumpah untuk tak terlibat dalam kontroversi agama ini harus kembali mempertahankan diri dari para pengecamnya. Memang, seperti di atas disebut, ia sebermula memilih diam. Dalam Ihya ia mengatakan bahwa ‘mengungkapkan misteri kuasa Allah adalah kufur’. Tapi pada akhirnya menafsirkan misteri kuasa Allah tak mungkin dielakkan – dan itulah sebabnya sejak Tahāfut, teologi, yang sering dikemukakan dengan semangat filsafat, tak berhenti. Teologi dalam Islam adalah ‘ilmu kālam’, yang kata seorang pakar sebermula berarti ‘ilmu percaturan pendapat’. Di dasar persoalan itu adalah pertanyaan: seberapa jauhkah Tuhan dari manusia? Di sini, sebelum dan sesudah al-Ghazali, kita memang menghadapi apa yang paradoksal dalam pengertian kita tentang Tuhan. Dalam Islam, doktrin tentang ‘sifat’ Tuhan yang tak terbandingkan, yang unik, dan yang sama sekali berbeda (mukhālafah) merupakan asas yang eksplisit dikemukakan. Setiap Muslim hafal Surah Al-Ikhlas. Yang Maha-Lain adalah juga Yang Maha-Tak-Diketahui, karena ‘mengetahui’ berarti juga menangkap, menyalin, meringkas, untuk menampilkan kembali ‘yang-lain’. Tapi di hadapan dan mengenai Yang Maha-Tak-Diketahui, bagaimana kita membicarakan-Nya, ketika kita harus membicarakan-Nya? Di hadapan yang sama sekali berbeda, bagaimana bila kita akan, seperti disebutkan sebuah hadith, menumbuhkan sifat-sifat-Nya dalam diri kita? Kita ingat, al-Ghazali memperingatkan para filosof, bahwa salah untuk ‘membandingkan kehendak Ilahi dengan kecenderungan atau kehendak kita’. Sebaliknya dalam kritiknya Ibnu Rushd juga mengingatkan, bahwa pengertian ‘kehendak’ yang dipakai al-Ghazali dan kaum Asy’ariah dalam hal Tuhan sering rancu dengan ‘kehendak’ dalam hal manusia. ‘Kehendak’ manusia terjadi karena ada yang dikehendaki, dan itu berarti ada yang belum didapat. Tuhan, dalam kesempurnaan-Nya, tak demikian. Bahkan dapat dipersoalkan pula pengertian ‘kemerdekaan memilih’ dalam sifat Tuhan. Sebagaimana Ibnu Rushd menganggap adanya ‘kehendak’ dalam diri manusia sebagai indikasi kekurangan, hingga Tuhan sebenarnya tak pernah ‘berkehendak’ dalam arti itu, orang pun dapat mengatakan bahwa ‘kemerdekaan memilih’ pada hakikatnya muncul sebagai antitesis dari keadaan tak merdeka untuk memilih. Tapi Tuhan, dalam inayah-Nya dan kesempurnaan-Nya, tak perlu memilih. Dan itulah sebenarnya yang tersirat dari teori emanasi Ibn Sina yang dikecam al-Ghazali. Walhasil: sedalam mana perbedaan Tuhan dari manusia digariskan? Bagaimana mendeskripsikan-Nya? Manusia dan bahasanya tak mungkin membebaskan diri dari persoalan ini. Tiap pihak agaknya berada dalam keadaan yang siap ‘keliru’ dalam tashbih, dalam menggunakan perbandingan Tuhan dengan makhluk. Kaum Mu’tazilah, misalnya, meskipun lebih membayangkan Tuhan sebagai Yang Maha Esa yang tak terperikan oleh sejumlah sifat (apalagi sifat atau kualitas itu juga dipakai buat manusia) dalam teodise yang mereka kemukakan, setidaknya bagi kaum Asy’ariah, telah membawa Tuhan ke dalam ukuran-ukuran antropomorfis. Mengambil posisi menghindar dari pencitraan Tuhan yang tanpa sugesti pensifatan sama sekali, seperti ta’til yang dicoba Jahm Ibnu Safwān di abad ke-8, tampaknya mustahil dilakukan oleh siapapun dalam bahasa yang ada. Memang pada umumnya para pemikir dan teolog memilih jalan tengah: mengakui ada perbedaan mendasar antara Tuhan dan manusia tanpa mengingkari adanya sifat-sifat Tuhan yang terpaksa diterjemahkan ke dalam pengertian manusia — sebuah posisi yang sering disebut tanzih. Tapi posisi ini pun pada akhirnya selalu tentatif. Maka meskipun ia menampik pandangan Ibnu Sina yang menampilkan Tuhan sebagai wājib al-wujūd yang impersonal, pada akhirnya al-Ghazali juga mengatakan, bahwa Tuhan berada di luar pensifatan yang mengacu pada sifat personal manusia. Itulah sebabnya, bagi al-Ghazali, menyebut sifat-sifat Tuhan yang seperti itu perlu, tapi keliru. Shehadi (Shehadi: 1964), yang mambahas dengan sistematis konsep Tuhan menurut al-Ghazali mengutip frase ini dari al-Maqsad al-Asnā: ''Tujuan dari penyebutan sifat-sifat [Tuhan] itu adalah untuk memberi sedikit ide (īhām), atau analogi, yang meskipun demikian bersifat keliru (tashbiīh khata)….'' Dalam arti tertentu, teologi al-Ghazali adalah teologi pragmatis: baginya, apa yang tampil sebagai sifat-sifat Allah dalam Qur’an ‘sebaiknya diterangkan menurut hasil dan tujuan sifat-sifat itu, dan bukan makna dan etimologi mereka’. Dengan kata lain, yang terpenting bukanlah pengetahuan. Dalam sistem pemikiran al-Ghazali, pengetahuan manusia terdiri dari tiga jenis: percaya, atau opini, atau takhayul. Di situ, masalah ‘kebenaran’ adalah masalah cocoknya apa yang ada dalam pikiran dengan yang ada di dunia — veritas est adaequatio intellectus ad rem. Tapi seperti yang telah disebut di bagian pertama tulisan ini, ada ‘kebenaran’ dalam arti yang lain, yakni yang disebutnya kawedar dalam kashf: keadaan ‘terungkap’. Di sini, seperti juga sudah saya sebut, ‘yakin’ adalah sebuah taraf pengalaman, sesuatu yang datang melalui proses dhawq, intuisi mistik yang bukan ‘ilmu’, melainkan ‘laku’, atau aksi, menurut ilmu al-mu’amalah. Al-Ghazali, sebagai seorang sufi, tentu dapat mengklaim bahwa dalam ‘yakin’ itulah terdapat kepastian yang dicarinya. Ia menunjukkan bahwa filsafat tak dapat membawanya ke sana. Seperti dikatakannya dalam prakata pertama Tahafut, tak ada yang tetap dan ajeg dalam posisi para filosof yang ditelaahnya. ‘Seandainya teori metafisik mereka secara nalar dapat membawa kita yakin sebagaimana pengetahuan aritmatik mereka’, kata al-Ghazali tentang lawan-lawannya itu, ‘mereka tak akan berbeda di antara mereka sendiri dalam persoalan-persoalan metafisik’. Tak perlu dikatakan lagi rasanya, bahwa al-Ghazali bukan pemikir dari zaman ini – dan dengan kesadaran itulah ia kita ikuti. Jika dibaca sekarang, statemen di atas — yang kita tahu tak semestinya ditujukan buat filsafat, karena filsafat tak lagi terkait dengan klaim kesahihan ilmu-ilmu pasti — lebih merupakan kesalah-fahaman akhir abad ke-11. Terutama sebelum sang faqih menjadi sufi yang berkelana dan menulis al-Maqsad al-Asnā. Seorang lain di abad ke-20 juga melihat ‘kebenaran’ bukan sebagai adaequatio intellectus, melainkan, seperti sang sufi, menyebutnya sebagai ‘keterungkapan’, atau Unverborgenheit. Orang itu, Heidegger, menjauhi pengetahuan ilmu-ilmu dan epistemologi rasional, dan mendekatkan diri kepada pengalaman pekerja kriya, perupa, penyair, dan manusia dalam permenungan. Ia berpendapat bahwa ‘pemikiran metafisik’ dan kelanjutan perkembangannnya, ‘pemikiran teknologis’, menyebabkan ketercerabutan manusia (Dasein yang selalu terpaut pada tempat dan waktu) dari dunianya. Filsafat, bagian dari ilmu kemanusiaan, tak lagi hendak dikuasai oleh logika dan metode ilmiah, melainkan oleh hermeneutika. Kepastian bukanlah agendanya. Hermeneutika adalah, seperti ilm kalām, ‘ilmu’ percaturan pendapat. Riwayat percaturan dan sengketa yang panjang di sekitar Ihya Ulum al-Din dan jawaban al-Ghazali terhadap para pengecamnya, adalah suatu indikasi bahwa ketegangan hermeunetika, antara ‘kebenaran’ sebagai adaequatio intellectus dan ‘kebenaran’ dalam kashf, tak kunjung bisa diselesaikan – juga seraya orang mengacu ke teks yang paling suci dan berwibawa. Juga bagi seorang. yang disebut sebagai ‘bukti kebenaran Islam’. Memang ada usaha untuk tak mengakui ketidak-pastian yang tampak dalam proses itu dan menutup ruang untuk sebuah ilm kalām yang sehat dan filsafat yang hidup. Seorang yang pernah membaca karya Ibnu Rushd, Al-Kashf ‘an Manahij al-Adilla fi ‘Aqaid al-Milla, mengatakan bagaimana Ibnu Rushd menyebut sebagian al-Mutakallimun, para teolog, memonopoli akses kepada kebenaran dan mengutuk ‘siapa saja yang tak setuju kepada mereka sebagai bid’ah atau kafir yang hak milik dan darahnya sah untuk dirampas’ (Najjar: 2002). Itu terjadi di zaman penulis Tahafut al-Tahafut. Tapi saya kira tendensi itu dalam bentuk lain tak hilang sekarang, justru ketika, dalam kata-kata Ahmad Syafii Maarif, ‘ide tradisional tentang Tuhan menghilang’ dan manusia bertanya di mana diperoleh ‘rasa aman ontologis’. Tapi bisa dan harus selalu adakah rasa aman seperti itu, ketika pada akhirnya yang mendefinisikan sikap kita adalah sujud yang terus menerus? Satu kutipan dari al-Maqsad al-Asnā: Hasil akhir pengetahuan para arifin adalah ketidak-mampuan mereka untuk mengetahui Dia, dan pengetahuan mereka sebenarnya adalah bahwa mereka tidak tahu tentang Dia, dan sepenuhnya mustahil bagi mereka untuk mengetahui Dia. New York, Maret 2005. Daftar Bacaan: Abu-Sway, Mustafa, Al-Ghazāliyy, A Study of Islamic Epistemology, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1996). Al-Ghazali, Incoherence of the Philosophers, terjemahan Sabih Ahmad Kamali atas Tahāfut al-Falasifah, (Lahore: Pakistan Philosophical Congress, 1963) Bello, Iysa A., The Medieval Islamic Controversy between Philosophy and Orthodoxy, Ijma’ and Ta’wil in the Conflict between Al-Ghazali and Ibn Rushd, (Leiden, etc., E.J Brill, 1989). Fakhry, Majid, A History of Islamic Philosophy (New York: Columbia University Press, edisi ke-3, 2004) F. Jabre, La notion de certitude selon Ghazali dans ses origines psychologiques et historiques, (Paris: Vrin, 1958). Frank, R.M., Al-Ghazali and the Ash’arite School, (Durham and London, Duke University Press, 1994). Mitha, Farouk, Al-Ghazālī and the Ismaili, (London: I.B. Tauris and the Institute of Ismaili Studies, 2001). Najjar, Ibrahim Y., ‘Ibn Rushd's Criticisms of the Theologians: Arguments for the Existence of God’, Arab Philosophy Website, Mei 2002 Nakamura, Kojiro, ‘An Approach to Ghazali’s Conversion’, (Orient 21: 46-59, 1958) Qayyum, Abdul, Letters of Al-Ghazzali, (New Delhi: Nusrat Ali Nasri untuk Kitab Bayan, 1992) Ormsby, Eric L., Theodicy in Islamic Thought, The Dispute over al-Ghazali’s ‘Best of All Possible Worlds’ (Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1984). Shehadi, Fadlou, Ghazali’s Unique, Unknowable God – a philosophical critical analysis. of some of the problems raised by Ghazali’s view of God as utterly unique and unknowable, ( Leiden: E.J. Brill, 1964). Watt, Montgomery, A Study of al-Ghazali, (Edinburgh: the University of Edinburgh, 1971). [[Kategori:Esai GM]] [[Kategori:Esai]] i50fzqo0q1khwnuo98s3gjyihn75bvm 100323 100303 2022-08-21T05:44:07Z Agus Damanik 15946 Membalikkan revisi 100303 oleh [[Special:Contributions/2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E|2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E]] ([[User talk:2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E|bicara]]) wikitext text/x-wiki {{header | title = Al-Ghazali dan Kepastian | author = Goenawan Mohamad | translator = | section = 2005 | previous = | next = | year = 2005 | portal = Esai | notes = }} '''I''' JIKA ada yang berubah dari zaman kita, itu tampak dalam cara orang membaca Al-Ghazali. Salah satu kutipan yang termashur dari karya otobiografi pemikirannya, al-Munqidh min al-Dalal (‘Selamat dari Sesat’) menekankan niatnya yang teguh untuk satu hal: kepastian dalam pengetahuan. '''‘Tujuanku adalah untuk mencerap realitas yang terdalam dari hal ihwal; aku ingin menangkap hakikat pengetahuan. Pengetahuan yang pasti adalah yang membuat hal yang diketahui mewedarkan dirinya tanpa membiarkan secercah pun peluang untuk ragu atau kemungkinan apapun untuk salah dan berilusi, dan tak pula hati kita membiarkan kemungkinan semacam itu. …Orang harus dilindungi dari kekeliruan, dan harus begitu terpaut erat dengan kepastian hingga usaha apapun, misalnya, untuk mengubah sebungkah batu menjadi emas atau sebatang tongkat menjadi seekor ular, tak akan membangkitkan ragu atau menimbulkan kemungkinan yang berlawanan….’'' Tampak di mana ia meletakkan penekanan, dan apa yang terasa sebagai hasrat orang alim yang mendapatkan julukan hiperbolik hujjat al-Islam ini: ia tak hendak memberi ‘peluang untuk ragu’, ia haus akan ‘hakikat pengetahuan’. Saya bukan seorang yang mempelajari khusus Al-Ghazali. Yang saya ketahui tentang dia datang dari sumber-sumber sekunder atau terjemahan dari bahasa Arab. Saya tak tahu pasti tentang asal-usul dorongan untuk ‘hakikat pengetahuan’ itu dalam kehidupan religius dan intelektual di masanya. Tapi cukup dikenal bahwa ia hidup di dunia Islam yang tak punya suatu pusat pemikiran, khususnya sebuah pusat yang ditopang oleh politik yang stabil. Tak ada lagi kekuatan yang kharismatik yang tunggal di puncak, tak cukup kukuh pula institusi kekuasaan yang mapan mengendalikan sebuah ‘daulat’. Al-Ghazali lahir di sebuah keluarga terpelajar di kota Tus di timur-laut Persia di tahun 1058. Itu berarti sekitar empat abad setelah Islam menyebar dan mendapatkan pemeluk dengan latar budaya yang beragam, sementara soal kepemimpinannya menghadapi problem legitimasi, ketika penganutnya tak menemukan pedoman yang mantap untuk menyelesaikannya. Cara yang sering dipakai adalah kekerasan. Khalif-khalif dibunuh, atau skisma terjadi, terutama ketika lahir gerakan, keyakinan, dan pemikiran Syi’ah. Tak hanya itu. Sejak pertengahan abad ke-10, kekhalifahan di Baghdad secara efektif surut; posisi itu hanya jadi semacam lambang yang bertahta. Pemegang tampuk de facto adalah penguasa perang yang kemudian disebut ‘Sultan’, sejak Tughril Beg di tahun 1055 datang dan menegakkan tarikh baru. Orang inilah yang memulai kekuasaan Seljuq (‘al Salājiqah’) di Baghdad yang didukung suku-suku orang Turki. Al-Ghazali lahir, tumbuh, dan meninggal dalam zaman itu, di tengah dualisme kekuasaan yang masih mencari bentuknya. Dalam usia tigapuluhan tahun ia bahkan ikut terlibat dalam pelbagai ketegangan yang tak terelakkan dari keadaan itu. Ini dimulai ketika ia meninggalkan kota tempat ia bersekolah, Nishapur, dan bergabung dengan majelis Nizam al-Mulk, seorang wazir yang bekerja di bawah pemerintahan Sultan Alp-Arslan (1063-72) dan Malik-Shah (1072–92). Pejabat terkemuka yang selama 30 tahun mengabdi kekuasaan Seljuq inilah yang membangun perguruan Nizamiyah — sebutan ini diambil dari namanya –di sembilan tempat, sejak Mosul sampai Herat. Madrasah-madrasah ini pada dasarnya merupakan perguruan hukum agama oleh dan untuk para pengikut Mazhab Syafi’i. Seorang sejarawan mencatat tempat pendidikan itu sebagai pusat ilmu di mana pendekatan fiqh bertaut dengan kalām (teologi), dan seorang sejarawan lain melihat bagaimana madrasah-madrasah itu tumbuh jadi tempat di mana ortodoksi Sunni disusun, ketika para pejabat dan ulama menghadapi gerakan politik dan pemikiran Syi’ah, khususnya kaum Ismaili. Yang disebut barusan ini dianggap sebuah ancaman, dengan pusat di Kairo, di mana kekhalifahan Fatimiyah berdiri sejak tahun 968. Dalam proses itu, para ulama pun, sebagai penerima dan pengelola utama wakaf untuk perguruan itu, mendapatkan statusnya sebagai suatu elite tersendiri, meskipun sebenarnya tak pernah ‘kelompok’ ini benar-benar merupakan satu kesatuan politik dan sosiologis. Tapi dalam kepercayaan umum mereka dianggap pewaris para nabi, yang, menurut seorang sejarawan, ‘secara de facto jadi penjaga syari’ah’. Al-Ghazali adalah salah satu di antaranya. Bahkan dialah yang terkemuka, sejak ia diangkat sendiri oleh Nizam al-Mulk sebagai pengajar utama Perguruan Nazimiyah Baghdad. Inilah puncak karirnya pada usia 33, meskipun hanya berlangsung selama empat tahun, ketika ia menikmati penghormatan dan kekayaan yang, dalam gambaran seorang penulis riwayat, ‘tak tertandingi oleh para pangeran, wazir, dan raja’. Tapi kita bisa menduga bahwa di masa jabatannya itu, dimulai di tahun 1091, suasana dirundung ketidak-tenteraman dan ambivalensi. Patronase politik atas pusat-pusat pendidikan sangat penting tapi, karena sistem wakaf, kekuasaan itu tak langsung menentukan nasib para ulama yang berpusat di sana. Tapi pada saat yang sama, sultan-sultan begitu kuat hingga disebut orang sebagai ‘mereka yang memiliki kuasa mengikat atau melepaskan’ (ahl al-hall wa’l-aqd). Dengan struktur elite seperti itu, persengketaan bersenjata dalam masalah kepemimpinan serta konflik sosial yang mengibarkan lambang keagamaan dengan segera membuat krisis legitimasi dan legalitas jadi akut. Persaingan dan permusuhan di antara kelompok Muslim sangat intens. Dalam sebuah studi tentang hidup dan filsafat Al-Ghazali, Mustafa Abu-Sway (Abu-Sway: 1996) menyebut suasana tanpa toleransi yang berkecamuk antara kelompok-kelompok teologi dan fiqih dari kalangan Sunni sendiri di masa itu. Sejarahnya cukup lama. Di tahun 1055, tiga tahun sebelum Al-Ghazali lahir, bentrokan terjadi antara para pengikut Imam Hambali dan kaum Asyariyah; yang terakhir ini bahkan dilarang ikut dalam shalat Jum’at. Tapi ketegangan yang paling mencekam tentu saja datang dari sisi ini: perselisihan antara kaum Sunni dan Syi’ah yang tak kunjung berhenti. Peringatan 10 Asyura acap merupakan hari yang eksplosif, ketika penganut kedua kubu itu berhantam dan korban jiwa jatuh. Keadaan menajam ketika salah satu firqah kaum Isamili mengambil jalan kekerasan: membunuh musuh-musuh politik mereka. Nizam al-Mulk, sang wazir, tewas. Nasib yang sama juga menempa beberapa orang ‘amir’, pejabat tinggi daerah. Terbunuh pula khatib dari Nishapur, Abu al-Qasim, putra almarhum Imam al-Haramayn al-Juwayni, guru al-Ghazali. Dan selama periode Baghdad dalam hidup al-Ghazali itu juga di pucuk kekuasaan politik terjadi bentrok. Di tahun 1092 Sultan Malik Shah mangkat, dan perang saudara di antara para pemimpin Seljuq pecah, kurang lebih selama tiga tahun. Ada beberapa hal penting yang terjadi selama al-Ghazali menghadapi hal-hal yang merisaukan itu. Diketahui ia menulis beberapa buku yang menentang pemikiran kaum Ismaili, yang oleh musuh-musuhnya, juga oleh al-Ghazali, disebut sebagai ‘al-Batiniyah’. Salah satunya ditulis atas permintaan Khalif al-Mustazhir yang baru bertahta. Farouk Mitha (Mitha: 2001) menilai buku itu, Fada'ih al-Batiniyyah wa Fada'il al-Mustazhiriyyah (‘Keburukan al–Batiniyah dan Kebajikan al-Mustaziriyah’), bukan saja disusun untuk menampik dalil-dalil keagamaan kaum Ismaili. Kitab itu juga bisa dilihat sebagai pelanjut tradisi siyāsa shari’yya, jenis risalah yang di masa itu merupakan usaha menawarkan teori politik dengan patokan hukum – dan, setidaknya dalam hal Fada'ih al-Batiniyyah, merupakan argumen bagi kebutuhan dan keinginan untuk meneruskan sistem kekhalifahan. Ada alasan untuk itu. Di kalangan Sunni, tulis Mitha, pengertian ‘umat’ bukanlah sebuah badan yang abstrak. Identitasnya berasal dari hubungannya dengan otoritas sang khalif, yang ‘dianggap sebagai wali penjaga umat setelah Nabi wafat, dan sebab itu juga sebagai wali penjaga syari’ah’. Tentu saja struktur yang menopang peran sebagai ‘wali penjaga’ itu tak diatur dalam Qur’an. Yang diuraikan oleh para penulis siyāsa shari’yya seperti al-Ghazali adalah ide mereka mengenai itu, seraya memberinya legitimasi dengan otoritas sebagai faqih. Fada'ih al-Batiniyyah, misalnya, mengidentifikasi syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi dan ditegakkan agar ‘dasar Islam bagi kehidupan umat’ terjaga. Sekaligus, buku ini, menurut Mitha, ‘memberi bentuk tempat dan peran politik ulama dalam masyarakat…’ Fada'ih al-Batiniyyah bukanlah karya terpenting al-Ghazali, tapi cukup mencerminkan suasana di masanya yang nanti akan membuat guru besar Nazimiyah ini mengambil keputusan yang penting dalam hidupnya. Telah disinggung di atas bahwa ia ditulis di tengah retaknya kekuasaan elite Seljuq, yang berarti timbulnya kembali harapan bahwa posisi sentral sang khalif akan kembali. Tentulah tak mudah al-Ghazali merumuskan sikap di sini: ia sendiri mendapatkan posisinya dari kekuasaan Seljuq, sementara ia mendukung al-Mustazar, khalif muda yang ia hadiri upacara bai’atnya di bulan Februari 1084. Ia mempertahankan posisi fiqih Sunni, sementara ia tak bisa meremehkan semangat politik dan produk intelektual kalangan Syi’ah. Kita tak tahu sejauh mana karya semacam Fada'ih al-Batiniyyah memuaskan al-Ghazali sendiri. Bukan mustahil, keterlibatannya dengan persoalan politik yang ruwet masa itu dan kebiasannya merenungkan kehidupan dengan kesadaran moral yang kuat, akhirnya membuatnya tak jenak benar dalam kedudukannya yang prestisius di Perguruan Nazimiyah. Bukan mustahil pula, di masa itu ia mulai lebih dekat kepada tasawuf. Abu-Sway menyebut, itulah periode ketika al-Ghazali membaca karya-karya yang mengakrabkannya ke hidup ber-khalwat, mengundurkan diri dari dunia. Tentang keputusan yang dramatis itu di bulan November 1095 itu, cukup terkenal apa yang diceritakannya dalam al-Munqidh yang ditulisnya 15 tahun setelah kejadian. Syahdan, kian lama ia kian merasa bahwa ia mengajar bukan untuk Allah. Ia risau. ‘Selama hampir enam bulan sejak Rajab tahun 488 Hijriah,’ demikian tulisnya, ‘aku terombang-ambing antara daya tarik duniawi dan desakan ke hidup yang kekal’. Dan di bulan Juli 1095 itu pula, tulisnya, ia ‘melintasi batas kemauan bebas dan masuk ke dalam kendala (idtirār)’. Tuhan, kata al-Ghazali, ‘mengunci lidahku’, dan ia tak bisa mengajar. Kesehatannya memburuk. Para dokter tak tahu bagaimana mengobatinya. Mereka menyimpulkan bahwa sakitnya bukanlah gangguan jasmani. Akhirnya al-Ghazali pun mengambil keputusan; ia ‘berlindung kepada Allah yang meringankan hatinya untuk menampik kedudukan dan harta, dan lepas dari anak-anak dan sahabat’. Dengan segera dibagi-bagikannya kekayaannya dan ditinggalkannya Baghdad. Sejak itu ia berkelana, selama sebelas tahun lamanya, ke Damaskus, Jerusalem, Hebron, Madinah, Mekah dan kembali ke Baghdad sebentar di bulan Juni 1097, sebelum ia akhirnya kembali ke Tus, tempat kelahiran dan akhirnya tempat wafatnya. Dalam cerita yang terkenal itu, kita bisa merasakan keresahan batin yang mencengkam. Pilihan ber-khalwat pada waktu itu adalah sebuah laku yang luar biasa bagi seorang faqih yang terpandang seperti al-Ghazali. Sebab bukan saja kegemilangan dunia yang ditinggalkannya. Ia mengundurkan diri dari banyak hal lain. Abu Sway mencatat, bahwa di tahun 1098, Yerusalem jatuh dari kekuasaan Islam. Pasukan Perang Salib dari Prancis merebutnya. Tapi tentang peristiwa yang mengguncang dunia Islam ini al-Ghazali diam. Ia tak menyerukan jihad. Ada di antara para penelaah sejarah pemikiran Islam yang kemudian mengecam sikap diam ini. Abu-Sway mencoba menjelaskan posisi ini dengan menyebutkan, bahwa pengertian ‘jihad’ bagi al-Ghazali, mengikuti hadith Nabi, juga berarti mencari pengetahuan, atau zikir, atau, ‘mengucapkan kata kebenaran di hadapan sultan yang tak adil’. Menurut Abu-Sway, bagi al-Ghazali, kekalahan politik Islam di Yerusalem hanyalah sebuah gejala penyakit dalam kekhalifahan, yang merupakan sebuah kekuasaan yang korup, dan ia tak hendak dekat di sana. Penampikan ini tak berarti membuat al-Ghazali sepenuhnya acuh tak acuh kepada keadaan. Jauhnya ia dari pamrih kekuasaan justru memberinya wibawa, meskipun bukan tanpa problem. Abu-Sway mengatakan, bahwa Islam pada dasarnya tak akan membenarkan seseorang menarik diri dari masyarakat dan hidup menyepi dalam pertapaan, tapi al-Ghazali berjalan bersendiri berkelana di pelbagai tempat sebagai seorang zuhud. Di Yerusalem ia bahkan acapkali berdiam diri dalam Al-Sakhrah, ruangan di bawah kubah yang dipercaya sebagai tempat Nabi bertolak untuk Mi’raj. Akhirnya ia hidup ber-khalwat selama sebelas tahun di Tus, mendirikan pondok untuk para sufi, menegaskan perlunya hidup miskin, bahkan dalam sepucuk surat mengutip kata-kata Yesus, bahwa kelak, ‘orang yang kaya tak akan dapat masuk ke kerajaan surga’. Tak terbayangkan bahwa dengan demikian ia – yang terkenal sebagai seorang sufi yang menghormati syari’ah — bermaksud melanggar perintah Allah yang tak membenarkan rahbāniyyah, hidup kerahiban. Persoalan menafsirkan ‘perintah Allah’ ini, sebuah persoalan penafsiran yang klasik, pada akhirnya diputuskan oleh pilihan seseorang dalam berhubungan dengan Tuhan dalam hidupnya. Tapi tak mudah menjelaskan sebab-sebab sebuah pilihan, juga dalam hal seoarng faqih yang merindukan kepastian seperti al-Ghazali. Abu-Sway mengatakan, bahwa al-Ghazali memutuskan untuk berkhalwat bukan untuk melepaskan diri dari ‘kesulitan-kesulitan politik’ di Baghdad. Tapi tampaknya jelas pula bahwa pilihan al-Ghazali itu dipengaruhi oleh pandangannya tentang kekuasaan pada umumnya. Kita tahu ia telah menyaksikan dan terlibat dalam perilaku kekuasaan secara langsung ataupun tak langsung. Maka penting untuk dicatat bahwa di makam Nabi Ibrahim di Yerusalem, ia bersumpah seraya menarik garis yang tegas: ia tak mau menerima uang dari Sultan yang manapun, juga tak hendak mendatangi mereka — sebuah sikap yang ditegaskannya kembali dalam suratnya kepada Sultan Sanjar Seljuqi, ketika ia menolak undangan penguasa itu agar datang ke istana. Bahkan dalam sepucuk surat untuk Qazis dari Maghrib-i Aqsa, ia menasihati: ’Tuan tak akan beroleh selamat, kecuali kalau tuan putuskan hubungan dengan para Amir dan Sultan’, sebuah pandangan yang sangat meragukan nilai moral dari setiap kepemimpinan politik, sesuatu yang tampak jelas dalam surat-suratnya yang dihimpun oleh Abdul Qayyum (Qayyum: 1992). Pendirian ini – yang bisa menjadi tauladan terus menerus dalam hal hubungan antara seorang alim dengan kekuasaan, semacam yang sembilan abad kemudian dipujikan oleh Julien Benda dalam La Trahison des Clercs — tentu menimbulkan problem sendiri. Bagaimana hukum dan ajaran Islam dijaga di dunia, jika tak ada kekuasaan yang didekati dan dibentuk oleh mereka yang hidup dengan pengetahuan tentang Tuhan dan kehendak-Nya? Pertanyaan ini tak mudah diselesaikan, terutama di zaman ketika sejarah memberi contoh yang berderet tentang kekuasaan manusia (juga yang dijalankan dengan ketaatan beribadah) yang pada akhirnya tetap merupakan kekuasaan dari makhluk yang terbatas, dengan kecenderungannya untuk membenarkan diri. Dengan kata lain, argumen yurisprudensi Islam seperti tersirat dalam siyāsa shari’yya akan selalu dipengaruhi oleh tendensi itu. Maka saya kira ada benarnya yang ditulis oleh salah satu penelaah Al-Ghazali, Kojiro Nakamura (Nakamura: 1985) bahwa keputusan orang alim dari Tus itu untuk meninggalkan Baghdad dan hidup menjadi seorang sufi merupakan ‘sebuah manifestasi dari satu tahap baru pemahaman agama dalam perkembangan sejarah Islam’. Sebelumnya, pemahaman ini mendapatkan bentuknya dalam usaha menyusun dan menjalankan perangkat hukum yang mengatur perilaku umat dan tata sosial kekhalifahan. Pemahaman ini semakin terasa kehilangan daya dorongnya di tengah pengalaman sejarah yang ada – pengalaman yang menyaksikan ketidak-adilan tak kunjung lenyap. Tahap baru pun dijelang. Dalam kata-kata Nakamura: ‘sebuah iman yang diekspresikan sebagai komunikasi langsung dengan Tuhan dalam pengalaman mistik sufi’. Sebagaimana ditunjukkan dengan meyakinkan oleh Abu-Sway, sampai akhir hayatnya, pengarang kitab Ihya Ulum al-Din ini memang tak pernah meninggalkan sufisme dan tetap dengan pilihannya untuk menjauhi dunia. Tentu saja, seperti telah disinggung di atas, ia bukan sama sekali tak peduli akan keadaan; secara tak langsung surat-suratnya menunjukkan ia tak meniadakan hubungan antara kesalehan dan masyarakat. Tapi tampak bahwa baginya keterbatasan manusia menyebabkan pengetahuan tentang hukum agama itu tak akan memadai buat jadi pembimbing. ‘Meskipun pengetahuan tentang hukum yang berhubungan dengan penyelenggaraan keadilan antar manusia merupakan sesuatu yang tak dapat ditinggalkan,’ demikian tulis al-Ghazali kepada Abu Hassan Mas’ud, ‘itu tak ada artinya jika dibandingkan dengan pengetahuan ke-Ilahi-an, yang menerangi jalan kita ke Surga dan menghidupkan kembali ruh kita dengan wanginya yang semerbak’. ‘Pengetahuan ke-Ilahi-an’ itulah yang agaknya menjadi pegangan al-Ghazali: tasawufnya makin menegaskan keyakinannya tentang keterbatasan akal manusia. Baginya ‘ada misteri dalam kenyataan rohaniah yang akan selalu tak terjelajahi’. Bahkan faktor ‘yang akan selalu tak terjelajahi’ itu menjadi demikian penting hingga ada kalimat dari Ihya Ulum al-Din yang sering dikutip: ‘mengungkapkan misteri kuasa Allah adalah kufur’. Agaknya itulah dasar bertolak al-Ghazali untuk menampik perdebatan keagamaan. Ia telah menempuh hidup di mana perdebatan seperti itu, yang selalu berupa perdebatan tafsir tentang Tuhan dan firman-Nya, tak bisa lepas dari hubungan-hubungan kekuasaan dan kepentingannya, dan akhirnya tak akan membuahkan legitimasi yang final. Kita ingat ia telah bersumpah di Yerusalem, di makam Nabi Ibrahim. Ia bersumpah — seperti yang dinyatakannya juga kepada Nizamuddin Ahmed yang mengundangnya kembali mengajar di Baghdad — bahwa ia tak hendak terlibat dalam kontroversi seperti itu. Ia memilih tinggal di Tus, bersama murid yang lebih sedikit, dengan fasilitas untuk menambah pengetahuan yang tak lengkap. ‘Di Baghdad, ‘tulis al-Ghazali, ‘saya tak dapat mengelak dari kontroversi keagamaan’. Kontroversi keagamaan mau tak mau akan mendasarkan diri kepada pendekatan terhadap ‘kebenaran’. Bagi al-Ghazali, dengan pandangan seorang sufi, kebenaran bukanlah sebuah kesimpulan kognitif yang cocok dengan ‘kenyataan’. Ia berbicara tentang ‘yakin’ sebagai sebuah taraf pengalaman, sesuatu yang datang melalui proses dhawq, intuisi mistik yang bukan ‘ilmu’, melainkan ‘laku’; bahkan, seperti diutarakannya dalam Mishkāt ul Anwār, bisa dibandingkan dengan pengalaman intuitif seorang penyair. Mukashafah, kata lain yang penting dalam sistem al-Ghazali, ibarat ‘sebuah sinar yang muncul di hati setelah hati itu disucikan dari sifat-sifatnya yang tercela’. Mukashafah ini kurang lebih sama dengan ‘pencerahan’: keadaan ketika kebenaran terungkap, kawedar. (Jabre: 1958; Shehadi: 1964; Abu-Sway: 1996). Persoalan tentu tak akan selesai dengan pendirian seperti ini, terutama dalam perkara ‘kepastian’. Apa yang bisa dipenuhi dari kata-kata al-Ghazali dalam al-Munqidh: ‘Orang harus dilindungi dari kekeliruan, dan harus begitu terpaut erat dengan kepastian’? Sejarah pemikirannya menunjukkan bahwa al-Ghaxali sendiri tak gampang menjawab pertanyaan itu. '''II''' DI bulan Januari 1095, ia selesai menulis Tahāfut al-Falasifah (‘Keruwetan Para Filosof’). Buku ini tak sedahsyat Ihya ‘ulum al-din dari segi kemampuannya untuk mengangkat nama pengarangnya dalam sejarah pemikiran Islam. Tapi Tahāfut penting bagi pembicaraan kita karena ia mencerminkan usaha awal al-Ghazali untuk meneguhkan kepastian pengetahuan yang menyangkut iman – dan juga, pada hemat saya, membuka persoalan yang tak kunjung terpecahkan bahkan sampai setelah kitab Ihya terbit dan menimbulkan pelbagai reaksi selama bertahun-tahun.. Berbeda dengan Ihya yang ditulis setelah al-Ghazali hidup menyendiri, Tahāfut disusun di antara kesibukannya mengajar dan mengikuti tugas resmi sebagai rektor. Isinya adalah buah pikiran yang lahir delapan bulan sebelum ia meninggalkan kedudukannya, bahkan sebelum ia merasakan kerisauan batinnya. Ada yang mengatakan buku ini salah satu dari sebuah trilogi: yang pertama adalah Maqāsid al-Falasifah (‘Maksud Para Filosof’), sebuah uraian yang akurat tentang pemikiran Neo-Platonis dalam filsafat yang tumbuh di dunia Islam, yang lain adalah Mi’yar al-‘Ilm (‘Kriterium Ilmu’). Ada pula yang menyebut Al-Ghazali, segera setelah menerbitkan Tahāfut, merasa perlu menjelaskan buku itu dan menulis juga Mihakk al-nazar fi’l-mantiq (‘Batu Ujuan Pembuktian dalam Logika’), yang seperti Mi’yar, merupakan telaah tentang logika Aristoteles. Tahāfut berangkat sebagai polemik. Judulnya dengan segera menyarankan itu. Al-Ghazali memang menulis untuk melucuti argumen yang terdapat dalam Kitab al-Najāt Ibn Sina, filosof besar dari abad ke-10 dan 11 itu, yang oleh sebagian komentator dikutuk dan oleh al-Ghazali sendiri diragukan kesalehannya. Dari terjemahan Sabih Ahmad Kamali (al-Ghazali: 1963), saya menemukan dalam pengantarnya sebuah sikap yang sengit, yang menyebut orang-orang ‘ateis’, atau kalau tidak, ‘orang-orang yang berbuat bid’ah di masa kita’, yang layak dicap sebagai ‘sesat seperti setan dan bandel secara bodoh’. Seperti tampak dalam kesimpulan buku ini, al-Ghazali belum membebaskan diri dari posisi sebagai ‘jurubicara’ kaum ulama, dan bertindak sebagai seorang teolog dan seorang faqih yang punya otoritas. Apalagi setelah Tahāfut ia menulis Faysal al-Tafriqah Bayn al-Islam Wa ‘l-Zandaqah, yang menjelaskan dasar hukum bagi penilaiannya, bahwa para filosof telah ingkar. Agaknya dari sini orang mendapat kesan bahwa penulis Tahāfut adalah seorang pengawal ortodoksi – seorang yang menutup pintu bagi filsafat dalam Islam, dengan akibat masa muram yang panjang bagi dunia pemikiran, walaupun dicoba perbaiki oleh Ibnu Rushd di abad ke-12 dari kehidupan intelektual yang sedang cemerlang di Spanyol. Tapi tak jelas sebenarnya sejauh mana al-Ghazali menghardik habis kegiatan berpikir. Dari teksnya sendiri, Tahāfut lebih merupakan polemik ke arah para filosof yang dikenal di zamannya ketimbang hantaman terhadap ikhtiar filsafat pada umumnya. Al-Ghazali mengecam mereka yang ‘menolak untuk puas dengan agama yang diikuti nenek-moyang’, yang seraya memuja nama-nama besar seperti Plato, Sokratres, dan Aristoteles, merasa ‘terhormat bila tak menerima kebenaran dengan sikap tak kritis’, meskipun sebenarnya mereka tak kritis sama sekali kepada argumen yang keliru. Satu hal perlu dicatat: al-Ghazali menyebut filosof bukan Muslim yang pengaruhnya telah meresap ke dunia Islam selama sekitar 200 tahun itu tanpa menampik sama sekali filsafat Yunani. Baginya, ‘para filosof zaman dahulu’ itu, yang oleh ‘kaum ateis zaman kita’ diklaim sebagai guru, adalah orang-orang yang ‘tak membantah agama’.—satu hal yang sebenarnya membuatnya lebih dekat kepada sikap Ibnu Rushd ketimbang yang sering diduga. Tapi perdebatan yang intens selalu tak hanya menyangkut ide. Tampaknya memang ada hubungan yang tak ramah antara para filosof dan para mutakallimun di masa itu. Telaah Watt (Watt: 1961) mencari sebab keadaan itu dari sistem pendidikan di dunia Islam di abad ke-11: mereka yang mengenal filsafat Yunani terpisah dari mereka yang hanya mempelajari ilmu-ilmu agama. Apalagi yang disebut para filosof, menurut Watt, adalah sekelompok kecil orang yang hampir semuanya ‘cranks’, tukang recok dengan ide-ide mengejutkan dan eksentrik, meskipun di antaranya ada yang jadi tabib yang ulung. Watt menggambarkan, bahwa ‘hanya dengan motif yang sangat kuat seorang teolog dapat melawan warisan kecurigaan itu dan bergabung dengan kelompok filosof’. Al-Ghazali adalah salah satu dari sedikit teolog yang meskipun tidak ‘bergabung’, berani ke seberang untuk bertamu ke kemah orang-orang seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina serta pengikutnya. Perhatiannya yang mendalam kepada logika menyebabkannya dikecam oleh sejumlah ulama dari Mazhab Maliki, juga oleh Ibnu Taymiyah, tokoh Mazhab Hambali. Logika memang belum sepenuhnya diterima dengan tenteram oleh para teolog masa itu. Tapi, seperti dikatakannya dalam al-Munqidh, ia tak ingin bertindak seperti orang buta dalam membantah. Ia harus juga memahami dan mengenal kedalaman sistem pemikiran lawannya. Mungkin itu sebabnya sekitar 80 tahun kemudian, Ibnu Rushd — di samping menulis polemiknya terhadap Tahāfut yang termashur itu dengan judul yang lucu dan cerdas, Tahāfut al-Tahāfut, (‘Ruwetnya Keruwetan’) — menggambarkan diri al-Ghazali dengan setengah kagum dan setengah mengejek. Dari kitab Fasl al-maqāl-nya ia dikutip mengatakan bahwa ‘Abu Hamid’, nama lain orang alim dari Tus itu, ‘tampak sebagai seorang penganut Asy’airiyah di antara kaum Asy’airiyah, sebagai seorang Mu’tazilah di antara kaum Mu’tazilah, sebagai seorang Sufi di antara kaum Sufi, dan filosof di antara filosof’. Tapi justru sebab itu Tahāfut al-Falasifah adalah sebuah karya polemik yang cerdas, dengan logika yang tajam dan argumentasi yang analitis. Bahkan ada yang menyimpulkan (Bello: 1989) karya al-Ghazali ini di pelbagai soal pokok tak terbantah oleh kritik Ibnu Rushd, pendekar kemandirian filsafat itu. Terdiri dari 20 bab yang menampik proposisi kaum filosof yang umumnya punya argumen kuat, Tahāfut memang bisa melelahkan karena pengulang-ulangannya. Tapi tak pelak lagi: posisi dan ungkapannya gigih, cemerlang, dan jelas. Sebagian besar halamannya dicurahkan untuk menghadapi teori qidam al-‘ālam, atau kekekalan alam semesta, dan bagaimana penciptaan oleh Tuhan dilihat oleh para filosof. Kita dapat menduga kenapa al-Ghazali, seorang ulama, juga seorang faqih dan pemikir yang dekat dengan pemikiran Asy’ariah, mengutamakan perkara ini. Begitu pula kenapa ia menganggap penting membantah penafsiran (dengan gema suara Aristoteles) tentang Tuhan sebagai Sang Sebab Pertama. Di permukaan, perdebatan ini adalah perdebatan mengenai apa yang diketahui manusia tentang Allah dan dunia. Tapi pada akhirnya mau tak mau melibatkan persoalan ethis; argumen-argumen al-Ghazali sebenarnya adalah pendirian tentang bagaimana manusia bersikap. Seperti nanti akan diuraikan lebih lanjut, persoalan kekekalan alam semesta dan berlaku atau tidaknya tesis sebab-dan-akibat, terutama dalam pemikiran al-Ghazali, mau tak mau menyangkut masalah bagaimana manusia diharapkan dan diposisikan di dunia. Tentu saja kita harus mulai dengan pemikiran Aristoteles – setidaknya Aristoteles sebagaimana ditafsirkan orang di dunia berbahasa Arab di zaman itu. Sebab persoalan kekekalan alam semesta memang berasal dari ‘sang guru pertama’ dari Yunani itu. Sebelum Aristoteles, para filosof umumnya menganggap alam semesta datang dari sebuah materi yang primitif atau dari dunia yang lain. Setelah Aristloteles, dalam Kitab al-Najāt Ibnu Sina tesis qidam al-‘ālam itu mendapatkan gemanya. Bantahan al-Ghazali terhadap pandangan itu bukanlah sesuatu yang baru. Meskipun pengaruh Aristoteles amat besar, sekitar seratus tahun sebelum al-Ghazali kritik yang mirip telah datang dari al-Kindi, al-Razi, kaum Mu’tazilah dan kaum Asy’ariah (termasuk guru al-Ghazali, yakni al-Juwayni). Bahkan sebagian sejarawan melihat para filosof Islam yang menampik pandangan tentang kekekalan alam semesta.ini mendapatkan sumbernya pada pemikiran Johannes Philophonus, teolog Kristen dari Iskandariyah sebelum Islam. Tapi dalam sejarah yang panjang itu, demikianlah dikatakan, hanya dalam Tahāfut itulah teori yang ‘sesat’ itu diuraikan dengan terang. Bahkan al-Ghazali dengan akurat dan adil menunjukkan bagian ‘yang paling pintar’ dari argumen para filosof, dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang tak mudah dijawab: ''‘Jika asal usul dunia dikarenakan laku Tuhan, pertanyaannya tetap: Mengapa sekarang, dan bukan sebelumnya? Apakah hal itu disebabkan tidak adanya cara, atau kuasa, atau tujuan, atau alam? ''‘…Tentu mustahil untuk menjawab, ‘Karena ketidak-mampuan-Nya untuk membuat dunia ada’, atau ‘Karena mustahilnya dunia untuk ada’. Seandainya demikian itulah jawabnya, berarti Tuhan berubah dari tak mampu menjadi berdaya, atau dunia berubah dari kemustahilan menjadi mungkin… ''‘Yang paling mendekati [jawaban yang tepat] adalah bila kita membayangkan diri mengatakan bahwa Tuhan sebelumnya tak menghendaki adanya dunia…. ''‘Berarti kehendak itu punya permulaan dalam waktu, sementara Ia tak tunduk kepada peristiwa temporal.'' Hubungan antara Tuhan dan alam semesta, bagi filosof seperti Ibnu Sina, bukanlah seperti hubungan antara arsitek dan sebuah bangunan. Bagi mereka, alam semesta ‘memancar’ dari hadirat-Nya. Karena Tuhan tak tunduk kepada kerangka waktu, para filosof menganggap alam semesta senantiasa ada bersama kekekalan Tuhan. Sebab mustahil bila baru pada suatu waktu timbul ‘kehendak’ Tuhan untuk menciptakan alam semesta. Jika itu terjadi di ‘suatu waktu’, berarti Tuhan tidak kekal. Waktu, seperti dalam pengertian Aristoteles, menandai perubahan, sedang Tuhan begitu sempurna hingga Ia tak berubah. Demikian juga kehendak-Nya. Tapi, bagi al-Ghazali, penciptaan bisa terjadi tanpa waktu. Kita, kata al-Ghazali, bisa mengajukan satu tesis: mula-mula Tuhan ada sebelum Yesus, kemudian Tuhan ada dan Yesus ada, tanpa harus mengasumsikan ada unsur waktu di sana. Dalam proses itu, manusia memasukkan unsur waktu karena ‘imajinasi tak dapat menolak untuk menganggapnya demikian’. Imajinasi tak mampu membayangkan adanya sebuah kejadian di luar waktu, sebab manusia hidup dalam waktu yang diciptakan Tuhan bersama alam semesta. Tapi dengan logika dan nalar murni kita dapat menyimpulkan kemungkinan adanya keadaan tanpa waktu ketika penciptaan terjadi: yang maha kuasa akan selalu dapat menciptakan sesuatu dari ketiadaan yang sehampa-hampanya. Perdebatan ini, yang sangat kompleks dan mendasar (dan tak akan cukup diuraikan sepenuhnya di sini), pada akhirnya berkisar pada persoalan: adakah alam semesta diciptakan ex nihilo, dari sesuatu ketiadaan sama sekali, ataukah, seperti dalam filsafat al-Farabi dan Plotinus, merupakan emanasi atau ‘pancaran’ esensi Tuhan yang kekal. Al-Ghazali menegaskan yang partama. Ia hendak mengukuhkan kembali peran Tuhan yang tidak tampil impersonal seperti dalam teori penciptaan para filosof, melainkan Tuhan yang mahakuasa dan mahatahu. Juga Tuhan yang mempunyai iradah, berkehendak. Sejak al-Kindi di abad ke-9 memperkenalkan kata muhdith dalam perbincangan filsafat dalam bahasa Arab — yang oleh Majid Fakhry (Fakhry: 2004) dengan sadar diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai generator, dan bukan creator — para filosof memang tampak terombang-ambing dalam menggambarkan Tuhan: Sang Pencipta-kah Ia, atau Sang Maha Pemula? Bila kita berangkat dari tesis bahwa alam semesta dan hidup diciptakan oleh yang maha kuasa, kuasa itu dapat memutuskan dari kehendaknya yang kekal untuk menciptakan sesuatu – juga sesuatu dalam kerangka temporal. Untuk mengatakan hal itu mustahil, para filosof, menurut al-Ghazali, tak punya argumen yang memadai. Yang pasti tak berdasarkan keniscayaan rasional yang tak usah dibuktikan lagi. Sebab jika demikian halnya, kenapa tak setiap orang. langsung setuju? Juga para filosof, menurut al-Ghazali, tak punya argumen berdasarkan logika. Secara logika orang tak dapat serta merta mengatakan bahwa karena premis ‘tak-ada’ menjadi ‘ada’ adalah urutan dalam waktu, maka kesimpulannya kehendak membuat ‘tak-ada’ menjadi ‘ada’ dengan sendirinya berada dalam waktu. Silogisme ini baru lengkap jika didahului dengan satu pembuktian, bahwa mustahil ada ‘kehendak’ yang bisa bebas dari kerangka temporal – dan itu berarti kita kembali ke titik awal persoalan. Maka al-Ghazali pun menyimpulkan: ''‘Yang telah tuan-tuan katakan hanya menunjukkan adanya kemustahilan, dengan membandingkan kehendak Ilahi dengan kecenderungan atau kehendak kita. Perbandingan itu salah; sebab kehendak yang kekal tak dapat menyerupai kecenderungan temporal.’'' Tampak, bahwa bagi para filosof, hanya ada dua kemungkinan ketika kita berbicara bahwa Tuhan ‘membuat’ dunia. Kemungkinan pertama adalah antara Tuhan yang ‘membuat’ dan dunia yang ‘dibuat’ ada jarak waktu. Itu sama saja dengan mengatakan Tuhan, seperti ciptaan-Nya, berada dalam kerangka waktu. Kemungkinan kedua ialah bahwa kata ‘membuat’ punya makna lain yang bukan urutan waktu, bukan temporal, melainkan esensial, khususnya dalam hubungan sebab dan akibat. Contoh yang gamblang adalah gerakan tubuh kita yang ‘membuat’ bayangan bergerak atau gerakan tangan yang menyebabkan cincin di jari kelingking bergerak pula. Bagi al-Ghazali, mengatakan Tuhan berada dalam kerangka waktu tentulah bertentangan dengan konsep kekekalan Tuhan – dan dalam hal ini ia setuju dengan argumen para filosof . Tapi mengatakan bahwa hubungan antara Tuhan dan dunia adalah hubungan kausal juga bisa menyesatkan. Kita tahu Aristoteles beranggapan bahwa tak mungkin rangkaian sebab-dan-akibat di dunia bersifat tanpa batas; ‘sebab pertama’ niscaya ada. Ini pulalah yang kemudian diikuti al-Farabi: ia menyebut Tuhan dengan sebutan ‘Yang Awal’. Syahdan, dari [Sebab] Yang Awal inilah yang alam semesta berpangkal. Kaitan antara sang [Sebab] Yang Awal dan alam semesta adalah kaitan kausal yang secara alamiah niscaya terjadi. Para pengritik doktrin ‘keniscayaan alami’ ini — mereka menyebutnya ījāb dhātī — menyerang bahwa ada yang tak meyakinkan dalam keyakinan tentang Tuhan di dalam pandangan ini. Seperti dicoba ditunjukkan al-Ghazali, bila genesis alam semesta dilihat dari pandangan ini, bila Tuhan oleh Ibnu Sina disebut sebagai wājib al-wujūd, Ia tak dianggap sebagai subyek dan pelaku yang bebas, fā’il mukhtār. Inilah yang diutarakan al-Ghazali: ''Pelaku (fā’il) adalah ia dari mana sebuah laku berlangsung, sebagai akibat dari kemauan untuk berbuat, menjalankan laku, dengan kebebasan memilih dan pengetahuan tentang apa yang dimaui. Tapi dalam pandangan tuan-tuan, hubungan dunia dengan Tuhan sama dengan hubungan antara akibat dan sebabnya. Maka dunia menyusul-Nya sebagai akibat yang niscaya (darūri). Karena itu, tak terpikirkan bahwa Tuhan akan telah dapat menghindari perbuatan-Nya, sebagaimana bayang-bayang tak dapat menghindari seseorang, atau sinar menghindari matahari. ''Tapi ini tak ada hubungannya dengan ‘perbuatan’. Mereka yang mengatakan bahwa lampu ‘melakukan’ cahaya, atau seseorang ‘melakukan’ bayang-bayang, adalah mereka yang menjembereng makna kata melebihi definisinya. Mereka akan meminjam sepatah kata yang dipakai di suatu konteks yang lain, karena terlampau mudah mempersoalkan hubungan antara dua hal dari satu sifatnya saja – yakni seorang pelaku adalah seluruhnya hanya sebuah sebab, dan lampu adalah penyebab terang dan matahari penyebab cahaya. ''Tapi pelaku tak disebut pelaku semata-mata karena ia ada sebagai sebab, melainkan ia sebuah sebab dalam cara khusus, yakni dalam cara kemampuan dan pilihan bebas….'' Argumen ini pada hemat saya penting: ide tentang Tuhan sebagai fā’il mukhtār dalam al-Ghazali bersangkut paut dengan pandangannya yang tak hendak menerima secara mutlak tesis kausalitas. ‘Hubungan antara apa yang dipercaya sebagai sebab dan akibat’, demikian tercantum di kalimat awal bantahan ke-17 dalam Tahāfut, ‘bukanlah hubungan yang niscaya sifatnya’. Al-Ghazali bisa mengerti bila orang percaya, bahwa beberapa kejadian di dunia membawa kejadian lain, dan bahwa pengalaman kita tentang hal itu memberi kita keyakinan akan kemampuan kita mengartikan apa yang berlangsung dalam kehidupan. Yang ditentang al-Ghazali ialah anggapan bahwa kaitan sebab-akibat itu mau tak mau harus terjadi. Coba lihat sepotong kapas terbakar karena api, katanya. Para filosof mengatakan bahwa api itu ‘membakar’ kapas, dan itu terjadi karena keniscayaan alami. Dengan kata lain, api itulah pelaku pembakaran. Tapi bagi al-Ghazali, api yang didorong keniscayaan tak punya kehendak. Maka yang kita saksikan adalah A ada dengan B, dan bukan ada oleh B, tanpa sebab lain apapun selain B. Hampir seperti Sextus Empiricus yang menentang teori kausalitas Aristoteles di abad ke-2 dan seperti Hume di abad ke-18, al-Ghazali secara tak langsung menunjukkan, bahwa ketika kita melihat ada hubungan antara sebab dan akibat dalam dua kejadian, kita sebetulnya hanya memproyeksikan ke dunia sebuah pengharapan dalam diri kita, pengharapan yang terbentuk oleh pengalaman. Dengan kata lain, yang lahir dari sebuah ‘kebiasaan’, ‘adah. Pada dasarnya argumen ini menggemakan kembali pemikiran ‘atomistik’ Asya’iriah: tiap kejadian, sebagaimana tiap zarah yang ada di dunia, adalah hasil ciptaan dari ketiadaan. Oleh Tuhan, semuanya digabung dan dipertahankan sementara di dalam ruang-ruang yang terbatas. Tuhanlah yang mengatur atom yang terpisah-pisah itu dalam sebuah desain, sebuah pola, hingga tak berantakan dan asal-asalan, hingga orang dapat memperoleh pengetahuan dan ilmu tentang alam. Maka, kalaupun ada ‘kekuatan silogisme yang tersembunyi’, qūwa qiyāsīyā khafiya, untuk memakai kata-kata Ibnu Sina, itu bukan karena sifat dasar obyek dan kejadian itu sendiri. Di sinilah al-Ghazali berbeda dari Hume, seorang empiris dan sekaligus seorang materialis. Al-Ghazali seorang ulama yang percaya bahwa tiap kejadian ditentukan oleh Tuhan yang mempunyai kemauan bebas, Tuhan yang bukan Sebab Pertama, melainkan satu-satunya Subyek, Pelaku, atau fa’il mukhtār. Kesimpulan al-Ghazali tentu saja lebih merupakan kesimpulan seorang teolog. Ketika ia menggunakan metode filsafat, misalnya logika, untuk mempertahankan kesimpulan itu, ia tak cukup bergerak jauh, apalagi radikal. Salah satu bantahan Ibnu Rushd dalam Tahāfut al-Tahāfut secara tak langsung menunjukkan satu persoalan yang tak dimasuki al-Ghazali dari tesisnya sendiri: dari mana sebenarnya manusia melihat dan memahami ‘desain’ atau ‘pola’ dalam atom yang terpisah-pisah di alam semesta itu? Jika itu dari ‘kebiasaan’ (‘adah), apa arti ‘kebiasaan’ di sini? ‘Kebiasaan’ Tuhan dalam menentukan hal ihwal? Jika Tuhan mempunyai ‘kebiasaan’, itu berarti Tuhan melakukan sesuatu berdasarkan sebuah corak perilaku yang berulang-ulang – yang tak cocok dengan konsep Tuhan yang, dalam tesis al-Ghazali, berkehendak bebas untuk membuat tiap kejadian terjadi. Al-Ghazali juga tentu tak akan menyebutnya sebagai ‘kebiasaan’ dari hal ihwal itu sendiri; baginya hal-ihwal bukan ‘pelaku’. Ataukah itu ‘kebiasaan’ manusia? Jika ‘kebiasaan’ ini dipasang oleh Tuhan dalam diri manusia, atau pun jika ‘kebiasaan’ itu terbit dari manusia sendiri, dan dengan ‘kebiasaan’ itulah manusia memahami hal ihwal, menilai, dan memutuskan, maka itu berarti, dalam kata-kata Ibnu Rushd, ‘tak akan ada kearifan di dalam dunia yang membuat kita dapat menyimpulkan bahwa sang pelaku adalah arif bijaksana’.. Di sini sebenarnya yang kita saksikan adalah tema perdebatan klasik kaum Asy’airiah dengan kaum Mu’tazilah. Secara kasar dapat diringkaskan, bahwa inilah perdebatan untuk menentukan, di mana kita harus meletakkan titik berat dalam sejarah: pada desain Tuhan? Pada kreatifitas manusia? Kita tahu di mana al-Ghazali berdiri. Dalam satu telaah yang seksama tentang hubungan yang tak semuanya pasti antara al-Ghazali dan pemikiran Asya’iriah, Frank (Frank: 1994) mengutipnya dari al-Iqtisād f’il-I’tiqad: al-Ghazali memilih menggunakan pengertian ‘pencipta’, al-khāliqu wal-mukhtari, semata-mata buat Tuhan. Sebab dialah ‘yang menyebabkan sesuatu ada, melalui kekuatannya sendiri’. Laku manusia yang dijalankannya dengan kemauannya sendiri hanya bisa disebut kash (dalam bahasa Inggris: performance’). Ini tentu saja yang tak tercantum dalam pemikiran Mu’tazilah: di sini tak ada rasa enggan menggunakan pengertian ‘khalaqa, yakhluqu’ bagi manusia sebagai subyek. Seperti kita ketahui, .dalam pemikiran ini manusia secara otonom menghadirkan lakunya di dunia. Tuhan hanya tak secara langsung mempengaruhi kejadian. Dalam batas tertentu ini adalah benih sebuah ‘humanisme Islam’, dan sejarahnya panjang. Majid Fakhry menyebut asal usul perdebatan antara pemikiran Qadariyah yang mengakui kemauan bebas manusia dan kaum Jabariyah yang menampiknya dari sejak Ma’bad al-Juhanī. Pemikir ini dihukum mati di tahun 699 oleh Khalif Abdul-Malik (685-705). Pandangannya bentrok dengan kepentingan kekhalifahan: bila manusia dianggap punya kemauan bebas, maka sang khalif tak lagi dapat dilepaskan dari tanggungjawab atas tindakannya yang zalim, sebab tindakan itu tak lagi bisa dikatakan sebagai akibat ‘titah Tuhan yang tak dapat dijelaskan’. Kaum Mu’tazilah tak selamanya berada dalam posisi perlawanan seperti itu, jika diingat bahwa dalam masa Khalif al-Ma’mun paham ‘rasionalis’ itu mendapatkan patronase politik penuh, bahkan di tahun 827 dan 833 ia jadi doktrin yang dipaksakan. Tapi pada saat yang sama permusuhan terhadapnya tak berhenti. Tentu saja doktrin tak pernah utuh dan tak bergeming; tiap pertentangan ide akan menimbulkan penekanan baru dan juga moderasi. Betapapun, dasar argumennya bertahan. Fakhry menyebut nama Mu’ammar b. ‘Abbad dari kota Basra, misalnya, yang menganggap bahwa di dunia benda-benda mati, laku – yang menyebabkan ‘kejadian’ — terjadi karena keharusan alam (tab’an), sedang di dunia makhluk hidup, laku terjadi karena ada kemauan (ikhtiyāran). ‘Humanisme’ ini tentu saja tak sepenuhnya menegaskan, bahwa manusia adalah pusat dan ukuran segala hal ihwal. ‘Humanisme’ Mu’tazilah pada dasarnya sebuah teodise. '''III''' DI tahun 1710, Leibnitz menerbitkan Essais de Théodicée dalam bahasa Prancis. Sejak itu, teodise dikenal: sebuah pembelaan manusia untuk membuktikan keadilan Tuhan, yang dibentuk dari kata theos dan dikē, ‘Tuhan’ dan ‘keadilan’. Dalam sejarah pemikiran Islam, kata itu tak dipergunakan, tapi ada benihnya sebelum ajaran Mu’tazilah tersusun di abad ke-9.. Dan persoalan tentang ini tak berhenti dengan al-Ghazali. Dalam sebuah telaah yang menyeluruh dan mendalam, Ormsby (Ormsby: 1984) menemukan sumbernya pada pemikiran al-Hasan al-Basri, yang wafat di tahun 728. Pada mulanya adalah persoalan, akankah Tuhan menghukum selama-lamanya mereka yang tak dibimbing-Nya sendiri ke dalam Islam. Terhadap ini al-Hasan al-Basri menjawab: ‘Tuhan kita begitu rahim, begitu adil, dan begitu pemurah untuk melakukan hal itu bagi hamba-Nya’. Dalam kandungan pernyataan ini, orang alim yang di masanya sangat berpengaruh itu menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia berkemauan bebas, dan sebab itulah, bila ia berbuat keji dan tak adil, itu adalah hasil kemauannya, bukan karena takdir Tuhan atas dirinya. Tuhan senantiasa akan bersifat adil. Pengaruh al-Hasan sangat besar pada aliran teologi yang kemudian dikenal sebagai Mu’tazilah itu, yang memperkenalkan ‘teologi dialektis’ dalam Islam, yang mula-mula berkembang di Basra di abad ke-8. Yang terpenting bagi aliran ini — kemudian disebut sebagai ‘golongan keadilan’ (adlīyah) — adalah keyakinan tentang keadilan Tuhan. Sebagai bagian dari keyakinan itu, dikemukakanlah manusia sebagai pelaku dengan kemauan bebas. Seperti kata Wasil ibnu ‘Atā, pendiri aliran ini: ‘Karena sang pencipta arif dan adil, maka dilarang membuat kaitan antara Dia dan kekejian (sharr) atau salah (zulm) …Sebab itu manusia adalah pembuat kebaikan, kekejian, keyakinan, kemungkaran, kekufuran dan dosa, dan diberi pahala atau hukuman atas lakunya’. Kira-kira satu abad kemudian Ibrahim ibn Sayyār al-Nazzām, teolog Mu’tazillah dari Basra, mengatakan pula: ‘Kekejian adalah sebuah sifat yang secara intrinsik terdapat dalam perbuatan yang keji…Tuhan, pintu keadilan, tak boleh digambarkan sebagai yang punya kuasa untuk bertindak tak adil’. Ada semacam optimisme dalam teodise Mu’tazillah: pandangan ini meyakini bahwa kejahatan di bumi tak pernah diniatkan oleh Tuhan. Bahkan Tuhan, didorong oleh sifat-Nya sendiri yang ‘begitu rahim, begitu adil, dan begitu pemurah’ senantiasa menyediakan apa yang sebaik-baiknya (al-aslah, kata kaum Mu’tazillah) bagi makhluk-Nya. Optimisme ini menarik, tapi bagi sebagian teolog justru menggelisahkan. Tidakkah ajaran atau gambaran seperti itu mengandung pikiran yang hendak membuat Tuhan tak lagi Maha Kuasa? Jika Tuhan ‘harus’ menyediakan apa yang sebaik-baiknya, dan jika manusia adalah sumber dan ukuran ‘kebaikan, kekejian, keyakinan, kemungkaran, kekufuran dan dosa’, Tuhan akan tampak surut. Pada dasarnya itulah kritik yang dilancarkan oleh kaum Asy’ariyah: bagi mereka, Tuhan berada di atas ukuran ‘kebaikan’ dan ‘keadilan’ manusia. Al-Ghazali menegaskan pandangan ini dengan mengatakan bahwa ‘baik’ (hasan) dan ‘jahat’ (qabih) berarti lurus atau melencengnya sesuatu dari sebuah tujuan, tapi Tuhan tak punya tujuan: Ia adalah tujuan itu sendiri. Bagi al-Ghazali, kezaliman (zulm) berarti pelanggaran hak milik pihak lain, tapi semua makhluk milik-Nya; Ia tak dapat dianggap zalim. Tapi jika demikian halnya, akan adakah pertalian moral antara Tuhan dan manusia? Jika Tuhan terlepas dari seperangkat nilai-nilai, di manakah nilai-nilai akan mendapatkan otoritasnya agar universal, dan, karena universal, dengan mudah diterima untuk memperbaiki kehidupan? Dengan segera tampak, bahwa dilema yang dihadapi terletak di antara dua pilihan: bila Tuhan bersifat adil, Ia tidaklah maha kuasa. Tapi bila Tuhan mahakuasa, Ia tak niscaya adil. Dilema ini dicoba dipecahkan oleh kaum Asy’ariah – yang punya akar teologi yang sama dengan kaum Mu’tazilah – dengan merumuskan: hanya Tuhan yang menciptakan laku di dunia, dan manusia ‘memperoleh’ laku ini dan dengan perolehan (kasb) itu sebab itu secara legal bertanggungjawab atas perbuatannya. Tentu saja pemecahan ini tak memuaskan. Setali tiga uang: manusia di sini tetap semacam robot. Dengan demikian, bila ia dihukum, sementara ia hanya menjalankan sesuatu yang telah diprogram untuk eksistensinya, pengertian ‘salah’ menjadi problematik, dan akan terputus hubungan nilai-nilai antara yang insani dan yang illahi. Kemungkinan yang tertinggal adalah fatalisme. Tapi fatalisme adalah sikap yang ibarat burung onta: membenamkan kepala dan matanya ke dalam pasir, menyerah agar tak mencoba mengetahui apapun tentang sifat Tuhan, selain sebagai Tuhan yang mahakuasa dan berkehendak. Fatalisme praktis mereduksikan Tuhan hanya sebagai kekuasaan. Tidakkah dengan demikian Ia jadi impersonal, karena tak punya sifat-sifat lain? Yang pasti, fatalisme bukanlah agenda teologis kaum Asy’ariah. Tapi pandangan mereka bukannya telah menawarkan kata akhir. Juga pandangan al-Ghazali. Sebagai konsekuensi dari kritiknya terhadap pandangan para filosof yang menampilkan Tuhan sebagai sesuatu yang impersonal, al-Ghazali berbicara tentang sifat-sifat Tuhan. Tapi begitu seseorang masuk ke dalam bahasa ini – yang sifatnya antropomorfis – ia pun masuk ke dalam kemungkinan untuk jauh dari Tuhan sebagai subyek yang maha kuasa dan merdeka. Dan itulah yang terjadi. Ormsby menguraikan dengan jernih sebuah kehebohan yang berlanjut sampai ke abad ke-19 di sekitar Ihya Ulum al-Din. Syahdan, di bagian empat buku yang termashur ini, ketika al-Ghazali membahas soal ‘tawakal,’ ada sepotong kalimat yang berbunyi: ‘Tak mungkin akan terjadi apa saja yang lebih bagus, lebih lengkap, atau lebih sempurna ketimbang yang ada kini’. Bagi al-Ghazali, sebagaimana kemudian dikemukakan seorang penafsirnya, itu adalah tanda sifat pemurah (fadl) Tuhan kepada alam semesta dan manusia. Tapi bagi sebagian teolog, terutama dengan kecenderungan Asy’ariah, kalimat itu dianggap membangkitkan kembali teodise Mu’tazilah, yang membatasi Tuhan dari kemahakuasaan-Nya. Memang ada dalam baris-baris Ihya, sebagaimana dipaparkan Ormsby, yang akan mengingatkan kita kepada optimisme yang pernah merisaukan kaum Asy’ariah. Terutama ini: ''Setiap yang dibagikan Tuhan kepada manusia, misalnya dukungan kehidupan, panjangnya usia, nikmat dan sakit, mampu dan tak mampu, percaya atau tak percaya, patuh atau berdosa, semua itu semata-mata keadilan, tanpa ada ketidak-adilan di dalamnya, dan sepenuhnya benar, tak ada salah di dalamnya. ''Sungguh, itu sesuai dengan tertib yang niscaya benar, menurut apa yang mesti, dan sebagaimana mestinya, dan dalam ukuran yang semestinya pula; dan tak mungkin akan terjadi apa saja yang lebih bagus, lebih lengkap, atau lebih sempurna ketimbang itu.'' Bagi al-Ghazali, ‘tertib yang niscaya benar’ itu, al-tartīb al-wājib al-haqq, merupakan ekspresi kearifan ilahi. Dalam hal ini, sebagaimana ditunjukkan oleh Ormsby, al-Ghazali sebenarnya tak mengikuti tesis Mu’tazilah tentang al-aslah, melainkan mengikuti pendapat yang menentang itu dan menggantikannya dengan isābah, atau ‘penempatan hal ihwal secara patut’. Tapi bagi kaum Asy’ariah, ini mirip dengan usaha me-‘rasional’-kan laku Tuhan. Tendensi ini patut dicurigai sebagai usaha menerjemahkan dan mereduksi Tuhan ke dalam kerangka nisbi manusia: mengatakan bahwa alam semesta ini merupakan karya Tuhan yang paling indah, bahwa ciptaan ini ‘menurut apa yang mesti’, sama artinya dengan membatasi sifat maha kuasa dan maha tahu Allah.. Memang, pandangan Asy’ariah tentang Tuhan di sini terasa kering dan juga kurang. Dua abad setelah al-Ghazali, Ibnu Taymiyah menilai kaum Asy’ariah sebagai yang ‘menegaskan kehendak [Tuhan] tanpa kearifan, menekankan kemauan [Tuhan] tanpa sifat pengampun, kasih, maupun dukungan’. Seperti saya katakan mengenai fatalisme, Tuhan kaum Asy’iriah juga hampir sepenuhnya tampil sebagai satu kekuasaan yang nyaris impersonal – dan lebih penting lagi: terlepas dari kaitannya dengan nilai-nilai insani. Dilihat dari sini, melalui Ihya, al-Ghazali telah mencoba, untuk meminjam kata-kata Ormsby, ‘mengubah doktrin Asy’airah yang ketat’, yakni doktrin yang meletakkan kedaulatan Tuhan sebagai sesuatu yang ‘tak perlu dipertanggungjawabkan’. Tapi perdebatan di sekitar Ihya tak berhenti. Ormsby mencatat bahwa itu berlanjut terus sampai sekitar delapan ratus tahun, kadang-kadang dengan letupan permusuhan. Di abad ke-15, misalnya, seorang penulis, Ibrāhim ibn ‘Umar al-Biqa’i menilai sang hujjat al-Islam telah berbuat bid’ah; syahdan, segera setelah bukunya terbit, di Damaskus terjadi kerusuhan yang hampir menyebabkan al-Biqa’i terbunuh. Ironisnya, tema serangan itu kita kenal kembali sebagai gaung argumen al-Ghazali di masa lampau: kenapa, begitulah kata para penafsir al-Ghazali menyalahkan baris-baris Ihya itu, tak mungkin terjadi sesuatu yang lebih bagus ketimbang alam semesta sekarang jika Tuhan menghendakinya? Tidakkah di sini Al-Ghazali mengulang ajaran kaum filosof yang sesat, yang menafikan pilihan bebas Tuhan dalam mencipta? Perbantahan ini menyebabkan orang alim dari Tus yang pernah bersumpah untuk tak terlibat dalam kontroversi agama ini harus kembali mempertahankan diri dari para pengecamnya. Memang, seperti di atas disebut, ia sebermula memilih diam. Dalam Ihya ia mengatakan bahwa ‘mengungkapkan misteri kuasa Allah adalah kufur’. Tapi pada akhirnya menafsirkan misteri kuasa Allah tak mungkin dielakkan – dan itulah sebabnya sejak Tahāfut, teologi, yang sering dikemukakan dengan semangat filsafat, tak berhenti. Teologi dalam Islam adalah ‘ilmu kālam’, yang kata seorang pakar sebermula berarti ‘ilmu percaturan pendapat’. Di dasar persoalan itu adalah pertanyaan: seberapa jauhkah Tuhan dari manusia? Di sini, sebelum dan sesudah al-Ghazali, kita memang menghadapi apa yang paradoksal dalam pengertian kita tentang Tuhan. Dalam Islam, doktrin tentang ‘sifat’ Tuhan yang tak terbandingkan, yang unik, dan yang sama sekali berbeda (mukhālafah) merupakan asas yang eksplisit dikemukakan. Setiap Muslim hafal Surah Al-Ikhlas. Yang Maha-Lain adalah juga Yang Maha-Tak-Diketahui, karena ‘mengetahui’ berarti juga menangkap, menyalin, meringkas, untuk menampilkan kembali ‘yang-lain’. Tapi di hadapan dan mengenai Yang Maha-Tak-Diketahui, bagaimana kita membicarakan-Nya, ketika kita harus membicarakan-Nya? Di hadapan yang sama sekali berbeda, bagaimana bila kita akan, seperti disebutkan sebuah hadith, menumbuhkan sifat-sifat-Nya dalam diri kita? Kita ingat, al-Ghazali memperingatkan para filosof, bahwa salah untuk ‘membandingkan kehendak Ilahi dengan kecenderungan atau kehendak kita’. Sebaliknya dalam kritiknya Ibnu Rushd juga mengingatkan, bahwa pengertian ‘kehendak’ yang dipakai al-Ghazali dan kaum Asy’ariah dalam hal Tuhan sering rancu dengan ‘kehendak’ dalam hal manusia. ‘Kehendak’ manusia terjadi karena ada yang dikehendaki, dan itu berarti ada yang belum didapat. Tuhan, dalam kesempurnaan-Nya, tak demikian. Bahkan dapat dipersoalkan pula pengertian ‘kemerdekaan memilih’ dalam sifat Tuhan. Sebagaimana Ibnu Rushd menganggap adanya ‘kehendak’ dalam diri manusia sebagai indikasi kekurangan, hingga Tuhan sebenarnya tak pernah ‘berkehendak’ dalam arti itu, orang pun dapat mengatakan bahwa ‘kemerdekaan memilih’ pada hakikatnya muncul sebagai antitesis dari keadaan tak merdeka untuk memilih. Tapi Tuhan, dalam inayah-Nya dan kesempurnaan-Nya, tak perlu memilih. Dan itulah sebenarnya yang tersirat dari teori emanasi Ibn Sina yang dikecam al-Ghazali. Walhasil: sedalam mana perbedaan Tuhan dari manusia digariskan? Bagaimana mendeskripsikan-Nya? Manusia dan bahasanya tak mungkin membebaskan diri dari persoalan ini. Tiap pihak agaknya berada dalam keadaan yang siap ‘keliru’ dalam tashbih, dalam menggunakan perbandingan Tuhan dengan makhluk. Kaum Mu’tazilah, misalnya, meskipun lebih membayangkan Tuhan sebagai Yang Maha Esa yang tak terperikan oleh sejumlah sifat (apalagi sifat atau kualitas itu juga dipakai buat manusia) dalam teodise yang mereka kemukakan, setidaknya bagi kaum Asy’ariah, telah membawa Tuhan ke dalam ukuran-ukuran antropomorfis. Mengambil posisi menghindar dari pencitraan Tuhan yang tanpa sugesti pensifatan sama sekali, seperti ta’til yang dicoba Jahm Ibnu Safwān di abad ke-8, tampaknya mustahil dilakukan oleh siapapun dalam bahasa yang ada. Memang pada umumnya para pemikir dan teolog memilih jalan tengah: mengakui ada perbedaan mendasar antara Tuhan dan manusia tanpa mengingkari adanya sifat-sifat Tuhan yang terpaksa diterjemahkan ke dalam pengertian manusia — sebuah posisi yang sering disebut tanzih. Tapi posisi ini pun pada akhirnya selalu tentatif. Maka meskipun ia menampik pandangan Ibnu Sina yang menampilkan Tuhan sebagai wājib al-wujūd yang impersonal, pada akhirnya al-Ghazali juga mengatakan, bahwa Tuhan berada di luar pensifatan yang mengacu pada sifat personal manusia. Itulah sebabnya, bagi al-Ghazali, menyebut sifat-sifat Tuhan yang seperti itu perlu, tapi keliru. Shehadi (Shehadi: 1964), yang mambahas dengan sistematis konsep Tuhan menurut al-Ghazali mengutip frase ini dari al-Maqsad al-Asnā: ''Tujuan dari penyebutan sifat-sifat [Tuhan] itu adalah untuk memberi sedikit ide (īhām), atau analogi, yang meskipun demikian bersifat keliru (tashbiīh khata)….'' Dalam arti tertentu, teologi al-Ghazali adalah teologi pragmatis: baginya, apa yang tampil sebagai sifat-sifat Allah dalam Qur’an ‘sebaiknya diterangkan menurut hasil dan tujuan sifat-sifat itu, dan bukan makna dan etimologi mereka’. Dengan kata lain, yang terpenting bukanlah pengetahuan. Dalam sistem pemikiran al-Ghazali, pengetahuan manusia terdiri dari tiga jenis: percaya, atau opini, atau takhayul. Di situ, masalah ‘kebenaran’ adalah masalah cocoknya apa yang ada dalam pikiran dengan yang ada di dunia — veritas est adaequatio intellectus ad rem. Tapi seperti yang telah disebut di bagian pertama tulisan ini, ada ‘kebenaran’ dalam arti yang lain, yakni yang disebutnya kawedar dalam kashf: keadaan ‘terungkap’. Di sini, seperti juga sudah saya sebut, ‘yakin’ adalah sebuah taraf pengalaman, sesuatu yang datang melalui proses dhawq, intuisi mistik yang bukan ‘ilmu’, melainkan ‘laku’, atau aksi, menurut ilmu al-mu’amalah. Al-Ghazali, sebagai seorang sufi, tentu dapat mengklaim bahwa dalam ‘yakin’ itulah terdapat kepastian yang dicarinya. Ia menunjukkan bahwa filsafat tak dapat membawanya ke sana. Seperti dikatakannya dalam prakata pertama Tahafut, tak ada yang tetap dan ajeg dalam posisi para filosof yang ditelaahnya. ‘Seandainya teori metafisik mereka secara nalar dapat membawa kita yakin sebagaimana pengetahuan aritmatik mereka’, kata al-Ghazali tentang lawan-lawannya itu, ‘mereka tak akan berbeda di antara mereka sendiri dalam persoalan-persoalan metafisik’. Tak perlu dikatakan lagi rasanya, bahwa al-Ghazali bukan pemikir dari zaman ini – dan dengan kesadaran itulah ia kita ikuti. Jika dibaca sekarang, statemen di atas — yang kita tahu tak semestinya ditujukan buat filsafat, karena filsafat tak lagi terkait dengan klaim kesahihan ilmu-ilmu pasti — lebih merupakan kesalah-fahaman akhir abad ke-11. Terutama sebelum sang faqih menjadi sufi yang berkelana dan menulis al-Maqsad al-Asnā. Seorang lain di abad ke-20 juga melihat ‘kebenaran’ bukan sebagai adaequatio intellectus, melainkan, seperti sang sufi, menyebutnya sebagai ‘keterungkapan’, atau Unverborgenheit. Orang itu, Heidegger, menjauhi pengetahuan ilmu-ilmu dan epistemologi rasional, dan mendekatkan diri kepada pengalaman pekerja kriya, perupa, penyair, dan manusia dalam permenungan. Ia berpendapat bahwa ‘pemikiran metafisik’ dan kelanjutan perkembangannnya, ‘pemikiran teknologis’, menyebabkan ketercerabutan manusia (Dasein yang selalu terpaut pada tempat dan waktu) dari dunianya. Filsafat, bagian dari ilmu kemanusiaan, tak lagi hendak dikuasai oleh logika dan metode ilmiah, melainkan oleh hermeneutika. Kepastian bukanlah agendanya. Hermeneutika adalah, seperti ilm kalām, ‘ilmu’ percaturan pendapat. Riwayat percaturan dan sengketa yang panjang di sekitar Ihya Ulum al-Din dan jawaban al-Ghazali terhadap para pengecamnya, adalah suatu indikasi bahwa ketegangan hermeunetika, antara ‘kebenaran’ sebagai adaequatio intellectus dan ‘kebenaran’ dalam kashf, tak kunjung bisa diselesaikan – juga seraya orang mengacu ke teks yang paling suci dan berwibawa. Juga bagi seorang. yang disebut sebagai ‘bukti kebenaran Islam’. Memang ada usaha untuk tak mengakui ketidak-pastian yang tampak dalam proses itu dan menutup ruang untuk sebuah ilm kalām yang sehat dan filsafat yang hidup. Seorang yang pernah membaca karya Ibnu Rushd, Al-Kashf ‘an Manahij al-Adilla fi ‘Aqaid al-Milla, mengatakan bagaimana Ibnu Rushd menyebut sebagian al-Mutakallimun, para teolog, memonopoli akses kepada kebenaran dan mengutuk ‘siapa saja yang tak setuju kepada mereka sebagai bid’ah atau kafir yang hak milik dan darahnya sah untuk dirampas’ (Najjar: 2002). Itu terjadi di zaman penulis Tahafut al-Tahafut. Tapi saya kira tendensi itu dalam bentuk lain tak hilang sekarang, justru ketika, dalam kata-kata Ahmad Syafii Maarif, ‘ide tradisional tentang Tuhan menghilang’ dan manusia bertanya di mana diperoleh ‘rasa aman ontologis’. Tapi bisa dan harus selalu adakah rasa aman seperti itu, ketika pada akhirnya yang mendefinisikan sikap kita adalah sujud yang terus menerus? Satu kutipan dari al-Maqsad al-Asnā: Hasil akhir pengetahuan para arifin adalah ketidak-mampuan mereka untuk mengetahui Dia, dan pengetahuan mereka sebenarnya adalah bahwa mereka tidak tahu tentang Dia, dan sepenuhnya mustahil bagi mereka untuk mengetahui Dia. New York, Maret 2005. Daftar Bacaan: Abu-Sway, Mustafa, Al-Ghazāliyy, A Study of Islamic Epistemology, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1996). Al-Ghazali, Incoherence of the Philosophers, terjemahan Sabih Ahmad Kamali atas Tahāfut al-Falasifah, (Lahore: Pakistan Philosophical Congress, 1963) Bello, Iysa A., The Medieval Islamic Controversy between Philosophy and Orthodoxy, Ijma’ and Ta’wil in the Conflict between Al-Ghazali and Ibn Rushd, (Leiden, etc., E.J Brill, 1989). Fakhry, Majid, A History of Islamic Philosophy (New York: Columbia University Press, edisi ke-3, 2004) F. Jabre, La notion de certitude selon Ghazali dans ses origines psychologiques et historiques, (Paris: Vrin, 1958). Frank, R.M., Al-Ghazali and the Ash’arite School, (Durham and London, Duke University Press, 1994). Mitha, Farouk, Al-Ghazālī and the Ismaili, (London: I.B. Tauris and the Institute of Ismaili Studies, 2001). Najjar, Ibrahim Y., ‘Ibn Rushd's Criticisms of the Theologians: Arguments for the Existence of God’, Arab Philosophy Website, Mei 2002 Nakamura, Kojiro, ‘An Approach to Ghazali’s Conversion’, (Orient 21: 46-59, 1958) Qayyum, Abdul, Letters of Al-Ghazzali, (New Delhi: Nusrat Ali Nasri untuk Kitab Bayan, 1992) Ormsby, Eric L., Theodicy in Islamic Thought, The Dispute over al-Ghazali’s ‘Best of All Possible Worlds’ (Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1984). Shehadi, Fadlou, Ghazali’s Unique, Unknowable God – a philosophical critical analysis. of some of the problems raised by Ghazali’s view of God as utterly unique and unknowable, ( Leiden: E.J. Brill, 1964). Watt, Montgomery, A Study of al-Ghazali, (Edinburgh: the University of Edinburgh, 1971). [[Kategori:Esai GM]] [[Kategori:Esai]] k99n76io16ql052bwz969ie0hnc9rcn Revolusi Proletariat dan Kautsky si Pengkhianat 0 16483 100297 47883 2022-08-20T12:15:17Z 2404:C0:7540:0:0:0:E174:DBB6 lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo20190566207@guruku.id {{header | title = Revolusi Proletariat dan Kautsky si Pengkhianat | author = Vladimir Lenin | translator = Ted Sprague | section = | previous = | next = | year = 1918 | notes = ''Semua sumber berasal dari [https://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1918/KautskyPengkhianat/index.htm situs marxists.org] (MIA); Lenin’s Collected Works, Progress Publishers, Moskow, Volume 28, 1974, hal. 227-325<ref>Ted Sprague, Pengelola Koran online «Militan» (13 April 2014, Montreal). [https://www.marxists.org/admin/legal/corights.htm#pd Copyleft]: Materials that are created by MIA volunteers and uploaded to MIA must be licensed under [https://www.marxists.org/admin/legal/cc/by-sa.htm Creative Commons (Attribution-Sharealike)].''</ref>. }} === Pendahuluan === Pamflet Kautsky, “The Dictatorship of Proletariat” (Kediktatoran Proletariat), yang baru-baru ini diterbitkan di Wina (Wien, 1918, Ignaz Brand, hal. 63), merupakan contoh paling jelas dari kebangkrutan Internasional Kedua yang paling memalukan, yang telah lama dibicarakan oleh semua kaum sosialis yang jujur di semua negeri. Revolusi proletariat sekarang sudah menjadi persoalan praktis di sejumlah negeri, dan oleh karenanya pemeriksaan terhadap cara-cara berpikir Kautsky yang sesat dan penuh pengkhianatan dan penolakan sepenuhnya terhadap Marxisme menjadi sangat penting. Namun, pertama-tama harus ditekankan bahwa sejak permulaan perang<ref>Perang Dunia Pertama – ''Ed.''</ref> sang penulis telah berulang kali menunjukkan perpecahan Kautsky dengan Marxisme. Sejumlah artikel yang diterbitkan antara tahun 1914-1916 di jurnal Sotsial-Demokrat dan Kommunist, yang diterbitkan di luar negeri, membahas soal itu. Artikel-artikel ini selanjutnya dikumpulkan dan diterbitkan oleh Soviet Petrograd dengan judul “Against the Stream” (Melawan Arus), oleh G. Zinoviev, dan N. Lenin (Petrograd, 1918. hal. 550). Dalam sebuah pamflet yang diterbitkan di Jenewa pada 1915 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan Prancis pada tahun yang sama, saya menjelaskan tentang “Kautskyisme” sebagaimana di bawah ini: “Kautsky, pemimpin terkemuka Internasional Kedua, adalah contoh yang paling jelas dan khas tentang bagaimana sebuah pengakuan verbal terbuka terhadap Marxisme dalam prakteknya berubah menjadi “Struvisme” atau “Brentanoisme” (dengan kata lain, menjadi teori borjuis liberal yang mengakui adanya perjuangan “kelas” kaum proletariat yang non-revolusioner, yang mana diungkapkan dengan jelas oleh Struve, seorang penulis dari Rusia, dan Brentano, ekonom dari Jerman). Contoh lainnya adalah Plekhanov. Melalui metode sofistri, Marxisme dilucuti dari semangat revolusionernya yang hidup; segala sesuatunya diakui dalam kerangka Marxisme, kecuali metode-metode perjuangan revolusioner, propaganda dan persiapan untuk metode-metode tersebut, dan juga pendidikan bagi massa dalam rangka perjuangan revolusioner. Kautsky dengan cara-cara yang tidak prinsipil mendamaikan ide fundamental sovinisme-sosial, pengakuan atas pembelaan terhadap tanah air dalam perang hari ini, dengan konsesi diplomatis palsu kepada kaum Kiri. Hal ini dilakukannya dengan abstain dari pemungutan suara anggaran perang, klaim verbalnya sebagai oposisi, dll. Kautsky, yang pada 1909 menulis sebuah buku tentang periode revolusi yang semakin dekat dan tentang kaitan antara perang dan revolusi, yang pada 1912 menandatangani Manifesto Basel yang berbicara mengenai menggunakan peluang revolusioner dari perang yang akan datang, sungguh berusaha keras untuk membenarkan dan menghiasi sovinisme-sosial, dan, seperti Plekhanov, bergabung dengan kaum borjuasi untuk mencemooh setiap pemikiran tentang revolusi dan semua langkah menuju perjuangan revolusioner yang segera. “Kelas buruh tidak dapat memainkan peran revolusioner yang mendunia kecuali jika kelas buruh mengobarkan sebuah perjuangan yang tanpa-belas-kasihan untuk melawan kemunduran, kepengecutan, dan ketundukan terhadap oportunisme, dan vulgarisasi terhadap teori-teori Marxisme yang tidak ada paralelnya ini. Kautskyisme bukanlah sebuah kebetulan; ia adalah produk sosial dari kontradiksi-kontradiksi di dalam Internasional Kedua, yang merupakan campuran antara kesetiaan terhadap Marxisme dalam kata-kata dan subordinasi terhadap oportunisme dalam praktek. “(G. Zinoviev dan N. Lenin, “Sosialisme dan Perang” Jenewa, 1915, hal. 13-14). Lagi, dalam buku saya yang berjudul “Imperialisme, Tahapan Tertinggi Dalam Kapitalisme” yang ditulis pada 1916, dan diterbitkan di Petrograd pada 1917, saya membedah serinci-rincinya kesalahan teoritis dari semua argumen Kautsky tentang imperialisme. Saya mengutip definisi Kautsky tentang imperialisme: “Imperialisme adalah sebuah produk dari kapitalisme industrial yang sangat berkembang, di mana setiap bangsa kapitalis industrial berusaha mengontrol atau menganeksasi semua daerah agraris yang besar [italik dari Kautsky], tidak peduli bangsa mana yang mendudukinya.” Saya menunjukkan betapa kelirunya penjelasan ini, dan bagaimana penjelasan itu telah ‘diadaptasi” untuk menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang paling dalam dari imperialisme, dan kemudian “diadaptasi” untuk didamaikan dengan oportunisme. Saya memberikan definisi saya sendiri tentang imperialisme: “Imperialisme adalah kapitalisme pada tahap perkembangan di mana dominasi monopoli dan kapital finansial telah menjadi kenyataan, di mana ekspor kapital telah menjadi sangat penting; di mana pembagian dunia di antara sindikat-sindikat internasional telah dimulai; di mana pembagian wilayah-wilayah dunia di antara kekuatan-kekuatan kapitalis terbesar telah selesai.” Saya menunjukkan bahwa kritik Kautsky terhadap imperialisme jauh lebih rendah ketimbang kritik kaum borjuis filistin. Akhirnya, pada bulan Agustus dan September 1917 — yakni, sebelum revolusi proletar Rusia (25 Oktober [7 November] 1917), saya menulis sebuah pamflet (yang diterbitkan di Petrograd di awal 1918) yang berjudul “Negara dan Revolusi. Teori Marxis tentang Negara dan Tugas-Tugas Kaum Proletariat dalam Revolusi”. Dalam Bab IV dari buku ini yang berjudul “Vulgarisasi Marxisme oleh Kaum Oportunis,” saya memberikan perhatian khusus terhadap Kautsky dengan menunjukkan bahwa dia telah sepenuhnya mendistorsi pemikiran-pemikiran Marxisme, mengubahnya agar sesuai dengan oportunisme, dan bahwa dia telah “menyangkal revolusi dalam praktek, kendati menerimanya dalam ucapan.” Pada intinya, kesalahan utama secara teoritis yang dibuat oleh Kautsky dalam pamfletnya tentang kediktatoran proletariat terletak pada distorsi-distorsinya yang oportunis terhadap pemikiran-pemikiran Marx tentang Negara — distorsi-distorsi yang telah saya bedah secara rinci dalam pamflet saya yang berjudul “Negara dan Revolusi.” Pernyataan-pernyataan awal ini dibutuhkan karena mereka menunjukkan bahwa saya telah menuduh Kautsky secara terbuka sebagai seorang pengkhianat jauh sebelum kaum Bolshevik mengambil alih kekuasaan Negara dan dikutuk oleh Kautsky sehubungan dengan perebutan kekuasaan tersebut. === Bagaimana Kautsky Mengubah Marx Menjadi Seorang Liberal === Persoalan fundamental yang didiskusikan oleh Kautsky dalam pamfletnya adalah esensi utama dari revolusi proletariat, yakni kediktatoran proletariat. Ini adalah persoalan yang mempunyai arti penting terbesar bagi semua negeri, terutama bagi negeri-negeri yang maju, terutama bagi negeri-negeri yang sedang berperang, dan terutama pada saat ini. Seseorang bisa berkata tanpa ketakutan untuk melebih-lebihkan bahwa kediktatoran proletariat merupakan problem kunci dari semua perjuangan kelas proletar. Oleh karena itu, amat penting untuk memberikan perhatian khusus terhadap masalah tersebut. Kautsky merumuskan persoalan ini sebagai berikut: “Perbedaan antara dua aliran sosialis (yakni kaum Bolshevik dan kaum non-Bolshevik) adalah perbedaan antara metode-metode yang sangat berbeda: metode diktatorial dan metode demokratis” (hal. 3). Marilah kita ingat lagi, bahwa ketika Kautsky menyebut kaum non-Bolshevik di Rusia (yakni kaum Menshevik dan kaum Sosialis-Revolusioner) kaum sosialis, ia dibimbing oleh nama mereka, yakni oleh sebuah kata, dan bukan oleh tempat yang sesungguhnya mereka tempati di dalam perjuangan antara kaum borjuasi dan kaum proletar. Betapa indahnya pemahaman dan penerapan Marxisme yang seperti demikian! Tetapi saya akan menjelaskan lebih jauh tentang ini nanti. Untuk saat ini, kita harus menghadapi masalah yang utama, yakni penemuan Kautsky yang terbesar mengenai “perbedaan fundamental” antara “metode demokratis dan metode diktatorial”. Inilah problem yang terutama; inilah esensi dari pamflet Kautsky. Dan ini sungguh merupakan kekacauan teoritis yang begitu buruk, penolakan yang sepenuh-penuhnya terhadap Marxisme, di mana Kautsky, harus diakui, telah begitu jauh melebihi Bernstein. Persoalan kediktatoran proletariat adalah persoalan relasi negara proletariat terhadap negara borjuis, relasi demokrasi proletariat terhadap demokrasi borjuis. Kita mungkin dapat berpikir bahwa ini begitu jelas dan mudah. Akan tetapi Kautsky, seperti seorang guru sekolah yang telah menjadi kering kerontang seperti debu karena mengutip buku-buku teks sejarah tua yang sama, dengan berkeras-hati memalingkan punggungnya ke abad ke-20 dan terus menatap ke abad ke-18, dan untuk keseratus kalinya, di dalam sejumlah paragraf, dengan cara yang sungguh membosankan bermeditasi mengenai relasi demokrasi borjuis terhadap absolutisme dan medievalisme! Ini terdengar seperti dia sedang mengigau dalam tidur! Akan tetapi, ini artinya ia telah sepenuhnya gagal memahami masalah ini. Kita tidak bisa tidak tersenyum melihat usaha Kautsky untuk membuat bahwa tampaknya ada orang-orang yang mengajarkan “kebencian terhadap demokrasi” (hal. IA) dan sebagainya. Inilah omong kosong yang digunakan oleh Kautsky untuk mengaburkan dan membuat masalah ini menjadi kacau-balau, karena ia berbicara seperti kaum liberal, berbicara tentang demokrasi secara umum, dan bukannya tentang demokrasi borjuis; bahkan ia menolak menggunakan istilah kelas yang jelas ini, dan sebaliknya ia berusaha berbicara tentang demokrasi “pra-sosialis”. Pembual ini menghabiskan sepertiga dari pamfletnya, atau dua puluh halaman dari enam puluh tiga halaman pamfletnya, untuk omong kosong ini, yang begitu menyejukkan hati kaum borjuasi karena ini pada akhirnya sama dengan menghiasi demokrasi borjuis, dan mengaburkan masalah revolusi proletariat. Namun, bagaimanapun juga, judul dari pamflet Kautsky adalah “Kediktatoran Proletariat”. Semua orang tahu, bahwa inilah esensi yang paling mendasar dari doktrin Marx; dan setelah sekian banyak omong kosong yang tidak relevan Kautsky merasa berkewajiban mengutip kata-kata Marx tentang kediktatoran proletariat. Akan tetapi cara bagaimana Kautsky, “sang Marxis”, mengutip Marx sangatlah konyol! Coba dengar ini: “Pandangan ini (yang Kautsky sebut “kebencian terhadap demokrasi”) “bersandar pada sebuah kata tunggal dari Karl Marx.” Inilah yang Kautsky katakan secara harfiah pada halaman 20. Dan pada halaman 60, hal yang sama diulang kembali, bahkan dalam bentuk bahwa, mereka (kaum Bolshevik) “secara oportunis mengungkit kembali kata kecil ini” (inilah yang secara harfiah Kautsky tulis - des Wörtchens!!) “tentang kediktatoran proletariat yang dipergunakan oleh Marx sekali saja pada tahun 1875 dalam sebuah surat“. Inilah sedikit “kata kecil” dari Marx tersebut: “Di antara masyarakat kapitalis dan komunis ada sebuah periode transformasi revolusioner dari masyarakat kapitalis ke masyarakat komunis. Bersamaan dengan ini terdapat juga sebuah periode transisi politik di mana negara haruslah berupa kediktatoran proletariat yang revolusioner” Pertama-tama, untuk menyebut pemikiran Marx klasik ini, yang menyimpulkan seluruh ajarannya yang revolusioner, sebagai “sebuah kata tunggal” dan bahkan “sebuah kata kecil” adalah penghinaan dan penolakan penuh terhadap Marxisme. Kita tidak boleh lupa kalau Kautsky paham betul tentang Marx, dan menimbang dari semua yang telah dia tulis, dia memiliki di mejanya, atau di kepalanya, sejumlah laci di mana semua yang pernah ditulis oleh Marx telah diarsipkan dengan hati-hati supaya dengan mudah dapat digunakan sebagai kutipan. Kautsky mestinya tahu bahwa baik Marx maupun Engels, dalam surat-suratnya sebagaimana juga karya-karyanya yang dipublikasikan, berulang kali berbicara tentang kediktatoran proletariat, sebelum dan terutama setelah Komune Paris. Kautsky harusnya tahu bahwa formula “kediktatoran proletariat” adalah formulasi yang lebih konkret secara historis dan lebih tepat secara ilmiah mengenai tugas-tugas kaum proletariat untuk “menghancurleburkan” mesin negara borjuis. Inilah yang dinyatakan oleh Marx dan Engels selama 40 tahun antara 1852 dan 1891 dalam menyimpulkan pengalaman revolusi 1848, dan terlebih lagi, revolusi 1871. Kemudian bagaimana menjelaskan distorsi yang begitu dahsyat terhadap Marxisme yang dibuat oleh Kautsky, sang Marxis formalis itu? Sehubungan dengan akar filsafat dari fenomena ini, ini adalah substitusi dialektika dengan eklektisme dan sofisme. Kautsky adalah ahli substitusi seperti ini. Berangkat dari sudut pandang politik praktis, ini adalah ketundukan terhadap kaum oportunis, yakni pada analisa terakhir adalah ketundukan terhadap kaum borjuis. Semenjak pecahnya perang, Kautsky telah tumbuh pesat dalam seni menjadi seorang Marxis dalam kata-kata dan antek kaum borjuis dalam perbuatan, hingga ia sekarang telah menjadi ahlinya. Kita akan merasa bahkan lebih yakin tentang ini bila kita periksa betapa hebatnya Kautsky dalam “menginterpretasi” “kata kecil” Marx tentang kediktatoran proletariat. Perhatikan hal berikut ini: “Sayangnya Marx lalai menunjukkan kepada kita dengan lebih terperinci tentang bagaimana ia membentuk konsep kediktatoran ini…(Ini adalah sebuah kalimat yang sungguh-sungguh palsu dari seorang pengkhianat, karena Marx dan Engels sesungguhnya telah memberikan kepada kita sejumlah indikasi yang sangat detil, yang mana Kautsky, sang Marxis formalis, telah dengan sengaja mengabaikannya.) “Secara harfiah, istilah kediktatoran bermakna penghapusan terhadap demokrasi. Namun tentunya juga secara harfiah istilah ini juga bermakna kekuasaan absolut dari seorang individu yang tidak dibatasi oleh satu hukum pun -- sebuah autokrasi yang berbeda dari despotisme hanya jika kediktatoran ini bukan sebuah lembaga negara yang permanen, melainkan kebijakan darurat sementara. “Istilah kediktatoran proletariat, oleh karenanya bukan kediktatoran dari seorang individu, tetapi kediktatoran kelas yang dalam dirinya sendiri (ipso facto) menghindari kemungkinan bahwa Marx dalam hal ini memikirkan kediktatoran secara harfiah. “Di sini dia tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan, tetapi mengenai sebuah kondisi yang harus muncul ketika proletariat telah meraih kekuasaan politik. Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat bahwa transisi di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni dengan cara demokratis.” (hal. 20) Kita telah dengan sengaja mengutip argumen ini sepenuhnya sehingga pembaca dapat melihat dengan jelas metode yang dipakai oleh Kautsky “sang teoretikus”. Kautsky memilih untuk melakukan pendekatan terhadap masalah ini dengan memulai mendiskusikan definisi “kata” kediktatoran. Baiklah. Setiap orang punya hak sakral untuk menggunakan pendekatan apapun yang dia kehendaki terhadap sebuah masalah. Kita hanya harus melihat mana pendekatan yang serius dan jujur, dan mana yang tidak jujur. Setiap orang yang ingin serius dalam melakukan pendekatan terhadap masalah ini harus memberikan definisinya sendiri tentang “kata” kediktatoran. Dengan demikian, masalah ini bisa ditelaah dengan sebaik-baiknya. Namun Kautsky tidak melakukan ini. Dia menulis, “Secara harfiah, kata kediktatoran bermakna penghapusan demokrasi.” Pertama-tama, ini bukanlah sebuah definisi. Bila Kautsky ingin menghindari pemberian definisi tentang konsep kediktatoran, mengapa dia memilih pendekatan seperti ini? Kedua, yang dikatakan oleh Kautsky itu jelas salah. Adalah hal yang alami bagi seorang liberal untuk berbicara mengenai “demokrasi” secara umum; tetapi seorang Marxis tidak akan pernah lupa bertanya: “untuk kelas mana?” Setiap orang tahu, misalnya (dan Kautsky “sang sejarawan” juga tahu), bahwa pemberontakan, atau bahkan gejolak yang besar, di antara para budak pada zaman kuno dengan segera mengungkapkan bahwa negara zaman kuno itu pada dasarnya adalah sebuah kediktatoran pemilik budak. Apakah kediktatoran ini menghapus demokrasi di antara, dan bagi, para pemilik budak? Semua orang tahu ini tidak. Kautsky “sang Marxis” membuat pernyataan yang betul-betul tidak masuk akal dan sama sekali tidak benar ini karena ia “melupakan” perjuangan kelas… Agar kita dapat mengubah pernyataan Kautsky yang liberal dan keliru itu menjadi pernyataan yang betul-betul Marxis dan benar, maka kita harus berkata: kediktatoran itu tidak selalu berarti penghapusan terhadap demokrasi bagi kelas yang melaksanakan kediktatoran di atas kelas-kelas yang lain; akan tetapi ia berarti penghapusan (atau pembatasan material yang teramat ketat, yang juga merupakan salah satu bentuk penghapusan) demokrasi bagi kelas yang menjadi objek dari kediktatoran tersebut. Akan tetapi, sebenar-benarnya pernyataan ini, tetap saja ini tidak memberikan sebuah definisi untuk kediktatoran. Marilah kita periksa kalimat Kautsky yang selanjutnya: “… Tetapi, tentu saja, bila diambil secara harfiah, kata itu juga bermakna kediktatoran absolut dari seorang individu yang tidak dibatasi oleh satu hukum pun….” Seperti seekor anjing buta yang mengendus ke sana ke mari, Kautsky secara kebetulan menemukan sebuah ide yang benar (yaitu, bahwa kediktatoran adalah kekuasaan yang tak terbatas oleh satu hukum pun). Meskipun demikian, ia gagal untuk memberikan definisi tentang kediktatoran, dan, terlebih lagi, ia membuat kesalahan besar historis yang sangat jelas, yakni bahwa kediktatoran berarti kekuasaan dari seorang individu. Ini bahkan keliru secara tata bahasa, karena kediktatoran bisa juga dilaksanakan oleh sekelompok orang, atau oleh sebuah oligarki, atau oleh sebuah kelas dan sebagainya. Kautsky kemudian menunjukkan perbedaan antara kediktatoran dan despotisme. Meskipun yang dikatakannya jelas-jelas salah, kita tidak akan mendiskusikannya karena ini sama sekali tidak relevan untuk masalah yang kita hadapi. Semua orang tahu kecenderungan Kautsky untuk berpaling dari abad ke-20 ke abad ke-18, dan dari abad ke-18 ke zaman klasik kuno, dan kita berharap bahwa kaum proletariat Jerman, setelah mereka telah meraih kediktatorannya, akan mengingat kecenderungan Kautsky ini dan menunjuknya untuk menjadi guru sejarah kuno di sebuah sekolah tertentu. Untuk menghindari definisi kediktatoran proletariat dengan berfilsafat mengenai despotisme adalah kebodohan yang kasar atau tipu daya yang canggung. Sebagai akibatnya, kita menemukan bahwa, setelah berdiskusi tentang kediktatoran, Kautsky mengulang-ulang begitu banyak kebohongan tetapi tidak memberikan satu definisi pun tentang kediktatoran! Alih-alih menggunakan kemampuan berpikirnya, dia bisa saja menggunakan memorinya untuk menarik dari “laci-laci dokumennya” setiap saat Marx berbicara tentang kediktatoran. Bila saja dia melakukan ini, dia tentu akan tiba pada definisi berikut ini atau yang serupa dengannya: Kediktatoran adalah kekuasaan yang didasarkan langsung atas kekerasan dan tidak dibatasi oleh hukum apapun. Kediktatoran revolusioner proletariat adalah kekuasaan yang dimenangkan dan dipelihara dengan penggunaan kekerasan oleh proletariat dalam melawan kaum borjuasi, kekuasaan yang tidak dibatasi oleh hukum apa pun. Kebenaran yang sederhana ini, kebenaran yang begitu jelas ini bagi setiap buruh yang sadar-kelas (yang mewakili massa rakyat, dan bukan lapisan atas dari para bajingan borjuis-kecil yang telah disuap oleh kaum kapitalis, begitulah kaum imperialis-sosial di semua negeri), kebenaran ini, yang begitu jelas bagi setiap perwakilan dari kelas-kelas tertindas yang sedang berjuang bagi emansipasinya, kebenaran ini, yang tidak bisa diganggu gugat bagi setiap Marxis, harus “diperas dengan susah payah” dari tuan Kautsky yang terpelajar! Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Ini dapat dijelaskan dengan mudah oleh semangat penghambaan yang memenuhi para pemimpin Internasional Kedua, yang telah menjadi penjilat kaum borjuasi yang hina Kautsky pertama-tama menggunakan tipu daya dengan mengumbar omong kosong bahwa kata kediktatoran, secara harfiah, berarti kediktatoran dari seorang individu, dan kemudian – dengan menggunakan kekuatan dari tipu daya ini – dia menyatakan bahwa “oleh karenanya” kata-kata Marx mengenai kediktatoran sebuah kelas tidak dimaknakan dalam arti harfiahnya (tetapi di dalam makna di mana kediktatoran tidak berarti kekerasan revolusioner, tetapi berarti “secara damai” memenangkan mayoritas di bawah “demokrasi” borjuis). Kita harus membedakan antara “kondisi” dan “bentuk pemerintahan”. Sungguh perbedaan yang sangat dalam; ini seperti menggambarkan perbedaan antara “kondisi” dari kebodohan seseorang yang berpikir bodoh, dan “bentuk” kebodohannya. Kautsky merasa perlu mengartikan kediktatoran sebagai sebuah “kondisi dominasi” (inilah ungkapan harfiah yang digunakannya di halaman selanjutnya, hal. 21), karena dengan demikian kekerasan revolusioner, dan revolusi yang penuh dengan kekerasan menghilang. “Kondisi dominasi” adalah sebuah kondisi di mana setiap mayoritas menemui dirinya di bawah ... “demokrasi”! Berkat tipu daya seperti ini, revolusi lenyap dengan mudahnya! Akan tetapi, penipuan itu begitu kasar dan tidak akan dapat menyelamatkan Kautsky. Kita tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa kediktatoran mensyaratkan dan bermakna sebuah “kondisi”, sebuah kondisi yang begitu tidak disetujui oleh para pengkhianat, kondisi kekerasan revolusioner satu kelas terhadap kelas yang lainnya. Sangatlah konyol untuk menarik perbedaan antara sebuah “kondisi” dan sebuah “bentuk pemerintahan”. Untuk berbicara tentang bentuk pemerintahan dalam hal ini adalah sangat bodoh, karena setiap anak sekolah tahu bahwa monarki dan republik adalah dua bentuk pemerintahan yang berbeda. Kita harus menjelaskan kepada Tn. Kautsky bahwa kedua bentuk pemerintahan ini, seperti semua “bentuk pemerintahan” transisional di bawah kapitalisme, hanyalah variasi-variasi dari negara borjuis, yakni, variasi-variasi dari kediktatoran borjuis. Terakhir, berbicara tentang bentuk pemerintahan bukan hanya sesuatu yang bodoh, tetapi juga pemalsuan yang kasar terhadap pemikiran Marx, yang jelas-jelas berbicara mengenai bentuk negara dan bukan bentuk pemerintahan. Revolusi proletariat tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa penghancuran paksa mesin negara borjuis, dan penggantiannya dengan negara yang baru yang, seperti yang dikatakan oleh Engels, “bukan lagi negara dalam makna kata yang sesungguhnya”. Posisi Kautsky yang berkhianat membuat dirinya harus memungkiri dan mengaburkan semua ini. Maka kita lihat tipu muslihat yang dipergunakannya. Muslihat yang pertama. “Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat bahwa transisi di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni dengan cara demokratis.” Bentuk pemerintahan tidak ada hubungannya sama sekali dengan ini, karena ada monarki-monarki yang merupakan bentuk negara borjuis yang tidak tipikal, di mana tidak ada klik militer. Dan ada republik-republik yang cukup tipikal dalam hal ini, misalnya memiliki klik militer dan birokrasi. Ini adalah fakta historis dan politis yang diketahui secara universal, dan Kautsky tidak dapat memalsukannya. Bila Kautsky hendak berargumen dengan cara yang serius dan jujur, seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ada hukum sejarah mengenai revolusi yang tidak ada pengecualian? Dan jawabannya: tidak ada hukum seperti itu. Hukum seperti itu hanya berlaku untuk kasus-kasus tipikal, yang Marx istilahkan sebagai “yang ideal,” yakni kapitalisme yang umum, normal, dan tipikal. Lebih jauh lagi, apakah terdapat sesuatu pada tahun 1870an yang membuat Inggris dan Amerika harus dikecualikan sehubungan dengan apa yang kita diskusikan saat ini? Seharusnya menjadi jelas bagi setiap orang yang memahami persyaratan-persyaratan ilmiah dalam hubungannya dengan permasalahan-permasalahan kesejarahan bahwa pertanyaan ini harus diajukan. Bila kita gagal mengajukannya, ini sama halnya dengan memalsukan pengetahuan ilmiah, sama halnya dengan melakukan sofisme. Dan, setelah mengajukan pertanyaan ini, tidak ada keraguan sama sekali bahwa jawabannya adalah: kediktatoran revolusioner proletariat merupakan kekerasan terhadap kaum borjuasi; dan kekerasan semacam itu terutama menjadi sebuah kebutuhan karena keberadaan militerisme dan birokrasi, sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Marx dan Engels berulang kali secara rinci (terutama dalam tulisan mereka “Perang Sipil di Prancis” dan dalam pengantar dari karya tersebut). Justru institusi-institusi inilah yang tidak eksis di Inggris dan Amerika pada tahun 70an, ketika Marx membuat pengamatannya (mereka sekarang eksis di Inggris dan di Amerika)! Kautsky harus menggunakan tipu daya di setiap langkahnya untuk menutupi pengkhianatannya! Dan perhatikan bagaimana dia secara tidak sengaja menunjukkan jati dirinya ketika dia menulis: “secara damai, yakni dengan cara yang demokratis”! Dalam mendefinisikan kediktatoran, Kautsky berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan dari para pembaca karakter fundamental dari konsep ini, yaitu kekerasan revolusioner. Namun sekarang sudah kelihatan kebenarannya: ini adalah masalah perbedaan antara revolusi damai dan revolusi kekerasan. Inilah duduk perkaranya. Kautsky harus menggunakan segala macam tipu muslihat, sofisme dan pemalsuan hanya untuk menyelamatkan dirinya dari revolusi kekerasan, dan untuk menyembunyikan penolakannya terhadap revolusi kekerasan dan pembelotannya ke sisi kebijakan buruh liberal, yakni ke sisi kaum borjuasi. Inilah duduk perkaranya. Kautsky “sang sejarawan” begitu tanpa malunya memalsukan sejarah, sampai-sampai dia “melupakan” fakta fundamental bahwa kapitalisme pra-monopoli -- yang sebenarnya mencapai puncaknya pada periode 1870an -- karena karakter-karakter fundamental ekonominya, memiliki karakter yang unik, yakni secara relatif sangat berpihak pada perdamaian dan kebebasan. Imperialisme di lain pihak, yakni kapitalisme monopoli, yang akhirnya matang pada abad ke-20, karena karakter-karakter fundamental ekonominya, memiliki karakter yang paling tidak berpihak pada perdamaian dan kebebasan, yang mana perkembangan militernya mencapai tingkat tertinggi dan universal. Bila kita “gagal mempertimbangkan” ini dalam mendiskusikan sejauh mana sebuah revolusi damai atau kekerasan adalah hal yang tipikal atau hal yang memungkinkan, maka kita telah jatuh ke level seorang kacung kaum borjuasi. Muslihat yang kedua. Komune Paris merupakan kediktatoran proletariat, namun kediktatoran itu dipilih melalui pemilu yang universal, yakni tanpa merampas hak-hak demokrasi dari kaum borjuasi, yakni “secara demokratis”. Dan Kautsky berkata dengan begitu yakinnya: “… kediktatoran proletariat bagi Marx” (atau menurut Marx) adalah “sebuah kondisi yang secara niscaya mengalir dari demokrasi murni, bila proletariat membentuk mayoritas.” (bei überwiegendem Proletariat, S. 21) Argumen Kautsky ini begitu luar biasanya sehingga membuat seseorang menderita embarras de richesses (rasa malu karena kelimpahan ... keberatan-keberatan yang dapat dilemparkan terhadap argumen tersebut). Pertama-tama, semua orang mengetahui dengan sangat baik bahwa kepemimpinan dan lapisan-lapisan atas kaum borjuasi telah melarikan diri dari Paris ke Versailles. Di Versailles ada “sang sosialis” Louis Blanc – yang membuktikan kekeliruan dari pernyataan Kautsky bahwa “semua tendensi” sosialisme mengambil bagian dalam Komune Paris. Sungguh menggelikan kalau pembagian penduduk Paris ke dalam dua kamp yang saling memusuhi, di mana salah satunya adalah seksi borjuasi yang militan dan aktif secara politik, digambarkan sebagai “demokrasi murni” dengan “pemilu universal”. Yang kedua, Komune Paris melancarkan perang melawan Versailles sebagai pemerintahan buruh Prancis melawan pemerintahan borjuis. Apa hubungannya “demokrasi murni” dan “pemilu universal” dengan ini, ketika Paris sedang menentukan nasib Prancis? Ketika Marx menyatakan pendapatnya bahwa Komune Paris telah melakukan sebuah kesalahan ketika ia gagal menyita bank, yang adalah milik seluruh Prancis, apa dia berangkat dari prinsip-prinsip dan praktek “demokrasi murni”? Pada kenyataannya, jelas kalau Kautsky menulis di sebuah negeri di mana polisi melarang rakyat untuk tertawa “secara bergerombolan,” kalau tidak Kautsky sudah akan terbunuh oleh tawa ejekan. Ketiga, mari saya ingatkan Tn. Kautsky, yang telah menghafal Marx dan Engels dengan sangat baik, penilaian berikut ini yang diberikan oleh Engels terhadap Komune Paris dari sudut pandang ... “demokrasi murni”: “Apakah orang-orang ini” (kaum anti-otoriter) “pernah melihat sebuah revolusi? Sebuah revolusi tentunya adalah hal yang paling otoriter yang ada; sebuah tindakan di mana satu bagian dari penduduk memaksakan kehendaknya atas bagian penduduk lainnya dengan penggunaan senapan, bayonet dan meriam – yang semuanya adalah cara-cara yang sangatlah otoriter. Dan pihak yang menang harus mempertahankan kekuasaannya dengan menggunakan senjata-senjatanya yang akan mengilhami teror di antara kaum reaksioner. Apakah Komune Paris dapat bertahan lebih dari sehari jika tidak menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk melawan kaum borjuasi? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat menyalahkan Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan otoritas tersebut?” Inilah “demokrasi murni” Anda! Engels akan mencibir para borjuis kecil vulgar, para “Sosial Demokrat” (di Prancis pada tahun 1840an dan di Eropa secara umum pada 1915-1918), yang berbicara mengenai “demokrasi murni” di dalam masyarakat kelas. Namun, cukup sampai sini saja. Mustahil untuk menyebut satu demi satu berbagai absurditas Kautsky, karena setiap kalimat yang dia ucapkan adalah sumur pengkhianatan yang tak berdasar. Marx dan Engels menganalisis Komune Paris secara detil dan menunjukkan bahwa Komune Paris berusaha menghancurkan dan membubarkan “mesin negara yang sudah jadi”. Marx dan Engels menganggap kesimpulan ini begitu penting sehingga inilah satu-satunya perubahan yang mereka perkenalkan pada tahun 1872 ke dalam program Manifesto Komunis yang sudah (sebagian) “usang”. Marx dan Engels menunjukkan bahwa Komune Paris telah membubarkan angkatan bersenjata dan birokrasi, telah membubarkan parlementerisme, telah menghancurkan “negara, yakni bonggol yang parasitik itu”, dan sebagainya. Namun Kautsky yang bijaksana, justru mengenakan topi tidurnya, mengulang-ulang dongengnya tentang “demokrasi murni”, yang sudah diceritakan ribuan kali oleh para profesor kaum liberal. Tidak mengherankan jika Rosa Luxemburg pada 4 Agustus 1915 menyatakan bahwa Sosial Demokrasi Jerman tak ubahnya mayat yang membusuk. Muslihat yang ketiga. “Ketika kita berbicara tentang kediktatoran sebagai sebuah bentuk pemerintahan, kita tidak dapat berbicara tentang kediktatoran kelas, karena sebuah kelas sebagaimana yang sudah kita tunjukkan, hanya dapat berkuasa tetapi tidak memerintah…“ Hanya “organisasi” dan “partai” yang dapat memerintah. Ini adalah sebuah kekacauan, sebuah kekacauan yang menjijikkan, Tn. “Penasihat yang kacau-balau”. Kediktatoran bukanlah sebuah “bentuk pemerintahan”; ini adalah omong kosong yang konyol. Dan Marx tidak berbicara tentang “bentuk pemerintahan” namun bentuk atau tipe negara. Ini adalah dua hal yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Juga keliru kalau kita mengatakan bahwa sebuah kelas tidak dapat memerintah: absurditas seperti ini hanya dapat dikemukakan oleh seorang “kretin parlementer” yang tidak bisa melihat apa-apa selain parlemen borjuis dan tidak menyadari apapun selain “partai-partai berkuasa”. Setiap negeri di Eropa akan memberikan kepada Kautsky banyak contoh pemerintahan oleh kelas yang berkuasa, seperti misalnya, pemerintahan para tuan tanah di abad pertengahan, kendati organisasi mereka yang tidak memadai. Pendek kata: Kautsky telah, dengan cara yang sungguh tidak ada duanya, telah mendistorsi konsep kediktatoran proletariat, dan telah mengubah Marx menjadi seorang liberal. Dalam kata lain, dia sendiri telah tenggelam ke level seorang liberal yang mengutarakan frase-frase kosong mengenai “demokrasi murni,” mengabaikan demokrasi borjuis dan mengabaikan konten kelasnya, dan di atas segalanya tidak berani berbicara mengenai penggunaan kekerasan revolusioner oleh kelas yang tertindas. Dengan “menginterpretasikan” konsep “kediktatoran revolusioner proletariat” seperti demikian, di mana dia menghapus kekerasan revolusioner dari kelas tertindas terhadap penindasnya, Kautsky telah memecahkan rekor dunia dalam mendistorsi Marx. Bernstein sang pengkhianat terlihat seperti seekor anak anjing dibandingkan dengan Kautsky sang pengkhianat. === Demokrasi Borjuis dan Demokrasi Proletariat === Masalah yang dikacau-balaukan oleh Kautsky sesungguhnya adalah ini. Bila kita tidak ingin menghina akal sehat dan sejarah, jelas bahwa kita tidak bisa berbicara mengenai “demokrasi murni” selama kelas-kelas yang berbeda eksis; kita hanya dapat berbicara mengenai demokrasi kelas. (Mari kita katakan dalam tanda kurung bahwa “demokrasi murni” bukan hanya sebuah frase yang bodoh, yang mengungkapkan ketidakpahaman mengenai perjuangan kelas dan watak negara, tetapi juga sebuah frase yang kosong, karena dalam masyarakat komunis demokrasi akan melayu dalam proses di mana ia berubah dan menjadi sebuah kebiasaan, tetapi tidak akan pernah menjadi demokrasi “murni”.) “Demokrasi murni” adalah sebuah frase tidak-jujur dari seorang liberal yang ingin menipu para buruh. Sejarah mengenal demokrasi borjuis yang menggantikan feodalisme, dan demokrasi proletariat yang akan menggantikan demokrasi borjuis. Ketika Kautsky membaktikan puluhan lembar halaman untuk “membuktikan” bahwa demokrasi borjuis adalah sesuatu yang progresif dibandingkan dengan abad pertengahan, dan bahwa kaum proletariat harus menggunakan demokrasi ini dalam perjuangannya melawan kaum borjuasi, ini pada kenyataannya tidak lebih dari omong kosong liberal untuk menipu buruh. Ini adalah sebuah truisme, tidak hanya bagi Jerman yang terpelajar, tetapi juga bagi Rusia yang tidak terpelajar. Kautsky sesungguhnya melemparkan debu “pintar” ke mata buruh ketika, dengan sombongnya, dia berbicara mengenai Weitling dan kaum Jesuit Paraguay dan banyak hal lainnya, guna menghindari berbicara mengenai esensi borjuis dari demokrasi modern, atau demokrasi kapitalis. Kautsky mengambil dari Marxisme apa yang dapat diterima oleh kaum liberal, oleh kaum borjuasi (kritik terhadap Abad Pertengahan, dan peran historis yang progresif dari kapitalisme secara umum dan demokrasi kapitalis khususnya), dan mencampakkan, bungkam, dan mengabaikan semua yang ada di dalam Marxisme yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi (kekerasan revolusioner kaum proletariat terhadap kaum borjuasi dalam usahanya untuk menghancurkannya). Inilah mengapa Kautsky, karena posisi objektifnya dan tidak peduli apa kepercayaan subjektifnya, secara tak terelakkan membuktikan dirinya sebagai seorang kacung kaum borjuasi. Demokrasi borjuasi, walaupun adalah sebuah kemajuan historis yang besar dibandingkan dengan abad pertengahan, akan selalu terbatas, tidak lengkap, dan munafik, sebuah surga untuk yang kaya dan jebakan dan tipuan bagi yang tertindas, bagi yang miskin. Kebenaran inilah yang membentuk bagian paling penting dari ajaran Marx, yang gagal dipahami oleh Kautsky “sang Marxis”. Mengenai isu fundamental ini Kautsky memberikan “rasa bahagia” kepada kaum borjuasi, alih-alih kritik ilmiah terhadap kondisi-kondisi yang membuat setiap demokrasi borjuis sebagai sebuah demokrasi untuk kaum kaya. Mari kita ingatkan Tn. Kautsky yang sangat terpelajar ini mengenai proposisi teoritis Marx dan Engels, yang telah begitu memalukan dilupakan oleh sang formalis (untuk menyenangkan kaum borjuasi), dan lalu kita akan jelaskan masalah ini dengan sejelas mungkin. Tidak hanya negara zaman kuno dan feodal, tetapi juga “negara modern adalah sebuah instrumen penindasan kerja-upahan oleh kapital” (Engels, dalam karyanya mengenai negara). “Karena negara hanyalah sebuah institusi transisional yang digunakan di dalam perjuangan, di dalam revolusi, untuk menekan musuh-musuh dengan kekerasan, maka adalah omong kosong besar untuk berbicara mengenai ‘negara rakyat yang bebas’; selama kaum proletariat masih membutuhkan negara, mereka memerlukannya bukan untuk kepentingan kebebasan tetapi untuk menekan musuh-musuhnya, dan segera setelah mungkin berbicara mengenai kebebasan maka negara akan berhenti eksis.” (Engels, dalam suratnya kepada Bebel, 28 Maret, 1875) “Akan tetapi, pada kenyataannya negara tidak lain adalah sebuah mesin penindas satu kelas oleh kelas yang lain, dan ini benar di dalam republik demokratis seperti halnya di dalam monarki” (Engels, Pembukaan untuk “Perang Sipil di Prancis” oleh Marx). Pemilu universal adalah “alat ukur kedewasaan dari kelas buruh. Ia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa menjadi lebih dari ini di bawah negara yang ada hari ini.” (Engels, dalam karyanya mengenai negara. Tn. Kautsky mengulang-ulang bagian pertama dari kalimat Engels ini, yang dapat diterima oleh kaum borjuasi. Tetapi bagian kedua yang dalam italik, yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi, Kautsky sang pengkhianat bungkam!) “Komune harus menjadi badan kerja, bukan badan parlementer. Ia harus menjadi badan legislatif dan eksekutif pada saat yang sama ... Alih-alih memutuskan setiap 3 atau 6 tahun anggota kelas penguasa yang mana yang akan mewakili dan menindas (ver- und zertreten) rakyat di Parlemen, pemilu universal harus melayani rakyat yang tergabungkan di dalam Komune, seperti halnya hak pilih individual melayani setiap pemilik modal dalam mencari buruh, mandor, dan akuntan untuk bisnisnya” (Marx, dalam karyanya mengenai Komune Paris, “Perang Sipil di Prancis”). Setiap proposisi di atas, yang sangat diketahui oleh Tn. Kautsky yang sangat terpelajar ini, adalah tamparan di pipinya dan mengekspos pengkhianatannya. Di dalam pamfletnya tidak kita temukan satu pun pemahaman mengenai kebenaran-kebenaran ini. Seluruh pamfletnya adalah penghinaan terhadap Marxisme! Mari kita lihat hukum-hukum dasar dari negara-negara modern, mari kita lihat administrasi mereka, kebebasan berkumpul, kebebasan pers, atau “kesetaraan semua warga negara di mata hukum,” dan kita akan temui di setiap langkah bukti kemunafikan dari demokrasi borjuis, yang sangat dikenal oleh setiap buruh yang sadar-kelas dan jujur. Tidak ada satu pun negara, sedemokratis apapun, yang tidak punya celah di dalam hukum mereka yang menjamin kaum borjuasi untuk bisa mengirim tentara untuk menindas buruh, untuk menyatakan hukum darurat, dan sebagainya, ketika ada “pelanggaran ketertiban umum,” dan ketika kelas tertindas “melanggar” posisi perbudakannya dan mencoba bertingkah tidak seperti budak. Kautsky dengan tanpa malu menghiasi demokrasi borjuis dan tidak menceritakan, misalnya, bagaimana kaum borjuasi yang paling demokratis dan republiken di Amerika atau Swiss menghadapi buruh yang sedang mogok. Kautsky yang bijak dan terpelajar menutup mulutnya mengenai hal-hal ini! Politisi terpelajar ini tidak menyadari bahwa bungkam mengenai hal ini adalah hal yang hina. Dia lebih memilih untuk menceritakan kepada para buruh dongeng-dongeng mengenai demokrasi yang berarti “melindungi minoritas”. Sungguh luar biasa, tetapi inilah kenyataannya! Pada tahun 1918, pada tahun ke-5 dari pembantaian imperialis dan pencekikan para minoritas internasional (yakni mereka-mereka yang tidak mengkhianati sosialisme, seperti para Renaudel dan Longuet, para Scheidemann dan Kautsky, para Henderson dan Webb, dan yang lainnya) di semua “negeri demokratis” di dunia, Tn. Kautsky yang terpelajar dengan manis, dengan teramat manis, menyanyikan puji-pujian mengenai “perlindungan terhadap kaum minoritas”. Mereka-mereka yang tertarik dapat membaca ini pada halaman ke-15 dari pamflet Kautsky. Dan pada halaman ke-16 individu terpelajar ini bercerita mengenai kaum Whig dan Tory di Inggris pada abad ke-18! Sungguh pengetahuan yang luar biasa! Sungguh penghambaan yang teramat santun terhadap kaum borjuasi! Sungguh penyembahan dan penjilatan yang sangat beradab di hadapan kaum kapitalis! Bila saya adalah Krupp atau Scheidemann, atau Clemenceau atau Renaudel, saya akan membayar Tn. Kautsky jutaan dolar, memberikannya ciuman Yudas, memujinya di hadapan buruh dan menyerukan “persatuan sosialis” dengan orang-orang “terhormat” seperti dia. Untuk menulis pamflet yang menentang kediktatoran proletariat, untuk berbicara mengenai kaum Whig dan Tory di Inggris pada abad ke-18, untuk menyatakan bahwa demokrasi berarti “perlindungan terhadap kaum minoritas,” dan bungkam mengenai pogrom terhadap kaum internasionalis di republik “demokratis” Amerika, bukankah ini adalah pelayanan seorang kacung kepada kaum borjuasi? Tn. Kautsky yang terpelajar telah “melupakan” -- secara kebetulan “melupakan”, mungkin -- sebuah “hal sepele”, yakni bahwa partai yang berkuasa di negara demokrasi borjuasi hanya memberikan perlindungan minoritas untuk partai borjuis lainnya. Sementara kaum proletariat, dalam semua isu-isu yang serius dan fundamental, mendapatkan hukum darurat atau pogrom, dan bukannya “perlindungan terhadap minoritas”. Semakin maju sebuah demokrasi, semakin mungkin pogrom atau perang sipil bila ada penyimpangan politik yang berbahaya bagi kaum borjuasi. Tn. Kautsky yang terpelajar dapat saja mempelajari “hukum” demokrasi borjuis ini dalam hubungannya dengan kasus Dreyfus di republik Prancis, dengan pembantaian orang-orang Negro hitam dan kaum internasionalis di republik demokratik Amerika, dengan kasus Irlandia dan Ulster di Inggris, dengan penindasan terhadap kaum Bolshevik dan pogrom terhadap mereka pada April 1917 di republik demokratik Rusia. Saya dengan sengaja memberi sejumlah contoh tidak hanya pada saat perang [Perang Dunia I – Ed.] tetapi juga sebelum perang. Tetapi Tn. Kautsky lebih memilih menutup matanya dari fakta-fakta abad ke-20 ini, dan memilih menceritakan kepada buruh hal-hal penting yang luar biasa baru, menarik, dan mendidik mengenai kaum Whig dan Tory pada abad ke-18! Mari kita ambil parlemen borjuis. Apakah Kautsky tidak pernah mendengar bahwa semakin berkembang demokrasi maka semakin parlemen borjuis ada di bawah kendali bursa saham dan bankir? Ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh menggunakan parlemen borjuis (kaum Bolshevik menggunakan parlemen borjuis lebih baik daripada semua partai yang ada di dunia, karena pada 1912-15 kita memenangkan semua perwakilan buruh di Duma Keempat). Tetapi ini berarti bahwa hanya seorang liberal yang dapat melupakan keterbatasan historis dan watak konvensional dari sistem parlemen borjuis, seperti halnya Kautsky. Bahkan di negara borjuis yang paling demokratis, rakyat tertindas di setiap langkah menemui kontradiksi antara kesetaraan formal yang diproklamirkan oleh “demokrasi” kapitalis dan ribuan hambatan-hambatan dan akal-akalan riil yang membuat kaum proletar menjadi budak-upah. Inilah kontradiksi yang membuka mata rakyat terhadap kebangkrutan, kepalsuan, dan kemunafikan kapitalisme. Inilah kontradiksi yang diekspos oleh para agitator dan propagandis sosialisme kepada rakyat, guna menyiapkan mereka untuk revolusi! Dan sekarang ketika era revolusi telah dimulai, Kautsky memalingkan punggungnya pada revolusi dan mulai memuji-muji demokrasi borjuis yang sudah sekarat. Demokrasi proletariat, yang mana pemerintahan Soviet adalah salah satu bentuknya, telah membawa sebuah perkembangan dan perluasan demokrasi yang tidak ada presedennya di dunia, bagi mayoritas besar rakyat tertindas dan rakyat buruh. Untuk menulis sebuah pamflet mengenai demokrasi, seperti yang dilakukan oleh Kautsky, di mana dua halaman didedikasikan untuk berbicara mengenai kediktatoran dan puluhan halaman untuk “demokrasi murni”, dan gagal menyadari fakta ini, ini berarti mendistorsi sepenuhnya kediktatoran proletariat dengan metode liberal. Mari kita ambil kebijakan luar negeri. Tidak ada satu pun negara borjuis, bahkan yang paling demokratis sekalipun, yang melakukan kebijakan luar negeri mereka secara terbuka. Rakyat di mana-mana dibohongi, dan di Prancis, Swiss, Amerika dan Inggris yang demokratis, ini dilakukan dengan sangat luas dan dengan cara yang jauh lebih halus daripada negeri-negeri lain. Pemerintahan Soviet telah merobek kedok kebijakan luar negeri dengan cara yang revolusioner. Kautsky mengabaikan ini. Dia diam seribu bahasa mengenai ini, walaupun di era peperangan yang buas dan perjanjian-perjanjian rahasia untuk “pembagian daerah-daerah pengaruh” (yakni, untuk partisi dunia di antara bandit-bandit kapitalis) ini adalah hal yang teramat penting, karena pada inilah tergantung masalah perdamaian dan hidup mati puluhan juta rakyat. Mari kita ambil struktur negara. Kautsky memilah-milah semua hal yang “remeh-temeh”, sampai ke argumen bahwa di bawah Konstitusi Soviet pemilu adalah “tidak langsung”. Tetapi dia gagal melihat hal yang terpenting. Dia gagal melihat karakter kelas dari aparatus negara, dari mesin negara. Di bawah demokrasi borjuis, kaum kapitalis, dengan ribuan muslihat -- yang semakin licik dan efektif dengan semakin “murninya” demokrasi – menyingkirkan rakyat dari kerja administratif, dari kebebasan pers, dari kebebasan berkumpul, dll. Pemerintahan Soviet adalah yang pertama di dunia (atau kalau mau lebih tepat, yang kedua, karena Komune Paris sudah mulai melakukan ini) yang melibatkan rakyat, terutama rakyat tertindas, dalam kerja administratif. Rakyat pekerja dihalangi dari partisipasi di dalam parlemen borjuis (mereka tidak pernah memutuskan hal-hal yang penting di bawah demokrasi borjuis, yang diputuskan oleh bursa saham dan bank-bank) oleh ribuan halangan, dan kaum buruh mengetahui dan merasakan, melihat dan menyadari sepenuhnya bahwa parlemen borjuis adalah institusi yang asing bagi mereka, instrumen penindasan terhadap kaum buruh oleh kaum borjuasi, institusinya kelas yang memusuhi mereka, institusinya kaum minoritas yang mengeksploitasi. Soviet adalah organisasi langsung dari rakyat pekerja yang tertindas, yang membantu mereka untuk mengorganisir dan mengurus masalah-masalah mereka dengan berbagai cara. Dan di dalam soviet, kaum pelopor rakyat pekerja tertindas, yakni kaum proletar urban, diuntungkan karena mereka tersatukan oleh pabrik-pabrik besar. Lebih mudah bagi mereka untuk memilih dan mengontrol orang-orang yang mereka pilih. Bentuk organisasi soviet secara otomatis membantu menyatukan semua rakyat tertindas di sekitar kaum pelopor mereka, yakni kaum proletariat. Aparatus borjuis lama – birokrasi, privilese kekayaan, privilese pendidikan borjuis, privilese koneksi sosial, dsb. (semua privilese riil ini semakin beragam bentuknya dengan semakin berkembangnya demokrasi borjuis) -- semua ini menghilang di bawah bentuk organisasi soviet. Kebebasan pers berhenti menjadi sebuah kemunafikan, karena percetakan dan stok kertas direbut dari tangan borjuasi. Hal yang sama juga berlaku untuk bangunan-bangunan terbaik, istana-istana, vila-vila dan rumah-rumah bangsawan. Kekuasaan Soviet menyita ribuan bangunan-bangunan terbaik ini dari tangan kaum penindas dengan satu pukulan, dan dengan ini membuat hak untuk berkumpul, yang tanpanya maka demokrasi adalah palsu, satu juta kali lebih demokratik bagi rakyat. Pemilu-pemilu tidak langsung ke Soviet-soviet non-lokal membuat lebih mudah menyelenggarakan kongres-kongres Soviet. Mereka membuat seluruh aparatus lebih murah, lebih fleksibel, lebih mudah dijangkau oleh buruh dan tani di saat ketika situasi bergejolak dan kita harus bisa dengan cepat me-recall seorang perwakilan soviet kita atau mendelegasikannya ke kongres umum Soviet-soviet. Demokrasi proletariat satu juta kali lebih demokratik dibandingkan demokrasi borjuis manapun; kekuasaan Soviet satu juta kali lebih demokratik dibandingkan dengan republik borjuis yang paling demokratik. Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti entah kita dengan sukarela melayani kaum borjuasi atau kita bebal secara politik seperti paku, tidak mampu melihat kehidupan yang riil dari balik halaman buku-buku borjuis yang penuh debu, dipenuhi dengan prasangka-prasangka demokrasi-borjuis, dan oleh karenanya secara objektif mengubah diri sendiri menjadi seorang kacung borjuasi. Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti kita tidak mampu mengedepankan masalah ini dari sudut pandang kelas-kelas yang tertindas: Apakah ada satu negeri pun di dunia ini, bahkan di antara negeri-negeri borjuis yang paling demokratik sekalipun, di mana buruh jelata, buruh tani jelata, atau semi-proletar di pedesaan (yakni, perwakilan dari kaum yang tertindas, dari mayoritas besar populasi), menikmati kebebasan untuk menyelenggarakan pertemuan di gedung-gedung terbaik, kebebasan untuk menggunakan percetakan terbesar dan stok kertas terbesar untuk mengekspresikan gagasan mereka dan mempertahankan kepentingan mereka, kebebasan untuk mengedepankan perwakilan dari kelasnya sendiri untuk mengurus dan “membentuk” negara, seperti di Soviet Rusia? Tn. Kautsky tidak akan dapat menemukan di negeri manapun bahkan satu dari seribu buruh atau buruh tani yang maju yang tidak tahu jawaban dari pertanyaan di atas. Mengikuti insting mereka, dari mendengar sepotong-sepotong kebenaran dari pers borjuis, kaum buruh dari seluruh dunia bersimpati dengan Republik Soviet karena mereka menganggapnya sebagai demokrasi proletariat, sebuah demokrasi untuk yang miskin, dan bukan demokrasi untuk yang kaya, yang sesungguhnya adalah demokrasi borjuis, bahkan yang terbaik sekalipun. Kita diperintah (dan negara kita “dibentuk”) oleh para birokrat borjuis, oleh para anggota parlemen borjuis, oleh para hakim borjuis – ini adalah kebenaran yang sederhana, jelas, dan tidak dapat diganggu gugat, sebuah kebenaran yang dikenal oleh puluhan dan ratusan juta rakyat dari kelas-kelas tertindas dari pengalaman mereka sendiri, pengalaman yang mereka rasakan dan jalankan setiap hari. Akan tetapi, di Rusia, mesin birokrasi ini telah sepenuhnya dihancurkan dan diluluhlantakkan; para hakim yang lama telah diusir, parlemen borjuis telah dibubarkan – dan perwakilan yang jauh lebih mudah diakses telah diberikan kepada buruh dan tani; Soviet-soviet mereka telah menggantikan para birokrat, atau Soviet-soviet mereka telah diberi kuasa untuk mengendalikan para birokrat, dan Soviet-soviet mereka telah diberikan otoritas untuk memilih para hakim. Fakta ini sendiri saja sudah cukup bagi semua kelas-kelas yang tertindas untuk mengakui bahwa kekuasaan Soviet, yakni bentuk kediktatoran proletariat yang sekarang, adalah satu juta kali lebih demokratis dibandingkan republik borjuis yang paling demokratis. Kautsky tidak memahami kebenaran ini, yang begitu jelas bagi setiap buruh, karena dia telah “melupakan” untuk bertanya: demokrasi untuk kelas yang mana? Dia berbicara dari sudut pandang demokrasi “murni” (yakni demokrasi non-kelas? atau demokrasi yang di atas kelas?). Dia berargumen seperti Shylock: “satu pon daging saya” dan tidak lebih. Kesetaraan bagi semua warga negara – kalau tidak demikian, maka ini bukan demokrasi. Kita harus bertanya kepada Kautsky “sang Marxis” dan “sang Sosialis” yang terpelajar ini: Apakah mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi? Sungguh memalukan kalau pertanyaan seperti ini harus ditanyakan dalam mendiskusikan buku yang ditulis oleh pemimpin ideologi Internasional Kedua. Tetapi “setelah siap untuk membajak, tidak boleh menoleh ke belakang,” dan setelah memulai menulis mengenai Kautsky, saya harus menjelaskan kepada orang terpelajar ini mengapa tidak mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi. === Apakah mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi? === Kautsky memaparkan argumennya seperti berikut ini: (1) “Yang mengeksploitasi selalu hanya membentuk minoritas kecil di dalam populasi.” (hal. 14 dari pamflet Kautsky) Ini benar. Berangkat dari sini, apa argumennya? Kita dapat berargumen dengan metode Marxis, dengan metode sosialis, yakni kita mulai dari hubungan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi. Atau kita dapat berargumen dengan metode liberal, dengan metode demokrasi-borjuis. Dan bila demikian, kita akan mulai dari hubungan antara mayoritas dan minoritas. Bila kita berargumen secara Marxis, kita harus mengatakan: kaum yang mengeksploitasi niscaya mengubah negara (dan kita sedang berbicara mengenai demokrasi, yakni salah satu bentuk negara) menjadi sebuah instrumen untuk kekuasaan kelas mereka. Oleh karenanya, selama ada kaum pengeksploitasi yang berkuasa atas mayoritas yang tereksploitasi, negara demokratis ini niscaya adalah demokrasi untuk kaum pengeksploitasi. Sebuah negara kaum tereksploitasi secara fundamental harus berbeda dari negara kaum pengeksploitasi; ia haruslah berupa demokrasi untuk yang tereksploitasi, dan alat untuk menindas yang mengeksploitasi; dan penindasan terhadap sebuah kelas berarti ketidaksetaraan untuk kelas tersebut, ini berarti kelas tersebut disisihkan dari “demokrasi”. Bila kita berargumen secara liberal, kita harus mengatakan: mayoritas memutuskan, minoritas tunduk. Mereka yang tidak tunduk akan dihukum. Begitu saja. Tidak ada yang perlu dikatakan mengenai karakter kelas dari negara secara umum, atau mengenai “demokrasi murni” khususnya, karena ini tidaklah relevan, karena mayoritas adalah mayoritas dan minoritas adalah minoritas. Satu pon daging adalah satu pon daging, dan begitu saja. Dan begini cara Kautsky berargumen: (2) “Mengapa kekuasaan oleh kaum proletariat harus mengambil sebuah bentuk yang tidak kompatibel dengan demokrasi?” (hal. 21) Lalu ini disusul dengan penjelasan yang sangat terperinci dan panjang lebar, yang didukung oleh sebuah kutipan dari Marx dan hasil pemilu Komune Paris, di mana proletariat adalah mayoritas. Kesimpulannya adalah: “Sebuah rejim yang mendapatkan dukungan yang sangat kuat dari rakyat tidak punya alasan sama sekali untuk melanggar demokrasi. Ia tidak dapat menggunakan kekerasan ketika kekerasan ini digunakan untuk menekan demokrasi. Kekerasan hanya dapat dilawan dengan kekerasan. Tetapi sebuah rejim yang tahu bahwa ia punya dukungan rakyat akan menggunakan kekerasan hanya untuk melindungi demokrasi dan bukan untuk menghancurkan demokrasi. Adalah bunuh diri kalau rejim ini mencampakkan dukungan yang begitu kuat dari pemilu universal, yang merupakan sumber otoritas moral yang besar.” (hal. 22) Seperti yang kita lihat, hubungan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi telah hilang di dalam argumen Kautsky. Yang ada hanya mayoritas secara umum, minoritas secara umum, demokrasi secara umum, “demokrasi murni” yang telah kita kenal dengan baik. Dan semua ini katanya berkaitan dengan Komune Paris! Untuk lebih jernihnya saya akan mengutip Marx dan Engels, guna menunjukkan apa yang mereka katakan mengenai kediktatoran dalam kaitannya dengan Komune Paris: Marx: “... Ketika kaum buruh menggantikan kediktatoran borjuis dengan kediktatoran revolusioner mereka ... untuk meluluhlantakkan perlawanan balik dari kaum borjuasi ... kaum buruh memberikan negara ini bentuk yang revolusioner dan transisional ...” Engels: “... Dan pihak yang memang (di dalam sebuah revolusi) harus mempertahankan kekuasaannya dengan senjatanya yang akan mengilhami teror di antara kaum reaksioner. Apakah Komune Paris dapat bertahan lebih dari sehari jika tidak menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk melawan kaum borjuis? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat menyalahkan Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan otoritas tersebut?” Engels: “Karena negara hanyalah sebuah institusi transisional yang digunakan di dalam perjuangan, di dalam revolusi, untuk menekan musuh-musuh dengan kekerasan, maka adalah omong kosong besar untuk berbicara mengenai ‘negara rakyat yang bebas’; selama kaum proletariat masih membutuhkan negara, mereka memerlukannya bukan untuk kepentingan kebebasan tetapi untuk menekan musuh-musuhnya, dan segera setelah mungkin berbicara mengenai kebebasan maka negara akan berhenti eksis.” Kautsky begitu terpisah dari Marx dan Engels seperti surga dan neraka, seperti seorang liberal dan seorang revolusioner proletariat. Demokrasi murni dan “demokrasi” sederhana yang dibicarakan oleh Kautsky hanyalah parafrasa dari “negara rakyat bebas”, yakni omong kosong besar. Kautsky, dengan aura pengetahuan dari seorang bodoh yang terpelajar, atau dengan keluguan anak sekolah yang berumur 10 tahun, bertanya: Mengapa kita membutuhkan sebuah kediktatoran ketika kita memiliki mayoritas? Dan Marx dan Engels menjelaskan: -- Untuk meluluhlantakkan perlawanan balik dari kaum borjuasi; -- Untuk mengilhami rasa takut di antara kaum reaksioner; -- Untuk mempertahankan otoritas dari rakyat yang bersenjata dalam melawan kaum borjuasi; -- Agar kaum proletariat dapat menekan musuh-musuhnya secara paksa. Kautsky tidak memahami penjelasan-penjelasan ini. Begitu jatuh cintanya dia pada “kemurnian” demokrasi, dan tidak dapat melihat karakter borjuasinya, dia “secara konsisten” menyerukan agar pihak mayoritas, karena mereka adalah mayoritas, tidak perlu “menghancurkan perlawanan balik” dari pihak minoritas, tidak perlu “secara paksa menekannya”. Kita hanya perlu menekan kasus-kasus pelanggaran demokrasi. Begitu jatuh cintanya Kautsky dengan “kemurnian” demokrasi, dia dengan tidak sengaja melakukan kesalahan kecil yang selalu dilakukan oleh kaum demokrat borjuis, yakni dia menyamakan kesetaraan formal (yang tidak lain adalah palsu dan munafik di bawah kapitalisme) dengan kesetaraan yang sesungguhnya! Yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi tidak bisa setara. Kebenaran ini, tidak peduli betapa tidak menyenangkannya bagi Kautsky, membentuk esensi dari sosialisme. Kebenaran yang lain: tidak akan pernah bisa ada kesetaraan yang sesungguhnya sampai semua kemungkinan eksploitasi satu kelas oleh kelas yang lain telah benar-benar dihancurkan. Kaum pengeksploitasi bisa dikalahkan dengan satu pukulan bila pemberontakan berhasil di pusat, atau bila ada pemberontakan di dalam angkatan bersenjata. Tetapi kecuali dalam kasus yang benar-benar unik dan langka, kaum pengeksploitasi tidak bisa dihancurkan dengan satu pukulan. Mustahil untuk menyita semua tuan tanah dan kapitalis di negeri yang besar dengan sekaligus. Terlebih lagi, penyitaan saja, sebagai sebuah aksi legal atau politik, tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan, karena kita harus melengserkan para tuan tanah dan kapitalis secara konkret, kita harus menggantikan manajemen pabrik dan pertanian mereka dengan manajemen yang berbeda, manajemen buruh, secara konkret. Tidak bisa ada kesetaraan antara pengeksploitasi – yang selama puluhan generasi kondisi hidupnya lebih baik karena pendidikan, kekayaan, dan kebiasaan mereka – dan yang dieksploitasi, yang mayoritas dari mereka bahkan di republik-republik yang paling maju dan demokratik adalah kaum miskin yang terbelakang, tidak terdidik, penakut, dan terpecah belah. Untuk waktu yang lama setelah revolusi, kaum pengeksploitasi secara tak terelakkan masih akan memiliki sejumlah keunggulan praktis yang besar: mereka masih punya uang (karena mustahil untuk menghapus uang dengan sekaligus); mereka masih punya sejumlah properti yang mudah dipindah-pindahkan – sering kali ini cukup besar; mereka masih punya berbagai koneksi, kemampuan berorganisasi dan manajemen; pengetahuan akan semua “rahasia” manajemen (metode-metode); pendidikan yang lebih baik; koneksi yang dekat dengan teknisi-teknisi ulung (yang hidup dan berpikir seperti kaum borjuasi); jauh lebih berpengalaman dalam seni berperang (ini sangatlah penting), dan seterusnya. Bila kaum pengeksploitasi dikalahkan hanya di satu negeri – dan ini tentunya adalah tipikal, karena revolusi yang bersamaan di sejumlah negeri adalah sebuah pengecualian yang langka – mereka masih akan tetap lebih kuat daripada kaum tereksploitasi, karena koneksi internasional mereka sangatlah besar. Semua revolusi telah membuktikan bahwa satu lapisan dari kaum tereksploitasi, yang datang dari petani menengah, artisan, dan kelompok-kelompok serupa yang paling terbelakang, mendukung kaum pengeksploitasi. Termasuk juga Komune (karena ada juga proletariat di antara tentara Versailles, yang “dilupakan” oleh Kautsky). Dalam situasi seperti ini, untuk berasumsi bahwa sebuah revolusi, yang merupakan isu yang sangatlah penting dan serius, ditentukan oleh relasi antara mayoritas dan minoritas adalah puncak dari kebodohan, prasangka yang paling konyol dari seorang liberal, dan usaha untuk menipu rakyat dengan menutup-nutupi dari mereka sebuah kebenaran historis yang telah terbukti. Kebenaran historis ini adalah bahwa di setiap revolusi yang besar kaum pengeksploitasi, yang selama bertahun-tahun masih akan memiliki sejumlah keunggulan praktis yang penting, akan selalu mengobarkan perlawanan yang berkepanjangan, keras-kepala, dan nekat. Tidak akan pernah – kecuali di dalam mimpi sentimentil dari Kautsky, sang bodoh yang sentimentil – kaum pengeksploitasi akan tunduk pada keputusan dari mayoritas yang tereksploitasi tanpa mencoba menggunakan semua keunggulan mereka dalam sebuah pertempuran terakhir yang nekat atau serangkaian pertempuran. Transisi dari kapitalisme ke komunisme membutuhkan waktu satu epos sejarah. Sampai epos ini selesai, kaum pengeksploitasi niscaya akan selalu mengharapkan restorasi, dan harapan ini berubah menjadi usaha-usaha untuk restorasi. Setelah kekalahan serius mereka yang pertama, kaum pengeksploitasi yang tertumbangkan – yang tidak menyangka mereka dapat ditumbangkan, tidak pernah percaya kalau ini mungkin, dan tidak pernah mengakui penumbangan mereka – akan melempar diri mereka dengan kekuatan yang berlipat sepuluh kali, dengan gairah yang penuh kegeraman dan kebencian yang tumbuh seratus kali lipat, ke dalam pertempuran untuk mengembalikan “surga” mereka, yang telah direbut dari mereka. Mereka akan bertempur demi keluarga mereka, yang telah menjalani kehidupan yang begitu indah dan penuh kemudahan, yang sekarang oleh “massa rakyat jelata” dihancurkan dan dijadikan miskin (atau dijadikan buruh “biasa”). Di belakang kaum kapitalis adalah sejumlah lapisan luas borjuis kecil. Puluhan tahun pengalaman sejarah dari semua negeri telah membuktikan bahwa mereka tidak tegas dan selalu ragu. Satu hari mereka berbaris di belakang kaum proletariat, dan esok harinya mereka merasa takut akan kesulitan-kesulitan dari revolusi. Mereka menjadi panik ketika buruh mengalami kekalahan atau setengah-kekalahan mereka yang pertama, menjadi gelisah, kebingungan, mengeluh, dan tergopoh-gopoh menyebrang dari satu kamp ke kamp lainnya – seperti kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner kita. Di situasi seperti ini, di dalam sebuah epos peperangan yang teramat akut, ketika sejarah mengajukan pertanyaan mengenai eksistensi dari privilese kelas penguasa yang sudah ada selama ribuan tahun, ketika di momen seperti ini ada yang berbicara mengenai mayoritas dan minoritas, mengenai demokrasi murni, mengenai tidak diperlukannya kediktatoran, dan mengenai kesetaraan antara yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi! Sungguh kebodohan yang tak ada batasnya dan filistinisme yang bukan kepalang! Akan tetapi, selama puluhan tahun keberadaan kapitalisme yang relatif “damai” dari tahun 1871 sampai 1914, sampah filistinisme, kedunguan, dan pengkhianatan menumpuk di partai-partai sosialis yang beradaptasi pada oportunisme ... *** Para pembaca mungkin telah melihat bagaimana Kautsky, di paragraf yang dikutip di atas, berbicara mengenai usaha untuk melanggar hak pilih universal (di mana dia menggambarkan hak pilih universal sebagai sumber otoritas moral yang besar, sementara Engels, dalam kaitannya dengan Komune Paris dan masalah kediktatoran proletariat, berbicara mengenai otoritas dari rakyat yang bersenjata dalam melawan kaum borjuasi – sungguh perbedaan yang mencolok antara seorang filistin dan seorang revolusioner dalam memandang “otoritas”...) Perampasan hak pilih dari kaum pengeksploitasi adalah murni kasus Rusia, dan ini bukan masalah kediktatoran proletariat secara umum. Bila saja Kautsky, dengan mengesampingkan kemunafikannya, memberi judul pamfletnya “Menentang Kaum Bolshevik”, judul ini akan sesuai dengan isi pamfletnya, dan Kautsky akan dibenarkan dalam berbicara secara blak-blakan mengenai hak pilih ini. Tetapi Kautsky ingin tampil terutama sebagai “teoretikus”. Dia menyebut pamfletnya “Kediktatoran Proletariat” – secara umum. Dia berbicara mengenai Soviet-soviet dan mengenai Rusia terutama hanya di bagian kedua dari pamfletnya, di mulai dari paragraf keenam. Topik yang ditelaahnya di bagian pertama (yang saya kutip) adalah demokrasi dan kediktatoran secara umum. Dalam berbicara mengenai hak pilih, Kautsky menampilkan dirinya sebagai seorang musuh Bolshevik, yang sama sekali tidak peduli teori. Karena teori, yakni penalaran mengenai fondasi kelas dari demokrasi dan kediktatoran secara umum (dan bukan yang spesifik secara nasional), harus berbicara bukan mengenai masalah yang spesifik, seperti hak pilih, tetapi mengenai pertanyaan yang umum: apakah demokrasi dapat dipertahankan untuk kaum kaya, untuk kaum pengeksploitasi di dalam periode sejarah di mana kekuasaan mereka ditumbangkan dan negara mereka digantikan oleh negara kaum yang tereksploitasi. Inilah satu-satunya cara seorang teoretikus dapat mengajukan pertanyaan ini. Kita tahu contoh Komune Paris. Kita tahu semua yang telah dikatakan oleh para bapak Marxisme mengenai ini. Di atas basis materi-materi ini saya memeriksa, misalnya, masalah demokrasi dan kediktatoran di dalam pamflet saya, “Negara dan Revolusi” yang ditulis sebelum Revolusi Oktober. Saya sama sekali tidak berbicara mengenai pembatasan hak suara. Dan sekarang masalah pembatasan hak suara adalah masalah yang spesifik secara nasional, dan bukan masalah kediktatoran secara umum. Dalam melakukan pendekatan terhadap masalah pembatasan hak suara, kita harus mempelajari kondisi-kondisi spesifik dari Revolusi Rusia dan alur perkembangannya yang spesifik. Ini akan kita lakukan di bagian selanjutnya di pamflet ini. Akan tetapi, akan menjadi sebuah kekeliruan kalau kita sejak awal menjamin bahwa revolusi-revolusi yang akan datang di Eropa semuanya, atau mayoritas, akan disertai dengan pembatasan hak suara kaum borjuasi. Mungkin saja demikian. Setelah peperangan dan pengalaman Revolusi Rusia mungkin saja demikian; tetapi pembatasan hak suara bukanlah hal yang niscaya di dalam kediktatoran, ia bukanlah sesuatu yang diharuskan dari konsep logis “kediktatoran”. Ia sama sekali bukan kondisi yang diharuskan di dalam konsep historis dan kelas “kediktatoran”. Kondisi yang diharuskan dari kediktatoran adalah penindasan paksa terhadap kaum pengeksploitasi sebagai sebuah kelas, dan, oleh karenanya, pelanggaran “demokrasi murni”, yakni kesetaraan dan kebebasan, dalam kaitannya terhadap kelas tersebut. Inilah satu-satunya cara masalah ini dapat dikedepankan secara teoritis. Karena ia gagal melakukan ini, Kautsky telah menunjukkan bahwa dia menentang kaum Bolshevik bukan sebagai seorang teoretikus, tetapi sebagai seorang penjilat kaum oportunis dan borjuasi. Di negeri mana, dan dengan mempertimbangkan fitur-fitur nasional kapitalisme yang ada, demokrasi bagi kaum pengeksploitasi akan dalam satu atau lain bentuk dibatasi (sepenuhnya atau sebagian saja) dan dilanggar adalah masalah fitur-fitur nasional yang spesifik dari kapitalisme ini atau itu, dari revolusi ini atau itu. Pertanyaan teoritisnya berbeda: apakah kediktatoran proletariat mungkin tanpa melanggar demokrasi dari kelas yang mengeksploitasi? Inilah pertanyaan, satu-satunya pertanyaan yang penting dan esensial secara teoritis, yang dihindari oleh Kautsky. Dia telah mengutip banyak paragraf dari Marx dan Engels, kecuali paragraf-paragraf yang berkaitan dengan pertanyaan ini, dan yang telah saya kutip di atas. Kautsky berbicara mengenai apapun yang kau sukai, mengenai apapun yang dapat diterima oleh kaum liberal dan kaum demokrat borjuis, dan tidak keluar dari kerangka gagasan mereka. Tetapi dia tidak berbicara mengenai hal yang terutama, yakni kenyataan bahwa kaum proletariat tidak dapat meraih kemenangan tanpa mematahkan perlawanan kaum borjuasi, tanpa secara paksa menekan musuh-musuh mereka. Di mana ada “penekanan secara paksa”, di mana tidak ada “kebebasan”, maka tentunya tidak ada demokrasi. Ini tidak dipahami oleh Kautsky. *** Kita sekarang harus memeriksa pengalaman Revolusi Rusia, dan perbedaan antara Soviet dan Majelis Konstituante, yang berakhir pada pembubaran yang belakangan ini dan pembatalan hak suara kaum borjuasi. === Soviet Tidak Berani Menjadi Organisasi Negara === Soviet adalah bentuk kediktatoran proletariat di Rusia. Bila seorang teoretikus Marxis, yang menulis sebuah karya mengenai kediktatoran proletariat, benar-benar telah mempelajari topik ini (dan tidak serta-merta mengulang-ulang keluhan-keluhan borjuis-kecil terhadap kediktatoran, seperti yang dilakukan oleh Kautsky, yang menyanyikan lagu Menshevik), dia akan pertama-tama memberikan definisi umum untuk kediktatoran, dan dia akan kemudian memeriksa bentuknya yang unik secara nasional, yakni Soviet. Dia akan memberikan kritiknya terhadap Soviet sebagai salah satu bentuk kediktatoran proletariat. Sungguh tidak ada hal yang serius yang bisa diharapkan dari Kautsky setelah “interpretasi” liberalnya terhadap ajaran-ajaran Marx mengenai kediktatoran. Tetapi cara dia melakukan pendekatan terhadap masalah apa itu Soviet, dan cara dia menjawab masalah ini sangatlah khas. Soviet, katanya, mengingat munculnya mereka pada 1905, menciptakan “bentuk organisasi proletariat yang paling inklusif (umfassendste), karena ia merangkul semua pekerja upahan.” (hal. 31) Pada 1905 soviet-soviet hanyalah badan-badan yang bersifat lokal; pada 1917 mereka menjadi sebuah organisasi nasional. Kautsky melanjutkan: “Bentuk organisasi Soviet telah memiliki sejarah yang hebat dan mulia di belakangnya, dan ia masih memiliki masa depan yang bahkan lebih hebat di depannya, dan bukan hanya di Rusia saja. Di mana-mana tampaknya metode-metode perjuangan ekonomi dan politik kaum proletariat yang lama sudah tidak memadai (versagen; ekspresi Jerman ini lebih kuat daripada “tidak memadai” dan lebih lemah daripada “impoten”) dalam melawan kekuatan ekonomi dan politik yang ada di tangan kapital finans. Metode-metode lama ini tidak bisa dicampakkan; mereka masih tak-tergantikan pada masa-masa normal; tetapi dari waktu ke waktu ada tugas-tugas yang muncul yang tidak dapat mereka penuhi, tugas-tugas yang hanya bisa dipenuhi secara berhasil dengan kombinasi dari semua instrumen kekuatan politik dan ekonomi kelas buruh.” (hal.32) Lalu ini diikuti dengan sebuah penalaran mengenai pemogokan massa dan “birokrasi serikat buruh” – yang juga dibutuhkan seperti serikat-serikat buruh – yang “tidak berguna dalam memimpin pertempuran-pertempuran massa yang besar, yang menjadi semakin sering terjadi ...” “Oleh karenanya,” Kautsky menyimpulkan, “bentuk organisasi Soviet adalah salah satu fenomena terpenting di jaman kita. Ia memiliki peluang untuk memainkan peran yang menentukan di dalam pertempuran-pertempuran besar yang menentukan antara kapital dan buruh, yang mana kita sedang bergerak ke arah sana.” “Tetapi, apakah kita punya hak untuk menuntut lebih dari Soviet? Kaum Bolshevik, setelah Revolusi November (penanggalan baru, atau Revolusi Oktober sesuai dengan penanggalan lama Rusia), bersama-sama dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mengamankan mayoritas di dalam Soviet Perwakilan Buruh Rusia, dan setelah pembubaran Majelis Konstituante, mereka memulai mentransformasi Soviet-soviet dari organisasi perjuangan sebuah kelas menjadi organisasi negara. Mereka menghancurkan demokrasi yang telah dimenangkan oleh rakyat Rusia pada Revolusi Maret (penanggalan lama, atau Revolusi Februari sesuai dengan penanggalan lama Rusia). Bersamaan dengan ini, kaum Bolshevik telah berhenti memanggil diri mereka sendiri kaum Sosial-Demokrat. Mereka memanggil diri mereka Komunis.” (hal. 33., italik dari Kautsky) Mereka-mereka yang mengenal literatur Menshevik Rusia akan segera melihat bagaimana Kautsky secara menghamba mengkopi Martov, Axelrod, Stein dan yang lainnya. Ya, “secara menghamba”, karena Kautsky dengan seenaknya mendistorsi fakta-fakta demi mengekori prasangka-prasangka Menshevik. Kautsky tidak ambil pusing, misalnya, untuk menanyakan para informannya (Stein di Berlin, atau Axelrod di Stockholm) kapan masalah penggantian nama Bolshevik menjadi Komunis dan kapan masalah signifikansi Soviet sebagai organisasi negara pertama kali dikemukakan. Bila saja Kautsky menanyakan pertanyaan sederhana ini, dia tidak akan menulis baris-baris yang konyol ini, karena kedua masalah ini dikemukakan oleh kaum Bolshevik pada April 1917, misalnya di “Tesis” 4 April 1917 saya, yakni jauh sebelum Revolusi Oktober 1917 (dan, tentu saja, jauh sebelum pembubaran Majelis Konstituante pada 5 Januari 1918). Tetapi argumen Kautsky yang telah saya kutip sepenuhnya mewakili inti dari seluruh masalah mengenai Soviet. Intinya adalah: apakah Soviet harus berusaha menjadi organisasi negara (pada April 1917, kaum Bolshevik mengedepankan slogan “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet!” dan pada Konferensi Partai Bolshevik yang diselenggarakan pada bulan yang sama mereka menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan republik parlementer borjuis, tetapi menuntut sebuah republik buruh dan tani seperti tipe Komune Paris atau tipe Soviet); atau apakah Soviet tidak boleh berusaha untuk mencapai ini, dan menahan diri dari merebut kekuasaan ke tangannya, menahan diri dari menjadi organisasi negara dan tetap menjadi “organisasi perjuangan” dari “sebuah kelas” (seperti yang diekspresikan oleh Martov, yang dengan harapan lugunya menutup-nutupi kenyataan bahwa di bawah kepemimpinan Menshevik Soviet adalah instrumen yang digunakan untuk menundukkan kaum buruh di bawah borjuasi). Kautsky secara menghamba mengulang kata-kata Martov, memilah fragmen-fragmen dari polemik teoritis antara Bolshevik dan Menshevik, dan secara tidak kritis dan seenaknya mencangkokkan mereka ke bidang teori dan Eropa secara umum. Hasilnya adalah sebuah tambal sulam yang begitu buruk sehingga mengundang tawa keras dari setiap buruh Rusia yang sadar kelas yang membaca argumen-argumen Kautsky ini. Ketika kita menjelaskan apa isu utamanya, setiap buruh di Eropa (kecuali segelintir kaum imperialis-sosial yang tak bertulang punggung) akan menyambut Kautsky dengan tawa yang sama kerasnya. Kautsky telah memberikan Martov bantuan yang tak terduga dengan mengembangkan kesalahannya menjadi sebuah absurditas yang mencolok. Coba kita lihat apa argumen Kautsky sebenarnya. Soviet merangkul semua pekerja upahan. Metode-metode perjuangan ekonomi dan politik kaum proletariat yang lama sudah tidak memadai dalam melawan kapital finans. Soviet punya peran yang besar di masa depan, dan tidak hanya di Rusia. Mereka akan memainkan peran yang menentukan di dalam pertempuran-pertempuran besar yang menentukan antara kapital dan buruh di Eropa. Inilah yang dikatakan oleh Kautsky. Luar biasa. Tetapi bukankah “pertempuran-pertempuran yang menentukan antara kapital dan buruh” akan menentukan kelas mana yang akan merebut kekuasaan negara? Tidak boleh sama sekali! Ini haram! Soviet, yang merangkul semua pekerja upahan, tidak boleh menjadi organisasi negara di dalam pertempuran-pertempuran “yang menentukan”! Tetapi apa itu negara? Negara tidak lain adalah mesin bagi satu kelas untuk menindas kelas yang lainnya. Oleh karenanya, kelas yang tereksploitasi, kaum pelopor dari semua rakyat pekerja dan rakyat yang tereksploitasi di masyarakat modern, harus berusaha bergerak ke “pertempuran-pertempuran menentukan antara kapital dan buruh”, tetapi tidak boleh menyentuh mesin negara yang digunakan oleh kapital untuk menindas buruh! Mereka tidak boleh menghancurkan mesin tersebut! Mereka tidak boleh menggunakan organisasinya yang sepenuhnya-inklusif untuk menindas kaum pengeksploitasi! Luar biasa, Tn. Kautsky, luar biasa! “Kita” mengakui perjuangan kelas – seperti halnya semua kaum liberal mengakuinya, yakni tanpa penggulingan kaum borjuasi ... Di sinilah perpecahan Kautsky dengan Marxisme dan sosialisme menjadi jelas. Sesungguhnya, ini adalah pembelotan ke kamp borjuasi, yang siap memberikan segala macam konsesi kecuali transformasi organisasi kelas tertindas menjadi organisasi negara. Kautsky sudah tidak bisa lagi menyelamatkan posisinya yang ingin mendamaikan segalanya dan menghindari semua kontradiksi-kontradiksi utama dengan kata-kata. Kautsky sepenuhnya menolak perebutan kekuasaan negara oleh kelas buruh, atau dia menerima bahwa kelas buruh boleh mengambil alih mesin negara borjuis yang lama. Tetapi dia tidak akan pernah menerima bahwa kelas buruh harus menghancurkan negara borjuis yang lama dan menggantikannya dengan mesin proletar yang baru. Bagaimanapun argumen-argumen Kautsky “diinterpretasikan”, atau “dijelaskan”, perpecahan dia dengan Marxisme dan pembelotan dia ke kamp borjuasi adalah jelas. Di “Manifesto Komunis”, Marx menjelaskan bentuk negara seperti apa yang dibutuhkan oleh kelas buruh yang menang. Dia menulis: “negara, yakni, kelas proletar yang terorganisir sebagai kelas penguasa.” Sekarang ada seseorang, yang masih mengklaim dirinya sebagai seorang Marxis, maju ke depan dan menyatakan bahwa kaum proletariat, yang sepenuhnya terorganisir dan mengobarkan “pertempuran menentukan” melawan kapital, tidak boleh mengubah organisasi kelasnya menjadi organisasi negara. Di sini Kautsky telah menunjukkan “takhayul mengenai negara”, yang di Jerman, seperti yang ditulis oleh Engels pada 1891, “telah merasuk ke dalam pemikiran umum kaum borjuasi dan bahkan banyak buruh.” Buruh, berjuanglah! -- Para filistin kita “setuju” dengan ini (semua kaum borjuasi juga “setuju” dengan ini, karena buruh tetap akan berjuang, dan satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah mencari cara untuk menumpulkan pisau mereka) – berjuanglah, tetapi jangan berani-berani menang! Jangan hancurkan mesin negara borjuis, jangan gantikan “organisasi negara” borjuis dengan “organisasi negara” proletar! Siapa pun yang secara jujur setuju dengan gagasan Marxis bahwa negara tidak lain adalah sebuah mesin yang digunakan satu kelas untuk menindas kelas yang lain, dan yang telah mempertimbangkan kebenaran ini, tidak akan pernah dapat meraih kesimpulan yang konyol bahwa organisasi proletar yang dapat mengalahkan kapital finans tidak boleh mengubah dirinya menjadi organisasi negara. Pada poin inilah tersibak kaum borjuis kecil yang percaya bahwa “setelah semuanya” negara adalah sesuatu yang ada di luar kelas atau di atas kelas. Mengapa kelas proletariat, “sebuah kelas”, diperbolehkan mengobarkan perjuangan yang tak kunjung padam melawan kapital¸ yang menindas tidak hanya proletariat tetapi juga seluruh rakyat, seluruh borjuasi kecil, seluruh kaum tani, tetapi “kelas yang satu ini” tidak diperbolehkan mengubah organisasinya menjadi sebuah organisasi negara? Karena kaum borjuis kecil takut terhadap perjuangan kelas, dan tidak dapat membawa perjuangan kelas ke kesimpulan logisnya, ke tujuan utamanya. Kautsky menjadi bingung sendiri dan mengekspos dirinya sendiri. Dia sendiri mengakui bahwa Eropa sedang bergerak ke arah pertempuran-pertempuran menentukan antara kapital dan buruh, dan bahwa metode-metode perjuangan ekonomi dan politik kelas proletariat yang lama sudah tidak memadai. Tetapi metode-metode lama ini justru adalah penggunaan demokrasi borjuis. Oleh karenanya ...? Tetapi Kautsky takut memikirkan kelanjutannya. ... Oleh karenanya hanya seorang reaksioner, seorang musuh kelas buruh, seorang kacung borjuasi, yang sekarang dapat memalingkan mukanya ke masa lalu yang sudah usang, menghiasi demokrasi borjuis dan berkoar-koar tentang demokrasi murni. Demokrasi borjuis dulunya progresif dibandingkan dengan abad pertengahan, dan ia harus digunakan. Tetapi sekarang ia sudah tidak lagi memadai bagi kelas buruh. Sekarang kita harus menatap ke depan alih-alih ke belakang – untuk menggantikan demokrasi borjuis dengan demokrasi proletariat. Dan sementara kerja persiapan untuk revolusi proletariat, pembentukan dan pelatihan pasukan proletar adalah mungkin (dan diperlukan) di dalam kerangka negara demokratik-borjuis, sekarang ketika kita telah sampai pada tahapan “pertempuran menentukan”, untuk membatasi proletariat ke dalam kerangka ini berarti mengkhianati perjuangan proletariat, berarti menjadi seorang pengkhianat. Kautsky telah membuat dirinya sendiri tampak konyol dengan mengulangi argumen Martov tanpa mengetahui bahwa dalam kasus Martov argumen ini adalah berdasarkan argumen lain yang dia, Kautsky, tidak gunakan! Martov mengatakan (dan Kautsky mengulanginya) bahwa Rusia belumlah matang untuk sosialisme. Dari ini, secara logis maka terlalu dini untuk mentransformasi Soviet dari organ perjuangan menjadi organisasi negara (baca: adalah waktu yang tepat untuk mentransformasi Soviet, dengan bantuan para pemimpin Menshevik, menjadi instrumen untuk menundukkan kaum buruh ke bawah kaum borjuasi imperialis). Akan tetapi, Kautsky tidak dapat mengatakan secara terbuka bahwa Eropa belumlah matang untuk sosialisme. Pada 1909, ketika dia belumlah menjadi seorang pengkhianat, dia menulis bahwa tidak ada alasan untuk takut terhadap revolusi yang prematur, bahwa siapa pun yang menyangkal revolusi karena takut akan kekalahan adalah seorang pengkhianat. Kautsky tidak berani membantah ini secara terbuka. Dan oleh karenanya kita mendapati absurditas, yang dengan sepenuhnya menyibak kebodohan dan kepengecutan dari seorang borjuis kecil: di satu pihak, Eropa sudah matang untuk sosialisme dan bergerak ke arah pertempuran menentukan antara kapital dan buruh; tetapi, di lain pihak, organisasi perjuangan (yakni organisasi yang lahir, tumbuh, dan bertambah kuat melalui perjuangan), organisasi proletariat, sang pelopor dan organisator, sang pemimpin rakyat tertindas, tidak boleh diubah menjadi organisasi negara. *** Dari sudut pandang politik praktis, gagasan bahwa Soviet diperlukan sebagai organisasi perjuangan tetapi tidak boleh diubah menjadi organisasi negara adalah jauh lebih absurd dibandingkan dari sudut pandang teori. Bahkan di masa damai, ketika tidak ada situasi revolusioner, perjuangan massa buruh dalam melawan kapitalis – misalnya, pemogokan massa – menimbulkan rasa permusuhan yang besar di antara kedua belah pihak, menimbulkan semangat yang menggebu-gebu di dalam perjuangan, di mana kaum borjuasi terus bersikeras bahwa mereka masihlah “penguasa di rumah mereka sendiri:”, dsb. Dan di masa revolusi, ketika kehidupan politik mencapai titik didih, sebuah organisasi seperti Soviet, yang merangkul semua pekerja di semua cabang industri, semua tentara, dan semua lapisan pekerja dan kaum miskin desa – organisasi seperti ini, secara otomatis, seiring dengan perkembangan perjuangan, oleh karena “logika” sederhana dari menyerang dan bertahan, niscaya berbenturan dengan masalah ini secara langsung. Usaha untuk mengambil posisi tengah dan untuk “mendamaikan” kelas proletariat dengan kelas borjuasi adalah kebodohan yang teramat besar dan pasti menemui kegagalan. Inilah yang terjadi di Rusia pada ceramah dari Martov dan kaum Menshevik lainnya, dan ini akan terjadi di Jerman dan negeri-negeri lain bila Soviet berhasil berkembang dalam skala yang luas, berhasil bersatu dan menjadi kuat. Untuk mengatakan kepada Soviet: bertarunglah, tetapi jangan rebut kekuasaan negara ke tanganmu, jangan menjadi organisasi negara – ini sama dengan berceramah mengenai kolaborasi kelas dan “perdamaian sosial” antara proletariat dan borjuasi. Sungguh tidak masuk akal untuk bahkan berpikir bahwa di tengah perjuangan yang tajam posisi seperti ini tidak akan berakhir pada kekalahan yang telak. Tetapi nasib Kautsky adalah untuk duduk di antara dua kursi. Dia pura-pura tidak setuju secara teoritis dengan kaum oportunis dalam semua hal, tetapi dalam praktek dia setuju dengan mereka dalam semua hal yang esensial (yakni, dalam semua hal yang berkaitan dengan revolusi). === Majelis Konstituante dan Republik Soviet === Masalah Majelis Konstituante dan pembubarannya oleh kaum Bolshevik adalah inti dari seluruh pamflet Kautsky. Dia terus kembali ke topik ini, dan seluruh karya dari pemimpin ideologi Internasional Kedua ini dipenuhi dengan sindiran-sindiran bahwa kaum Bolshevik telah “menghancurkan demokrasi” (lihat salah satu kutipan Kautsky di atas). Masalah ini adalah masalah yang sungguh-sungguh menarik dan penting, karena di sini relasi antara demokrasi borjuasi dan demokrasi proletariat diajukan ke hadapan revolusi dalam bentuk yang praktis. Mari kita lihat bagaimana “teoretikus Marxis” kita menjawab masalah ini. Dia mengutip “Tesis Majelis Konstituante”, yang ditulis oleh saya dan diterbitkan di koran Pravda pada 26 Desember 1917. Kita mungkin akan berpikir bahwa dengan mengutip tulisan saya Kautsky telah melakukan pendekatan yang serius terhadap masalah ini. Tetapi lihat bagaimana dia mengutipnya. Dia tidak mengatakan bahwa ada 19 tesis; dia tidak mengatakan bahwa tesis-tesis ini mendiskusikan relasi antara republik borjuis yang lazim dengan Majelis Konstituante dan republik Soviet, dan juga sejarah perbedaan di dalam revolusi kita antara Majelis Konstituante dengan kediktatoran proletariat. Kautsky mengabaikan semua ini, dan hanya mengatakan kepada para pembaca bahwa “kedua dari mereka (tesis-tesis ini) adalah cukup penting”: yang satu menyatakan bahwa perpecahan di antara kaum Sosialis-Revolusioner terjadi setelah pemilu Majelis Konstituante, tetapi sebelum Majelis Konstituante ini bertemu (Kautsky tidak menyebutkan bahwa ini adalah tesis kelima); dan tesis yang satu lagi, bahwa republik Soviet secara umum adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Majelis Konstituante (Kautsky tidak menyebutkan bahwa ini adalah tesis ketiga). Hanya dari tesis ketiga ini Kautsky mengutip dengan setengah lengkap, yakni baris-baris berikut ini: “Republik Soviet bukan hanya sebuah tipe institusi demokrasi yang lebih tinggi (dibandingkan dengan republik borjuis lazimnya yang dimahkotai oleh Majelis Konstituante), tetapi juga adalah satu-satunya bentuk institusi demokrasi yang dapat menjadi transisi yang paling tidak menyakitkan ke sosialisme.” (Kautsky menghapus kata “lazimnya” dan kata-kata pengantar dari tesis tersebut: “Untuk transisi dari sistem borjuis ke sistem sosialis, untuk kediktatoran proletariat”). Setelah mengutip kata-kata ini, Kautsky, dengan ironi yang luar biasa, menyatakan: “Sungguh menyedihkan bahwa kesimpulan ini diraih hanya setelah kaum Bolshevik menemui diri mereka sebagai minoritas di dalam Majelis Konstituante. Sebelum itu, tidak ada yang menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante lebih bersemangat daripada Lenin.” Inilah yang secara harfiah ditulis oleh Kautsky di halaman 31 dari bukunya! Sungguh mengagumkan! Hanya seorang penjilat borjuasi yang dapat memalsukan ini guna memberi kesan kepada para pembaca bahwa semua yang dikatakan oleh kaum Bolshevik mengenai bentuk negara yang tinggi adalah sebuah rekaan yang hanya muncul setelah mereka menemui diri mereka sebagai minoritas di dalam Majelis Konstituante! Kebohongan seperti ini hanya dapat diucapkan oleh seorang bajingan yang telah menjual dirinya ke kaum borjuasi, atau, sama buruknya, seorang yang mempercayai Axelrod dan menyembunyikan sumber informasinya. Bagi semua orang yang tahu bahwa pada hari tibanya saya di Rusia pada 4 April 1917, saya di depan publik membaca tesis saya di mana saya memproklamirkan superioritas tipe negara Komune Paris dibandingkan republik parlementer borjuis. Setelah itu, saya berulang kali menyatakan ini di koran. Misalnya, di sebuah pamflet mengenai partai-partai politik, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada Januari 1918 di koran Evening Post di New York. Lebih dari itu, Konferensi Partai Bolshevik pada akhir April 1917 mengadopsi sebuah resolusi yang menyatakan bahwa republik proletariat dan tani adalah lebih superior dibandingkan dengan republik parlementer borjuis, dan bahwa Partai kami tidak akan puas dengan yang belakangan ini, dan bahwa Program Partai akan diubah sesuai dengan situasi. Di hadapan fakta-fakta ini, nama apa yang bisa diberikan kepada muslihat Kautsky untuk meyakinkan para pembaca Jermannya bahwa saya telah dengan menggebu-gebu menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante, dan bahwa saya mulai “mengecilkan” martabat dan kehormatan Majelis Konstituante hanya setelah kaum Bolshevik menemui dirinya sebagai minoritas di dalamnya? Bagaimana seorang bisa memaafkan muslihat seperti ini? Apa kita bisa mengatakan bahwa Kautsky tidak mengetahui fakta-fakta yang ada? Bila demikian, mengapa dia menulis mengenai topik ini? Atau mengapa dia tidak secara jujur mengumumkan bahwa dia menulis berdasarkan informasi yang disediakan oleh kaum Menshevik seperti Stein, Axelrod, dan yang lainnya? Dengan berpura-pura objektif, Kautsky ingin menyembunyikan perannya sebagai pelayan Menshevik, yang sakit hati karena mereka telah dikalahkan. Akan tetapi, ini kecil dibandingkan apa yang akan datang. Mari kita berasumsi bahwa Kautsky tidak dapat (?) memperoleh dari para informannya terjemahan resolusi-resolusi dan pernyataan-pernyataan Bolshevik mengenai masalah apakah kaum Bolshevik akan merasa puas atau tidak dengan republik parlementer demokratik borjuis. Mari kita asumsikan ini, walaupun ini adalah asumsi yang luar biasa. Tetapi Kautsky secara langsung menyebut tesis saya pada 26 Desember 1917, di halaman 30 dari bukunya. Apa dia tidak tahu tesis ini dalam bentuknya yang lengkap, atau dia hanya tahu dari apa yang diterjemahkan untuknya oleh Stein, Axelrod, dkk? Kautsky mengutip tesis ketiga mengenai masalah fundamental apakah kaum Bolshevik, sebelum pemilu Majelis Konstituante, menyadari bahwa republik Soviet adalah lebih superior dibandingkan dengan republik borjuis, dan apakah mereka memberitahu rakyat mengenai ini. Tetapi dia tetap bungkam mengenai tesis kedua. Tesis yang kedua adalah seperti berikut: “Sementara menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante, Sosial Demokrasi Revolusioner semenjak permulaan Revolusi 1917 telah berulang kali menekankan bahwa republik Soviet adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi daripada republik borjuis lazimnya dengan Majelis Konstituante.” (Italik dari saya) Untuk menggambarkan kaum Bolshevik sebagai orang-orang yang tidak prinsipil, sebagai “kaum oportunis revolusioner” (ini adalah ungkapan yang digunakan oleh Kautsky di bukunya, saya lupa dalam kaitan apa tepatnya), Tn. Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca Jermannya fakta bahwa tesis ini merujuk langsung pada deklarasi-deklarasi yang telah “berulang kali” dinyatakan! Ini adalah metode yang dangkal, buruk, dan memuakkan! Inilah bagaimana caranya dia menghindari masalah teori! Apakah benar atau tidak bahwa republik parlementer demokratik-borjuis lebih inferior dibandingkan republik tipe Komune Paris atau Soviet? Inilah masalah utamanya, dan Kautsky telah menghindar darinya. Kautsky telah “melupakan” semua yang telah dikatakan oleh Marx dalam analisanya terhadap Komune Paris. Dia juga telah “melupakan” surat Engels kepada Bebel pada 28 Maret 1875, di mana gagasan Marx yang sama ini diformulasikan dengan teramat jelas dan mudah dipahami: “Komune sudah bukan lagi negara dalam makna kata yang sesungguhnya.” Di sini, teoretikus Internasional Kedua yang paling terkemuka, di dalam pamflet mengenai Kediktatoran Proletariat dan terutama berbicara mengenai Rusia, di mana masalah mengenai bentuk negara yang lebih tinggi daripada republik demokratik borjuis telah dikedepankan secara langsung dan berulang kali, mengabaikan masalah ini. Apa bedanya ini dengan pembelotan ke kamp borjuasi? (Dalam hal ini juga, Kautsky hanya mengekor kaum Menshevik Rusia. Di antara kaum Menshevik Rusia, banyak yang tahu “semua kutipan” dari Marx dan Engels. Namun tidak ada satu pun kaum Menshevik, dari April sampai Oktober 1917 dan dari Oktober 1917 sampai Oktober 1918, yang berusaha sekalipun untuk memeriksa masalah mengenai tipe negara Komune Paris. Plekhanov juga menghindari masalah ini. Pada kenyataannya dia harus menghindari ini.) Mendiskusikan pembubaran Majelis Konstituante dengan orang-orang yang mengklaim dirinya sosialis dan Marxis, tetapi pada kenyataannya untuk masalah fundamental telah membelot ke kubu borjuasi, yakni masalah tipe negara Komune Paris, adalah seperti melempar mutiara ke seekor babi. Kita cukup menyajikan teks lengkap dari tesis saya mengenai Majelis Konstituante sebagai lampiran untuk buku ini. Para pembaca lalu dapat melihat bagaimana masalah ini diajukan pada 26 Desember 1917, dari sudut pandang teori, sejarah, dan politik praktis. Bila Kautsky telah sepenuhnya meninggalkan Marxisme sebagai seorang teoretikus, dia setidaknya harus memeriksa masalah perjuangan antara Soviet dengan Majelis Konstituante sebagai seorang sejarawan. Dari banyak karya-karyanya kita tahu bahwa Kautsky tahu bagaimana menjadi seorang sejarawan Marxis, dan karya-karyanya tersebut akan tetap jadi bahan bacaan kaum proletariat walaupun dia telah berkhianat. Tetapi mengenai masalah ini, Kautsky, bahkan sebagai seorang sejarawan, memalingkan punggungnya ke kebenaran, mengabaikan fakta-fakta yang sudah terbukti dan bertingkah seperti seorang penjilat. Dia ingin menggambarkan kaum Bolshevik sebagai orang-orang yang tidak prinsipil dan dia mengatakan kepada para pembacanya bahwa kaum Bolshevik mencoba untuk berdamai dengan Majelis Konstituante sebelum membubarkannya. Sama sekali tidak ada yang salah dengan ini. Tidak ada yang ingin kami tarik kembali. Saya berikan tesis kami dengan lengkap dan di sana dikatakan dengan sejelas-jelasnya: Tuan-tuan borjuis kecil yang terombang-ambing, yang ada di dalam Majelis Konstituante, tunduk pada kediktatoran proletariat atau kami akan menaklukkan kalian dengan “metode revolusioner” (tesis 18 dan 19). Inilah bagaimana seorang proletariat yang benar-benar revolusioner selalu bersikap dan akan selalu bersikap terhadap para borjuis kecil yang terombang-ambing. Kautsky mengadopsi sebuah posisi yang formal dalam masalah Majelis Konstituante. Tesis saya dengan jelas dan berulang kali mengatakan bahwa kepentingan revolusi adalah lebih tinggi daripada hak-hak formal Majelis Konstituante (baca tesis 16 dan 17). Sudut pandang demokratik formal adalah sudut pandang kaum demokrat borjuis yang menolak mengakui bahwa kepentingan kaum proletariat dan perjuangan kelas proletariat adalah yang tertinggi. Sebagai seorang sejarawan, Kautsky tidak dapat menyangkal bahwa parlemen borjuis adalah organ dari kelas penguasa. Tetapi sekarang (untuk tujuan menolak revolusi) Kautsky harus melupakan Marxismenya, dan dia menghindari pertanyaan: Majelis Konstituante adalah organ kelas mana? Kautsky tidak mengkaji kondisi-kondisi yang konkret. Dia tidak ingin menghadapi fakta-fakta. Dia tidak mengatakan barang satu kata pun kepada para pembaca Jermannya mengenai fakta bahwa tesis saya mengandung tidak hanya penjabaran teoritis akan keterbatasan dari demokrasi borjuis (tesis 1 sampai 3), tidak hanya penjabaran kondisi-kondisi konkret yang menentukan perbedaan antara daftar caleg di pertengahan Oktober 1917 dan situasi yang sesungguhnya pada Desember 1917 (tesis 4 sampai 6), tetapi juga sejarah perjuangan kelas dan Perang Sipil pada Oktober-Desember 1917 (tesis 7-15). Dari sejarah yang konkret ini kita menarik kesimpulan (tesis 14) bahwa slogan “Semua Kekuasaan Untuk Majelis Konstituante!” telah, pada kenyataannya, menjadi slogan orang-orang Kadet dan Kaledin dan kaki tangan mereka. Kautsky sang sejarawan tidak mampu melihat ini. Kautsky sang sejarawan tidak pernah mendengar bahwa hak pilih universal kadang-kadang menghasilkan parlemen yang borjuis-kecil, kadang-kadang parlemen yang reaksioner dan kontra-revolusioner. Kautsky sang sejarawan Marxis tidak pernah mendengar bahwa bentuk pemilu, bentuk demokrasi, adalah satu hal, dan karakter kelas dari sebuah institusi adalah satu hal lain. Masalah karakter kelas dari Majelis Konstituante secara langsung diajukan dan dijawab di dalam tesis saya. Mungkin jawaban saya keliru. Kami akan sangat menerima kritik Marxis dari orang luar terhadap analisa kami. Alih-alih menulis baris-baris yang sangat konyol (yang banyak sekali di dalam buku Kautsky) mengenai pelarangan kritik terhadap Bolshevisme, dia mestinya membuat kritik itu sendiri. Tetapi dia tidak menawarkan kritik sama sekali. Dia bahkan tidak mengungkit masalah analisa kelas Soviet di satu pihak, dan analisa kelas Majelis Konstituante di lain pihak. Oleh karenanya mustahil untuk berargumen, untuk berdebat dengan Kautsky. Yang bisa kita lakukan hanya mendemonstrasikan kepada para pembaca mengapa Kautsky adalah seorang pengkhianat dan tidak bisa lain. Perbedaan antara Soviet dan Majelis Konstituante memiliki sejarahnya. Bahkan seorang sejarawan yang tidak punya perspektif perjuangan kelas tidak bisa mengabaikannya. Kautsky tidak ingin menyentuh sejarah yang sesungguhnya ini. Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca Jermannya fakta yang sudah terbukti luas (yang hanya bisa disembunyikan oleh seorang Menshevik yang culas) bahwa perbedaan antara Soviet dan institusi “negara umumnya” (dalam kata lain, borjuis) telah eksis bahkan di bawah rejim Menshevik, dari Februari sampai Oktober 1917. Sebenarnya, Kautsky mengadopsi posisi konsiliasi, kompromi, dan kolaborasi antara proletariat dan borjuasi. Tidak peduli sekeras apapun Kautsky ingin membantah ini, ini adalah kenyataan yang termaktub di dalam seluruh pamfletnya. Untuk mengatakan bahwa Majelis Konstituante tidak boleh dibubarkan adalah sama dengan mengatakan bahwa perjuangan melawan borjuasi tidak boleh diperjuangkan sampai garis akhir, bahwa kaum borjuasi tidak boleh ditumbangkan dan bahwa proletariat harus berdamai dengan mereka. Mengapa Kautsky diam saja mengenai kenyataan bahwa kaum Menshevik telah melakukan kerja yang tercela ini dari Februari sampai Oktober 1917 dan tidak meraih apapun? Bila memang mungkin mendamaikan kaum borjuasi dengan kaum proletariat, mengapa kaum Menshevik tidak berhasil dalam melakukan ini? Mengapa kaum borjuasi menentang Soviet? Mengapa kaum Menshevik menyebut Soviet-soviet sebagai “demokrasi revolusioner”, dan kaum borjuasi sebagai “elemen-elemen berpunya”? Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca Jermannya bahwa kaum Menshevik-lah yang, dalam “epos” pemerintahan mereka (Februari sampai Oktober 1917), menyebut Soviet sebagai “demokrasi revolusioner”, dan oleh karenanya mengakui superioritas Soviet di atas semua institusi lainnya. Hanya dengan menyembunyikan fakta ini Kautsky sang sejarawan menciptakan kesan bahwa perbedaan antara Soviet dan borjuasi tidak memiliki sejarah, bahwa perbedaan ini timbul dengan sendirinya, tanpa sebab, tiba-tiba, karena perilaku buruk dari kaum Bolshevik. Namun, pada kenyataannya, yang meyakinkan rakyat akan kesia-siaan dari usaha kaum Menshevik dan menjauhkan kaum proletariat dari mereka adalah lebih dari enam bulan (suatu waktu yang panjang di masa revolusi) pengalaman di bawah Menshevik di mana mereka berusaha untuk berkompromi dan mendamaikan proletariat dengan borjuasi. Kautsky mengakui bahwa Soviet adalah organisasi perjuangan proletariat yang hebat, dan bahwa Soviet punya masa depan yang cerah di hadapannya. Tetapi, biarpun dia berkata begitu, posisi Kautsky runtuh seperti rumah kartu, atau buyar seperti mimpi seorang borjuis kecil yang ingin menghindari perjuangan tajam antara proletariat dan borjuasi. Karena revolusi adalah sebuah perjuangan yang berkelanjutan dan terlebih lagi nekat, dan kaum proletariat adalah kelas pelopor dari semua rakyat tertindas, fokus dan pusat dari semua aspirasi rakyat tertindas untuk pembebasan mereka! Oleh karenanya, wajar saja kalau Soviet, sebagai organ perjuangan rakyat tertindas, merefleksikan dan mengekspresikan mood dan perubahan opini rakyat dengan lebih cepat, lebih penuh, dan lebih sesuai dibandingkan dengan institusi lainnya (inilah mengapa demokrasi Soviet adalah tipe demokrasi yang lebih tinggi). Di periode antara 28 Februari dan 25 Oktober 1917, Soviet berhasil menyelenggarakan dua Kongres Seluruh-Rusia yang mewakili mayoritas populasi Rusia, semua buruh dan tani, dan 70 atau 80 persen kaum tani. Belum lagi ratusan bahkan ribuan kongres tingkat lokal, uyezd, kota, gubernia, dan regional. Selama periode ini, kaum borjuasi tidak berhasil menyelenggarakan satu pun pertemuan atau institusi yang mewakili mayoritas rakyat (kecuali “Konferensi Demokratik” yang adalah olok-olokan, yang membuat murka kaum proletariat). Majelis Konstituante merefleksikan mood rakyat dan pengelompokan politik yang sama seperti saat Kongres Soviet Seluruh Rusia Pertama (Juni 1917). Ketika Majelis Konstituante diselenggarakan (Januari 1918), Kongres Soviet Kedua (Oktober 1917) dan Ketiga (Januari 1918) telah bertemu, dan kedua kongres ini telah menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa rakyat telah berayun ke kiri, telah menjadi revolusioner, dan telah bergerak ke sisi kaum Bolshevik. Dalam kata lain, rakyat telah pecah dari kepemimpinan borjuis-kecil, telah pecah dari ilusi bahwa perdamaian dengan kaum borjuasi adalah hal yang mungkin, dan telah bergabung dengan perjuangan proletariat revolusioner untuk menumbangkan kaum borjuasi. Jadi, bahkan sejarah eksternal Soviet menunjukkan bahwa Majelis Konstituante adalah sebuah badan yang reaksioner dan bahwa pembubaran adalah hal yang tak terelakkan. Tetapi Kautsky tetap berpegang teguh pada “slogannya”: biarlah “demokrasi murni” menang walaupun revolusi binasa dan kaum borjuasi mengalahkan kaum proletariat! Fiat justitia, pereat mundus! [Bahasa Latin untuk “Biarlah hukum ditegakkan, walaupun dunia mungkin akan binasa!” – Pent.] Di bawah adalah hasil dari kongres-kongres Soviet Seluruh Rusia selama perjalanan sejarah Revolusi Rusia: Kongres Soviet Seluruh Rusia Jumlah Delegasi Jumlah Delegasi Bolshevik % Delegasi Bolshevik Pertama (3 Juni 1917) 790 103 13 Kedua (25 Oktober 1917) 675 343 51 Ketiga (10 Januari 1918) 710 434 61 Keempat (14 Maret 1918) 1232 795 54 Kelima (4 Juli 1918) 1164 773 66 Dengan melihat sekilas hasil di atas kita dapat memahami mengapa pembelaan terhadap Majelis Konstituante dan kegaduhan (seperti dari Kautsky) mengenai Bolshevik yang tidak memiliki mayoritas populasi di belakang mereka adalah olok-olokan di Rusia. === Konstitusi Soviet === Seperti yang telah saya jelaskan di atas, perampasan hak pilih dari kaum borjuasi bukanlah fitur yang niscaya dari kediktatoran proletariat. Dan di Rusia, kaum Bolshevik, yang jauh sebelum Revolusi Oktober telah mengedepankan slogan kediktatoran proletariat, tidak mengatakan apapun sebelumnya mengenai merampas hak pilih dari kaum pengeksploitasi. Aspek kediktatoran ini tidak muncul “sesuai dengan rencana” dari partai manapun; ia muncul dengan sendirinya seiring jalannya perjuangan. Tentu saja, Kautsky sang sejarawan gagal untuk menyadari ini. Dia gagal untuk memahami bahwa bahkan ketika kaum Menshevik (yang berkompromi dengan borjuasi) masih menguasai Soviet-soviet, kaum borjuasi memisahkan diri mereka dari Soviet-soviet atas kehendak mereka sendiri, memboikotnya, dan menentangnya dan berintrik melawannya. Soviet muncul tanpa konstitusi apapun dan eksis tanpa konstitusi lebih dari satu tahun (dari musim semi 1917 sampai musim panas 1918). Kemurkaan kaum borjuasi terhadap organisasi independen dan mahakuasa (karena organisasi ini inklusif) dari rakyat tertindas ini; perlawanan yang kotor, tak-berprinsip dan egois yang dikobarkan oleh kaum borjuasi terhadap Soviet, dan terakhir, partisipasi aktif (dari kaum Kadet sampai kaum Sosialis-Revolusioner Kanan, dari Milyukov sampai Kerensky) di dalam pemberontakan Kornilov -- semua ini membuka jalan untuk mengeluarkan kaum borjuasi dari Soviet-soviet. Kautsky telah mendengar mengenai pemberontakan Kornilov, tetapi dia dengan megah menyangkal fakta-fakta sejarah dan alur serta bentuk perjuangan yang menentukan bentuk kediktatoran. Tentu saja, siapa yang peduli dengan fakta ketika berbicara mengenai “demokrasi murni”? Inilah mengapa “kritik” Kautsky terhadap perampasan hak suara kaum borjuasi dipenuhi dengan kenaifan yang manis, yang menyentuh kalau ini ditunjukkan oleh seorang anak kecil, tetapi memuakkan ketika ditunjukkan oleh seorang yang masih bisa berpikir jernih. “... Bila kaum kapitalis menemui diri mereka sendiri dalam minoritas di bawah pemilu yang universal, mereka akan lebih siap menerima takdir mereka.” (hal. 33) Sungguh memukau bukan? Kautsky yang cerdik telah menyaksikan banyak kasus di dalam sejarah, dan, secara umum, mengetahui dengan sangat baik dari pengamatannya akan kehidupan tuan tanah dan kapitalis yang tunduk pada kehendak mayoritas kaum tertindas. Kautsky yang cerdik menganjurkan “oposisi”, yakni perjuangan parlementer. Ya, inilah yang dia katakan: “oposisi” (hal. 34 dan halaman-halaman lainnya). Sejarawan dan politisi pintar saya yang terhormat! “Oposisi” adalah sebuah konsep yang berlaku hanya pada masa perjuangan parlementer yang damai, yakni sebuah konsep pada masa non-revolusioner, ketika tidak ada revolusi. Selama revolusi kita harus melawan musuh yang kejam di dalam perang sipil; dan tidak ada satu pun keluhan reaksioner dari seorang borjuis kecil yang gemetar ketakutan akan perang seperti ini, seperti Kautsky, yang akan mengubah kenyataan ini. Untuk memeriksa masalah perang sipil yang kejam dari sudut pandang “oposisi” ketika kaum borjuasi siap melakukan kejahatan apapun -- contoh dari orang-orang Versailles dan perjanjian-perjanjian mereka dengan Bismarck mesti berarti sesuatu bagi setiap orang yang tidak memperlakukan sejarah seperti Petrushka-nya Gogol --- ketika bangsa-bangsa asing datang membantu kaum borjuasi dan berintrik melawan revolusi, adalah sesuatu yang sungguh konyol. Kaum proletariat revolusioner harus mengenakan topi tidur mereka, seperti Kautsky “sang penasihat yang kacau balau”, dan menganggap kaum borjuasi, yang sedang mengorganisir pemberontakan-pemberontakan kontra-revolusioner di Dutov, Krasnov, dan Ceko dan membayar jutaan rubel kepada para penyabot, sebagai “oposisi” legal. Oh, sungguh bijaksana! Kautsky sangatlah tertarik pada aspek formal dan legal dari masalah yang sedang kita diskusikan, dan membaca analisisnya mengenai Konstitusi Soviet, kita segera teringat kata-kata Bebel: pengacara adalah sepenuhnya reaksioner. Kautsky menulis, “Pada kenyataannya, tidak hanya kapitalis yang hak suaranya akan terampas. Apa itu kapitalis secara legal? Seorang pemilik properti? Bahkan di sebuah negeri yang ekonominya maju seperti Jerman, di mana kaum proletariat sangatlah banyak, pembentukan Republik Soviet akan merampas hak suara dari banyak orang. Pada 1907 di Jerman, bersama dengan keluarga mereka, jumlah orang yang bekerja di tiga sektor besar – pertanian, industri, dan perdagangan – kira-kira 35 juta orang di kelompok pekerja-upahan dan 17 juta di kelompok independen. Oleh karenanya, sebuah partai mungkin mendapatkan mayoritas di antara pekerja-upahan, tetapi hanya minoritas di antara populasi secara keseluruhan.” (hal. 33) Inilah satu contoh bagaimana Kautsky berargumen. Bukankah ini adalah keluhan kontra-revolusioner dari seorang borjuasi? Tn. Kautsky, mengapa kau memasukkan semua “orang independen” ke kategori orang-orang yang hak pilihnya dibatasi, ketika kau tahu dengan sangat baik bahwa mayoritas besar kaum tani Rusia tidak menyewa pekerja upahan, dan oleh karenanya mereka tidak akan kehilangan hak pilih mereka? Bukankah ini penipuan? Mengapa kau, seorang ekonom yang terpelajar, tidak mengutip angka-angka yang kau ketahui dengan sangat baik dan yang juga dapat ditemui di laporan-laporan statistik tahun 1907 mengenai pekerja-upahan di pertanian menurut luas sawah? Mengapa kau tidak mengutip angka-angka ini agar para buruh Jerman, yakni para pembaca pamfletmu, dapat melihat berapa banyak kaum pengeksploitasi, dan betapa sedikitnya mereka dibandingkan dengan jumlah total “petani” yang ada di statistik Jerman? Kau tidak melakukan ini karena pengkhianatanmu telah membuatmu tidak lebih daripada seorang penjilat kaum borjuasi. Kautsky mengatakan bahwa istilah kapitalis adalah sebuah konsep legal yang tidak jelas, dan di beberapa halaman dia mengecam “ketidakrincian atau kesewenang-wenangan” Konstitusi Soviet. “Akademisi serius” ini tidak keberatan pada kaum borjuasi Inggris yang membutuhkan beberapa abad untuk menyempurnakan konstitusi borjuis yang baru (baru di Abad Pertengahan). Tetapi dia, karena dia adalah perwakilan kacung borjuasi, tidak memberikan waktu kepada kita, kaum buruh dan tani Rusia. Dia menuntut agar kita segera menyempurnakan konstitusi kita sampai ke huruf yang terakhir dalam beberapa bulan. “Ketidakrincian!” Coba bayangkan betapa dalamnya kepatuhan pada borjuasi dan kebodohan yang terkandung di dalam kecaman seperti ini. Ketika para ahli hukum yang sepenuhnya borjuis dan reaksioner di negeri-negeri kapitalis telah selama puluhan tahun atau ratusan tahun merancang undang-undang yang paling terperinci dan menulis ratusan kitab hukum dan penafsiran hukum untuk menindas buruh, untuk mengikat kaki dan tangan kaum miskin dan meletakkan ribuan halangan dan rintangan di jalan setiap rakyat pekerja jelata – di sini kaum liberal borjuis dan Tn. Kautsky tidak melihat “kesewenang-wenangan”! Ini adalah “hukum” dan “ketertiban”! Cara-cara bagaimana “menundukkan” kaum miskin telah dipikirkan matang-matang dan dikitabkan. Ada ribuan pengacara borjuis dan birokrat (mengenai mereka Kautsky bungkam, mungkin karena menghancurkan mesin birokrasi dianggap sangat penting oleh Marx...) – para pengacara dan birokrat yang tahu bagaimana menafsir hukum sedemikian rupa sehingga buruh dan tani jelata tidak akan pernah bisa bebas dari ikatan kawat berduri hukum. Ini bukanlah “kesewenang-wenangan” dari kaum borjuasi. Ini bukanlah kediktatoran dari kaum pengeksploitasi yang keji dan egois, yang menghisap darah rakyat. Sama sekali bukan! Ini adalah “demokrasi murni”, yang semakin hari menjadi semakin murni. Tetapi sekarang ketika kelas-kelas pekerja dan tertindas, yang terpisah dari saudara-saudara mereka di seberang perbatasan akibat peperangan imperialis, telah untuk pertama kalinya membentuk Soviet-soviet mereka sendiri, telah menyerukan kepada rakyat yang sebelumnya ditindas, diinjak-injak dan dibodohkan oleh kaum borjuasi untuk melakukan kerja konstruksi politik, telah dengan tangan mereka sendiri memulai membangun sebuah negara proletariat yang baru, dan di tengah perjuangan yang tajam dan perang sipil yang berkobar telah mulai membuat sketsa dari prinsip-prinsip fundamental sebuah negara tanpa eksploitasi – semua bajingan borjuis, semua lintah darat, bersama-sama dengan Kautsky, melolong mengenai “ketidakrincian”! Betul, bagaimana mungkin orang-orang yang bodoh ini, buruh dan tani ini, “massa liar” ini, dapat menafsirkan hukum mereka? Bagaimana mungkin kaum buruh jelata bisa punya pemahaman mengenai keadilan tanpa nasihat dari pengacara-pengacara yang terdidik, dari para komentator borjuis, dari para Kautsky dan birokrat-birokrat tua yang bijaksana? Tn. Kautsky mengutip dari pidato saya pada 28 April 1918: “Rakyat sendiri yang akan menentukan prosedur dan waktu pemilu.” Dan Kautsky, sang “demokrat murni” ini, mengambil kesimpulan dari kutipan ini: “... Oleh karenanya, ini berarti setiap majelis pemilih dapat menentukan prosedur pemilu sekehendak hati mereka. Kesewenang-wenangan dan peluang untuk menyingkirkan oposisi yang tidak dikehendaki di dalam barisan proletariat oleh karenanya akan dilaksanakan secara ekstrem.” (hal. 37) Baik, apa bedanya ini dengan ocehan dari seorang jurnalis picisan yang dibayar oleh kaum borjuis, yang mengeluh mengenai rakyat pekerja yang menindas buruh yang rajin yang “bersedia bekerja” di saat pemogokan? Mengapa metode borjuis yang birokratis dalam menentukan prosedur pemilu di bawah demokrasi borjuis yang “murni” bukanlah kesewenang-wenangan? Mengapa rasa keadilan di antara massa yang telah bangkit untuk melawan penindas lama mereka dan yang telah terdidik dan tertempa di dalam perjuangan yang tajam ini bisa kurang berharga dibandingkan dengan rasa keadilan dari segelintir birokrat, intelektual, dan pengacara yang dididik di dalam prasangka-prasangka borjuis? Kautsky adalah seorang sosialis sejati. Jangan berani-berani mempertanyakan ketulusan dari bapak terhormat ini, dari warga negara yang sangat jujur ini. Dia adalah pendukung kuat dan setia kemenangan buruh dan revolusi proletar. Satu-satunya hal yang dia inginkan adalah para intelektual dan filistin borjuis-kecil yang bermulut manis, yang mengenakan topi tidur, harus terlebih dahulu sebelum massa mulai bergerak, sebelum mereka memulai perjuangan tajam dengan para penindas mereka, dan tentunya tanpa perang sipil, merancang peraturan-peraturan yang terperinci dan moderat untuk perkembangan revolusi ... Terbakar oleh kemarahan moral yang dalam, Judas Golovlyov kita yang paling terpelajar ini memberitahu para buruh Jerman bahwa pada 14 Juni 1918, Komite Eksekutif Pusat Soviet Seluruh Rusia memutuskan untuk mengeluarkan para perwakilan Partai Sosialis-Revolusioner Kanan dan Menshevik dari Soviet. Judas Kautsky yang geram menulis, “Kebijakan ini tidaklah diarahkan kepada orang-orang tertentu yang bersalah atas kejahatan yang jelas... Konstitusi Republik Soviet tidak memuat satu kata pun mengenai imunitas para perwakilan Soviet. Bukan orang-orang tertentu, tetapi partai-partai tertentu yang dikeluarkan dari Soviet.” (hal. 37) Ya, ini sangatlah buruk, sebuah penyimpangan dari demokrasi murni yang tidak dapat ditolerir, menurut peraturan-peraturan revolusi yang dibuat oleh Judas Kautsky kita yang revolusioner. Kami, kaum Bolshevik Rusia, harus pertama-tama menjamin imunitas dari para Savinkov dkk., para Lieberdan, pada Potresov (“aktivis”) dkk. Lalu merancang hukum-hukum pidana yang menyatakan bahwa partisipasi di dalam perang kontra-revolusioner di Ceko, atau aliansi dengan imperialis Jerman di Ukraina atau Georgia untuk melawan buruh dari bangsa sendiri, adalah “kejahatan yang dapat dihukum”. Dan hanya setelah itu, di atas basis hukum pidana ini, kita diperbolehkan, sesuai dengan prinsip-prinsip “demokrasi murni”, mengeluarkan “orang-orang tertentu” dari Soviet. Orang-orang Ceko, yang mendapat uang oleh kapitalis Inggris dan Prancis lewat (dan berkat agitasi) dari para Savinkov, Potresov dan Lieberdan, dan kelompok Krasnov yang mendapat amunisi dari Jerman lewat kaum Menshevik Ukraina dan Tiflis, akan duduk diam menunggu sampai kita siap dengan hukum pidana yang sempurna, dan seperti kaum demokrat paling murni, mereka akan membatasi diri mereka ke dalam peran seorang “oposisi”... Dada Kautsky juga penuh dengan kegeraman moral karena Konstitusi Soviet merampas hak pilih semua orang yang “menggaji pekerja-upahan dengan tujuan mendapatkan laba”. “Seorang pekerja di rumah, atau seorang majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang ahli,” tulis Kautsky “mungkin hidup dan merasa seperti seorang proletar, tetapi dia tidak dapat memilih.” (hal. 36) Sungguh sebuah penyelewengan “demokrasi murni”! Sungguh sebuah ketidakadilan! Benar, sampai sekarang semua Marxis telah berpikir – dan ribuan fakta telah membuktikannya – bahwa para majikan kecil adalah pengeksploitasi buruh yang paling kejam dan serakah, tetapi Judas Kautsky kita melihat para majikan kecil ini bukan sebagai sebuah kelas (siapa yang menciptakan teori perjuangan kelas yang jahat ini?) tetapi sebagai individu-individu terpisah, sebagai pengeksploitasi yang “hidup dan merasa seperti seorang proletar. “Si Agnes yang hemat”, yang telah dianggap mati dan sudah lama dikubur, sekarang bangkit hidup kembali di bawah pena Kautsky. “Si Agnes yang hemat” ini diciptakan dan diperkenalkan ke dalam literatur Jerman beberapa dekade yang lalu oleh Eugen Richter, sang demokrat “murni” dan borjuis itu. Dia memprediksikan bahwa kediktatoran proletariat dan penyitaan kapital para pengeksploitasi akan menyebabkan malapetaka yang tak terhingga. Eugen bertanya: secara legal, apa itu seorang kapitalis? Dia mengambil contoh seorang penjahit yang miskin dan hemat (“si Agnes yang hemat”), yang harta bendanya yang sedikit itu dirampas oleh “para diktator proletar” yang kejam. Dulu kala semua kaum Sosial-Demokrat Jerman mengolok-olok “si Agnes yang hemat” ciptaan Eugen Richter ini. Tetapi ini dulu sekali, ketika Bebel, yang sangat blak-blakan mengenai banyaknya kaum liberal di dalam partainya, masih hidup. Ini dulu sekali ketika Kautsky belumlah berkhianat. Sekarang “si Agnes yang hemat” telah bangkit dari kuburnya di dalam bentuk “majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang-ahli, dan yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”. Kaum Bolshevik yang jahat menindasnya, dan merampas hak suaranya. Seperti yang Kautsky katakan, benar kalau “setiap majelis pemilih” di Republik Soviet dapat menerima masuk seorang majikan kecil yang miskin, kalau misalnya dia bukan seorang pengeksploitasi. Tetapi apakah kita dapat bergantung pada pengetahuan dari kehidupan, dari rasa keadilan bila para buruh dalam pertemuan pabrik bertindak tanpa hukum yang tertulis (sungguh buruk!)? Bukankah lebih baik memberikan hak suara kepada semua pengeksploitasi, kepada semua orang yang mempekerjakan pekerja-upahan, daripada mengambil risiko merampas hak pilih dari “si Agnes yang hemat” dan “para majikan kecil yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”? *** Biarlah para bajingan pengkhianat yang memuakkan, di tengah tepuk tangan riuh dari kaum borjuasi dan sovinis-sosial, menyerang Konstitusi Soviet kita karena konstitusi tersebut merampas hak suara dari kaum pengeksploitasi! Tidak mengapa karena ini akan mempercepat dan memperlebar perpecahan antara kaum buruh revolusioner dengan para Scheidemann dan Kautsky, para Renaudel dan Longuet, para Henderson dan Ramsay MacDonalds, para pemimpin lama dan pengkhianat lama sosialisme. Massa kelas-kelas tertindas, para pemimpin proletar revolusioner yang sadar-kelas dan jujur akan ada di sisi kita. Kita cukup mengenalkan kaum proletar seperti itu dengan Konstitusi Soviet kita, dan mereka akan segera mengatakan: “Mereka sungguh adalah kamerad-kamerad kita, ini adalah partai buruh yang sesungguhnya, ini adalah pemerintahan buruh yang sesungguhnya, karena mereka tidak menipu buruh dengan berbicara mengenai reforma-reforma seperti yang dilakukan oleh para pemimpin yang disebut di atas. Mereka melawan kaum pengeksploitasi dengan sungguh-sungguh; mereka membuat revolusi dengan sungguh-sungguh, dan benar-benar berjuang untuk emansipasi buruh yang sepenuhnya.” Kenyataan bahwa setelah satu tahun “pengalaman” Soviet-soviet telah merampas hak suara kaum pengeksploitasi menunjukkan bahwa Soviet adalah sungguh-sungguh organisasi kaum tertindas, dan bukan organisasi kaum sosial-imperialis dan sosial-pasifis yang telah menjual diri mereka ke borjuasi. Kenyataan bahwa Soviet-soviet telah merampas hak suara kaum pengeksploitasi menunjukkan bahwa mereka bukanlah organisasi borjuis-kecil yang berkompromi dengan borjuasi, mereka bukanlah organ parlementer yang hanya mengoceh (seperti orang-orang tipe Kautsky, Longuet, dan MacDonald), tetapi mereka adalah organ proletariat yang sungguh-sungguh revolusioner, yang sedang mengobarkan perjuangan hidup-atau-mati melawan kaum pengeksploitasi. “Buku Kautsky hampir-hampir tidak dikenal di sini,” seorang kamerad dari Berlin menulis kepada saya beberapa hari yang lalu (hari ini adalah 30 Oktober). Saya akan memberikan nasihat kepada para perwakilan kita di Jerman dan Swiss untuk tidak menghemat uang, dan membeli buku ini dan menyebarkannya secara cuma-cuma kepada para buruh yang sadar-kelas, agar mereka dapat menginjak-injak di lumpur Sosial-Demokrasi “Eropa” ini – baca: imperialis dan reformis – yang lama telah menjadi “mayat busuk”. *** Di bagian akhir bukunya, pada halaman 61 dan 63, Tn. Kautsky dengan pahit mengeluh bagaimana “teori baru ini (dia menyebut Bolshevisme sebagai teori baru, karena dia takut menyentuh analisis Marx dan Engels mengenai Komune Paris) punya pendukung bahkan di negeri-negeri demokrasi tua seperti Swiss misalnya.” “Sungguh tak dapat dimengerti” bagi Kautsky “bagaimana teori ini dapat diadopsi oleh kaum Sosial-Demokrat Jerman.” Tidak, ini cukup dapat dimengerti, karena setelah pelajaran-pelajaran serius mengenai perang massa revolusioner menjadi muak dan letih dengan orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky. “Kami” selalu mendukung demokrasi, tulis Kautsky, tetapi tiba-tiba kami harus mengutuknya! “Kami”, kaum oportunis Sosial-Demokrasi, selalu menentang kediktatoran proletariat, dan Kolb dkk. sejak dulu telah memproklamirkan ini. Kautsky tahu akan hal ini dan dengan sia-sia berharap bahwa dia dapat menyembunyikan dari para pembacanya fakta yang jelas ini bahwa dia telah “kembali ke sarang” Bernstein dan Kolb. “Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah menjadikan demokrasi “murni” (borjuis) sebagai sebuah fetis. Seperti yang diketahui, pada 1903 Plekhanov adalah seorang Marxis revolusioner (di kemudian hari pembelotannya membuat dia menjadi Scheidemann Rusia). Dan pada tahun itu Plekhanov menyatakan di Kongres Partai kami, yang lalu mengadopsi program itu, bahwa di dalam revolusi proletariat dapat, bila diperlukan, merampas hak pilih kaum kapitalis dan membubarkan semua parlemen yang kontra-revolusioner. Bahwa ini adalah satu-satunya gagasan yang sesuai dengan Marxisme akan menjadi jelas bagi semua orang bahkan dari pernyataan-pernyataan Marx dan Engels yang telah saya kutip di atas. Ini mengalir dari semua prinsip-prinsip fundamental Marxisme. “Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah di hadapan rakyat membuat pidato-pidato seperti yang gemar dilakukan oleh semua Kautskyite di semua negeri, yang gemetar ketakutan di hadapan borjuasi, beradaptasi pada sistem parlemen borjuis, bungkam mengenai karakter borjuis dari demokrasi modern dan menuntut hanya perluasannya, hanya agar demokrasi dibawa sampai ke kesimpulan logisnya. “Kami” mengatakan kepada kaum borjuasi: Kalian, pengeksploitasi dan orang munafik, berbicara mengenai demokrasi, sementara di setiap langkah kalian bangun ribuan rintangan untuk mencegah rakyat tertindas berpartisipasi di dalam politik. Kami memegang kata-kata kalian dan, untuk kepentingan rakyat, menuntut perluasan dari demokrasi borjuis milik kalian guna mempersiapkan rakyat untuk revolusi yang akan menumbangkan kalian para pengeksploitasi. Dan bila kalian mencoba melawan revolusi proletariat kami, kami akan menindas kalian tanpa belas kasihan. Kami akan merampas semua hak kalian; lebih dari itu, kami tidak akan memberimu roti, karena di dalam republik proletar kami kaum pengeksploitasi tidak akan memiliki hak-hak, mereka tidak akan diberi api dan air, karena kami adalah kaum sosialis yang sesungguh-sungguhnya, dan bukan sosialis seperti Scheidemann dan Kautsky. Inilah yang telah “kami”, kaum Marxis revolusioner, katakan, dan akan katakan – dan inilah mengapa rakyat tertindas akan mendukung kami dan akan bersama kami, sementara orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky akan tersapu ke dalam kubangan pengkhianat. === Apa itu Internasionalisme? === Kautsky benar-benar yakin bahwa dia adalah seorang internasionalis dan menyebut dirinya demikian. Orang-orang seperti Scheidemann dia sebut “kaum sosialis pemerintah”. Dalam membela kaum Menshevik (dia tidak secara terbuka menyatakan solidaritasnya dengan mereka, tetapi dia dengan setia mengekspresikan pandangan-pandangan mereka), Kautsky telah menunjukkan dengan kejelasan yang sempurna “internasionalisme” macam apa yang dia anut. Dan karena Kautsky tidak sendirian, dan dia adalah juru bicara dari sebuah tendensi yang secara tak terelakkan tumbuh berkembang di dalam atmosfer Internasional Kedua (Longuet di Prancis, Turati di Italia, Nobs dan Grimm, Graber dan Name di Swiss, Ramsay MacDonald di Inggris, dsb.), akan berguna kalau kita membahas “internasionalisme”nya Kautsky. Setelah menekankan bahwa kaum Menshevik juga menghadiri Konferensi Zimmerwald (sebuah ijazah, tentunya, tetapi … sebuah ijazah yang ternoda), Kautsky memaparkan pandangan-pandangan Menshevik, yang mana dia setujui, sebagai berikut: “… Kaum Menshevik menginginkan sebuah perdamaian umum. Mereka menginginkan semua pihak yang berperang untuk mengadopsi formula: menentang aneksasi dan menentang ganti-rugi perang. Sampai kondisi ini tercapai, angkatan bersenjata Rusia, menurut pandangan ini, harus siap sedia untuk berperang. Kaum Bolshevik, di pihak lain, menuntut perdamaian segera dengan cara apapun; mereka siap, bila diperlukan, untuk menandatangani perjanjian perdamaian secara terpisah; mereka mencoba memaksakan ini dengan meningkatkan kekacauan di dalam angkatan bersenjata, yang sudah cukup parah” (hal. 27). Menurut pendapat Kautsky, kaum Bolshevik tidak seharusnya merebut kekuasaan, dan seharusnya puas saja dengan Majelis Konstituante. Jadi, internasionalisme Kautsky dan kaum Menshevik pada akhirnya berarti ini: mereka menuntut reforma-reforma dari pemerintahan borjuis imperialis, tetapi terus mendukungnya, dan terus mendukung perang yang dikobarkan oleh pemerintahan ini sampai semua pihak yang berperang menerima formula menentang aneksasi dan menentang ganti-rugi perang. Cara pandang ini berulang kali diekspresikan oleh Turati, dan oleh para pendukung Kautsky (Haase dan lainnya), dan oleh Longuet dkk., yang menyatakan bahwa mereka berdiri untuk pembelaan tanah air. Secara teoritis, ini menunjukkan ketidakmampuan untuk memisahkan diri dari kaum sovinis-sosial dan kebingungan dalam masalah pembelaan tanah air. Secara politik, ini berarti menggantikan internasionalisme dengan nasionalisme borjuis-kecil, membelot ke kamp reformis dan mencampakkan revolusi. Dari sudut pandang proletariat, mengakui “pembelaan tanah air” berarti membenarkan perang hari ini, mengakui bahwa perang ini adalah sah. Dan karena perang ini adalah perang imperialis (di bawah pemerintahan monarkis maupun republik), tidak peduli negeri mana – negeri saya atau negeri lainnya – di mana pasukan-pasukan tentara musuh ada, mengakui pembelaan tanah air berarti, secara faktual, mendukung kaum borjuis imperialis, dan sepenuhnya mengkhianati sosialisme. Di Rusia, bahkan di bawah Kerensky, di bawah republik demokratik-borjuis, perang ini masihlah perang imperialis, karena perang ini dikobarkan oleh kaum borjuasi sebagai kelas penguasa (dan perang adalah “kelanjutan politik”); dan ekspresi yang paling jelas dari karakter imperialis peperangan ini adalah perjanjian-perjanjian rahasia untuk membagi-bagi dunia dan penjarahan negeri-negeri lain yang telah disepakati oleh Tsar dengan kapitalis di Inggris dan Prancis. Kaum Menshevik menipu rakyat dengan cara yang paling menjijikkan dengan menyebut perang ini sebagai perang defensif atau revolusioner. Dan dengan menyetujui kebijakan Menshevik, Kautsky setuju dengan penipuan terhadap rakyat ini. Kautsky menyetujui peran yang dimainkan oleh borjuis kecil dalam membantu kapital untuk menipu buruh dan mengikat mereka ke kereta perang imperialis. Kautsky mendukung kebijakan yang bersifat borjuis-kecil, kebijakan yang filistin dengan berpura-pura (dan mencoba membuat rakyat percaya) bahwa mengedepankan sebuah slogan akan mengubah posisi mereka yang sesungguhnya. Seluruh sejarah demokrasi borjuis menyangkal ilusi ini. Kaum demokrat borjuis selalu mengedepankan segala macam “slogan” untuk menipu rakyat. Yang terpenting adalah menguji ketulusan mereka, untuk membandingkan kata-kata mereka dengan tindakan-tindakan mereka, dan tidak menjadi puas dengan frase-frase yang idealistis atau yang menipu, tetapi berpijak pada realitas kelas. Sebuah perang imperialis tidak berhenti menjadi imperialis ketika para penipu atau filistin borjuis-kecil mengedepankan slogan-slogan “sentimentil”, tetapi hanya ketika kelas yang mengobarkan perang imperialis ini, dan yang terikat pada perang ini oleh jutaan benang (dan bahkan tali) ekonomi, benar-benar ditumbangkan dan digantikan dengan kelas yang benar-benar revolusioner, yakni kelas proletariat. Tidak ada cara lain untuk keluar dari perang imperialis, dan juga keluar dari perdamaian imperialis yang predatoris. Dengan menyetujui kebijakan luar negeri kaum Menshevik, dan menyatakannya internasionalis dan bersemangat Zimmerwald, Kautsky, pertama-tama, mengungkapkan kebangkrutan total dari mayoritas Zimmerwald yang oportunis (tidak heran kalau kami, Zimmerwald Kiri, segera memisahkan diri kami dari mayoritas tersebut), dan kedua – dan ini yang terutama – dia menyebrang dari posisi proletariat ke posisi borjuis kecil, dari revolusioner ke reformis. Proletariat berjuang untuk penumbangan revolusioner kaum borjuis imperialis. Kaum borjuis kecil berjuang untuk “perbaikan” reformis dari imperialisme, untuk beradaptasi, sementara bertekuk lutut kepadanya. Ketika Kautsky masihlah seorang Marxis, misalnya pada 1909, ketika dia menulis “Road to Power” (Jalan Menuju Kekuasaan), dia mengedepankan gagasan bahwa peperangan niscaya akan membawa kita ke revolusi, dan dia berbicara mengenai era revolusi yang semakin dekat. Manifesto Basel 1912 dengan jelas dan tegas berbicara mengenai revolusi proletariat dalam hubungannya dengan perang imperialis antara Jerman dan Inggris, yang akhirnya benar-benar meledak pada 1914. Tetapi pada 1918, ketika revolusi-revolusi sungguh-sungguh terjadi, Kautsky, alih-alih menjelaskan bahwa mereka adalah hal yang tak terelakkan, alih-alih memikirkan taktik-taktik revolusioner dan cara untuk mempersiapkan revolusi, dia malah mulai menggambarkan taktik-taktik reformis kaum Menshevik sebagai internasionalis. Bukankah ini pengkhianatan? Kautsky memuji kaum Menshevik yang bersikeras ingin mempertahankan kekuatan perang dari angkatan bersenjata, dan dia menyalahkan kaum Bolshevik karena telah memperparah “kekacauan angkatan bersenjata”, yang sudah kacau balau. Ini berarti memuji reformisme dan berkapitulasi pada borjuasi imperialis, dan menyalahkan serta menyangkal revolusi. Karena di bawah rejim Kerensky, mempertahankan kekuatan perang angkatan bersenjata berarti menjaga keberadaannya di bawah komando borjuis (walaupun republiken). Semua orang tahu, dan jalannya peristiwa telah memberikan konfirmasi yang jelas, bahwa angkatan bersenjata republiken ini mempertahankan semangat Kornilov karena para perwira tingginya adalah orang-orang Kornilov. Para perwira borjuis tidak bisa tidak menjadi orang-orang Kornilov; mereka tidak bisa tidak cenderung ke imperialisme dan menindas proletariat dengan kekerasan. Semua taktik Menshevik dalam prakteknya berarti membiarkan seluruh fondasi perang imperialis dan seluruh fondasi kediktatoran borjuis utuh, menambal sulam hal-hal detil yang remeh temeh (“reforma-reforma”). Di lain pihak, tidak ada satu pun revolusi besar yang pernah terjadi, atau akan pernah terjadi, tanpa “kekacau-balauan” di dalam tubuh angkatan bersenjata. Karena angkatan bersenjata adalah instrumen penjaga rejim lama yang paling tua dan kaku, benteng kedisiplinan borjuis yang paling kuat, yang mempertahankan kekuasaan kapital, dan mempertahankan dan memperkuat di antara rakyat pekerja semangat penghambaan pada kapital. Kontra-revolusi tidak pernah menoleransi, dan tidak akan pernah bisa menoleransi keberadaan rakyat yang bersenjata. Di Prancis, Engels menulis, di setiap revolusi kaum buruh muncul dengan senjata di tangannya, “oleh karenanya, pelucutan buruh adalah tugas pertama dari kaum borjuasi, yang ada di pucuk kepemimpinan negara.” Buruh yang bersenjata adalah embrio dari sebuah angkatan bersenjata yang baru, nukleus terorganisasi dari sebuah tatanan sosial yang baru. Tugas pertama dari kaum borjuasi adalah menghancurkan nukleus ini dan mencegahnya tumbuh. Tugas pertama dari setiap revolusi yang menang, seperti yang ditekankan berulang kali oleh Marx dan Engels, adalah untuk menghancurkan angkatan bersenjata yang lama, membubarkannya, dan menggantikannya dengan angkatan bersenjata yang baru. Sebuah kelas sosial yang baru, ketika ia naik ke tampuk kekuasaan, tidak akan pernah bisa merebut kekuasaan dan mempertahankannya tanpa membubarkan sepenuhnya angkatan bersenjata yang lama (“Kekacau-balauan!” teriak kaum filistin reaksioner yang penakut mengenai ini), tanpa melalui sebuah periode yang paling sulit dan menyakitkan di mana tidak ada angkatan bersenjata (Revolusi Prancis juga melalui periode yang sulit ini), dan perlahan-lahan membangun, di tengah peperangan sipil yang sulit, sebuah angkatan bersenjata yang baru, sebuah kedisiplinan yang baru, sebuah organisasi militer yang baru dari kelas yang baru. Sebelumnya Kautsky sang sejarawan memahami ini. Sekarang, Kautsky sang pengkhianat telah melupakan ini. Kautsky tidak punya hak untuk memanggil para Scheidemann sebagai “kaum sosialis pemerintahan” bila dia mendukung taktik kaum Menshevik di revolusi Rusia. Dengan mendukung Kerensky dan bergabung ke dalam kabinetnya, kaum Menshevik juga adalah kaum sosialis pemerintah. Kautsky tidak dapat menghindari kesimpulan ini bila dia mengedepankan pertanyaan kelas penguasa mana yang sedang mengobarkan perang imperialis ini. Tetapi Kautsky menghindari pertanyaan mengenai kelas penguasa ini, sebuah pertanyaan yang penting sekali bagi seorang Marxis, karena hanya dengan mengedepankan pertanyaan ini seorang pengkhianat akan terekspos. Para pendukung Kautsky di Jerman, para pendukung Longuet di Prancis, dan Turati dkk. di Italia berargumen seperti ini: sosialisme mensyaratkan kesetaraan, kebebasan dan hak penentuan nasib sendiri di antara bangsa-bangsa, oleh karenanya ketika negeri kami diserang atau ketika pasukan musuh menyerang daerah kami, adalah hak dan tugas dari kaum sosialis untuk mempertahankan negeri mereka. Tetapi secara teoritis, argumen seperti ini adalah entah mengolok-olok sosialisme atau penipuan yang terselubung. Sementara dari sudut pandang politik praktis argumen seperti ini adalah seperti argumen orang kampung yang tak terdidik, yang tidak memahami karakter sosial dan kelas dari perang sekarang ini, dan tidak paham tugas dari sebuah partai revolusioner pada saat perang yang reaksioner. Sosialisme menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa. Ini tidak terbantahkan. Tetapi sosialisme menentang kekerasan terhadap manusia secara umum. Selain kaum anarkis Kristen dan kaum Tolstoyan , belum ada satu pun orang yang menarik kesimpulan dari ini bahwa sosialisme menentang kekerasan revolusioner. Jadi, berbicara mengenai “kekerasan” secara umum, tanpa memeriksa kondisi-kondisi yang membedakan kekerasan reaksioner dari kekerasan revolusioner, berarti menjadi seorang filistin yang menyangkal revolusi, atau ini berarti menipu diri sendiri dan orang lain dengan sofisme. Hal yang sama juga benar mengenai kekerasan terhadap bangsa-bangsa. Setiap perang adalah kekerasan terhadap bangsa-bangsa, tetapi ini tidak mencegah kaum sosialis dari mendukung sebuah perang revolusioner. Karakter kelas dari sebuah perang – ini adalah pertanyaan fundamental yang dihadapi oleh seorang sosialis (bila dia bukanlah seorang pengkhianat). Perang imperialis 1914-1918 adalah sebuah peperangan antara dua kelompok borjuis imperialis untuk membagi-bagi dunia, untuk membagi-bagi harta jarahan, dan untuk menjarah dan mencekik bangsa-bangsa yang kecil dan lemah. Ini adalah pengkajian mengenai perang yang akan datang yang tertuang di Manifesto Basel pada 1912, dan yang sekarang telah terkonfirmasikan oleh fakta. Siapa pun yang tidak setuju dengan cara pandang ini bukanlah seorang sosialis. Bila seorang Jerman di bawah rejim Wilhem atau seorang Prancis di bawah rejim Clemenceau mengatakan, “Adalah hak dan tugas saya sebagai seorang sosialis untuk membela negeri saya bila negeri saya diserang oleh musuh”, dia berargumen bukan seperti seperti seorang sosialis, bukan seperti seorang internasionalis, bukan seperti seorang proletar revolusioner, tetapi seperti seorang nasionalis borjuis-kecil. Karena argumen ini mengabaikan perjuangan kelas revolusioner antara buruh dan kapital. Argumen ini mengabaikan pengkajian perang ini secara keseluruhan dari sudut pandang kaum borjuasi dunia dan kaum proletariat dunia, yakni argumen ini mengabaikan internasionalisme. Yang ada hanyalah nasionalisme yang buruk dan sempit. Negeri saya sedang diserang, dan saya hanya peduli ini – inilah argumennya, dan inilah nasionalisme borjuis-kecil yang sempit. Ini sama seperti argumen kekerasan individual, atau kekerasan terhadap seorang individu, di mana seorang berargumen bahwa sosialisme menentang kekerasan dan oleh karenanya saya lebih memilih menjadi seorang pengkhianat daripada dipenjara. Seorang Jerman, Prancis, atau Italia yang mengatakan: “Sosialisme menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa, oleh karenanya saya membela diri saya sendiri ketika negeri saya diserang”, ia mengkhianati sosialisme dan internasionalisme, karena orang seperti ini hanya melihat “negeri”nya sendiri, dia menaruh kaum borjuasinya “sendiri” di atas segalanya dan tidak memikirkan mengenai relasi-relasi internasional yang membuat perang ini sebuah perang imperialis dan bahwa kaum borjuasinya adalah satu mata rantai di dalam rantai penjarahan imperialis. Semua kaum filistin dan orang-orang kampung yang bodoh dan tidak terdidik berargumen seperti para pendukung Kautsky, Longuet, Turati dkk.: “Musuh telah menyerang negeri saya, saya hanya peduli ini.” Kaum sosialis, kaum proletar revolusioner, kaum internasionalis, punya argumen yang berbeda. Dia mengatakan: “Karakter dari sebuah perang (entah itu perang reaksioner atau perang revolusioner) tidak ditentukan oleh siapa yang menyerang, atau di negeri mana “sang musuh” berada; ini ditentukan oleh kelas mana yang mengobarkan perang, dan politik apa yang merupakan kelanjutan dari perang ini. Bila perang ini adalah sebuah perang imperialis yang reaksioner, yakni perang ini dikobarkan oleh dua kelompok borjuis imperialis dunia, yang rakus, predatoris, dan reaksioner, maka setiap kaum borjuasi (bahkan negeri yang terkecil pun) menjadi partisipan dari penjarahan ini. Tugas saya sebagai perwakilan dari proletariat revolusioner adalah untuk menyiapkan revolusi proletar dunia sebagai satu-satunya jalan keluar dari kengerian pembantaian global. Saya harus berargumen, bukan dari sudut pandang negeri ‘saya’ (karena argumen ini adalah argumen dari seorang nasionalis borjuis-kecil yang menyedihkan dan bodoh, yang tidak menyadari bahwa dia tidak ubahnya mainan di tangan kaum borjuasi imperialis), tetapi dari sudut pandang peran saya dalam persiapan, propaganda, dan dalam mempercepat revolusi proletariat dunia.” Inilah internasionalisme, dan inilah tugas dari kaum internasionalis, kaum buruh revolusioner, dan kaum sosialis yang sejati. Inilah ABC yang telah “dilupakan” oleh Kautsky sang pengkhianat. Dan pengkhianatannya menjadi semakin jelas saat dia bergerak dari mendukung taktik-taktik kaum nasionalis borjuis-kecil (kaum Menshevik di Rusia, pendukung Longuet di Prancis, pendukung Turati di Italia, dan Haase dkk. di Jerman) ke mengkritik taktik-taktik Bolshevik. Ini kritiknya: “Revolusi Bolshevik didasarkan atas asumsi bahwa revolusi ini akan menjadi titik awal dari revolusi Eropa secara umum, bahwa inisiatif berani dari Rusia akan mendorong kaum proletariat Eropa untuk bangkit. “Asumsi ini tidak mengindahkan apa bentuk perjanjian perdamaian yang akan ditandatangani oleh Rusia, apa kesukaran dan kehilangan daerah (secara harfiah, mutilasi, Verstümmelungen) yang harus dihadapi oleh rakyat Rusia, dan apa penafsiran hak penentuan nasib bangsa yang akan diberikannya. Ini juga tidak mengindahkan apakah Rusia dapat atau tidak dapat mempertahankan dirinya. Menurut cara pandang ini, revolusi Eropa adalah pertahanan terbaik untuk revolusi Rusia, dan akan membawa hak penentuan nasib sendiri yang sempurna dan sejati bagi seluruh rakyat yang tinggal di Rusia. “Sebuah revolusi di Eropa, yang akan mendirikan dan mengonsolidasikan sosialisme di sana, juga akan menyingkirkan rintangan-rintangan yang muncul di Rusia dalam memperkenalkan sistem produksi sosialis karena keterbelakangan ekonomi dari negeri ini. “Semua ini sangatlah logis dan sangatlah berlandasan kuat – hanya bila asumsi utamanya benar, yakni bahwa revolusi Rusia akan memercikkan revolusi Eropa. Tetapi, bagaimana kalau ini salah? “Sampai sekarang asumsi ini belumlah terbukti. Dan kaum proletar Eropa sekarang dituduh telah mencampakkan dan mengkhianati revolusi Rusia. Ini adalah tuduhan yang dilemparkan ke orang-orang yang tidak diketahui namanya, karena siapa yang harus bertanggung jawab atas perilaku dan tindakan kaum proletariat Eropa?” (hal. 28) Dan Kautsky lalu menjelaskan panjang lebar bahwa Marx, Engels dan Bebel telah lebih dari sekali keliru mengenai tibanya revolusi yang sebelumnya mereka antisipasi, tetapi mereka tidak pernah mendasarkan taktik-taktik mereka pada pengharapan akan revolusi pada “tanggal tertentu” (hal. 29), sementara, katanya, kaum Bolshevik “mempertaruhkan segalanya pada satu kartu, pada revolusi Eropa”. Kami sengaja mengutip baris-baris yang panjang ini untuk menunjukkan kepada para pembaca kami “talenta” Kautsky dalam memalsukan Marxisme, di mana dia menggantikan Marxisme dengan cara pandang filistinnya yang reaksioner dan dangkal. Pertama, Kautsky melekatkan pada kaum Bolshevik sebuah gagasan yang jelas-jelas bodoh, dan lalu mengecam gagasan tersebut. Ini adalah taktik yang digunakan oleh orang yang tidak terlalu cerdas. Bila kaum Bolshevik mendasarkan taktik mereka pada harapan terjadinya revolusi di negeri-negeri lain pada tanggal tertentu, ini sungguh adalah kebodohan. Tetapi Partai Bolshevik tidak pernah bersalah atas kebodohan seperti itu. Di surat saya kepada kaum buruh Amerika (20 Agustus, 1918), saya dengan jelas menyangkal gagasan bodoh ini, dengan mengatakan bahwa kita bergantung pada revolusi Amerika, tetapi bukan pada tanggal tertentu. Saya menulis panjang lebar mengenai gagasan ini lebih dari sekali di dalam polemik saya dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri dan kaum “Komunis Kiri” (Januari-Maret 1918). Kautsky telah melakukan pemalsuan yang sangat cerdik dalam melakukan kritiknya terhadap Bolshevisme. Kautsky telah mencampur aduk taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat, tetapi bukan pada tanggal tertentu, dengan taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa pada tanggal tertentu. Sungguh sebuah pemalsuan yang sangat cerdik! Taktik yang belakangan [berdasarkan pengharapan akan revolusi pada tanggal tertentu – Ed.] sangatlah bodoh. Taktik yang pertama [berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat – Ed.] adalah taktik yang wajib bagi seorang Marxis, bagi setiap proletar revolusioner dan internasionalis. Ini adalah taktik yang wajib karena taktik ini mempertimbangkan secara Marxis situasi objektif yang menyebabkan perang ini di seluruh Eropa, dan taktik ini sesuai dengan tugas internasional kaum proletariat. Kautsky menggantikan masalah fondasi taktik revolusioner secara umum dengan masalah remeh temeh mengenai kekeliruan kaum Bolshevik. Dengan ini, dia telah dengan sangat cerdik menolak semua taktik revolusioner. Seorang pengkhianat dalam politik, Kautsky bahkan tidak mampu secara teoritis mengedepankan pertanyaan mengenai syarat-syarat objektif taktik revolusioner. Dan ini membawa kita ke poin kedua. Kedua, adalah kewajiban bagi seorang Marxis untuk berharap pada revolusi Eropa bila ada situasi revolusioner. Adalah ABC Marxisme bahwa taktik proletariat sosialis tidak bisa sama ketika ada situasi revolusioner dan ketika tidak ada situasi revolusioner. Bila Kautsky mengedepankan pertanyaan ini, yang wajib bagi seorang Marxis, maka dia akan menemukan bahwa jawabannya sungguh bertentangan dengan dia. Jauh sebelum perang, semua kaum Marxis dan semua kaum sosialis setuju bahwa sebuah peperangan Eropa akan menciptakan sebuah situasi revolusioner. Kautsky sendiri, sebelum dia menjadi seorang pengkhianat, jelas-jelas dan dengan tegas mengakui ini – pada 1902 (di karyanya “Social Revolution”) dan pada 1909 (di karyanya “Road to Power”). Ini juga diakui atas nama seluruh Internasional Kedua di dalam Manifesto Basel. Tidak mengherankan kalau para sosial-sovinis dan pendukung Kautsky (kaum “Sentris”, yakni mereka yang terombang-ambing antara revolusi dan oportunisme) dari semua negeri menghindari deklarasi Manifesto Basel seperti wabah! Jadi, harapan atas berkembangnya situasi revolusioner di Eropa bukanlah harapan hanya dari kaum Bolshevik, tetapi ini adalah pendapat umum dari semua Marxis. Ketika Kautsky mencoba lari dari kebenaran yang tak terbantahkan ini dengan menggunakan kalimat-kalimat seperti kaum Bolshevik “selalu percaya akan kemahakuasaan dari kekerasan dan kehendak”, dia sebenarnya menggunakan frase kosong yang berisik untuk menutup-nutupi pengelakannya, yakni pengelakan yang memalukan, dari pertanyaan mengenai situasi revolusioner. Apakah situasi revolusioner telah datang atau belum? Kautsky tidak mampu mengedepankan pertanyaan ini. Fakta-fakta ekonomi telah memberikan jawabannya: bencana kelaparan dan kehancuran yang diciptakan di mana-mana oleh perang berarti ada situasi revolusioner. Fakta-fakta politik juga menyediakan jawaban: semenjak 1915 sebuah proses perpecahan telah terjadi di semua negeri di dalam partai-partai sosialis lama yang telah membusuk, sebuah proses di mana massa proletariat bergeser ke kiri menjauhi para pemimpin sosial-sovinis, bergerak menuju gagasan-gagasan revolusioner dan pemimpin-pemimpin revolusioner. Hanya orang yang membenci revolusi dan mengkhianatinya dapat gagal untuk melihat fakta-fakta pada tanggal 5 Agustus 1918, ketika Kautsky sedang menulis pamflet ini. Dan sekarang, pada akhir Oktober 1918, revolusi sedang berkembang di sejumlah negeri-negeri Eropa, dan berkembang di depan mata semua orang dan dengan sangat cepat. Kautsky “sang revolusioner”, yang masih ingin dianggap sebagai seorang Marxis, telah membuktikan dirinya sebagai seorang filistin yang rabun jauh, yang, seperti para filistin yang diolok-olok Marx pada 1847, tidak mampu melihat revolusi yang sedang datang! Sekarang ke poin ketiga. Ketika, apa yang harus menjadi fitur-fitur spesifik dari taktik revolusioner ketika ada situasi revolusioner di Eropa? Setelah menjadi seorang pengkhianat, Kautsky tidak berani mengajukan pertanyaan ini, yang wajib diajukan oleh seorang Marxis. Kautsky berargumen seperti seorang borjuis kecil yang tipikal, seorang filistin, atau seperti seorang petani yang tak berpendidikan: apakah “Revolusi Eropa secara umum” telah dimulai atau belum? Bila sudah, maka dia juga siap menjadi seorang revolusioner! Tetapi, kalau demikian maka setiap bajingan (seperti para bajingan yang sekarang kadang-kadang menempelkan diri mereka ke kaum Bolshevik yang telah menang) akan menyatakan dirinya sebagai seorang revolusioner! Bila revolusi Eropa belum dimulai, maka Kautsky akan memalingkan punggungnya ke revolusi! Kautsky tidak punya secuil pun pemahaman bahwa seorang Marxis revolusioner membedakan dirinya dari kaum filistin dan borjuis kecil dari kemampuannya untuk menyampaikan kepada massa yang tak-terdidik bahwa revolusi yang menjadi matang adalah hal yang diperlukan, untuk membuktikan bahwa ini adalah hal yang tak-terelakkan, untuk menjelaskan keuntungannya bagi rakyat, dan untuk mempersiapkan kaum proletariat dan semua rakyat pekerja dan tertindas untuk situasi ini. Kautsky mengatakan bahwa kaum Bolshevik konyol karena mereka mempertaruhkan segalanya pada satu kartu, yakni pada Revolusi Eropa yang akan bergulir pada tanggal tertentu. Kekonyolan ini telah berbalik menyerang Kautsky, karena kesimpulan logis dari argumennya adalah bahwa taktik kaum Bolshevik hanya akan benar kalau revolusi Eropa terjadi pada 5 Agustus 1918! Inilah tanggal yang disebutkan oleh Kautsky ketika dia menulis pamfletnya. Dan ketika, beberapa minggu setelah 5 Agustus ini, telah menjadi jelas kalau revolusi sedang tiba di sejumlah negeri-negeri Eropa, seluruh pengkhianatan Kautsky, seluruh pemalsuannya terhadap Marxisme, dan ketidakmampuannya untuk bernalar atau bahkan mengajukan pertanyaan secara revolusioner, telah terungkap dengan sangat jelas! Ketika kaum proletar Eropa dituduh berkhianat, Kautsky menulis bahwa tuduhan ini dilemparkan ke orang-orang tidak bernama. Kau keliru, Tn. Kautsky! Bercerminlah dan kau akan melihat “orang-orang tidak bernama” tersebut. Kautsky pura-pura naif dan tidak paham siapa yang melemparkan tuduhan tersebut, dan apa arti tuduhan tersebut. Namun pada kenyataan, Kautsky tahu dengan sangat jelas bahwa tuduhan tersebut dilemparkan oleh kaum “Kiri” Jerman, oleh kaum Spartakus (Partai Komunis Jerman – Ed.), oleh Liebknecht dan kawan-kawannya. Tuduhan ini mengekspresikan pemahaman jelas akan kenyataan bahwa kaum proletariat Jerman telah mengkhianati revolusi Rusia (dan dunia) ketika ia mencekik Finlandia, Ukraina, Latvia dan Estonia. Tuduhan ini terutama dilemparkan, bukan kepada massa yang selalu tertindas, tetapi kepada para pemimpin, seperti para Scheidemann dan Kautsky, yang gagal dalam tugas mereka untuk melakukan agitasi revolusioner, propaganda revolusioner, kerja revolusioner di antara massa untuk menggerakkan mereka. Para pemimpin ini pada kenyataannya bekerja melawan insting dan aspirasi revolusioner yang selalu bersinar di dalam benak massa kelas tertindas. Para Scheidemann secara terbuka, vulgar, sinis, dan kebanyakan demi kepentingan pribadi mereka mengkhianati kaum proletariat dan membelot ke sisi borjuasi. Kautsky dan para pendukung Longuet melakukan hal yang sama, hanya saja dengan ragu-ragu dan tersendat-sendat, dan seperti pengecut selalu melirik ke pihak yang lebih kuat pada saat itu. Di semua tulisan-tulisannya selama perang Kautsky mencoba memadamkan semangat revolusioner, dan bukannya mengembangkannya dan membuatnya lebih besar. Kautsky bahkan tidak memahami signifikansi teoritis, dan signifikansi agitasi dan propaganda yang bahkan lebih besar, dari “tuduhan” bahwa kaum proletariat Eropa telah mengkhianati revolusi Rusia. Ini adalah monumen historis dari kebodohan filistin dari para pemimpin resmi Sosial-Demokrasi! Kautsky tidak paham bahwa karena sensor di bawah rejim “Reich” Jerman “tuduhan” ini mungkin adalah satu-satunya bentuk di mana kaum sosialis Jerman yang belum berkhianat – yakni Liebknecht dan kawan-kawannya – dapat menyatakan seruan mereka kepada para buruh Jerman untuk menumbangkan para Scheidemann dan Kautsky, untuk menyingkirkan “para pemimpin” ini, untuk membebaskan diri mereka dari propaganda yang membodohi mereka, untuk bangkit memberontak tanpa “para pemimpin” ini, dan bergerak melangkahi mereka untuk menuju revolusi! Kautsky tidak memahami ini. Dan bagaimana mungkin dia bisa memahami taktik kaum Bolshevik? Dapatkah seseorang yang telah menyangkal revolusi secara umum diharapkan untuk mengkaji dan mempertimbangkan kondisi-kondisi perkembangan revolusi di salah satu kasus yang paling “sulit”? Taktik-taktik kaum Bolshevik adalah taktik-taktik yang tepat; mereka adalah satu-satunya taktik internasionalis, karena mereka bukan didasarkan atas ketakutan terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas “ketidakpercayaan” filistin terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas keinginan nasionalis yang sempit untuk membela “tanah air” diri sendiri (tanah air kaum borjuasi mereka sendiri), sementara tidak “peduli sama sekali” pada hal-hal lain. Namun taktik-taktik Bolshevik berdasarkan estimasi yang tepat mengenai situasi revolusioner di Eropa (sebelum perang dan sebelum pengkhianatan kaum sosial-sovinis dan sosial-pasifis, estimasi ini diterima oleh semua pihak). Taktik-taktik Bolshevik adalah satu-satunya taktik internasionalis, karena mereka melakukan segala hal yang memungkinkan di satu negeri demi perkembangan dan kebangkitan revolusi di negeri-negeri lain. Taktik-taktik ini telah dibenarkan oleh keberhasilan mereka yang besar, karena Bolshevisme (bukan karena jasa kaum Bolshevik Rusia saja, tetapi karena simpati mendalam dari rakyat di mana-mana atas taktik-taktik yang revolusioner dalam praktek) telah menjadi Bolshevisme dunia, telah menghasilkan sebuah gagasan, sebuah teori, sebuah program dan taktik-taktik yang berbeda secara konkret dan praktek dari sosial-sovinisme dan sosial-pasifisme. Bolshevisme telah meluluhlantakkan Internasional lama dan busuk dari para Scheidemann dan Kautsky, Renaudel dan Longuet, Henderson dan MacDonalds, yang dari sekarang akan saling menyerang, bermimpi mengenai “persatuan” dan mencoba untuk membangkitkan kembali sebuah mayat. Bolshevisme telah menciptakan fondasi ideologi dan taktik dari Internasional Ketiga, dari sebuah Internasional yang sungguh-sungguh proletariat dan Komunis, yang akan mempertimbangkan pencapaian-pencapaian dari masa damai serta pengalaman dari masa revolusi, yang telah dimulai. Bolshevisme telah mempopulerkan gagasan “kediktatoran proletariat” ke seluruh penjuru dunia, telah menerjemahkan kata-kata ini dari Latin, pertama ke bahasa Rusia dan lalu ke semua bahasa di dunia, dan telah menunjukkan dengan contoh pemerintahan Soviet bahwa kaum buruh dan tani miskin, bahkan yang dari negeri terbelakang, bahkan yang punya pengalaman, pendidikan dan kebiasaan berorganisasi yang paling sedikit, telah mampu dalam satu tahun ini, di tengah kesulitan yang besar dan di tengah perjuangan melawan para penindas (yang didukung oleh kaum borjuasi dari seluruh dunia), mempertahankan kekuasaan rakyat pekerja, menciptakan demokrasi yang jauh lebih tinggi dan luas daripada semua demokrasi yang terdahulu di dunia, dan memulai kerja kreatif dari puluhan juta buruh dan tani untuk membangun sosialisme secara praktikal. Bolshevisme telah membantu mengembangkan revolusi proletariat di Eropa dan Amerika dengan lebih baik daripada partai manapun. Kaum buruh di seluruh dunia semakin hari menjadi semakin sadar bahwa taktik para Scheidemann dan Kautsky belumlah membebaskan mereka dari perang imperialis dan perbudakan-upah, dan bahwa taktik ini tidak dapat menjadi model untuk semua negeri. Dan massa buruh di semua negeri semakin menyadari bahwa Bolshevisme telah menunjukkan jalan keluar dari kengerian perang dan imperialisme, dan bahwa Bolshevisme dapat menjadi model taktik untuk semua negeri. Tidak hanya Revolusi Eropa, tetapi revolusi proletariat sedunia sedang menjadi semakin matang di depan mata semua orang, dan ini telah dibantu, dipercepat, dan didukung oleh kemenangan kaum proletariat di Rusia. Semua ini tidak cukup untuk kemenangan mutlak sosialisme, katamu? Tentu saja ini tidak cukup. Satu negeri saja tidak akan bisa. Tetapi satu negeri ini, karena terbentuknya pemerintahan Soviet, telah melakukan begitu banyak hal, sehingga kalau pemerintahan Soviet di Rusia diremukkan oleh imperialisme dunia esok harinya, katakanlah karena perjanjian antara imperialisme Jerman dan Anglo-Prancis – bahkan dalam skenario yang paling buruk ini – taktik-taktik Bolshevik masih akan sangat berguna bagi sosialisme dan membantu perkembangan revolusi dunia. === Kepatuhan pada Borjuasi dengan Kedok “Analisis Ekonomi” === Seperti yang telah dikatakan, bila judul buku Kautsky sungguh-sungguh mencerminkan isinya, seharusnya buku tersebut diberi judul, bukan “Kediktatoran Proletariat”, tetapi “Pengulangan Kembali Serangan Borjuasi terhadap Bolshevik”. “Teori-teori” Menshevik yang lama mengenai karakter borjuis dari revolusi Rusia, yakni distorsi terhadap Marxisme yang dilakukan oleh kaum Menshevik (yang ditolak oleh Kautsky pada 1905!), sekarang diulang kembali oleh sang teoretikus kita. Kita harus menjawab masalah ini, walaupun ini akan begitu membosankan bagi kaum Marxis Rusia. Revolusi Rusia adalah revolusi borjuis. Ini yang dikatakan oleh semua kaum Marxis Rusia sebelum 1905. Kaum Menshevik, yang menggantikan Marxisme dengan liberalisme, menarik kesimpulan berikut: oleh karenanya kelas proletariat tidak boleh bergerak melebihi apa yang dapat diterima oleh kelas borjuasi dan harus melaksanakan kebijakan kompromi dengan mereka. Kaum Bolshevik mengatakan bahwa ini adalah teori borjuis-liberal. Kaum borjuasi sedang mencoba melakukan reforma terhadap pemerintahan di atas garis borjuis dan reformis, bukan di atas garis revolusioner. Pada saat yang sama mereka ingin mempertahankan sebisa mungkin sistem monarki, sistem feodal, dsb. Kaum proletariat harus melaksanakan revolusi borjuis demokratik sampai ke garis akhir, dan tidak boleh membiarkan dirinya “terikat” oleh reformisme borjuasi. Kaum Bolshevik merumuskan perimbangan kekuatan-kekuatan kelas di dalam revolusi borjuis ini sebagai berikut: kaum proletar, memenangkan kaum tani ke sisinya, akan menetralisir kaum borjuasi dan sepenuhnya menghancurkan sistem monarki, medievalisme, dan sistem feodal. Aliansi antara kaum proletar dan tani ini secara umum mengungkapkan karakter borjuis dari revolusi Rusia, karena kaum tani secara umum adalah produsen kecil yang eksis di atas basis produksi komoditas. Terlebih lagi, kaum Bolshevik kemudian menambahkan, proletariat akan memenangkan seluruh elemen semi-proletariat (semua rakyat pekerja dan tertindas), akan menetralisir kaum tani menengah dan menumbangkan kaum borjuasi; ini akan menjadi revolusi sosialis, yang berbeda dari revolusi borjuis demokratik. (Baca pamflet saya, “Dua Taktik”, yang diterbitkan pada 1905 dan dicetak ulang di “Dua Belas Tahun”, St. Petersburg, 1907) Kautsky terlibat secara tidak langsung dalam polemik ini pada 1905, ketika dia menjawab sebuah pertanyaan dari Plekhanov, yang saat itu sudah menjadi Menshevik, dan dia mengeluarkan sebuah opini yang menentang Plekhanov. Karena opini Kautsky ini, pers Bolshevik mencibir Plekhanov pada saat itu. Tetapi sekarang Kautsky tidak mengucapkan satu kata pun mengenai polemik pada saat itu (karena dia takut terekspos oleh pernyataannya sendiri!), dan oleh karenanya dia membuat mustahil bagi para pembaca Jerman untuk memahami inti dari permasalahan ini. Tn. Kautsky tidak dapat mengatakan kepada para buruh Jerman pada tahun 1918 kalau 13 tahun yang lalu dia mendukung aliansi buruh dengan kaum tani, dan bukan dengan kaum borjuis liberal, dan apa syarat-syarat untuk aliansi ini, dan apa program yang dia rumuskan untuk aliansi ini. Menjilat ludahnya sendiri, Kautsky, di bawah kedok “analisa ekonomi” dan berbicara dengan bangga mengenai “materialisme historis”, sekarang menyerukan agar kaum buruh tunduk pada kaum borjuasi. Dengan bantuan kutipan-kutipan dari Maslov, seorang Menshevik, dia memuntahkan kembali pandangan-pandangan liberal lama dari kaum Menshevik. Kutipan-kutipan digunakan untuk membuktikan gagasan baru mengenai keterbelakangan Rusia. Tetapi deduksi yang ditarik dari gagasan baru ini adalah deduksi tua, yakni bahwa di dalam sebuah revolusi borjuis kita tidak boleh bergerak melampaui kaum borjuasi! Dan ini setelah semua yang dikatakan oleh Marx dan Engels ketika membandingkan revolusi borjuis 1789-93 di Jerman dengan revolusi borjuis 1848 di Jerman! Sebelum kita bergerak ke “argumen” utama dan isi utama dari “analisa ekonomi”nya Kautsky, mari kita periksa baris-baris awal Kautsky yang mengungkapkan kebingungan dan kedangkalan dalam berpikir. Sang “teoretikus” kita menulis, “Pertanian, dan terutama pertanian kecil, sampai hari ini merepresentasikan fondasi ekonomi Rusia. Sekitar empat-per-lima, mungkin bahkan lima-per-enam, dari populasi Rusia hidup dengan bertani” (hal. 45). Pertama-tama, pernahkah kamu pertimbangkan berapa banyak penindas di antara massa produsen kecil ini? Tentunya tidak lebih dari satu-per-sepuluh, dan di kota-kota bahkan lebih kecil, karena produksi skala-besar lebih berkembang di sana. Bahkan kalau kita mengambil estimasi tinggi, dan berasumsi bahwa satu-per-lima dari produsen kecil adalah penindas yang tidak punya hak suara. Bahkan dengan estimasi ini 66% suara yang diraih oleh Bolshevik pada Kongres Kelima Soviet mewakili mayoritas populasi. Selain itu, cukup banyak kaum Sosialis-Revolusioner Kiri yang mendukung kekuasaan Soviet – secara prinsipil semua kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mendukung kekuasaan Soviet, dan ketika satu seksi dari Sosialis-Revolusioner Kiri, pada Juli 1918, melakukan pemberontakan avonturis, dua partai yang baru pecah dari partai lama ini: “Komunis Narodnik” dan “Komunis Revolusioner”. (Dari para pemimpin terkemuka Sosialis-Revolusioner Kiri yang telah ditunjuk untuk posisi penting di dalam pemerintahan oleh partai SR Kiri, Zax adalah anggota partai Komunis Narodnik, dan Kolegayev anggota partai Komunis Revolusioner). Jadi, Kautsky sendiri secara tidak sengaja telah membantah dongeng konyol bahwa kaum Bolshevik hanya mendapatkan dukungan dari minoritas rakyat. Kedua, sang teoretikus saya yang terhormat, pernahkah kau pertimbangkan kenyataan bahwa kaum tani kecil niscaya terombang-ambing antara kaum proletar dan kaum borjuasi? Kebenaran Marxis ini, yang telah dikonfirmasikan oleh keseluruhan sejarah modern Eropa, dengan nyaman “dilupakan” oleh Kautsky, karena kebenaran ini menghancurkan “teori” Menshevik yang terus dia ulang-ulang! Bila Kautsky tidak “melupakan” kebenaran ini, dia tidak akan menyangkal perlunya kediktatoran proletariat di sebuah negeri di mana kaum tani kecil jumlahnya lebih banyak. Mari kita periksa “analisa ekonomi” dari sang teoretikus kita. Kekuasaan Soviet adalah sebuah kediktatoran, dan ini tidak bisa diperdebatkan, kata Kautsky. “Tetapi apakah kediktatoran ini adalah kediktatoran proletariat?” (hal. 34) “Menurut Konstitusi Soviet, kaum tani membentuk mayoritas populasi dan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam parlemen dan administrasi pemerintah. Apa yang disajikan di depan kita sebagai kediktatoran proletariat ternyata – bila dijalankan dengan konsisten, dan bila, berbicara secara umum, sebuah kelas dapat secara langsung mengimplementasikan kediktatoran, yang pada kenyataannya hanya dapat diimplementasikan oleh sebuah partai – hanyalah kediktatoran kaum tani.” (hal. 35) Merasa bangga karena argumennya yang begitu dalam dan pintar, Kautsky mencoba untuk membuat lelucon dan mengatakan: “Tampaknya pencapaian yang paling mudah dari sosialisme akan paling terjamin kalau ini diletakkan di tangan kaum tani.” (hal. 35) Dengan sangat terperinci, dan mengutip sejumlah kutipan yang sangat pintar dari Maslov yang semi-liberal, teoretikus kita mencoba membuktikan sebuah gagasan baru bahwa kaum tani tertarik pada harga gandum yang tinggi, upah rendah untuk kaum pekerja kota, dsb., dsb. Semakin Kautsky mengulang-ulang gagasan-gagasan baru ini, semakin sedikit perhatian yang dia berikan pada situasi-situasi baru yang muncul setelah peperangan. Contohnya, kaum tani tidak menginginkan uang untuk gandum mereka, tetapi mereka menginginkan komoditas, dan bahwa kaum tani tidak punya cukup alat-alat pertanian, yang tidak dapat mereka peroleh dengan cukup biarpun mereka punya uang. Kita akan kembali lagi ke topik ini. Oleh karenanya, Kautsky menuduh partai Bolshevik, partainya kaum proletariat, telah menyerahkan kediktatoran dan tugas untuk mencapai sosialisme ke kaum tani borjuis-kecil. Baik sekali, Tn. Kautsky! Tetapi, menurut pendapatmu yang mencerahkan, apa seharusnya sikap partai proletariat terhadap kaum tani borjuis-kecil? Teoretikus kita lebih memilih untuk diam seribu bahasa dalam hal ini, karena ada pepatah yang mengatakan: “Bicara itu perak, diam itu emas.” Tetapi dia mengekspos dirinya dengan argumen berikut ini: “Pada masa awal Republik Soviet, soviet-soviet tani adalah organisasi kaum tani secara umum. Sekarang Republik ini memproklamirkan bahwa Soviet-soviet adalah organisasi proletariat dan kaum tani miskin. Kaum tani yang kaya dirampas hak suaranya di dalam pemilu Soviet-soviet. Kaum tani miskin diakui sebagai produk permanen dan massa dari reforma agraria sosialis di bawah ‘kediktatoran proletariat’.” (hal. 48) Sungguh sebuah ironi yang menakjubkan! Ironi yang hanya dapat didengar dari kaum borjuasi. Mereka semua mencemooh dan mengejek Republik Soviet yang secara terbuka mengakui keberadaan kaum tani miskin. Mereka mencibir sosialisme. Ini hak mereka. Tetapi seorang “sosialis” yang mencemooh kenyataan bahwa setelah empat tahun peperangan yang paling menghancurkan masih ada (dan masih akan ada untuk waktu yang lama) kaum tani miskin di Rusia – seorang “sosialis” macam ini hanya dapat lahir dari pengkhianatan yang sepenuhnya. Dan lagi: “... Republik Soviet mengganggu relasi-relasi antara kaum tani kaya dan miskin, tetapi tidak dengan mendistribusi ulang tanah. Untuk mengatasi kekurangan roti di kota-kota, detasemen-detasemen buruh bersenjata dikirim ke pedesaan untuk merampas stok-stok surplus gandum milik kaum tani kaya. Sebagian dari stok tersebut diberikan kepada penduduk kota, sebagai lagi kepada kaum tani yang lebih miskin.” (hal. 48) Tentu saja, Kautsky sang sosialis dan sang Marxis sangatlah geram ketika kebijakan seperti ini diperluas melampaui batas-batas kota-kota besar (dan kita telah memperluasnya ke seluruh negeri). Dengan nada yang sangat dingin (atau keras kepala), Kautsky sang sosialis dan sang Marxis berceramah: “Ini [penyitaan terhadap kaum tani kaya] memperkenalkan elemen ketidakstabilan dan perang sipil yang baru ke dalam proses produksi” ... (perang sipil diperkenalkan ke dalam “proses produksi) – sungguh sesuatu yang supernatural)... “yang sangat membutuhkan kedamaian dan keamanan untuk bisa pulih” (hal. 49) Ya, tentu saja, Kautsky sang Marxis dan sang sosialis menghela napas dan meneteskan air mata untuk kedamaian dan keamanan bagi para pengeksploitasi dan pengeruk-laba yang menimbun stok surplus mereka, menyabotase hukum monopoli gandum, dan membuat penduduk kota kelaparan. “Kami semua adalah kaum sosialis dan Marxis dan internasionalis,” nyanyi para Kautsky, Heinrich Weber (Wina), Longuet (Paris), MacDonald (London), dan yang lainnya. “Kami semua mendukung revolusi kelas buruh. Hanya saja ... hanya saja kami menginginkan sebuah revolusi yang tidak mengganggu kedamaian dan keamanan para penimbun gandum! Dan kami menutupi penghambaan pada kapitalis ini dengan sebuah referensi ‘Marxis’ mengenai ‘proses produksi’ ...” Bila ini adalah Marxisme, lantas apa itu penghambaan pada borjuasi? Mari kita periksa kesimpulan dari teoretikus kita ini. Dia menuduh kaum Bolshevik telah menyajikan kediktatoran kaum tani sebagai kediktatoran proletariat. Tetapi pada saat yang sama dia menuduh kami telah memperkenalkan perang sipil ke daerah-daerah pedesaan, telah mengirim detasemen-detasemen buruh bersenjata ke desa-desa, yang secara publik memproklamirkan bahwa mereka sedang mengimplementasikan “kediktatoran buruh dan tani miskin”, membantu tani miskin dan menyita stok gandum para peraup laba dan kaum tani kaya yang mereka timbun, yang melanggar hukum monopoli gandum. Di satu pihak, teoretikus Marxis kita mendukung demokrasi murni, dalam kata lain dia mendukung tunduknya kelas revolusioner, pemimpin rakyat pekerja dan tertindas, kepada mayoritas populasi (oleh karenanya termasuk para pengeksploitasi). Di lain pihak, sebagai sebuah argumen untuk menentang kami, dia menjelaskan bahwa revolusi Rusia haruslah berkarakter borjuis, karena kehidupan kaum tani secara keseluruhan adalah berdasarkan relasi-relasi sosial borjuis – dan pada saat yang sama dia berpura-pura menjunjung sudut pandang proletariat, kelas, dan Marxis. Alih-alih “analisa ekonomi”, kita dapati tambal sulam yang teramat buruk. Alih-alih Marxisme, kita dapati fragmen-fragmen doktrin liberal dan dakwah untuk tunduk pada kaum borjuasi dan kaum kulak (tani kaya). Masalah yang begitu membuat Kautsky kebingungan sudah dijelaskan sepenuhnya oleh kaum Bolshevik semenjak tahun 1905. Ya, revolusi kita adalah sebuah revolusi borjuis selama kita berbaris bersama kaum tani secara keseluruhan. Ini sangatlah jelas bagi kami; kami telah mengatakannya ratusan dan ribuan kali semenjak tahun 1905, dan kita tidak pernah mencoba melompati tahapan proses sejarah yang diperlukan ini atau menghapusnya dengan dekrit. Usaha Kautsky untuk “mengekspos” kami sekarang pada akhirnya hanya mengekspos kebingungannya sendiri dan ketakutannya untuk mengingat apa yang dia tulis pada 1905, ketika dia belum menjadi seorang pengkhianat. Akan tetapi, sejak April 1917, jauh sebelum Revolusi Oktober, yakni jauh hari sebelum kami merebut kekuasaan, secara publik kami menyatakan dan menjelaskan kepada rakyat: revolusi kita sekarang tidak bisa berhenti pada tahapan ini, karena bangsa ini telah melangkah maju, kapitalis telah bergerak maju, kehancuran telah mencapai dimensi yang luar biasa, yang (suka atau tidak) menuntut langkah-langkah maju, menuju sosialisme. Karena tidak ada jalan lain untuk maju, untuk menyelamatkan bangsa yang porak-poranda karena perang ini dan meringankan penderitaan rakyat pekerja dan tertindas. Peristiwa-peristiwa telah bergulir seperti yang telah kami katakan. Jalannya revolusi telah mengkonfirmasikan kebenaran dari nalar kami. Pertama, dengan “seluruh” kaum tani untuk melawan monarki, tuan tanah, dan feodalisme (dan pada tingkatan ini, revolusi masih merupakan revolusi borjuis, borjuis-demokratik). Kemudian, dengan kaum tani miskin, dengan kaum semi-proletar, dengan semua kaum tertindas, melawan kapitalisme, termasuk kaum kaya di pedesaan, kulak (tani kaya), lintah darah, dan pada tingkatan ini revolusi menjadi revolusi sosialis. Untuk mencoba membangun sebuah Tembok Cina yang artifisial antara revolusi yang pertama dan kedua, untuk memisahkan mereka dengan cara apapun selain tingkat kesiapan kaum proletariat dan tingkat persatuannya dengan kaum tani miskin, ini berarti mendistorsi Marxisme, membuatnya vulgar, menggantikannya dengan liberalisme. Ini berarti menyeludupkan pembelaan reaksioner terhadap borjuasi, ini berarti menentang kaum proletariat sosialis dengan merujuk secara quasi-ilmiah pada karakter progresif kaum borjuasi dibandingkan dengan feodalisme. Soviet merepresentasikan bentuk dan tipe demokrasi yang jauh lebih tinggi karena, dengan menyatukan dan menarik massa buruh dan tani ke kehidupan politik, ia menjadi sebuah barometer pertumbuhan dan perkembangan kedewasaan politik dan kelas dari rakyat yang paling sensitif, yang paling dekat dengan “rakyat” (seperti yang dikatakan Marx pada 1871 mengenai revolusi rakyat yang sesungguhnya). Konstitusi Soviet tidak ditulis berdasarkan semacam “rencana”; ia tidak dirancang di ruang studi, dan tidak disajikan kepada rakyat pekerja oleh para pengacara borjuasi. Tidak, Konstitusi ini tumbuh di dalam alur perkembangan perjuangan kelas seiring dengan matangnya antagonisme kelas. Kautsky sendiri mengakui ini. Awalnya, Soviet-soviet merangkul kaum tani secara keseluruhan. Karena ketidakdewasaan, keterbelakangan, dan ketidaktahuan kaum tani miskin, kepemimpinan jatuh ke tangan kaum kulak, kaum kaya, kaum kapitalis dan intelektual borjuis-kecil. Ini adalah periode dominasi borjuis kecil, dominasi kaum Menshevik dan kaum Sosialis-Revolusioner (hanya orang-orang bodoh dan pengkhianat seperti Kautsky yang dapat menganggap mereka sebagai sosialis). Kaum borjuis kecil tidak-bisa-tidak terombang-ambing antara kediktatoran borjuasi (Kerensky, Kornilov, Savinkov) dan kediktatoran proletariat. Karena posisi ekonomi mereka, kaum borjuis kecil tidak mampu melakukan apapun secara independen. Kautsky sepenuhnya menyangkal Marxisme karena ia membatasi analisanya mengenai Revolusi Rusia pada konsep “demokrasi” yang legal dan formal, demokrasi yang bagi kaum borjuasi adalah kedok untuk dominasi mereka dan adalah alat untuk menipu rakyat. Kautsky lupa bahwa dalam prakteknya “demokrasi” kadang-kadang berarti kediktatoran borjuasi, dan kadang-kadang berarti reformisme impoten dari kaum borjuis kecil yang tunduk pada kediktatoran borjuasi. Menurut Kautsky, di sebuah negeri kapitalis ada partai-partai borjuasi dan ada partai proletariat (kaum Bolshevik), yang memimpin mayoritas, massa proletariat, tetapi tidak ada partai borjuis kecil! Kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner tidak punya akar kelas, tidak punya akar borjuis-kecil! Kaum borjuis kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, terombang-ambing antara borjuasi dan proletar, dan ini membantu mencerahkan rakyat dan membuat mayoritas besar rakyat, yakni semua “lapisan bawah”, semua kaum proletar dan semi-proletar, meninggalkan “para pemimpin” ini. Kaum Bolshevik memenangkan mayoritas di Soviet-soviet (di Petrograd dan Moskow pada Oktober 1917); perpecahan di antara kaum Sosialis-Revolusioner dan Menshevik menjadi semakin dalam. Kemenangan revolusi Bolshevik berarti berakhirnya kebimbangan, berarti kehancuran total dari monarki dan sistem tuan tanah (yang belum hancur sebelum Revolusi Oktober). Kami menyelesaikan revolusi borjuasi sampai ke kesimpulannya. Kaum tani secara keseluruhan mendukung kami. Antagonisme mereka terhadap kaum proletariat sosialis belumlah terungkap sepenuhnya. Soviet-soviet menyatukan kaum tani secara umum. Divisi kelas di antara kaum tani belumlah matang, dan belumlah terkuak. Proses ini berlangsung pada musim panas dan gugur 1918. Pemberontakan kontra-revolusioner di Ceko membangkitkan kaum kulak. Gelombang pemberontakan kaum kulak menyapu seluruh Rusia. Kaum tani miskin belajar, bukan dari buku-buku atau koran-koran, tetapi dari kehidupan itu sendiri, bahwa kepentingan mereka bertentangan sepenuhnya dengan kepentingan kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi pedesaan. Seperti semua partai borjuis-kecil, “Partai Sosialis-Revolusioner Kiri” merefleksikan kebimbangan rakyat, dan pada musim panas 1918 partai ini pecah. Satu seksi bergabung dengan kekuatan kontra-revolusi Ceko (pemberontakan di Moskow, ketika Proshyan, setelah merebut Kantor Telegraf selama satu jam! – menyiarkan bahwa kaum Bolshevik telah ditumbangkan; kemudian pengkhianatan Muravyov, Pemimpin angkatan bersenjata yang sedang memerangi Ceko, dsb.), sementara seksi yang lainnya, yang telah disebut di atas, tetap bersama Bolshevik. Kekurangan gandum di kota-kota yang semakin parah membuat masalah monopoli gandum semakin mendesak (ini sama sekali “dilupakan” oleh Kautsky dalam analisa ekonominya, yang sebenarnya hanyalah pengulangan dari tulisan-tulisan Maslov sepuluh tahun yang lalu!). Para tuan tanah dan borjuasi yang lama, dan bahkan negeri republik-demokratik, mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen bersenjata yang ada di bawah komando borjuasi. Tn. Kautsky tidak mengetahui ini! Dia tidak menganggap ini “kediktatoran borjuasi”. Ini adalah “demokrasi murni”, terutama bila disahkan oleh parlemen borjuasi! Kautsky juga tidak “mendengar” bahwa pada musim panas dan gugur tahun 1917, Avksentyev dan S. Maslov, bersama dengan para Kerensky, Tsereteli dan kaum Sosialis-Revolusioner dan Menshevik lainnya, menangkap para anggota Komite-Komite Tanah; dia tidak mengucapkan satu kata pun mengenai ini! Sebuah negara borjuasi yang sedang melakukan kediktatoran borjuasi melalui sebuah republik demokratik tidak dapat mengaku kepada rakyat bahwa ia melayani kaum borjuasi; negara ini tidak dapat mengatakan yang sebenarnya, dan harus menjadi seorang munafik. Tetapi negara tipe Komune Paris, yakni negara Soviet, secara terbuka dan jujur mengatakan kebenaran kepada rakyat dan menyatakan bahwa ia adalah kediktatoran proletariat dan tani miskin; dan dengan kebenaran ini ia memenangkan ke sisinya jutaan dan jutaan rakyat yang tertindas di republik demokratis manapun, tetapi yang sekarang terdorong oleh Soviet ke dalam kehidupan politik, ke dalam demokrasi, ke dalam administrasi negara. Republik Soviet mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen buruh bersenjata, terutama buruh yang lebih maju, dari kota-kota besar. Buruh-buruh ini membawa sosialisme ke pedesaan, memenangkan ke sisi mereka kaum miskin, mengorganisir mereka dan mencerahkan mereka, dan membantu mereka melawan resistensi kaum borjuasi. Semua yang paham akan situasi ini dan telah pergi ke daerah-daerah pedesaan menyatakan bahwa baru sekarang, pada musim panas dan gugur 1918, daerah-daerah pedesaan ini melalui Revolusi “Oktober” (dalam kata lain, Revolusi Proletarian). Semua mulai berubah. Gelombang pemberontakan kulak digantikan dengan kebangkitan kaum tani miskin dan tumbuhnya “Komite-komite Tani Miskin”. Di dalam angkatan bersenjata, jumlah buruh-buruh yang menjadi komisar, perwira, dan komandan divisi tentara menjadi semakin banyak. Dan ketika Kautsky yang bodoh ini, yang merasa takut pada Krisis Juli 1918 dan ratap tangis kaum borjuasi, lalu mengejar yang belakangan ini seperti seekor ayam, dan menulis sebuah pamflet yang dipenuhi dengan keyakinan bahwa kaum Bolshevik tidak lama lagi akan ditumbangkan oleh kaum tani; pada saat ketika orang bodoh ini menganggap pembelotan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri sebagai “mengecilnya” (hal. 37) lingkaran orang-orang yang mendukung Bolshevik, justru lingkaran pendukung Bolshevisme yang sesungguhnya sedang tumbuh menjadi sangat besar, karena jutaan kaum tani miskin membebaskan diri mereka dari dominasi dan pengaruh kaum kulak dan borjuasi di pedesaan, dan sedang terbangunkan ke kehidupan politik yang independen. Kita telah kehilangan ratusan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri, para intelektual tak-bertulang-punggung dan kaum kulak di antara petani, tetapi kita telah meraih jutaan rakyat miskin. Setelah menyelesaikan revolusi borjuis-demokratik dengan beraliansi dengan kaum tani secara keseluruhan, kaum proletariat Rusia akhirnya bergerak ke revolusi sosialis ketika mereka berhasil memecah belah populasi pedesaan, dengan memenangkan kaum proletariat dan semi-proletariat pedesaan, dan dengan menyatukan mereka dalam melawan kaum kulak dan kaum borjuasi, termasuk kaum tani borjuis. Bila kaum proletariat Bolshevik di kota-kota besar dan pusat-pusat industri besar belum mampu menyatukan kaum tani di sekitar mereka untuk melawan kaum tani kaya, ini membuktikan bahwa Rusia “belum matang” untuk revolusi sosialis. Kaum tani akan tetap menjadi satu “kesatuan penuh”, dalam kata lain mereka akan terus berada di bawah kepemimpinan ekonomi, politik dan moral kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi, dan revolusi ini tidak akan beranjak melebihi batas-batas revolusi borjuis-demokratik. (Namun, bahkan bila demikian adanya, ini tidak membuktikan kalau kaum proletariat seharusnya tidak merebut kekuasaan, karena hanya proletariat sendiri yang dapat menyelesaikan revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya, hanya proletariat sendiri yang telah melakukan suatu hal yang sangat penting untuk membawa revolusi proletariat dunia semakin dekat, dan kaum proletariat sendiri yang telah membentuk negara Soviet, yang, setelah Komune Paris, adalah langkah kedua menuju negara sosialis.) Di lain pihak, bila kaum proletariat mencoba sekaligus, pada Oktober-November 1917 -- tanpa menunggu diferensiasi kelas di daerah-daerah pedesaan, tanpa persiapan – “mendekritkan” perang sipil atau “memperkenalkan sosialisme” ke pedesaan, dan mencoba melakukan ini tanpa membentuk blok sementara dengan kaum tani secara umum, tanpa membuat sejumlah konsesi kepada kaum tani menengah, dsb., ini adalah distorsi Blanquist terhadap Marxisme. Ini adalah usaha dari minoritas untuk memaksakan kehendaknya kepada mayoritas. Ini akan menjadi sebuah kekonyolan teoritis, yang mengungkapkan kegagalan untuk memahami bahwa revolusi tani secara umum masihlah merupakan revolusi borjuis, dan tanpa serangkaian transisi, tanpa tahapan-tahapan transisional, revolusi ini tidak dapat ditransformasikan menjadi sebuah revolusi sosialis di sebuah negeri terbelakang. Dalam masalah teori dan politik yang sangat penting ini, Kautsky telah mengacaukan semuanya. Dia, dalam praktek, terbukti menjadi pelayan kaum borjuasi, yang menentang kediktatoran proletariat. *** Kautsky telah memperkenalkan kebingungan yang serupa, bila tidak lebih buruk, ke dalam masalah yang sangatlah penting, yakni: apakah aktivitas legislatif Republik Soviet di dalam ranah reforma agraria – yakni reforma sosialis yang paling sulit namun paling penting – berdasarkan prinsip-prinsip yang kokoh dan dijalankan dengan baik? Kita akan sangat berterima kasih kepada kaum Marxis Eropa Barat manapun, yang setelah mempelajari dokumen-dokumen yang paling penting lalu memberikan kritik terhadap kebijakan kami, karena dengan demikian dia akan sangat membantu kami, dan akan membantu revolusi yang sedang ranum di seluruh dunia. Tetapi alih-alih kritik, Kautsky menghasilkan kekacauan teori yang teramat luar biasa, yang mengubah Marxisme menjadi liberalisme, dan yang, dalam praktek, adalah serangkaian ujar-ujar pandai yang tak berguna, penuh bisa beracun, dan vulgar. Biarlah para pembaca menilainya sendiri. “Kepemilikan tanah besar tidak dapat dipertahankan. Ini adalah hasil dari revolusi. Ini jelas. Distribusi tanah ke populasi tani menjadi tak terelakkan ...” (Ini tidak benar, Tn. Kautsky. Kau menggantikan sikap dari kelas-kelas yang berbeda terhadap masalah ini dengan apa yang “jelas” bagimu. Sejarah revolusi telah menunjukkan bahwa pemerintahan koalisi borjuasi dan borjuis-kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, telah melaksanakan kebijakan mempertahankan kepemilikan tanah besar. Ini terutama dibuktikan oleh rancangan undang-undang S. Maslov dan ditangkapnya anggota-anggota Komite Tanah. Tanpa kediktatoran proletariat, “populasi tani” tidak akan mengalahkan kaum tuan tanah, yang telah bergabung dengan kelas kaum kapitalis.) “Tetapi mengenai bentuk distribusi tanah ini, tidak ada persatuan di antara kaum sosialis mengenai solusi yang tepat. Ada berbagai solusi yang memungkinkan ...” (Kautsky paling khawatir mengenai “persatuan” di antara “kaum sosialis”, tidak peduli siapa yang memanggil diri mereka sendiri dengan nama itu. Dia lupa bahwa kelas-kelas utama di dalam masyarakat kapitalis akan selalu tiba pada solusi yang berbeda.) “... Dari sudut pandang sosialis, solusi yang paling rasional adalah mengubah lahan-lahan besar menjadi properti negara dan mengizinkan para petani yang selama ini telah bekerja di lahan-lahan ini sebagai buruh tani untuk mengolah lahan-lahan ini dalam bentuk koperasi. Tetapi solusi seperti ini mensyaratkan keberadaan tipe buruh tani yang tidak ada di Rusia. Solusi yang lain adalah mengubah lahan-lahan besar ini menjadi properti negara dan membagi-bagikan tanah ini menjadi lahan-lahan kecil yang disewakan kepada para tani yang hanya memiliki lahan kecil. Bila ini dilakukan, maka setidaknya sesuatu yang sosialis dapat diraih...” Seperti biasa Kautsky membatasi dirinya pada hal yang sudah diketahui: di satu pihak ini tidak dapat diakui, dan di lain pihak ini harus diakui. Dia menempatkan solusi-solusi yang berbeda pada level yang sama, tanpa memikirkan apa yang harus dilakukan pada tahapan-tahapan transisional dari kapitalisme ke komunisme di bawah kondisi-kondisi tertentu. Ada kaum buruh tani di Rusia, tetapi tidak banyak; dan Kautsky tidak menyentuh masalah – yang dikedepankan oleh pemerintahan Soviet – mengenai metode transisi ke bentuk pengolahan tanah secara komunal dan koperasi. Akan tetapi, yang paling mengherankan Kautsky mengklaim bahwa menyewakan lahan-lahan kecil adalah “sesuatu yang sosialis”. Pada kenyataannya, ini adalah slogan borjuis kecil, dan tidak ada yang “sosialis” di dalamnya. Bila “negara” yang menyewakan tanah ini bukanlah negara tipe Komune Paris, tetapi sebuah republik parlementer borjuis (dan inilah asumsi Kautsky), penyewaan lahan-lahan kecil adalah reforma liberal yang tipikal. Kautsky tidak mengatakan apapun mengenai pemerintahan Soviet yang telah menghapus semua kepemilikan pribadi atas tanah. Lebih parah lagi, dia melakukan pemalsuan yang luar biasa dan mengutip dekrit-dekrit pemerintahan Soviet dengan sedemikian rupa sehingga bagian yang paling penting sengaja diabaikan. Setelah menyatakan bahwa “produksi skala-kecil menginginkan kepemilikan pribadi penuh atas alat-alat produksi,” dan bahwa Majelis Konstituante adalah “satu-satunya otoritas” yang dapat mencegah dibagi-bagikannya tanah (sebuah pernyataan yang akan menimbulkan tawa di Rusia, di mana semua orang tahu bahwa Soviet adalah satu-satunya otoritas yang diakui oleh buruh dan tani, sementara Majelis Konstituante telah menjadi slogan dari kaum kontra-revolusioner Ceko dan para tuan tanah), Kautsky melanjutkan: “Salah satu dekrit pertama yang dinyatakan oleh Pemerintahan Soviet adalah: (1) Kepemilikan tanah dihapus tanpa ganti rugi. (2) Tanah-tanah kaum bangsawan, dan juga semua tanah monarki, biara dan gereja, dengan semua ternak, alat-alat, bangunan-bangunan, dan semua properti yang ada di sana, akan diserahkan ke Komite-Komite Tanah volost dari Soviet Tani uyezd, menunggu penyelesaian masalah tanah oleh Majelis Konstituante.” Setelah mengutip hanya dua pasal ini, Kautsky menyimpulkan: “Rujukan ke Majelis Konstituante hanyalah huruf-huruf belaka. Pada kenyataannya, kaum tani di berbagai volost dapat melakukan apapun yang mereka kehendaki dengan tanah di desa-desa.” (hal. 47) Di sini kita temui contoh dari “kritik” Kautsky! Di sini kita temui karya “ilmiah” yang lebih seperti penipuan. Para pembaca Jerman diperdaya supaya mereka mengira kaum Bolshevik menyerah pada kaum tani mengenai masalah kepemilikan pribadi atas tanah, bahwa kaum Bolshevik mengizinkan kaum tani untuk bertindak sekehendak hati mereka di tiap-tiap daerah (“di berbagai volost”). Tetapi pada kenyataannya, dekrit yang dikutip oleh Kautsky – yang pertama kali disebarluaskan pada 26 Oktober 1917 (kalender lama) – terdiri dari lima pasal, dan bukannya dua pasal. Selain itu ada lagi delapan pasal Amanat yang dengan jelas dinyatakan “akan digunakan sebagai panduan”. Pasal ke-3 dari dekrit ini menyatakan bahwa tanah-tanah akan dialihkan “ke rakyat”, dan “inventaris terperinci dari semua properti yang disita” akan dibuat dan properti ini “akan dilindungi dengan metode revolusioner yang paling tegas”. Dan Amanat ini menyatakan bahwa “kepemilikan tanah akan dihapus untuk selamanya”. bahwa “tanah-tanah di mana ada pertanian modern tingkat-tinggi ... tidak akan dibagi-bagikan”, bahwa “semua ternak dan alat-alat pertanian dari tanah-tanah yang disita akan digunakan secara eksklusif oleh negara atau komune, tergantung dari besar kecilnya dan signifikansinya, dan tidak akan ada ganti rugi”, dan bahwa “semua tanah akan menjadi bagian dari dana tanah nasional (National Land Fund).” Terlebih lagi, bersamaan dengan dibubarkannya Majelis Konstituante (5 Januari, 1918), Kongres Ketiga Soviet mengadopsi “Deklarasi Hak Rakyat Pekerja dan Tertindas”, yang sekarang menjadi bagian dari “Undang-Undang Fundamental Republik Soviet.” Artikel ke-2, Paragraf Pertama dari Deklarasi ini menyatakan bahwa “kepemilikan tanah dihapus”, dan bahwa “tanah-tanah dan perusahaan-perusahaan pertanian yang teladan ... diproklamirkan sebagai milik negara.” Jadi, rujukan pada Majelis Konstituante bukanlah huruf-huruf belaka, karena badan perwakilan nasional lainnya, yang memiliki otoritas yang jauh lebih besar di mata kaum tani, telah mengedepankan solusi terhadap masalah agraria. Lagi, pada 19 Februari, 1918, hukum sosialisasi tanah dicanangkan, yang sekali lagi mengkonfirmasikan penghapusan kepemilikan pribadi atas tanah. Tanah dan semua ternak pribadi dan alat-alat pertanian diberikan kepada otoritas Soviet di bawah kontrol pemerintah federal Soviet. Di antara tugas-tugas yang berhubungan dengan penggunaan tanah, hukum ini menyatakan: “perkembangan pertanian kolektif sebagai bentuk yang lebih unggul dari sudut pandang ekonomi tenaga kerja dan produksi, dibandingkan dengan pertanian perorangan, dengan tujuan untuk transisi ke pertanian sosialis” (Artikel 11, paragraf e). Undang-undang yang sama, dalam menetapkan prinsip penggunaan tanah yang setara, menjawab pertanyaan fundamental ini: “Siapa yang punya hak guna tanah?” dengan demikian: (Artikel 20) “Tanah di dalam batas-batas Republik Federasi Soviet Rusia dapat digunakan untuk kepentingan publik dan pribadi. A. Untuk kepentingan kebudayaan dan pendidikan: (1) oleh negara yang diwakili oleh organ-organ kekuasaan Soviet (federal, begitu juga propinsi, gubernia, uyezd, volost, dan desa), dan (2) oleh badan-badan publik (di bawah kontrol, dan dengan izin, dari otoritas-otoritas Soviet setempat); B. Untuk kepentingan pertanian: (3) oleh komune-komune pertanian, (4) oleh kelompok-kelompok koperasi pertanian, (5) oleh komunitas-komunitas desa, (6) oleh keluarga atau individu perorangan...” Para pembaca dapat melihat bagaimana Kautsky telah memutar balik fakta sepenuhnya, dan telah memberi para pembaca Jerman pandangan yang keliru mengenai kebijakan dan undang-undang pertanian negara proletar di Rusia. Kautsky bahkan tidak dapat memformulasikan masalah-masalah teori yang fundamental! Masalah-masalah ini adalah: (1) Hak guna tanah yang setara, dan (2) Nasionalisasi tanah – relasi kedua kebijakan ini dengan sosialisme secara umum, dan relasi kedua kebijakan ini dengan transisi dari kapitalisme ke komunisme pada khususnya. (3) Pertanian bersama sebagai transisi dari pertanian kecil yang terpencar-pencar ke pertanian kolektif skala-besar; apakah cara bagaimana masalah ini dihadapi di dalam undang-undang Soviet sesuai dengan syarat-syarat sosialisme? Mengenai masalah pertama, pertama-tama kita harus mengemukakan dua fakta yang fundamental. (a) Dalam mencermati pengalaman revolusi 1905 (saya dapat merujuk pada karya saya mengenai masalah agraria pada Revolusi Rusia yang Pertama ini), kaum Bolshevik merujuk pada arti demokratis yang progresif dan revolusioner dari slogan “hak guna tanah yang setara”, dan pada 1917, sebelum Revolusi Oktober, kami menyatakan ini dengan cukup jelas. (b) Ketika mencanangkan undang-undang sosialisasi tanah – yang “semangatnya” adalah penggunaan tanah yang setara – kaum Bolshevik dengan terbuka dan jelas menyatakan bahwa ini bukanlah gagasan kami. Kami tidak setuju dengan slogan ini, tetapi kami merasa bahwa adalah tugas kami untuk mengimplementasikan undang-undang ini karena ini adalah tuntutan dari mayoritas besar kaum tani. Dan gagasan-gagasan dan tuntutan-tuntutan dari rakyat pekerja adalah hal-hal yang harus ditanggalkan oleh rakyat pekerja sendiri. Tuntutan-tuntutan ini tidak dapat “dihapus” atau “dilompati”. Kami, kaum Bolshevik, akan membantu kaum tani untuk menanggalkan slogan-slogan borjuis kecil, untuk bergerak dari slogan-slogan borjuis kecil ke slogan-slogan sosialis secepat mungkin dan semudah mungkin. Seorang teoretikus Marxis yang ingin membantu revolusi kelas buruh dengan analisa ilmiahnya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: pertama, apakah benar bahwa gagasan penggunaan tanah yang setara memiliki arti demokratis yang revolusioner dalam melaksanakan revolusi borjuis-demokratik ke kesimpulannya? Kedua, apakah kaum Bolshevik benar dalam membantu meloloskan (dan dengan setia mengimplementasikan) undang-undang penggunaan tanah yang setara yang bersifat borjuis kecil ini? Kautsky bahkan gagal menyadari masalah teori yang terutama ini! Kautsky tidak akan pernah bisa menyangkal bahwa gagasan penggunaan tanah yang setara memiliki nilai yang progresif dan revolusioner dalam revolusi borjuis-demokratik. Revolusi seperti ini tidak dapat melampaui batas ini. Dengan mencapai batasnya, akan semakin jelas, cepat, dan mudah terungkap kepada rakyat bahwa solusi-solusi borjuis-demokratik tidaklah memadai, dan rakyat harus bergerak melampaui batas-batas borjuis demokratik ini, dan bergerak ke sosialisme. Kaum tani, yang telah menumbangkan Tsarisme dan feodalisme, memimpikan penggunaan tanah yang setara, dan tidak ada satu pun kekuatan di muka bumi yang dapat menghentikan kaum tani setelah mereka bebas dari feodalisme dan dari negara republik parlementer borjuis. Kaum buruh mengatakan kepada kaum tani: kami akan membantumu mencapai kapitalisme yang “ideal”, karena penggunaan tanah yang setara adalah idealisasi kapitalisme yang dimimpikan oleh para produsen kecil. Pada saat yang sama kami akan membuktikan kepadamu bahwa kapitalisme yang “ideal” ini tidaklah memadai dan perlunya bergerak ke pertanian bersama. Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana Kautsky dapat membuktikan bahwa kepemimpinan proletariat terhadap kaum tani yang seperti ini adalah keliru. Namun Kautsky memilih menghindari pertanyaan ini. Lalu, Kautsky dengan sengaja menipu para pembaca Jermannya dengan menyembunyikan dari mereka fakta bahwa dalam undang-undang tanahnya pemerintahan Soviet memberikan preferensi langsung pada komune-komune dan kelompok-kelompok koperasi. Dengan seluruh kaum tani sampai pada akhir revolusi borjuis-demokratik; dan dengan kaum tani miskin, tani-proletar dan semi-proletar, maju menuju revolusi sosialis! Ini adalah kebijakan kaum Bolshevik, dan ini adalah satu-satunya kebijakan Marxis. Tetapi Kautsky sama sekali kebingungan dan tidak mampu memformulasikan apapun! Di satu pihak, dia tidak berani mengatakan bahwa kaum buruh harus pecah dengan kaum tani mengenai masalah penggunaan tanah yang setara, karena dia menyadari bahwa ini adalah konyol (dan, terlebih lagi, pada 1905, ketika dia belumlah menjadi seorang pengkhianat, dia sendiri dengan jelas dan terbuka menyerukan pembentukan aliansi antara buruh dan tani sebagai syarat untuk kemenangan revolusi). Di pihak lain, dia dengan simpatik mengutip ujar-ujar liberal dari Maslov yang Menshevik, yang “membuktikan” bahwa hak guna tanah yang setara yang borjuis-kecil adalah utopis dan reaksioner dari sudut pandang sosialisme, tetapi bungkam mengenai karakter progresif dan revolusioner dari perjuangan borjuis-kecil untuk kesetaraan dan hak guna tanah yang setara dari sudut pandang revolusi borjuis-demokratik. Kautsky sungguh kebingungan: dia (pada 1918) bersikeras bahwa Revolusi Rusia memiliki karakter borjuis. Dia (pada 1918) mengatakan: jangan lampaui batas-batas ini! Namun Kautsky yang sama ini melihat “ada yang sosialistis” (untuk revolusi borjuis) di dalam reforma borjuis kecil di mana lahan-lahan kecil disewakan ke kaum tani miskin (yang adalah aproksimasi dari hak guna tanah yang setara)!! Coba saja untuk memahami ini bila kau bisa! Selain itu, seperti seorang filistin Kautsky tidak mampu mempertimbangkan kebijakan yang sesungguhnya dari sebuah partai tertentu. Dia mengutip frase-frase kosong dari kaum Menshevik Maslov dan menolak untuk melihat kebijakan Partai Menshevik yang sesungguhnya pada 1917, ketika dalam suatu “koalisi” dengan para tuan tanah dan Partai Kadet, mereka menyerukan reforma agraria liberal dan kompromi dengan para tuan tanah (bukti: penangkapan anggota-anggota Komite Tanah dan rancangan undang-undang S. Maslov). Kautsky gagal menyadari bahwa frase-frase P. Maslov mengenai karakter reaksioner dan utopis dari kesetaraan borjuis-kecil sesungguhnya adalah kedok untuk menutupi kebijakan Menshevik yang menyerukan kompromi antara kaum tani dan tuan tanah (dalam kata lain, mendukung tuan tanah dalam menipu kaum tani), alih-alih penumbangan kaum tuan tanah secara revolusioner oleh kaum tani. Sungguh “Marxis” Kautsky ini! Kaum Bolshevik-lah yang secara tegas membedakan antara revolusi borjuis-demokratik dan revolusi sosialis: dengan melaksanakan revolusi borjuis-demokratik, mereka membuka pintu untuk transisi ke revolusi sosialis. Ini adalah satu-satunya kebijakan yang revolusioner dan Marxis. Akan lebih bijak kalau Kautsky tidak mengulang ujar-ujar cerdik dari kaum liberal yang lembek ini: “Tidak pernah kaum tani kecil di mana pun mengadopsi pertanian kolektif di bawah pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50) Sungguh cerdik! Tetapi di mana pun tidak pernah kaum tani dari negeri yang besar ada di bawah pengaruh sebuah negara proletariat. Di mana pun tidak pernah kaum tani meluncurkan sebuah perjuangan kelas terbuka yang sampai mencapai tingkatan perang sipil antara kaum tani miskin dan kaum tani kaya, dengan dukungan propagandis, politik, ekonomi, dan militer yang diberikan kepada kaum tani miskin oleh negara proletariat. Di mana pun tidak pernah kaum kaya meraup begitu banyak kekayaan dari peperangan, sementara massa tani menderita kehancuran yang luar biasa. Kautsky hanya mengulang-ulang ujar-ujar lama. Dia takut bahkan untuk berpikir mengenai tugas-tugas baru dari kediktatoran proletariat. Tetapi, Tn. Kautsky yang terhormat, bagaimana bila kaum tani tidak memiliki alat-alat untuk pertanian skala-kecil dan negara proletariat membantu mereka untuk mendapatkan mesin-mesin untuk pertanian kolektif? Apakah ini sebuah “keyakinan teori”? Mari kita sekarang sentuh masalah nasionalisasi tanah. Kaum Narodnik kita, termasuk semua kaum Sosialis Revolusioner Kiri, menyangkal bahwa kebijakan yang telah kita adopsi adalah kebijakan nasionalisasi tanah. Secara teori mereka keliru. Selama kita masih berada di dalam kerangka produksi komoditas dan kapitalisme, penghapusan kepemilikan pribadi atas tanah adalah nasionalisasi tanah. Istilah “sosialisasi” hanyalah mengekspresikan sebuah kecenderungan, sebuah pengharapan, persiapan untuk transisi ke sosialisme. Sikap apa yang harus diambil oleh kaum Marxis mengenai nasionalisasi tanah? Di sini, Kautsky juga gagal bahkan untuk memformulasikan masalah teori ini. Atau, bahkan lebih parah lagi, dia dengan sengaja mengelak darinya, walaupun kita tahu dari literatur Rusia bahwa Kautsky tahu akan polemik-polemik lama di antara kaum Marxis Rusia mengenai masalah nasionalisasi, munisipalisasi (transfer tanah-tanah besar ke pemerintahan lokal), atau pembagian tanah. Kautsky mengatakan bahwa mentransfer tanah-tanah besar ke negara dan lalu menyewakan mereka dalam bentuk lahan-lahan kecil ke para petani miskin adalah “sesuatu yang sosialistis”, dan pertanyaan ini adalah penghinaan terhadap Marxisme. Kita sudah menunjukkan bahwa tidak ada yang sosialistis mengenai ini. Tetapi tidak hanya itu saja; ini bahkan tidak akan membawa revolusi borjuis-demokratik ke kesimpulannya. Kemalangan Kautsky adalah bahwa dia menaruh kepercayaannya pada kaum Menshevik. Inilah mengapa dia memiliki posisi yang membingungkan. Di satu pihak, dia bersikeras bahwa revolusi Rusia adalah revolusi borjuis dan mengecam kaum Bolshevik yang bergerak ke sosialisme; di lain pihak dia sendiri menganjurkan reforma liberal di bawah kedok sosialisme, tanpa melaksanakan reforma ini sampai ke titik di mana semua sisa-sisa feodalisme dalam relasi agraria dihapuskan sepenuhnya! Argumen-argumen Kautsky, seperti juga para penasihat Menshevik-nya, pada akhirnya adalah pembelaan terhadap kaum borjuis liberal, yang takut terhadap revolusi, dan bukannya pembelaan terhadap revolusi borjuis-demokratik yang konsisten. Mengapa hanya tanah-tanah besar, dan bukan semua tanah, diubah menjadi milik negara? Kaum borjuis liberal oleh karenanya mempertahankan kondisi-kondisi yang lama secara maksimal, dan juga secara maksimum memfasilitasi restorasi ke kondisi-kondisi yang lama. Kaum borjuasi radikal, yakni kaum borjuasi yang ingin melaksanakan revolusi borjuis sampai ke kesimpulannya, mengedepankan slogan nasionalisasi tanah. Kautsky, yang pada masa lalu yang samar dan jauh, kira-kira dua puluh tahun yang lalu, menulis sebuah karya Marxis yang luar biasa mengenai masalah agraria. Dia tidak mungkin tidak tahu bahwa Marx mengatakan bahwa nasionalisasi tanah pada kenyataannya adalah slogan konsisten dari kaum borjuasi. Kautsky tidak mungkin tidak tahu mengenai polemik Marx dengan Rodbertus, dan mengenai tulisan-tulisan Marx di karyanya “Teori-teori Nilai Lebih” di mana dia memaparkan dengan teramat jelas signifikansi revolusioner – dalam artian borjuis-demokratik – dari slogan nasionalisasi tanah. P. Maslov yang Menshevik, yang dipilih oleh Kautsky sebagai penasihatnya, mengatakan bahwa kaum tani Rusia tidak akan setuju dengan nasionalisasi semua tanah (termasuk tanah kaum tani). Sampai pada tingkatan tertentu, pandangan Maslov ini bisa dihubungkan dengan teori “aslinya” (yang hanya membeo para kritikus borjuis Marx), yakni, penolakannya terhadap teori sewa tanah absolut (absolute land rent) dan pengakuannya terhadap “hukum” (atau “fakta”, seperti yang diekspresikan oleh Maslov) “hasil yang semakin menurun” (law of diminishing returns). Akan tetapi, pada kenyataannya Revolusi 1905 sudah mengungkapkan bahwa mayoritas besar petani di Rusia, para anggota komune-komune desa serta para petani perorangan, setuju dengan nasionalisasi semua tanah. Revolusi 1917 mengkonfirmasikan ini, dan setelah perebutan kekuasaan oleh kaum proletariat semua tanah dinasionalisasi. Kaum Bolshevik tetap setia pada Marxisme dan tidak pernah mencoba (seperti yang dituduhkan oleh Kautsky tanpa bukti) “meloncati” revolusi borjuis-demokratik. Kaum Bolshevik, pertama-tama, membantu para teoretikus borjuis-demokratik yang paling radikal dan revolusioner dari kaum tani, mereka yang berdiri paling dekat dengan kaum proletariat, yakni kaum Sosialis Revolusioner Kiri, untuk melaksanakan nasionalisasi tanah. Pada 20 Oktober 1917, yakni pada hari pertama revolusi sosialis proletariat, kepemilikan pribadi atas tanah dihapus di Rusia. Ini meletakkan fondasi yang paling sempurna dari sudut pandang perkembangan kapitalisme (Kautsky tidak dapat menyangkal ini tanpa pecah dari Marx), dan pada saat yang sama menciptakan sebuah sistem agraria yang paling fleksibel dari sudut pandang transisi ke sosialisme. Dari sudut pandang borjuis-demokratik, kaum tani revolusioner di Rusia tidak dapat bergerak lebih jauh; tidak ada yang bisa “lebih ideal” dari sudut pandang ini, tidak ada yang bisa “lebih radikal” dari nasionalisasi tanah dan hak guna tanah yang setara. Kaum Bolshevik-lah, dan hanya kaum Bolshevik, yang berkat kemenangan revolusi proletariat, membantu kaum tani untuk melaksanakan revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya. Dan hanya dengan cara ini mereka dapat memfasilitasi dan mempercepat transisi ke revolusi sosialis. Kita dapat menilai dari ini bagaimana Kautsky membuat bingung para pembacanya ketika dia menuduh kaum Bolshevik gagal memahami karakter borjuis dari revolusi Rusia. Namun dia sendiri telah pecah dari Marxisme ketika dia tidak mengatakan apapun mengenai nasionalisasi tanah dan ketika dia mengajukan reforma agraria liberal yang paling tidak revolusioner (dari sudut pandang borjuis) sebagai “sesuatu yang sosialistis”! Sekarang kita telah sampai pada masalah ketiga, yakni sampai mana kediktatoran proletariat di Rusia mempertimbangkan perlunya bergerak ke pertanian kolektif. Di sini, sekali lagi Kautsky melakukan pemalsuan: dia mengutip hanya “tesis-tesis” di mana Bolshevik berbicara mengenai tugas bergerak ke pertanian kolektif! Setelah mengutip salah satu tesis ini, “teoretikus” kita dengan bangga menyatakan: “Sayangnya, sebuah tugas tidak akan terpenuhi hanya karena ia disebut sebagai sebuah tugas. Untuk sementara waktu, pertanian kolektif di Rusia hanya akan ada di atas kertas. Tidak pernah kaum tani di mana pun mengadopsi pertanian kolektif di bawah pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50) Tidak pernah seorang penipu di mana pun melakukan penipuan yang begitu rendah seperti yang dilakukan oleh Kautsky. Dia mengutip “tesis-tesis” ini, tetapi tidak mengatakan apapun mengenai undang-undang pemerintahan Soviet. Dia berbicara mengenai “keyakinan teori”, tetapi tidak mengatakan apapun mengenai kekuasaan negara proletariat yang memiliki di tangannya pabrik-pabrik dan barang-barang produksi! Semua yang ditulis oleh Kautsky sang Marxis pada 1899 di karyanya “Masalah Agraria” mengenai sumber daya yang ada di tangan negara proletariat untuk melaksanakan transisi gradual kaum tani ke sosialisme telah dilupakan oleh Kautsky sang pengkhianat pada 1918. Tentu saja, beberapa ratus komune pertanian yang didukung negara dan pertanian-pertanian milik negara (yakni, ladang-ladang besar yang dikelola oleh asosiasi-asosiasi buruh) masihlah sangat kecil. Tetapi apakah “kritik” Kautsky dapat benar-benar disebut kritik bila dia mengabaikan fakta ini? Nasionalisasi tanah yang telah dilaksanakan di Rusia oleh kediktatoran proletariat telah memberikan jaminan terbaik atas terlaksanakannya revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya – bahkan bila terjadi kontra-revolusi yang menyebabkan pengembalian dari nasionalisasi tanah ke pembagi-bagian tanah (saya telah melakukan pemeriksaan khusus mengenai kemungkinan ini di pamflet saya mengenai program agraria kaum Marxis pada Revolusi 1905). Selain itu, nasionalisasi tanah telah memberikan negara proletar peluang maksimum untuk bergerak ke pertanian sosialis. Singkatnya, Kautsky telah menghidangkan kepada kita, secara teori, tambal-sulam yang luar biasa buruk, yang merupakan penyangkalan sepenuhnya terhadap Marxisme. Dan secara praktek, dia telah menyajikan kepada kita sebuah kebijakan penghambaan kepada kaum borjuasi dan reformismenya. Sungguh sebuah kritik yang baik! *** Kautsky memulai “analisa ekonomi”nya terhadap industri dengan argumen luar biasa berikut ini: Rusia memiliki industri kapitalis skala-besar. Dapatkah sistem produksi sosialis dibangun di atas fondasi ini? “Kita mungkin berpikir demikian, bila sosialisme berarti bahwa buruh dari tiap-tiap pabrik dan tambang menyita mereka” (secara harfiah menyita pabrik dan tambang untuk diri mereka sendiri) “guna melakukan produksi secara terpisah di tiap-tiap pabrik” (hal.52), “Pada hari ini, 5 Agustus, ketika saya sedang menulis baris-baris ini,” tambah Kautsky, “sebuah pidato dilaporkan dari Moskow, yang disampaikan oleh Lenin pada 2 Agustus, di mana dia mengatakan: ‘Kaum buruh mempertahankan kepemilikan pabrik dengan teguh di tangan mereka, dan kaum tani tidak akan mengembalikan tanah ke para tuan tanah.’ Sampai sekarang, slogan: pabrik untuk kaum buruh, dan tanah untuk kaum tani, adalah slogan anarko-sindikalis, dan bukan slogan Sosial-Demokratik” (hal 52-53). Saya telah mengutip kalimat ini secara penuh supaya kaum buruh Rusia, yang sebelumnya menghormati Kautsky, dapat melihat dengan mata mereka sendiri metode yang digunakan oleh pengkhianat ini yang telah membelot ke sisi borjuasi. Coba pikirkan: pada tanggal 5 Agustus, ketika puluhan dekrit mengenai nasionalisasi pabrik telah diterbitkan – dan tidak ada satu pun pabrik yang “disita” oleh buruh untuk diri mereka sendiri tetapi semua telah diubah menjadi milik Republik Soviet – pada 5 Agustus, dengan penafsiran yang jelas menipu dari satu kalimat di dalam pidato saya, Kautsky mencoba membuat kaum buruh Jerman percaya bahwa pabrik-pabrik telah diserahkan kepada kelompok-kelompok buruh yang terpisah! Dan setelah itu Kautsky mengatakan bahwa menyerahkan pabrik-pabrik kepada kelompok-kelompok buruh yang terpisah adalah sesuatu yang keliru! Ini bukan kritik, tetapi tipu daya dari seorang antek borjuasi, yang telah disewa oleh kapitalis untuk memfitnah revolusi buruh. Kautsky mengatakan berulang kali bahwa pabrik-pabrik harus diserahkan kepada negara, atau kepada pemerintahan munisipal, atau kepada koperasi-koperasi konsumen, dan lalu dia akhirnya menambahkan: “Ini yang sekarang mereka coba lakukan di Rusia...” Sekarang! Apa artinya ini? Pada bulan Agustus? Mengapa Kautsky tidak meminta teman-temannya, Stein atau Axelrod, atau teman-teman borjuasi lainnya, untuk menerjemahkan setidaknya salah satu dekrit mengenai pabrik? “Seberapa jauh mereka telah bergerak ke arah ini, kita tidak tahu. Aktivitas Republik Soviet dalam aspek ini adalah hal yang paling penting bagi kita, tetapi ini masih belum jelas. Tidak ada kekurangan dekrit-dekrit ...” (Inilah mengapa Kautsky mengabaikan isi dekrit-dekrit tersebut, atau menyembunyikannya dari para pembacanya!) “Tetapi tidak ada sumber informasi yang dapat diandalkan mengenai dekrit-dekrit ini. Produksi sosialis adalah mustahil tanpa informasi statistik yang cakupannya luas, terperinci, dapat diandalkan, dan cepat. Republik Soviet masih belum bisa menciptakan statistik seperti ini. Apa yang kita pelajari mengenai aktivitas-aktivitas ekonominya sangatlah penuh kontradiksi dan tidak dapat sama sekali diverifikasi. Ini juga adalah akibat dari kediktatoran dan ditekannya demokrasi. Tidak ada kebebasan pers ataupun kebebasan berpendapat.” (hal. 53) Beginilah caranya sejarah ditulis! Kautsky menerima informasi mengenai pabrik-pabrik yang diambil alih oleh buruh dari pers “bebas” kapitalis dan orang-orang Dutov ... “Pemikir serius” yang berdiri di atas kelas-kelas ini memang sungguh luar biasa! Mengenai ratusan fakta yang menunjukkan bahwa pabrik-pabrik telah diserahkan ke Republik, bahwa mereka dikelola oleh organ kekuasaan Soviet, yakni Dewan Ekonomi Agung, yang terdiri dari para buruh yang telah dipilih oleh serikat-serikat buruh, Kautsky menolak untuk mengatakan barang satu kata pun. Dengan keras kepala dia terus mengulang-ulang satu hal: berikan saya demokrasi yang damai, tanpa perang sipil, tanpa kediktatoran dan dengan statistik yang baik (Republik Soviet telah mendirikan sebuah badan statistik di mana ahli-ahli statistik terbaik di Rusia bekerja, tetapi tentu saja statistik yang ideal tidak dapat diperoleh begitu cepat). Dalam kata lain, Kautsky menginginkan sebuah revolusi tanpa revolusi, tanpa perjuangan yang keras, tanpa kekerasan. Ini sama saja dengan meminta sebuah pemogokan di mana buruh dan kapitalis merasa tenang-tenang saja. Carilah perbedaan antara “sosialis” macam ini dengan kaum birokrat liberal! Jadi, dengan bersandar pada “fakta-fakta material” seperti ini, yakni dengan sengaja mengabaikan banyak fakta, Kautsky “menyimpulkan”: “Sangat diragukan kalau kaum proletariat Rusia telah meraih lebih dalam hal pencapaian-pencapaian praktis yang riil, dan tidak hanya dekrit-dekrit semata, di bawah Republik Soviet dibandingkan dengan apa yang dapat dicapainya dari Majelis Konstituante, di mana, seperti halnya di dalam Soviet-soviet, kaum sosialis, walaupun dari warna yang berbeda, mendominasi.” (hal. 58) Sungguh luar biasa bukan? Kami akan menganjurkan kepada para pemuja Kautsky untuk menyebarkan kalimat di atas seluas mungkin di antara buruh Rusia, karena tidak ada materi yang lebih baik daripada ini untuk mengukur tingkat kebangkrutan politiknya. Kamerad-kamerad buruh, Kerensky juga adalah seorang “sosialis”, hanya saja “dari warna yang berbeda”! Kautsky sang sejarawan puas dengan nama, dengan gelar yang “disita” oleh kaum Sosialis-Revolusioner Kanan dan Menshevik untuk mereka sendiri. Kautsky sang sejarawan menolak untuk mendengarkan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa di bawah Kerensky kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner Kanan mendukung kebijakan imperialis dan praktek-praktek penjarahan kaum borjuasi. Diam-diam dia bungkam mengenai fakta bahwa mayoritas Majelis Konstituante terdiri dari orang-orang yang mendukung peperangan imperialis dan kediktatoran borjuis. Dan ini disebut “analisa ekonomi”! Sebagai kesimpulan, mari saya kutip satu contoh lagi dari “analisa ekonomi” ini: “... Setelah sembilan bulan, Republik Soviet, alih-alih membawa kesejahteraan, harus menjelaskan mengapa masih ada kemiskinan secara umum” (hal. 41). Kita terbiasa mendengar argumen seperti ini dari bibir kaum Kadet. Semua kacung borjuasi di Rusia berargumen seperti ini: tunjukkan kepada kami, setelah sembilan bulan, kesejahteraanmu – dan ini setelah empat tahun peperangan yang menghancurkan, dengan kapital asing yang memberikan dukungan penuh terhadap sabotase dan pemberontakan kaum borjuasi di Rusia. Pada kenyataannya, tidak ada perbedaan sama sekali antara Kautsky dan seorang borjuasi kontra-revolusioner. Ujar-ujarnya yang manis, yang diberi kedok “sosialisme”, hanya mengulang-ulang apa yang dikatakan oleh orang-orang Kornilov, orang-orang Dutov, dan orang-orang Krasnov di Rusia secara blak-blakan, secara langsung dan tanpa ditutup-tutupi. *** Baris-baris di atas ditulis pada 8 November 1918. Pada malam yang sama kita menerima berita dari Jerman mengenai mulainya revolusi, pertama di Kiel dan kota-kota dan pelabuhan-pelabuhan di Utara, di mana kekuasaan telah berpindah tangan ke Dewan Deputi Buruh dan Tentara, dan kemudian di Berlin, di mana kekuasaan juga telah berpindah tangan ke Dewan. Kesimpulan yang masih harus ditulis di pamflet saya mengenai Kautsky dan mengenai revolusi proletariat sekarang sudah tidak dibutuhkan lagi. ''10 November, 1918'' === Lampiran I: Tesis Mengenai Majelis Konstituante === 1. Tuntutan untuk diselenggarakannya Majelis Konstituante adalah bagian dari program Sosial-Demokrasi revolusioner yang sepenuhnya sah, karena di dalam republik borjuis Majelis Konstituante mewakilkan bentuk demokrasi yang tertinggi, dan karena, dengan membentuk pra-Parlemen, republik imperialis yang dipimpin oleh Kerensky sedang bersiap-siap untuk melakukan kecurangan dalam pemilu dan melanggar demokrasi dengan berbagai cara. 2. Sementara menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante, Sosial-Demokrasi revolusioner telah berulang kali menekankan semenjak awal Revolusi 1917 bahwa republik Soviet adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi daripada republik borjuis dengan Majelis Konstituante. 3. Untuk transisi dari sistem borjuis ke sistem sosialis, untuk kediktatoran proletariat, Republik Soviet (Buruh, Tentara, dan Tani) bukan hanya sebuah bentuk institusi demokratik yang lebih tinggi (dibandingkan dengan republik borjuis yang dipimpin oleh Majelis Konstituante), tetapi juga adalah satu-satunya bentuk yang dapat mengamankan transisi yang paling mulus ke sosialisme. 4. Penyelenggaraan Majelis Konstituante dengan daftar yang diserahkan pada pertengahan Oktober 1917 berlangsung di bawah kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan pemilu yang mengekspresikan kehendak rakyat secara umum dan rakyat pekerja khususnya. 5. Pertama, perwakilan proporsional akan mengekspresikan kehendak rakyat hanya bila daftar para perwakilan partai sesuai dengan dukungan rakyat terhadap faksi-faksi partai. Akan tetapi, dalam kasus kita, seperti yang diketahui semua orang, partai yang dari Mei hingga Oktober punya dukungan terbesar dari rakyat, dan terutama dari kaum tani – Partai Sosialis-Revolusioner – mengeluarkan daftar perwakilan bersama untuk Majelis Konstituante pada pertengahan Oktober 1917, tetapi pecah pada November 1917, setelah pemilu dan sebelum Majelis ini bertemu. Oleh karenanya, tidak ada, dan tidak mungkin akan ada, kesesuaian antara kehendak massa pemilih dan komposisi Majelis Konstituante yang terpilih. 6. Kedua, yang lebih penting, yakni sumber perbedaan – yang bukan bersifat formal maupun legal, tetapi sosio-ekonomik dan kelas – antara kehendak rakyat, terutama kehendak kelas pekerja, dengan komposisi Majelis Konstituante. Ini karena pemilihan Majelis Konstituante berlangsung ketika mayoritas besar rakyat masih belum mengetahui sepenuhnya cakupan dan signifikansi Revolusi Oktober, Soviet, proletariat-tani, yang dimulai pada 25 Oktober 1917, yakni setelah daftar kandidat Majelis Konstituante telah diserahkan. 7. Revolusi Oktober melalui serangkaian tahapan perkembangan, memenangkan kekuasaan untuk Soviet dan merebut kekuasaan politik dari kaum borjuasi dan mentransfernya ke kaum proletariat dan tani miskin. 8. Ini dimulai dengan kemenangan 24-25 Oktober di ibukota, ketika Kongres Soviet Buruh dan Tani Kedua, yakni pelopor kaum proletariat dan seksi kaum tani yang paling aktif secara politik, memberikan mayoritas kepada Partai Bolshevik dan menaruhnya ke tampuk kekuasaan. 9. Kemudian, selama bulan November dan Desember, revolusi menyebar ke seluruh tentara dan kaum tani. Ini terutama terekspresikan dengan disingkirkannya badan-badan kepemimpinan lama (komite-komite tentara, komite-komite tani gubernia, Komite Eksekutif Pusat dari Soviet Tani Seluruh Rusia, dsb.) – yang merupakan fase lama dan kompromi dari revolusi, fase borjuis dan bukan fase proletariat, yang oleh karenanya niscaya lenyap di bawah tekanan massa yang semakin luas – dan di dalam pemilihan-pemilihan badan-badan kepemimpinan yang baru untuk menggantikan mereka. 10. Gerakan rakyat tertindas yang masif ini untuk membangun kembali badan-badan kepemimpinan dari organisasi-organisasi mereka bahkan belum berakhir sampai sekarang, di pertengahan bulan Desember 1917, dan Kongres Buruh Kereta Api, yang masih berlangsung, mewakili salah satu tahapan ini. 11. Oleh karenanya, pengelompokan kekuatan-kekuatan kelas di Rusia seiring dengan berjalannya perjuangan kelas pada kenyataannya mengambil, pada bulan November dan Desember, bentuk yang berbeda secara prinsipil dengan daftar kandidat partai untuk Majelis Konstituante yang dibuat pada pertengahan Oktober 1917. 12. Peristiwa-peristiwa belakangan ini di Ukraina (dan juga di Finlandia dan Byelorussia, dan juga di Caucasus) juga menunjukkan pengelompokan ulang kekuatan-kekuatan kelas yang terjadi di dalam proses perjuangan antara nasionalisme borjuis dari Bada Ukraina, Diet Finlandia, dsb. di satu pihak, dan kekuasaan Soviet, revolusi proletariat-tani di tiap-tiap republik nasional ini, di pihak lain. 13. Terakhir, peperangan sipil yang dimulai oleh pemberontakan kontra-revolusioner Kadet-Kaledin terhadap otoritas Soviet, terhadap pemerintahan buruh dan tani, telah akhirnya membawa perjuangan kelas ke permukaan secara terbuka, dan telah menghancurkan semua kesempatan untuk menyelesaikan secara formal-demokratis semua masalah-masalah akut yang telah dilemparkan oleh sejarah ke rakyat Rusia, dan terutama kelas buruh dan tani Rusia. 14. Hanya dengan kemenangan mutlak buruh dan tani atas pemberontakan kaum borjuasi dan tuan tanah (seperti gerakan Kadet-Kaledin), hanya dengan menumpas pemberontakan pemilik-budak ini secara militer dan tanpa belas kasihan maka kita dapat sungguh-sungguh menjaga revolusi proletar-tani ini. Jalannya peristiwa-peristiwa dan perkembangan perjuangan kelas di dalam revolusi telah membuat slogan “Semua Kekuasaan untuk Majelis Konstituante!” – yang mengabaikan pencapaian-pencapaian revolusi buruh dan tani, yang mengabaikan kekuasaan Soviet, yang mengabaikan keputusan-keputusan dari Kongres Soviet Buruh dan Tani Kedua, dsb. – menjadi slogannya Kadet dan Kaledin dan para pendukungnya. Seluruh rakyat sekarang sudah tahu bahwa bila Majelis Konstituante memisahkan diri dari kekuasaan Soviet maka ia akan jatuh ke dalam kepunahan secara politik. 15. Salah satu masalah nasional yang teramat akut adalah masalah perdamaian. Sebuah perjuangan yang sungguh-sungguh revolusioner demi perdamaian dimulai di Rusia hanya setelah kemenangan Revolusi Oktober, dan buah pertama dari kemenangan ini adalah diterbitkannya pakta-pakta perjanjian rahasia, ditandatanganinya gencatan senjata, dan dimulainya negosiasi-negosiasi terbuka untuk perdamaian umum tanpa aneksasi dan ganti-rugi perang. Hanya sekarang lapisan luas rakyat sungguh-sungguh punya kesempatan untuk menyaksikan secara penuh dan terbuka kebijakan perjuangan revolusioner untuk perdamaian dan mempelajari hasil-hasilnya. Pada saat pemilu Majelis Konstituante, massa rakyat tidak memiliki kesempatan seperti ini. Jelas bahwa perbedaan antara komposisi Majelis Konstituante yang terpilih dan kehendak rakyat yang sesungguhnya mengenai masalah menghentikan perang adalah sesuatu yang tidak terelakkan dari sudut pandang ini juga. 16. Semua kondisi yang disebut di atas secara keseluruhan membuat Majelis Konstituante, yang dipilih berdasarkan daftar partai sebelum revolusi proletariat-tani di bahwa kekuasaan borjuasi, secara tak terelakkan berbenturan dengan kehendak dan kepentingan kelas-kelas pekerja dan tertindas, yang pada tanggal 25 Oktober memulai revolusi sosialis yang melawan kaum borjuasi. Sewajarnya, kepentingan revolusi ini lebih tinggi daripada hak-hak formal Majelis Konstituante, bahkan bila hak-hak formal tersebut tidak dilemahkan oleh tidak adanya pasal di dalam hukum Majelis Konstituante yang mengakui hak rakyat untuk me-recall perwakilan mereka dan menyelenggarakan pemilihan kapan pun. 17. Setiap usaha langsung atau tidak langsung untuk mempertimbangkan masalah Majelis Konstituante dari sudut pandang legal dan formal, di dalam kerangka demokrasi borjuis umumnya, dan mengabaikan perjuangan kelas dan perang sipil adalah pengkhianatan terhadap perjuangan proletariat, dan mengadopsi sudut pandang borjuis. Kaum Sosial-Demokrat Revolusioner punya tugas untuk memperingatkan semua orang agar tidak melakukan kekeliruan ini, yang telah dilakukan oleh beberapa pemimpin Bolshevik yang tidak mampu memahami signifikansi dari pemberontakan Oktober dan tugas kediktatoran proletariat. 18. Satu-satunya peluang untuk menjamin solusi yang mulus untuk krisis yang diakibatkan oleh perbedaan antara pemilu Majelis Konstituante dan kehendak kelas pekerja dan tertindas adalah memberikan rakyat hak seluas mungkin dan secepat mungkin untuk memilih ulang anggota-anggota Majelis Konstituante, dan Majelis Konstituante harus menerima undang-undang pemilu dari Komite Eksekutif Pusat, menyatakan bahwa ia mengakui sepenuhnya kekuasaan Soviet, revolusi Soviet, dan kebijakan Soviet mengenai perdamaian, tanah dan kontrol buruh, dan dengan tegas bergabung dengan musuh-musuh dari kontra-revolusi Kadet-Kaledin. 19. Kalau syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka krisis Majelis Konstituante ini hanya dapat diselesaikan dengan cara revolusioner, yakni kekuasaan Soviet melaksanakan kebijakan yang paling enerjetik, cepat, tegas, dan revolusioner dalam melawan kontra-revolusi Kadet-Kaleditn, tidak peduli apa slogan dan institusi (bahkan partisipasi di dalam Majelis Konstituante) yang digunakan oleh kontra-revolusi untuk bersembunyi. Setiap usaha untuk mengikat tangan dan kaki kekuasaan Soviet dalam perjuangan ini adalah sama saja dengan membantu kontra-revolusioner. === Lampiran II: Buku Baru Vandervelde mengenai Negara === Hanya setelah saya membaca bukunya Kautsky saya punya kesempatan untuk membaca buku Vandervelde “Socialism versus the State” (“Sosialisme versus Negara”) (Paris, 1918). Perbandingan kedua buku ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa Kautsky adalah pemimpin ideologis dari Internasional Kedua (1889-1914), sementara Vandervelde, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Biro Internasional Sosialis, adalah perwakilan resminya. Keduanya mewakili kebangkrutan total dari Internasional Kedua, dan keduanya dengan keterampilan seorang jurnalis berpengalaman “dengan mahir” menutup-nutupi kebangkrutan ini dan kebangkrutan mereka sendiri dan pembelotan mereka ke sisi borjuasi dengan ujar-ujaran Marxis. Yang satu memberikan kita satu contoh yang baik apa itu oportunisme Jerman yang tipikal, yang membosankan, suka berteori dan memalsukan Marxisme dengan menyingkirkan semua yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi. Yang satu lagi adalah variasi oportunisme Latin – pada tingkatan tertentu, oportunisme Eropa Barat (yakni, Barat dari Jerman) – yang lebih fleksibel, lebih tidak membosankan, dan yang memalsukan Marxisme dengan metode yang secara fundamental sama, tetapi dengan cara yang lebih halus. Keduanya secara radikal mendistorsi ajaran Marx mengenai Negara dan juga mengenai kediktatoran proletariat; Vandervelde lebih berbicara mengenai masalah Negara, sementara Kautsky masalah kediktatoran proletariat. Keduanya mengaburkan hubungan yang sangat dekat dan tak terpisahkan antara kedua subjek ini. Mereka berdua adalah revolusioner dan Marxis dalam kata-kata, tetapi pengkhianat dalam praktek, yang berusaha sangat keras untuk memisahkan diri mereka dari revolusi. Gagasan mereka tidak mengandung satu pun gagasan Marx dan Engels, dan tidak membedakan sosialisme dari karikatur borjuisnya, dalam kata lain mereka tidak menguraikan tugas-tugas revolusi sebagai sesuatu yang berbeda dari tugas-tugas reforma, mereka tidak menguraikan taktik-taktik revolusioner sebagai sesuatu yang berbeda dari taktik-taktik reformis, tidak menguraikan tugas kaum proletariat dalam menghapus tatanan, orde, atau rejim perbudakan-upah sebagai sesuatu yang berbeda dari tugas proletariat negeri-negeri “Adidaya” yang berbagi secuil super-profit dan penjarahan imperialis dengan kaum borjuasi. Kita akan mengutip beberapa argumen Vandervelde yang paling penting. Seperti Kautsky, Vandervelde mengutip Marx dan Engels dengan sangat bersemangat, dan seperti Kautsky, dia mengutip semua dari Marx dan Engels kecuali yang benar-benar tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi dan yang membedakan seorang revolusioner dari seorang reformis. Dia berbicara banyak mengenai perebutan kekuasaan politik oleh proletariat, karena praktek telah membatasi ini di dalam kerangka parlementer. Tetapi mengenai fakta bahwa setelah pengalaman Komune Paris, Marx dan Engels merasa harus menambahi karya Manifesto Komunis yang sudah usang dengan penguraian sebuah kebenaran bahwa kelas buruh tidak boleh menggunakan mesin negara yang sudah ada, tetapi harus menghancurkannya – tidak ada satu pun kata mengenai ini dari Vandervelde! Vandervelde dan Kautsky, seperti sudah saling setuju, bungkam mengenai apa yang paling penting di dalam pengalaman revolusi proletariat, yakni yang membedakan antara revolusi proletariat dari reforma borjuis. Seperti Kautsky, Vandervelde berbicara mengenai kediktatoran proletariat hanya untuk memisahkan dirinya dari kediktatoran proletariat. Kautsky melakukan ini dengan pemalsuan yang kasar. Vandervelde melakukan ini dengan cara yang lebih halus. Di bagian ke-4 bukunya, yang berbicara mengenai “perebutan kekuasaan politik oleh proletariat”, dia mendedikasikan sub-bagian b untuk masalah “kediktatoran kolektif proletariat”, “mengutip” Marx dan Engels (saya ulangi kembali: menghapus justru yang penting, yakni menghancurkan mesin negara borjuis-demokratik yang lama), dan menyimpulkan: “... Di antara lingkaran-lingkaran sosialis, revolusi sosial biasanya dimaknai seperti demikian: sebuah Komune [Paris – Ed.] yang baru, yang kali ini menang, dan tidak hanya di satu tempat saja tetapi di pusat-pusat utama dunia kapitalis. “Sebuah hipotesa, tetapi sebuah hipotesa yang tidak mustahil ketika menjadi jelas bahwa periode pasca-perang akan menyaksikan antagonisme kelas dan gejolak sosial yang tidak ada presedennya di banyak negeri. “Kegagalan Komune Paris, dan apalagi kesulitan-kesulitan revolusi Rusia, membuktikan bahwa mustahil kita bisa mengakhiri sistem kapitalis kalau kaum proletariat belumlah cukup siap untuk menggunakan dengan baik kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh kondisi-kondisi yang ada.” (hal. 73) Dan begitu saja! Inilah, para pemimpin dan perwakilan Internasional Kedua! Pada 1912 mereka menandatangani Manifesto Basel, yang secara eksplisit berbicara mengenai hubungan antara perang – yang kemudian pecah pada tahun 1914 – dan revolusi proletariat, dan menjunjung revolusi proletariat sebagai ancaman. Dan ketika perang pecah dan situasi revolusioner muncul, para Kautsky dan Vandervelde mulai memisahkan diri mereka dari revolusi. Sebuah revolusi seperti Komune Paris hanyalah sebuah hipotesa yang tidak mustahil! Ini sama dengan argumen Kautsky mengenai kemungkinan peran Soviet di Eropa. Tetapi beginilah cara kaum liberal yang terpelajar berargumen; tentu saja, dia sekarang akan setuju bahwa sebuah Komune yang baru adalah sesuatu yang “tidak mustahil”, bahwa Soviet punya peran besar, dsb. Seorang proletariat revolusioner berbeda dari seorang liberal, di mana dia, sebagai seorang teoretikus, menganalisis signifikansi baru Komune dan Soviet sebagai sebuah negara. Vandervelde, di lain pihak, bungkam mengenai apa yang dikatakan oleh Marx dan Engels panjang lebar mengenai analisis pengalaman Komune Paris. Sebagai seorang buruh yang praktis, sebagai seorang politisi, seorang Marxis harus menjelaskan bahwa hanya pengkhianat sosialisme dapat menghindari tugas menguraikan perlunya revolusi proletariat (model Komune, model Soviet, atau mungkin model ketiga yang lain), menjelaskan perlunya persiapan untuk revolusi ini, melakukan propaganda untuk revolusi di antara rakyat, menjawab prasangka-prasangka borjuis-kecil, dsb. Tetapi Kautsky dan Vandervelde tidak melakukan ini sama sekali, karena mereka sendiri adalah pengkhianat sosialisme, yang ingin mempertahankan reputasi mereka sebagai sosialis dan Marxis di antara kaum buruh. Mari kita tengok formulasi teori mengenai masalah negara. Negara, bahkan di dalam republik demokratik, tidak lain adalah mesin penindasan satu kelas oleh kelas yang lain. Kautsky akrab dengan kebenaran ini, mengakuinya, setuju dengannya, tetapi ... dia menghindari pertanyaan fundamental ini: kelas mana yang harus ditindas oleh kelas proletariat ketika kelas ini membentuk negara proletariat, untuk alasan apa, dan dengan cara apa. Vandervelde akrab, mengakui, dan setuju dengan proposisi fundamental Marxisme ini (hal 72. bukunya), tetapi ... dia tidak mengatakan satu kata pun mengenai subjek penumpasan resistensi kaum penindas “yang tidak menyenangkan” (bagi para tuan-tuan kapitalis)! Vandervelde dan Kautsky telah sepenuhnya menghindari subjek “yang tidak menyenangkan” ini. Di sinilah terletak pengkhianatan mereka. Seperti Kautsky, Vandervelde adalah ahli dalam seni menggantikan dialektika dengan eklektisme. Di satu pihak ini tidak bisa tidak diakui, dan di lain pihak ini harus diakui. Di satu pihak, istilah negara dapat berarti “bangsa secara keseluruhan” (baca kamus Littré – sebuah karya yang baik, ini tidak dapat disangkal – dan Vandervelde, hal. 87); di lain pihak, istilah negara dapat berarti “pemerintahan” (Vandervelde, hal. 87). Vandervelde mengutip pernyataan cerdik ini berdampingan dengan kutipan-kutipan dari Marx. Makna Marxis dari istilah “negara” berbeda dari makna biasanya, tulis Vandervelde. Oleh karenanya, “kesalahpahaman” mungkin dapat timbul. “Marx dan Engels menganggap negara bukan sebagai negara dalam artian yang luas, bukan sebagai organ pemandu, bukan sebagai perwakilan dari kepentingan-kepentingan umum masyarakat (intérêts généraux de la société). Namun negara sebagai kekuasaan, negara sebagai organ otoritas, negara sebagai instrumen kekuasaan satu kelas terhadap kelas yang lain.” (hal. 75-76) Marx dan Engels berbicara mengenai penghancuran negara hanya dalam artian kedua ... “Afirmasi yang terlalu absolut berisiko menjadi tidak tepat. Ada banyak tahapan-tahapan transisional antara negara kapitalis, yang berdasarkan kekuasaan eksklusif dari satu kelas, dan negara proletariat, yang tujuannya adalah menghapus semua kelas.” (hal. 156) Ini contoh “cara”nya Vandervelde, yang hanya sedikit berbeda dengan caranya Kautsky, dan pada intinya identik. Dialektika menyangkal adanya kebenaran yang absolut dan menjelaskan perubahan berturut-turut dari yang berlawanan dan signifikansi krisis di dalam sejarah. Kaum eklektis tidak menginginkan proposisi yang “terlalu absolut”, karena dia ingin mendorong hasrat filistinnya untuk menggantikan revolusi dengan “tahapan-tahapan transisional”. Para Kautsky dan Vandervelde tidak berbicara satu kata pun mengenai fakta bahwa tahapan transisional antara negara sebagai organ kekuasaan kelas kapitalis dan negara sebagai organ kekuasaan proletariat adalah revolusi, yang berarti penumbangan kaum borjuasi dan pembubaran dan penghancuran mesin negara mereka. Para Kautsky dan Vandervelde mengaburkan fakta bahwa kediktatoran borjuis harus digantikan dengan kediktatoran satu kelas, yakni kelas proletariat, dan bahwa “tahapan-tahapan transisional” revolusi akan disusul oleh “tahapan-tahapan transisional” pupusnya negara proletar. Di sinilah terletak pengkhianatan politik mereka. Di sinilah, secara teori dan filsafat, mereka menggantikan dialektika dengan eklektisme dan sofisme. Dialektika adalah filsafat yang konkret dan revolusioner, dan membedakan antara “transisi” dari kediktatoran satu kelas ke kediktatoran kelas yang lainnya, dan “transisi” dari negara proletar demokratik ke masyarakat tanpa negara (“pupusnya negara”). Untuk menyenangkan kaum borjuasi, eklektisme dan sofisme para Kautsky dan Vandervelde mengaburkan semua yang konkret dan tepat di dalam perjuangan kelas dan mengedepankan konsep umum “transisi”, di mana mereka dapat menyembunyikan penyangkalan mereka terhadap revolusi (seperti yang dilakukan oleh sembilan dari sepuluh kaum Sosial Demokrat kita hari ini). Sebagai seorang eklektis dan sofis, Vandervelde lebih mahir dan halus daripada Kautsky; karena frase “transisi dari negara dalam arti yang sempit ke negara dalam arti yang luas” dapat menjadi cara untuk menghindari semua masalah revolusi, semua perbedaan antara revolusi dan reforma, dan bahkan perbedaan antara kaum Marxis dan kaum liberal. Kaum borjuasi dengan pendidikan Eropa mana yang akan menyangkal, “secara umum”, “tahapan-tahapan transisional” dalam artian “umum” ini? Vandervelde menulis: “Saya setuju dengan Guesde bahwa mustahil untuk mensosialisasi alat-alat produksi dan distribusi tanpa memenuhi dua kondisi berikut ini: “1. Transformasi negara yang sekarang sebagai organ kekuasaan satu kelas terhadap kelas yang lain menjadi apa yang disebut Monger sebagai sebuah negara buruh rakyat (people’s labour state), dengan perebutan kekuasaan oleh proletariat. 2. Pemisahan negara sebagai sebuah organ otoritas dari negara sebagai sebuah organ pemandu, atau, dengan menggunakan istilah dari Saint-Simon, pemisahan pemerintahan rakyat dari administrasi.” (hal.89) Vandervelde menulis baris-baris di atas dalam huruf miring, yang memberikan penekanan khusus pada signifikansi dari proposisi-proposisi ini. Tetapi ini sebenarnya hanyalah gado-gado eklektik, yang pecah sepenuhnya dari Marxisme! “Negara buruh rakyat” (people’s labour state) hanyalah parafrase dari “negara rakyat yang bebas” (free people’s state), yang diparadekan oleh kaum Sosial-Demokrat Jerman pada tahun 1870an dan yang dicap konyol oleh Engels. Istilah “negara buruh rakyat” adalah istilah dari kaum demokrat borjuis-kecil (seperti kaum Sosialis-Revolusioner Kiri kita), sebuah istilah yang menggantikan konsep kelas dengan konsep non-kelas. Vandervelde menempatkan perebutan kekuasaan negara oleh proletariat (oleh sebuah kelas) berdampingan dengan negara “rakyat”, dan tidak mampu melihat bahwa hasilnya adalah sebuah gado-gado. Dengan Kautsky dan “demokrasi murni”nya, hasilnya adalah gado-gado yang serupa dan filistinisme anti-revolusioner yang serupa, yang mengabaikan tugas dari revolusi kelas proletariat, tugas dari kediktatoran kelas proletariat, tugas dari negara kelas proletariat. Terlebih lagi, pemerintahan rakyat akan lenyap dan digantikan oleh administrasi hanya ketika negara dalam semua bentuk pupus. Tetapi berbicara mengenai masa depan yang relatif jauh ini, Vandervelde mengaburkan tugas esok hari, yakni penumbangan kelas borjuasi. Tipu daya ini sama dengan penghambaan terhadap kaum borjuis liberal. Kaum liberal bersedia berbicara mengenai apa yang akan terjadi ketika mereka tidak perlu memerintah rakyat. Mengapa tidak bermain saja dalam mimpi yang tidak berbahaya ini? Tetapi mengenai kaum proletariat yang harus meremukkan perlawanan kaum borjuasi – tidak ada satu kata pun. Kepentingan kelas kaum borjuasi menuntut ini. Sosialisme versus negara. Inilah bagaimana Vandervelde mengangguk kepada kaum proletariat. Tidaklah sulit untuk mengangguk; setiap politisi “demokratis” tahu bagaimana mengangguk kepada para pemilihnya. Dan di bawah kedok “anggukan” ini, tersembunyi makna anti-revolusioner dan anti-proletariat. Vandervelde mengutip Ostrogorsky panjang lebar untuk menunjukkan betapa banyaknya penipuan, kekerasan, korupsi, kebohongan, kemunafikan, dan penindasan yang tersembunyi di balik kedok beradab, mengkilap, dan harum dari demokrasi borjuis modern. Tetapi dia tidak menarik kesimpulan dari ini. Dia gagal memahami bahwa demokrasi borjuis menindas rakyat pekerja, dan demokrasi proletariat harus menindas kaum borjuasi. Kautsky dan Vandervelde matanya buta terhadap ini. Mereka membuntuti kepentingan kelas kaum borjuasi, dan kepentingan kelas borjuasi ini menuntut agar masalah penindasan ini dihindari, didiamkan, atau disangkal. Eklektisme borjuis-kecil versus Marxisme, sofisme versus dialektika, reformisme filistin versus revolusi proletariat – inilah yang seharusnya menjadi judul bukunya Vandervelde. '''Catatan:''' <references/> [[Kategori:Vladimir Lenin]] m6stmi0t1op6l3vfjn9pyyr8vjo44d5 100301 100297 2022-08-20T20:03:22Z 125.160.230.15 Membalikkan revisi 100297 oleh [[Special:Contributions/2404:C0:7540:0:0:0:E174:DBB6|2404:C0:7540:0:0:0:E174:DBB6]] ([[User talk:2404:C0:7540:0:0:0:E174:DBB6|bicara]]) wikitext text/x-wiki {{header | title = Revolusi Proletariat dan Kautsky si Pengkhianat | author = Vladimir Lenin | translator = Ted Sprague | section = | previous = | next = | year = 1918 | notes = ''Semua sumber berasal dari [https://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1918/KautskyPengkhianat/index.htm situs marxists.org] (MIA); Lenin’s Collected Works, Progress Publishers, Moskow, Volume 28, 1974, hal. 227-325<ref>Ted Sprague, Pengelola Koran online «Militan» (13 April 2014, Montreal). [https://www.marxists.org/admin/legal/corights.htm#pd Copyleft]: Materials that are created by MIA volunteers and uploaded to MIA must be licensed under [https://www.marxists.org/admin/legal/cc/by-sa.htm Creative Commons (Attribution-Sharealike)].''</ref>. }} === Pendahuluan === Pamflet Kautsky, “The Dictatorship of Proletariat” (Kediktatoran Proletariat), yang baru-baru ini diterbitkan di Wina (Wien, 1918, Ignaz Brand, hal. 63), merupakan contoh paling jelas dari kebangkrutan Internasional Kedua yang paling memalukan, yang telah lama dibicarakan oleh semua kaum sosialis yang jujur di semua negeri. Revolusi proletariat sekarang sudah menjadi persoalan praktis di sejumlah negeri, dan oleh karenanya pemeriksaan terhadap cara-cara berpikir Kautsky yang sesat dan penuh pengkhianatan dan penolakan sepenuhnya terhadap Marxisme menjadi sangat penting. Namun, pertama-tama harus ditekankan bahwa sejak permulaan perang<ref>Perang Dunia Pertama – ''Ed.''</ref> sang penulis telah berulang kali menunjukkan perpecahan Kautsky dengan Marxisme. Sejumlah artikel yang diterbitkan antara tahun 1914-1916 di jurnal Sotsial-Demokrat dan Kommunist, yang diterbitkan di luar negeri, membahas soal itu. Artikel-artikel ini selanjutnya dikumpulkan dan diterbitkan oleh Soviet Petrograd dengan judul “Against the Stream” (Melawan Arus), oleh G. Zinoviev, dan N. Lenin (Petrograd, 1918. hal. 550). Dalam sebuah pamflet yang diterbitkan di Jenewa pada 1915 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan Prancis pada tahun yang sama, saya menjelaskan tentang “Kautskyisme” sebagaimana di bawah ini: “Kautsky, pemimpin terkemuka Internasional Kedua, adalah contoh yang paling jelas dan khas tentang bagaimana sebuah pengakuan verbal terbuka terhadap Marxisme dalam prakteknya berubah menjadi “Struvisme” atau “Brentanoisme” (dengan kata lain, menjadi teori borjuis liberal yang mengakui adanya perjuangan “kelas” kaum proletariat yang non-revolusioner, yang mana diungkapkan dengan jelas oleh Struve, seorang penulis dari Rusia, dan Brentano, ekonom dari Jerman). Contoh lainnya adalah Plekhanov. Melalui metode sofistri, Marxisme dilucuti dari semangat revolusionernya yang hidup; segala sesuatunya diakui dalam kerangka Marxisme, kecuali metode-metode perjuangan revolusioner, propaganda dan persiapan untuk metode-metode tersebut, dan juga pendidikan bagi massa dalam rangka perjuangan revolusioner. Kautsky dengan cara-cara yang tidak prinsipil mendamaikan ide fundamental sovinisme-sosial, pengakuan atas pembelaan terhadap tanah air dalam perang hari ini, dengan konsesi diplomatis palsu kepada kaum Kiri. Hal ini dilakukannya dengan abstain dari pemungutan suara anggaran perang, klaim verbalnya sebagai oposisi, dll. Kautsky, yang pada 1909 menulis sebuah buku tentang periode revolusi yang semakin dekat dan tentang kaitan antara perang dan revolusi, yang pada 1912 menandatangani Manifesto Basel yang berbicara mengenai menggunakan peluang revolusioner dari perang yang akan datang, sungguh berusaha keras untuk membenarkan dan menghiasi sovinisme-sosial, dan, seperti Plekhanov, bergabung dengan kaum borjuasi untuk mencemooh setiap pemikiran tentang revolusi dan semua langkah menuju perjuangan revolusioner yang segera. “Kelas buruh tidak dapat memainkan peran revolusioner yang mendunia kecuali jika kelas buruh mengobarkan sebuah perjuangan yang tanpa-belas-kasihan untuk melawan kemunduran, kepengecutan, dan ketundukan terhadap oportunisme, dan vulgarisasi terhadap teori-teori Marxisme yang tidak ada paralelnya ini. Kautskyisme bukanlah sebuah kebetulan; ia adalah produk sosial dari kontradiksi-kontradiksi di dalam Internasional Kedua, yang merupakan campuran antara kesetiaan terhadap Marxisme dalam kata-kata dan subordinasi terhadap oportunisme dalam praktek. “(G. Zinoviev dan N. Lenin, “Sosialisme dan Perang” Jenewa, 1915, hal. 13-14). Lagi, dalam buku saya yang berjudul “Imperialisme, Tahapan Tertinggi Dalam Kapitalisme” yang ditulis pada 1916, dan diterbitkan di Petrograd pada 1917, saya membedah serinci-rincinya kesalahan teoritis dari semua argumen Kautsky tentang imperialisme. Saya mengutip definisi Kautsky tentang imperialisme: “Imperialisme adalah sebuah produk dari kapitalisme industrial yang sangat berkembang, di mana setiap bangsa kapitalis industrial berusaha mengontrol atau menganeksasi semua daerah agraris yang besar [italik dari Kautsky], tidak peduli bangsa mana yang mendudukinya.” Saya menunjukkan betapa kelirunya penjelasan ini, dan bagaimana penjelasan itu telah ‘diadaptasi” untuk menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang paling dalam dari imperialisme, dan kemudian “diadaptasi” untuk didamaikan dengan oportunisme. Saya memberikan definisi saya sendiri tentang imperialisme: “Imperialisme adalah kapitalisme pada tahap perkembangan di mana dominasi monopoli dan kapital finansial telah menjadi kenyataan, di mana ekspor kapital telah menjadi sangat penting; di mana pembagian dunia di antara sindikat-sindikat internasional telah dimulai; di mana pembagian wilayah-wilayah dunia di antara kekuatan-kekuatan kapitalis terbesar telah selesai.” Saya menunjukkan bahwa kritik Kautsky terhadap imperialisme jauh lebih rendah ketimbang kritik kaum borjuis filistin. Akhirnya, pada bulan Agustus dan September 1917 — yakni, sebelum revolusi proletar Rusia (25 Oktober [7 November] 1917), saya menulis sebuah pamflet (yang diterbitkan di Petrograd di awal 1918) yang berjudul “Negara dan Revolusi. Teori Marxis tentang Negara dan Tugas-Tugas Kaum Proletariat dalam Revolusi”. Dalam Bab IV dari buku ini yang berjudul “Vulgarisasi Marxisme oleh Kaum Oportunis,” saya memberikan perhatian khusus terhadap Kautsky dengan menunjukkan bahwa dia telah sepenuhnya mendistorsi pemikiran-pemikiran Marxisme, mengubahnya agar sesuai dengan oportunisme, dan bahwa dia telah “menyangkal revolusi dalam praktek, kendati menerimanya dalam ucapan.” Pada intinya, kesalahan utama secara teoritis yang dibuat oleh Kautsky dalam pamfletnya tentang kediktatoran proletariat terletak pada distorsi-distorsinya yang oportunis terhadap pemikiran-pemikiran Marx tentang Negara — distorsi-distorsi yang telah saya bedah secara rinci dalam pamflet saya yang berjudul “Negara dan Revolusi.” Pernyataan-pernyataan awal ini dibutuhkan karena mereka menunjukkan bahwa saya telah menuduh Kautsky secara terbuka sebagai seorang pengkhianat jauh sebelum kaum Bolshevik mengambil alih kekuasaan Negara dan dikutuk oleh Kautsky sehubungan dengan perebutan kekuasaan tersebut. === Bagaimana Kautsky Mengubah Marx Menjadi Seorang Liberal === Persoalan fundamental yang didiskusikan oleh Kautsky dalam pamfletnya adalah esensi utama dari revolusi proletariat, yakni kediktatoran proletariat. Ini adalah persoalan yang mempunyai arti penting terbesar bagi semua negeri, terutama bagi negeri-negeri yang maju, terutama bagi negeri-negeri yang sedang berperang, dan terutama pada saat ini. Seseorang bisa berkata tanpa ketakutan untuk melebih-lebihkan bahwa kediktatoran proletariat merupakan problem kunci dari semua perjuangan kelas proletar. Oleh karena itu, amat penting untuk memberikan perhatian khusus terhadap masalah tersebut. Kautsky merumuskan persoalan ini sebagai berikut: “Perbedaan antara dua aliran sosialis (yakni kaum Bolshevik dan kaum non-Bolshevik) adalah perbedaan antara metode-metode yang sangat berbeda: metode diktatorial dan metode demokratis” (hal. 3). Marilah kita ingat lagi, bahwa ketika Kautsky menyebut kaum non-Bolshevik di Rusia (yakni kaum Menshevik dan kaum Sosialis-Revolusioner) kaum sosialis, ia dibimbing oleh nama mereka, yakni oleh sebuah kata, dan bukan oleh tempat yang sesungguhnya mereka tempati di dalam perjuangan antara kaum borjuasi dan kaum proletar. Betapa indahnya pemahaman dan penerapan Marxisme yang seperti demikian! Tetapi saya akan menjelaskan lebih jauh tentang ini nanti. Untuk saat ini, kita harus menghadapi masalah yang utama, yakni penemuan Kautsky yang terbesar mengenai “perbedaan fundamental” antara “metode demokratis dan metode diktatorial”. Inilah problem yang terutama; inilah esensi dari pamflet Kautsky. Dan ini sungguh merupakan kekacauan teoritis yang begitu buruk, penolakan yang sepenuh-penuhnya terhadap Marxisme, di mana Kautsky, harus diakui, telah begitu jauh melebihi Bernstein. Persoalan kediktatoran proletariat adalah persoalan relasi negara proletariat terhadap negara borjuis, relasi demokrasi proletariat terhadap demokrasi borjuis. Kita mungkin dapat berpikir bahwa ini begitu jelas dan mudah. Akan tetapi Kautsky, seperti seorang guru sekolah yang telah menjadi kering kerontang seperti debu karena mengutip buku-buku teks sejarah tua yang sama, dengan berkeras-hati memalingkan punggungnya ke abad ke-20 dan terus menatap ke abad ke-18, dan untuk keseratus kalinya, di dalam sejumlah paragraf, dengan cara yang sungguh membosankan bermeditasi mengenai relasi demokrasi borjuis terhadap absolutisme dan medievalisme! Ini terdengar seperti dia sedang mengigau dalam tidur! Akan tetapi, ini artinya ia telah sepenuhnya gagal memahami masalah ini. Kita tidak bisa tidak tersenyum melihat usaha Kautsky untuk membuat bahwa tampaknya ada orang-orang yang mengajarkan “kebencian terhadap demokrasi” (hal. IA) dan sebagainya. Inilah omong kosong yang digunakan oleh Kautsky untuk mengaburkan dan membuat masalah ini menjadi kacau-balau, karena ia berbicara seperti kaum liberal, berbicara tentang demokrasi secara umum, dan bukannya tentang demokrasi borjuis; bahkan ia menolak menggunakan istilah kelas yang jelas ini, dan sebaliknya ia berusaha berbicara tentang demokrasi “pra-sosialis”. Pembual ini menghabiskan sepertiga dari pamfletnya, atau dua puluh halaman dari enam puluh tiga halaman pamfletnya, untuk omong kosong ini, yang begitu menyejukkan hati kaum borjuasi karena ini pada akhirnya sama dengan menghiasi demokrasi borjuis, dan mengaburkan masalah revolusi proletariat. Namun, bagaimanapun juga, judul dari pamflet Kautsky adalah “Kediktatoran Proletariat”. Semua orang tahu, bahwa inilah esensi yang paling mendasar dari doktrin Marx; dan setelah sekian banyak omong kosong yang tidak relevan Kautsky merasa berkewajiban mengutip kata-kata Marx tentang kediktatoran proletariat. Akan tetapi cara bagaimana Kautsky, “sang Marxis”, mengutip Marx sangatlah konyol! Coba dengar ini: “Pandangan ini (yang Kautsky sebut “kebencian terhadap demokrasi”) “bersandar pada sebuah kata tunggal dari Karl Marx.” Inilah yang Kautsky katakan secara harfiah pada halaman 20. Dan pada halaman 60, hal yang sama diulang kembali, bahkan dalam bentuk bahwa, mereka (kaum Bolshevik) “secara oportunis mengungkit kembali kata kecil ini” (inilah yang secara harfiah Kautsky tulis - des Wörtchens!!) “tentang kediktatoran proletariat yang dipergunakan oleh Marx sekali saja pada tahun 1875 dalam sebuah surat“. Inilah sedikit “kata kecil” dari Marx tersebut: “Di antara masyarakat kapitalis dan komunis ada sebuah periode transformasi revolusioner dari masyarakat kapitalis ke masyarakat komunis. Bersamaan dengan ini terdapat juga sebuah periode transisi politik di mana negara haruslah berupa kediktatoran proletariat yang revolusioner” Pertama-tama, untuk menyebut pemikiran Marx klasik ini, yang menyimpulkan seluruh ajarannya yang revolusioner, sebagai “sebuah kata tunggal” dan bahkan “sebuah kata kecil” adalah penghinaan dan penolakan penuh terhadap Marxisme. Kita tidak boleh lupa kalau Kautsky paham betul tentang Marx, dan menimbang dari semua yang telah dia tulis, dia memiliki di mejanya, atau di kepalanya, sejumlah laci di mana semua yang pernah ditulis oleh Marx telah diarsipkan dengan hati-hati supaya dengan mudah dapat digunakan sebagai kutipan. Kautsky mestinya tahu bahwa baik Marx maupun Engels, dalam surat-suratnya sebagaimana juga karya-karyanya yang dipublikasikan, berulang kali berbicara tentang kediktatoran proletariat, sebelum dan terutama setelah Komune Paris. Kautsky harusnya tahu bahwa formula “kediktatoran proletariat” adalah formulasi yang lebih konkret secara historis dan lebih tepat secara ilmiah mengenai tugas-tugas kaum proletariat untuk “menghancurleburkan” mesin negara borjuis. Inilah yang dinyatakan oleh Marx dan Engels selama 40 tahun antara 1852 dan 1891 dalam menyimpulkan pengalaman revolusi 1848, dan terlebih lagi, revolusi 1871. Kemudian bagaimana menjelaskan distorsi yang begitu dahsyat terhadap Marxisme yang dibuat oleh Kautsky, sang Marxis formalis itu? Sehubungan dengan akar filsafat dari fenomena ini, ini adalah substitusi dialektika dengan eklektisme dan sofisme. Kautsky adalah ahli substitusi seperti ini. Berangkat dari sudut pandang politik praktis, ini adalah ketundukan terhadap kaum oportunis, yakni pada analisa terakhir adalah ketundukan terhadap kaum borjuis. Semenjak pecahnya perang, Kautsky telah tumbuh pesat dalam seni menjadi seorang Marxis dalam kata-kata dan antek kaum borjuis dalam perbuatan, hingga ia sekarang telah menjadi ahlinya. Kita akan merasa bahkan lebih yakin tentang ini bila kita periksa betapa hebatnya Kautsky dalam “menginterpretasi” “kata kecil” Marx tentang kediktatoran proletariat. Perhatikan hal berikut ini: “Sayangnya Marx lalai menunjukkan kepada kita dengan lebih terperinci tentang bagaimana ia membentuk konsep kediktatoran ini…(Ini adalah sebuah kalimat yang sungguh-sungguh palsu dari seorang pengkhianat, karena Marx dan Engels sesungguhnya telah memberikan kepada kita sejumlah indikasi yang sangat detil, yang mana Kautsky, sang Marxis formalis, telah dengan sengaja mengabaikannya.) “Secara harfiah, istilah kediktatoran bermakna penghapusan terhadap demokrasi. Namun tentunya juga secara harfiah istilah ini juga bermakna kekuasaan absolut dari seorang individu yang tidak dibatasi oleh satu hukum pun -- sebuah autokrasi yang berbeda dari despotisme hanya jika kediktatoran ini bukan sebuah lembaga negara yang permanen, melainkan kebijakan darurat sementara. “Istilah kediktatoran proletariat, oleh karenanya bukan kediktatoran dari seorang individu, tetapi kediktatoran kelas yang dalam dirinya sendiri (ipso facto) menghindari kemungkinan bahwa Marx dalam hal ini memikirkan kediktatoran secara harfiah. “Di sini dia tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan, tetapi mengenai sebuah kondisi yang harus muncul ketika proletariat telah meraih kekuasaan politik. Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat bahwa transisi di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni dengan cara demokratis.” (hal. 20) Kita telah dengan sengaja mengutip argumen ini sepenuhnya sehingga pembaca dapat melihat dengan jelas metode yang dipakai oleh Kautsky “sang teoretikus”. Kautsky memilih untuk melakukan pendekatan terhadap masalah ini dengan memulai mendiskusikan definisi “kata” kediktatoran. Baiklah. Setiap orang punya hak sakral untuk menggunakan pendekatan apapun yang dia kehendaki terhadap sebuah masalah. Kita hanya harus melihat mana pendekatan yang serius dan jujur, dan mana yang tidak jujur. Setiap orang yang ingin serius dalam melakukan pendekatan terhadap masalah ini harus memberikan definisinya sendiri tentang “kata” kediktatoran. Dengan demikian, masalah ini bisa ditelaah dengan sebaik-baiknya. Namun Kautsky tidak melakukan ini. Dia menulis, “Secara harfiah, kata kediktatoran bermakna penghapusan demokrasi.” Pertama-tama, ini bukanlah sebuah definisi. Bila Kautsky ingin menghindari pemberian definisi tentang konsep kediktatoran, mengapa dia memilih pendekatan seperti ini? Kedua, yang dikatakan oleh Kautsky itu jelas salah. Adalah hal yang alami bagi seorang liberal untuk berbicara mengenai “demokrasi” secara umum; tetapi seorang Marxis tidak akan pernah lupa bertanya: “untuk kelas mana?” Setiap orang tahu, misalnya (dan Kautsky “sang sejarawan” juga tahu), bahwa pemberontakan, atau bahkan gejolak yang besar, di antara para budak pada zaman kuno dengan segera mengungkapkan bahwa negara zaman kuno itu pada dasarnya adalah sebuah kediktatoran pemilik budak. Apakah kediktatoran ini menghapus demokrasi di antara, dan bagi, para pemilik budak? Semua orang tahu ini tidak. Kautsky “sang Marxis” membuat pernyataan yang betul-betul tidak masuk akal dan sama sekali tidak benar ini karena ia “melupakan” perjuangan kelas… Agar kita dapat mengubah pernyataan Kautsky yang liberal dan keliru itu menjadi pernyataan yang betul-betul Marxis dan benar, maka kita harus berkata: kediktatoran itu tidak selalu berarti penghapusan terhadap demokrasi bagi kelas yang melaksanakan kediktatoran di atas kelas-kelas yang lain; akan tetapi ia berarti penghapusan (atau pembatasan material yang teramat ketat, yang juga merupakan salah satu bentuk penghapusan) demokrasi bagi kelas yang menjadi objek dari kediktatoran tersebut. Akan tetapi, sebenar-benarnya pernyataan ini, tetap saja ini tidak memberikan sebuah definisi untuk kediktatoran. Marilah kita periksa kalimat Kautsky yang selanjutnya: “… Tetapi, tentu saja, bila diambil secara harfiah, kata itu juga bermakna kediktatoran absolut dari seorang individu yang tidak dibatasi oleh satu hukum pun….” Seperti seekor anjing buta yang mengendus ke sana ke mari, Kautsky secara kebetulan menemukan sebuah ide yang benar (yaitu, bahwa kediktatoran adalah kekuasaan yang tak terbatas oleh satu hukum pun). Meskipun demikian, ia gagal untuk memberikan definisi tentang kediktatoran, dan, terlebih lagi, ia membuat kesalahan besar historis yang sangat jelas, yakni bahwa kediktatoran berarti kekuasaan dari seorang individu. Ini bahkan keliru secara tata bahasa, karena kediktatoran bisa juga dilaksanakan oleh sekelompok orang, atau oleh sebuah oligarki, atau oleh sebuah kelas dan sebagainya. Kautsky kemudian menunjukkan perbedaan antara kediktatoran dan despotisme. Meskipun yang dikatakannya jelas-jelas salah, kita tidak akan mendiskusikannya karena ini sama sekali tidak relevan untuk masalah yang kita hadapi. Semua orang tahu kecenderungan Kautsky untuk berpaling dari abad ke-20 ke abad ke-18, dan dari abad ke-18 ke zaman klasik kuno, dan kita berharap bahwa kaum proletariat Jerman, setelah mereka telah meraih kediktatorannya, akan mengingat kecenderungan Kautsky ini dan menunjuknya untuk menjadi guru sejarah kuno di sebuah sekolah tertentu. Untuk menghindari definisi kediktatoran proletariat dengan berfilsafat mengenai despotisme adalah kebodohan yang kasar atau tipu daya yang canggung. Sebagai akibatnya, kita menemukan bahwa, setelah berdiskusi tentang kediktatoran, Kautsky mengulang-ulang begitu banyak kebohongan tetapi tidak memberikan satu definisi pun tentang kediktatoran! Alih-alih menggunakan kemampuan berpikirnya, dia bisa saja menggunakan memorinya untuk menarik dari “laci-laci dokumennya” setiap saat Marx berbicara tentang kediktatoran. Bila saja dia melakukan ini, dia tentu akan tiba pada definisi berikut ini atau yang serupa dengannya: Kediktatoran adalah kekuasaan yang didasarkan langsung atas kekerasan dan tidak dibatasi oleh hukum apapun. Kediktatoran revolusioner proletariat adalah kekuasaan yang dimenangkan dan dipelihara dengan penggunaan kekerasan oleh proletariat dalam melawan kaum borjuasi, kekuasaan yang tidak dibatasi oleh hukum apa pun. Kebenaran yang sederhana ini, kebenaran yang begitu jelas ini bagi setiap buruh yang sadar-kelas (yang mewakili massa rakyat, dan bukan lapisan atas dari para bajingan borjuis-kecil yang telah disuap oleh kaum kapitalis, begitulah kaum imperialis-sosial di semua negeri), kebenaran ini, yang begitu jelas bagi setiap perwakilan dari kelas-kelas tertindas yang sedang berjuang bagi emansipasinya, kebenaran ini, yang tidak bisa diganggu gugat bagi setiap Marxis, harus “diperas dengan susah payah” dari tuan Kautsky yang terpelajar! Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Ini dapat dijelaskan dengan mudah oleh semangat penghambaan yang memenuhi para pemimpin Internasional Kedua, yang telah menjadi penjilat kaum borjuasi yang hina Kautsky pertama-tama menggunakan tipu daya dengan mengumbar omong kosong bahwa kata kediktatoran, secara harfiah, berarti kediktatoran dari seorang individu, dan kemudian – dengan menggunakan kekuatan dari tipu daya ini – dia menyatakan bahwa “oleh karenanya” kata-kata Marx mengenai kediktatoran sebuah kelas tidak dimaknakan dalam arti harfiahnya (tetapi di dalam makna di mana kediktatoran tidak berarti kekerasan revolusioner, tetapi berarti “secara damai” memenangkan mayoritas di bawah “demokrasi” borjuis). Kita harus membedakan antara “kondisi” dan “bentuk pemerintahan”. Sungguh perbedaan yang sangat dalam; ini seperti menggambarkan perbedaan antara “kondisi” dari kebodohan seseorang yang berpikir bodoh, dan “bentuk” kebodohannya. Kautsky merasa perlu mengartikan kediktatoran sebagai sebuah “kondisi dominasi” (inilah ungkapan harfiah yang digunakannya di halaman selanjutnya, hal. 21), karena dengan demikian kekerasan revolusioner, dan revolusi yang penuh dengan kekerasan menghilang. “Kondisi dominasi” adalah sebuah kondisi di mana setiap mayoritas menemui dirinya di bawah ... “demokrasi”! Berkat tipu daya seperti ini, revolusi lenyap dengan mudahnya! Akan tetapi, penipuan itu begitu kasar dan tidak akan dapat menyelamatkan Kautsky. Kita tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa kediktatoran mensyaratkan dan bermakna sebuah “kondisi”, sebuah kondisi yang begitu tidak disetujui oleh para pengkhianat, kondisi kekerasan revolusioner satu kelas terhadap kelas yang lainnya. Sangatlah konyol untuk menarik perbedaan antara sebuah “kondisi” dan sebuah “bentuk pemerintahan”. Untuk berbicara tentang bentuk pemerintahan dalam hal ini adalah sangat bodoh, karena setiap anak sekolah tahu bahwa monarki dan republik adalah dua bentuk pemerintahan yang berbeda. Kita harus menjelaskan kepada Tn. Kautsky bahwa kedua bentuk pemerintahan ini, seperti semua “bentuk pemerintahan” transisional di bawah kapitalisme, hanyalah variasi-variasi dari negara borjuis, yakni, variasi-variasi dari kediktatoran borjuis. Terakhir, berbicara tentang bentuk pemerintahan bukan hanya sesuatu yang bodoh, tetapi juga pemalsuan yang kasar terhadap pemikiran Marx, yang jelas-jelas berbicara mengenai bentuk negara dan bukan bentuk pemerintahan. Revolusi proletariat tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa penghancuran paksa mesin negara borjuis, dan penggantiannya dengan negara yang baru yang, seperti yang dikatakan oleh Engels, “bukan lagi negara dalam makna kata yang sesungguhnya”. Posisi Kautsky yang berkhianat membuat dirinya harus memungkiri dan mengaburkan semua ini. Maka kita lihat tipu muslihat yang dipergunakannya. Muslihat yang pertama. “Bahwa Marx dalam hal ini tidak berbicara mengenai bentuk pemerintahan terbukti oleh fakta bahwa dia berpendapat bahwa transisi di Inggris dan Amerika dapat terjadi dengan damai, yakni dengan cara demokratis.” Bentuk pemerintahan tidak ada hubungannya sama sekali dengan ini, karena ada monarki-monarki yang merupakan bentuk negara borjuis yang tidak tipikal, di mana tidak ada klik militer. Dan ada republik-republik yang cukup tipikal dalam hal ini, misalnya memiliki klik militer dan birokrasi. Ini adalah fakta historis dan politis yang diketahui secara universal, dan Kautsky tidak dapat memalsukannya. Bila Kautsky hendak berargumen dengan cara yang serius dan jujur, seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ada hukum sejarah mengenai revolusi yang tidak ada pengecualian? Dan jawabannya: tidak ada hukum seperti itu. Hukum seperti itu hanya berlaku untuk kasus-kasus tipikal, yang Marx istilahkan sebagai “yang ideal,” yakni kapitalisme yang umum, normal, dan tipikal. Lebih jauh lagi, apakah terdapat sesuatu pada tahun 1870an yang membuat Inggris dan Amerika harus dikecualikan sehubungan dengan apa yang kita diskusikan saat ini? Seharusnya menjadi jelas bagi setiap orang yang memahami persyaratan-persyaratan ilmiah dalam hubungannya dengan permasalahan-permasalahan kesejarahan bahwa pertanyaan ini harus diajukan. Bila kita gagal mengajukannya, ini sama halnya dengan memalsukan pengetahuan ilmiah, sama halnya dengan melakukan sofisme. Dan, setelah mengajukan pertanyaan ini, tidak ada keraguan sama sekali bahwa jawabannya adalah: kediktatoran revolusioner proletariat merupakan kekerasan terhadap kaum borjuasi; dan kekerasan semacam itu terutama menjadi sebuah kebutuhan karena keberadaan militerisme dan birokrasi, sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Marx dan Engels berulang kali secara rinci (terutama dalam tulisan mereka “Perang Sipil di Prancis” dan dalam pengantar dari karya tersebut). Justru institusi-institusi inilah yang tidak eksis di Inggris dan Amerika pada tahun 70an, ketika Marx membuat pengamatannya (mereka sekarang eksis di Inggris dan di Amerika)! Kautsky harus menggunakan tipu daya di setiap langkahnya untuk menutupi pengkhianatannya! Dan perhatikan bagaimana dia secara tidak sengaja menunjukkan jati dirinya ketika dia menulis: “secara damai, yakni dengan cara yang demokratis”! Dalam mendefinisikan kediktatoran, Kautsky berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan dari para pembaca karakter fundamental dari konsep ini, yaitu kekerasan revolusioner. Namun sekarang sudah kelihatan kebenarannya: ini adalah masalah perbedaan antara revolusi damai dan revolusi kekerasan. Inilah duduk perkaranya. Kautsky harus menggunakan segala macam tipu muslihat, sofisme dan pemalsuan hanya untuk menyelamatkan dirinya dari revolusi kekerasan, dan untuk menyembunyikan penolakannya terhadap revolusi kekerasan dan pembelotannya ke sisi kebijakan buruh liberal, yakni ke sisi kaum borjuasi. Inilah duduk perkaranya. Kautsky “sang sejarawan” begitu tanpa malunya memalsukan sejarah, sampai-sampai dia “melupakan” fakta fundamental bahwa kapitalisme pra-monopoli -- yang sebenarnya mencapai puncaknya pada periode 1870an -- karena karakter-karakter fundamental ekonominya, memiliki karakter yang unik, yakni secara relatif sangat berpihak pada perdamaian dan kebebasan. Imperialisme di lain pihak, yakni kapitalisme monopoli, yang akhirnya matang pada abad ke-20, karena karakter-karakter fundamental ekonominya, memiliki karakter yang paling tidak berpihak pada perdamaian dan kebebasan, yang mana perkembangan militernya mencapai tingkat tertinggi dan universal. Bila kita “gagal mempertimbangkan” ini dalam mendiskusikan sejauh mana sebuah revolusi damai atau kekerasan adalah hal yang tipikal atau hal yang memungkinkan, maka kita telah jatuh ke level seorang kacung kaum borjuasi. Muslihat yang kedua. Komune Paris merupakan kediktatoran proletariat, namun kediktatoran itu dipilih melalui pemilu yang universal, yakni tanpa merampas hak-hak demokrasi dari kaum borjuasi, yakni “secara demokratis”. Dan Kautsky berkata dengan begitu yakinnya: “… kediktatoran proletariat bagi Marx” (atau menurut Marx) adalah “sebuah kondisi yang secara niscaya mengalir dari demokrasi murni, bila proletariat membentuk mayoritas.” (bei überwiegendem Proletariat, S. 21) Argumen Kautsky ini begitu luar biasanya sehingga membuat seseorang menderita embarras de richesses (rasa malu karena kelimpahan ... keberatan-keberatan yang dapat dilemparkan terhadap argumen tersebut). Pertama-tama, semua orang mengetahui dengan sangat baik bahwa kepemimpinan dan lapisan-lapisan atas kaum borjuasi telah melarikan diri dari Paris ke Versailles. Di Versailles ada “sang sosialis” Louis Blanc – yang membuktikan kekeliruan dari pernyataan Kautsky bahwa “semua tendensi” sosialisme mengambil bagian dalam Komune Paris. Sungguh menggelikan kalau pembagian penduduk Paris ke dalam dua kamp yang saling memusuhi, di mana salah satunya adalah seksi borjuasi yang militan dan aktif secara politik, digambarkan sebagai “demokrasi murni” dengan “pemilu universal”. Yang kedua, Komune Paris melancarkan perang melawan Versailles sebagai pemerintahan buruh Prancis melawan pemerintahan borjuis. Apa hubungannya “demokrasi murni” dan “pemilu universal” dengan ini, ketika Paris sedang menentukan nasib Prancis? Ketika Marx menyatakan pendapatnya bahwa Komune Paris telah melakukan sebuah kesalahan ketika ia gagal menyita bank, yang adalah milik seluruh Prancis, apa dia berangkat dari prinsip-prinsip dan praktek “demokrasi murni”? Pada kenyataannya, jelas kalau Kautsky menulis di sebuah negeri di mana polisi melarang rakyat untuk tertawa “secara bergerombolan,” kalau tidak Kautsky sudah akan terbunuh oleh tawa ejekan. Ketiga, mari saya ingatkan Tn. Kautsky, yang telah menghafal Marx dan Engels dengan sangat baik, penilaian berikut ini yang diberikan oleh Engels terhadap Komune Paris dari sudut pandang ... “demokrasi murni”: “Apakah orang-orang ini” (kaum anti-otoriter) “pernah melihat sebuah revolusi? Sebuah revolusi tentunya adalah hal yang paling otoriter yang ada; sebuah tindakan di mana satu bagian dari penduduk memaksakan kehendaknya atas bagian penduduk lainnya dengan penggunaan senapan, bayonet dan meriam – yang semuanya adalah cara-cara yang sangatlah otoriter. Dan pihak yang menang harus mempertahankan kekuasaannya dengan menggunakan senjata-senjatanya yang akan mengilhami teror di antara kaum reaksioner. Apakah Komune Paris dapat bertahan lebih dari sehari jika tidak menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk melawan kaum borjuasi? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat menyalahkan Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan otoritas tersebut?” Inilah “demokrasi murni” Anda! Engels akan mencibir para borjuis kecil vulgar, para “Sosial Demokrat” (di Prancis pada tahun 1840an dan di Eropa secara umum pada 1915-1918), yang berbicara mengenai “demokrasi murni” di dalam masyarakat kelas. Namun, cukup sampai sini saja. Mustahil untuk menyebut satu demi satu berbagai absurditas Kautsky, karena setiap kalimat yang dia ucapkan adalah sumur pengkhianatan yang tak berdasar. Marx dan Engels menganalisis Komune Paris secara detil dan menunjukkan bahwa Komune Paris berusaha menghancurkan dan membubarkan “mesin negara yang sudah jadi”. Marx dan Engels menganggap kesimpulan ini begitu penting sehingga inilah satu-satunya perubahan yang mereka perkenalkan pada tahun 1872 ke dalam program Manifesto Komunis yang sudah (sebagian) “usang”. Marx dan Engels menunjukkan bahwa Komune Paris telah membubarkan angkatan bersenjata dan birokrasi, telah membubarkan parlementerisme, telah menghancurkan “negara, yakni bonggol yang parasitik itu”, dan sebagainya. Namun Kautsky yang bijaksana, justru mengenakan topi tidurnya, mengulang-ulang dongengnya tentang “demokrasi murni”, yang sudah diceritakan ribuan kali oleh para profesor kaum liberal. Tidak mengherankan jika Rosa Luxemburg pada 4 Agustus 1915 menyatakan bahwa Sosial Demokrasi Jerman tak ubahnya mayat yang membusuk. Muslihat yang ketiga. “Ketika kita berbicara tentang kediktatoran sebagai sebuah bentuk pemerintahan, kita tidak dapat berbicara tentang kediktatoran kelas, karena sebuah kelas sebagaimana yang sudah kita tunjukkan, hanya dapat berkuasa tetapi tidak memerintah…“ Hanya “organisasi” dan “partai” yang dapat memerintah. Ini adalah sebuah kekacauan, sebuah kekacauan yang menjijikkan, Tn. “Penasihat yang kacau-balau”. Kediktatoran bukanlah sebuah “bentuk pemerintahan”; ini adalah omong kosong yang konyol. Dan Marx tidak berbicara tentang “bentuk pemerintahan” namun bentuk atau tipe negara. Ini adalah dua hal yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Juga keliru kalau kita mengatakan bahwa sebuah kelas tidak dapat memerintah: absurditas seperti ini hanya dapat dikemukakan oleh seorang “kretin parlementer” yang tidak bisa melihat apa-apa selain parlemen borjuis dan tidak menyadari apapun selain “partai-partai berkuasa”. Setiap negeri di Eropa akan memberikan kepada Kautsky banyak contoh pemerintahan oleh kelas yang berkuasa, seperti misalnya, pemerintahan para tuan tanah di abad pertengahan, kendati organisasi mereka yang tidak memadai. Pendek kata: Kautsky telah, dengan cara yang sungguh tidak ada duanya, telah mendistorsi konsep kediktatoran proletariat, dan telah mengubah Marx menjadi seorang liberal. Dalam kata lain, dia sendiri telah tenggelam ke level seorang liberal yang mengutarakan frase-frase kosong mengenai “demokrasi murni,” mengabaikan demokrasi borjuis dan mengabaikan konten kelasnya, dan di atas segalanya tidak berani berbicara mengenai penggunaan kekerasan revolusioner oleh kelas yang tertindas. Dengan “menginterpretasikan” konsep “kediktatoran revolusioner proletariat” seperti demikian, di mana dia menghapus kekerasan revolusioner dari kelas tertindas terhadap penindasnya, Kautsky telah memecahkan rekor dunia dalam mendistorsi Marx. Bernstein sang pengkhianat terlihat seperti seekor anak anjing dibandingkan dengan Kautsky sang pengkhianat. === Demokrasi Borjuis dan Demokrasi Proletariat === Masalah yang dikacau-balaukan oleh Kautsky sesungguhnya adalah ini. Bila kita tidak ingin menghina akal sehat dan sejarah, jelas bahwa kita tidak bisa berbicara mengenai “demokrasi murni” selama kelas-kelas yang berbeda eksis; kita hanya dapat berbicara mengenai demokrasi kelas. (Mari kita katakan dalam tanda kurung bahwa “demokrasi murni” bukan hanya sebuah frase yang bodoh, yang mengungkapkan ketidakpahaman mengenai perjuangan kelas dan watak negara, tetapi juga sebuah frase yang kosong, karena dalam masyarakat komunis demokrasi akan melayu dalam proses di mana ia berubah dan menjadi sebuah kebiasaan, tetapi tidak akan pernah menjadi demokrasi “murni”.) “Demokrasi murni” adalah sebuah frase tidak-jujur dari seorang liberal yang ingin menipu para buruh. Sejarah mengenal demokrasi borjuis yang menggantikan feodalisme, dan demokrasi proletariat yang akan menggantikan demokrasi borjuis. Ketika Kautsky membaktikan puluhan lembar halaman untuk “membuktikan” bahwa demokrasi borjuis adalah sesuatu yang progresif dibandingkan dengan abad pertengahan, dan bahwa kaum proletariat harus menggunakan demokrasi ini dalam perjuangannya melawan kaum borjuasi, ini pada kenyataannya tidak lebih dari omong kosong liberal untuk menipu buruh. Ini adalah sebuah truisme, tidak hanya bagi Jerman yang terpelajar, tetapi juga bagi Rusia yang tidak terpelajar. Kautsky sesungguhnya melemparkan debu “pintar” ke mata buruh ketika, dengan sombongnya, dia berbicara mengenai Weitling dan kaum Jesuit Paraguay dan banyak hal lainnya, guna menghindari berbicara mengenai esensi borjuis dari demokrasi modern, atau demokrasi kapitalis. Kautsky mengambil dari Marxisme apa yang dapat diterima oleh kaum liberal, oleh kaum borjuasi (kritik terhadap Abad Pertengahan, dan peran historis yang progresif dari kapitalisme secara umum dan demokrasi kapitalis khususnya), dan mencampakkan, bungkam, dan mengabaikan semua yang ada di dalam Marxisme yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi (kekerasan revolusioner kaum proletariat terhadap kaum borjuasi dalam usahanya untuk menghancurkannya). Inilah mengapa Kautsky, karena posisi objektifnya dan tidak peduli apa kepercayaan subjektifnya, secara tak terelakkan membuktikan dirinya sebagai seorang kacung kaum borjuasi. Demokrasi borjuasi, walaupun adalah sebuah kemajuan historis yang besar dibandingkan dengan abad pertengahan, akan selalu terbatas, tidak lengkap, dan munafik, sebuah surga untuk yang kaya dan jebakan dan tipuan bagi yang tertindas, bagi yang miskin. Kebenaran inilah yang membentuk bagian paling penting dari ajaran Marx, yang gagal dipahami oleh Kautsky “sang Marxis”. Mengenai isu fundamental ini Kautsky memberikan “rasa bahagia” kepada kaum borjuasi, alih-alih kritik ilmiah terhadap kondisi-kondisi yang membuat setiap demokrasi borjuis sebagai sebuah demokrasi untuk kaum kaya. Mari kita ingatkan Tn. Kautsky yang sangat terpelajar ini mengenai proposisi teoritis Marx dan Engels, yang telah begitu memalukan dilupakan oleh sang formalis (untuk menyenangkan kaum borjuasi), dan lalu kita akan jelaskan masalah ini dengan sejelas mungkin. Tidak hanya negara zaman kuno dan feodal, tetapi juga “negara modern adalah sebuah instrumen penindasan kerja-upahan oleh kapital” (Engels, dalam karyanya mengenai negara). “Karena negara hanyalah sebuah institusi transisional yang digunakan di dalam perjuangan, di dalam revolusi, untuk menekan musuh-musuh dengan kekerasan, maka adalah omong kosong besar untuk berbicara mengenai ‘negara rakyat yang bebas’; selama kaum proletariat masih membutuhkan negara, mereka memerlukannya bukan untuk kepentingan kebebasan tetapi untuk menekan musuh-musuhnya, dan segera setelah mungkin berbicara mengenai kebebasan maka negara akan berhenti eksis.” (Engels, dalam suratnya kepada Bebel, 28 Maret, 1875) “Akan tetapi, pada kenyataannya negara tidak lain adalah sebuah mesin penindas satu kelas oleh kelas yang lain, dan ini benar di dalam republik demokratis seperti halnya di dalam monarki” (Engels, Pembukaan untuk “Perang Sipil di Prancis” oleh Marx). Pemilu universal adalah “alat ukur kedewasaan dari kelas buruh. Ia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa menjadi lebih dari ini di bawah negara yang ada hari ini.” (Engels, dalam karyanya mengenai negara. Tn. Kautsky mengulang-ulang bagian pertama dari kalimat Engels ini, yang dapat diterima oleh kaum borjuasi. Tetapi bagian kedua yang dalam italik, yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi, Kautsky sang pengkhianat bungkam!) “Komune harus menjadi badan kerja, bukan badan parlementer. Ia harus menjadi badan legislatif dan eksekutif pada saat yang sama ... Alih-alih memutuskan setiap 3 atau 6 tahun anggota kelas penguasa yang mana yang akan mewakili dan menindas (ver- und zertreten) rakyat di Parlemen, pemilu universal harus melayani rakyat yang tergabungkan di dalam Komune, seperti halnya hak pilih individual melayani setiap pemilik modal dalam mencari buruh, mandor, dan akuntan untuk bisnisnya” (Marx, dalam karyanya mengenai Komune Paris, “Perang Sipil di Prancis”). Setiap proposisi di atas, yang sangat diketahui oleh Tn. Kautsky yang sangat terpelajar ini, adalah tamparan di pipinya dan mengekspos pengkhianatannya. Di dalam pamfletnya tidak kita temukan satu pun pemahaman mengenai kebenaran-kebenaran ini. Seluruh pamfletnya adalah penghinaan terhadap Marxisme! Mari kita lihat hukum-hukum dasar dari negara-negara modern, mari kita lihat administrasi mereka, kebebasan berkumpul, kebebasan pers, atau “kesetaraan semua warga negara di mata hukum,” dan kita akan temui di setiap langkah bukti kemunafikan dari demokrasi borjuis, yang sangat dikenal oleh setiap buruh yang sadar-kelas dan jujur. Tidak ada satu pun negara, sedemokratis apapun, yang tidak punya celah di dalam hukum mereka yang menjamin kaum borjuasi untuk bisa mengirim tentara untuk menindas buruh, untuk menyatakan hukum darurat, dan sebagainya, ketika ada “pelanggaran ketertiban umum,” dan ketika kelas tertindas “melanggar” posisi perbudakannya dan mencoba bertingkah tidak seperti budak. Kautsky dengan tanpa malu menghiasi demokrasi borjuis dan tidak menceritakan, misalnya, bagaimana kaum borjuasi yang paling demokratis dan republiken di Amerika atau Swiss menghadapi buruh yang sedang mogok. Kautsky yang bijak dan terpelajar menutup mulutnya mengenai hal-hal ini! Politisi terpelajar ini tidak menyadari bahwa bungkam mengenai hal ini adalah hal yang hina. Dia lebih memilih untuk menceritakan kepada para buruh dongeng-dongeng mengenai demokrasi yang berarti “melindungi minoritas”. Sungguh luar biasa, tetapi inilah kenyataannya! Pada tahun 1918, pada tahun ke-5 dari pembantaian imperialis dan pencekikan para minoritas internasional (yakni mereka-mereka yang tidak mengkhianati sosialisme, seperti para Renaudel dan Longuet, para Scheidemann dan Kautsky, para Henderson dan Webb, dan yang lainnya) di semua “negeri demokratis” di dunia, Tn. Kautsky yang terpelajar dengan manis, dengan teramat manis, menyanyikan puji-pujian mengenai “perlindungan terhadap kaum minoritas”. Mereka-mereka yang tertarik dapat membaca ini pada halaman ke-15 dari pamflet Kautsky. Dan pada halaman ke-16 individu terpelajar ini bercerita mengenai kaum Whig dan Tory di Inggris pada abad ke-18! Sungguh pengetahuan yang luar biasa! Sungguh penghambaan yang teramat santun terhadap kaum borjuasi! Sungguh penyembahan dan penjilatan yang sangat beradab di hadapan kaum kapitalis! Bila saya adalah Krupp atau Scheidemann, atau Clemenceau atau Renaudel, saya akan membayar Tn. Kautsky jutaan dolar, memberikannya ciuman Yudas, memujinya di hadapan buruh dan menyerukan “persatuan sosialis” dengan orang-orang “terhormat” seperti dia. Untuk menulis pamflet yang menentang kediktatoran proletariat, untuk berbicara mengenai kaum Whig dan Tory di Inggris pada abad ke-18, untuk menyatakan bahwa demokrasi berarti “perlindungan terhadap kaum minoritas,” dan bungkam mengenai pogrom terhadap kaum internasionalis di republik “demokratis” Amerika, bukankah ini adalah pelayanan seorang kacung kepada kaum borjuasi? Tn. Kautsky yang terpelajar telah “melupakan” -- secara kebetulan “melupakan”, mungkin -- sebuah “hal sepele”, yakni bahwa partai yang berkuasa di negara demokrasi borjuasi hanya memberikan perlindungan minoritas untuk partai borjuis lainnya. Sementara kaum proletariat, dalam semua isu-isu yang serius dan fundamental, mendapatkan hukum darurat atau pogrom, dan bukannya “perlindungan terhadap minoritas”. Semakin maju sebuah demokrasi, semakin mungkin pogrom atau perang sipil bila ada penyimpangan politik yang berbahaya bagi kaum borjuasi. Tn. Kautsky yang terpelajar dapat saja mempelajari “hukum” demokrasi borjuis ini dalam hubungannya dengan kasus Dreyfus di republik Prancis, dengan pembantaian orang-orang Negro hitam dan kaum internasionalis di republik demokratik Amerika, dengan kasus Irlandia dan Ulster di Inggris, dengan penindasan terhadap kaum Bolshevik dan pogrom terhadap mereka pada April 1917 di republik demokratik Rusia. Saya dengan sengaja memberi sejumlah contoh tidak hanya pada saat perang [Perang Dunia I – Ed.] tetapi juga sebelum perang. Tetapi Tn. Kautsky lebih memilih menutup matanya dari fakta-fakta abad ke-20 ini, dan memilih menceritakan kepada buruh hal-hal penting yang luar biasa baru, menarik, dan mendidik mengenai kaum Whig dan Tory pada abad ke-18! Mari kita ambil parlemen borjuis. Apakah Kautsky tidak pernah mendengar bahwa semakin berkembang demokrasi maka semakin parlemen borjuis ada di bawah kendali bursa saham dan bankir? Ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh menggunakan parlemen borjuis (kaum Bolshevik menggunakan parlemen borjuis lebih baik daripada semua partai yang ada di dunia, karena pada 1912-15 kita memenangkan semua perwakilan buruh di Duma Keempat). Tetapi ini berarti bahwa hanya seorang liberal yang dapat melupakan keterbatasan historis dan watak konvensional dari sistem parlemen borjuis, seperti halnya Kautsky. Bahkan di negara borjuis yang paling demokratis, rakyat tertindas di setiap langkah menemui kontradiksi antara kesetaraan formal yang diproklamirkan oleh “demokrasi” kapitalis dan ribuan hambatan-hambatan dan akal-akalan riil yang membuat kaum proletar menjadi budak-upah. Inilah kontradiksi yang membuka mata rakyat terhadap kebangkrutan, kepalsuan, dan kemunafikan kapitalisme. Inilah kontradiksi yang diekspos oleh para agitator dan propagandis sosialisme kepada rakyat, guna menyiapkan mereka untuk revolusi! Dan sekarang ketika era revolusi telah dimulai, Kautsky memalingkan punggungnya pada revolusi dan mulai memuji-muji demokrasi borjuis yang sudah sekarat. Demokrasi proletariat, yang mana pemerintahan Soviet adalah salah satu bentuknya, telah membawa sebuah perkembangan dan perluasan demokrasi yang tidak ada presedennya di dunia, bagi mayoritas besar rakyat tertindas dan rakyat buruh. Untuk menulis sebuah pamflet mengenai demokrasi, seperti yang dilakukan oleh Kautsky, di mana dua halaman didedikasikan untuk berbicara mengenai kediktatoran dan puluhan halaman untuk “demokrasi murni”, dan gagal menyadari fakta ini, ini berarti mendistorsi sepenuhnya kediktatoran proletariat dengan metode liberal. Mari kita ambil kebijakan luar negeri. Tidak ada satu pun negara borjuis, bahkan yang paling demokratis sekalipun, yang melakukan kebijakan luar negeri mereka secara terbuka. Rakyat di mana-mana dibohongi, dan di Prancis, Swiss, Amerika dan Inggris yang demokratis, ini dilakukan dengan sangat luas dan dengan cara yang jauh lebih halus daripada negeri-negeri lain. Pemerintahan Soviet telah merobek kedok kebijakan luar negeri dengan cara yang revolusioner. Kautsky mengabaikan ini. Dia diam seribu bahasa mengenai ini, walaupun di era peperangan yang buas dan perjanjian-perjanjian rahasia untuk “pembagian daerah-daerah pengaruh” (yakni, untuk partisi dunia di antara bandit-bandit kapitalis) ini adalah hal yang teramat penting, karena pada inilah tergantung masalah perdamaian dan hidup mati puluhan juta rakyat. Mari kita ambil struktur negara. Kautsky memilah-milah semua hal yang “remeh-temeh”, sampai ke argumen bahwa di bawah Konstitusi Soviet pemilu adalah “tidak langsung”. Tetapi dia gagal melihat hal yang terpenting. Dia gagal melihat karakter kelas dari aparatus negara, dari mesin negara. Di bawah demokrasi borjuis, kaum kapitalis, dengan ribuan muslihat -- yang semakin licik dan efektif dengan semakin “murninya” demokrasi – menyingkirkan rakyat dari kerja administratif, dari kebebasan pers, dari kebebasan berkumpul, dll. Pemerintahan Soviet adalah yang pertama di dunia (atau kalau mau lebih tepat, yang kedua, karena Komune Paris sudah mulai melakukan ini) yang melibatkan rakyat, terutama rakyat tertindas, dalam kerja administratif. Rakyat pekerja dihalangi dari partisipasi di dalam parlemen borjuis (mereka tidak pernah memutuskan hal-hal yang penting di bawah demokrasi borjuis, yang diputuskan oleh bursa saham dan bank-bank) oleh ribuan halangan, dan kaum buruh mengetahui dan merasakan, melihat dan menyadari sepenuhnya bahwa parlemen borjuis adalah institusi yang asing bagi mereka, instrumen penindasan terhadap kaum buruh oleh kaum borjuasi, institusinya kelas yang memusuhi mereka, institusinya kaum minoritas yang mengeksploitasi. Soviet adalah organisasi langsung dari rakyat pekerja yang tertindas, yang membantu mereka untuk mengorganisir dan mengurus masalah-masalah mereka dengan berbagai cara. Dan di dalam soviet, kaum pelopor rakyat pekerja tertindas, yakni kaum proletar urban, diuntungkan karena mereka tersatukan oleh pabrik-pabrik besar. Lebih mudah bagi mereka untuk memilih dan mengontrol orang-orang yang mereka pilih. Bentuk organisasi soviet secara otomatis membantu menyatukan semua rakyat tertindas di sekitar kaum pelopor mereka, yakni kaum proletariat. Aparatus borjuis lama – birokrasi, privilese kekayaan, privilese pendidikan borjuis, privilese koneksi sosial, dsb. (semua privilese riil ini semakin beragam bentuknya dengan semakin berkembangnya demokrasi borjuis) -- semua ini menghilang di bawah bentuk organisasi soviet. Kebebasan pers berhenti menjadi sebuah kemunafikan, karena percetakan dan stok kertas direbut dari tangan borjuasi. Hal yang sama juga berlaku untuk bangunan-bangunan terbaik, istana-istana, vila-vila dan rumah-rumah bangsawan. Kekuasaan Soviet menyita ribuan bangunan-bangunan terbaik ini dari tangan kaum penindas dengan satu pukulan, dan dengan ini membuat hak untuk berkumpul, yang tanpanya maka demokrasi adalah palsu, satu juta kali lebih demokratik bagi rakyat. Pemilu-pemilu tidak langsung ke Soviet-soviet non-lokal membuat lebih mudah menyelenggarakan kongres-kongres Soviet. Mereka membuat seluruh aparatus lebih murah, lebih fleksibel, lebih mudah dijangkau oleh buruh dan tani di saat ketika situasi bergejolak dan kita harus bisa dengan cepat me-recall seorang perwakilan soviet kita atau mendelegasikannya ke kongres umum Soviet-soviet. Demokrasi proletariat satu juta kali lebih demokratik dibandingkan demokrasi borjuis manapun; kekuasaan Soviet satu juta kali lebih demokratik dibandingkan dengan republik borjuis yang paling demokratik. Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti entah kita dengan sukarela melayani kaum borjuasi atau kita bebal secara politik seperti paku, tidak mampu melihat kehidupan yang riil dari balik halaman buku-buku borjuis yang penuh debu, dipenuhi dengan prasangka-prasangka demokrasi-borjuis, dan oleh karenanya secara objektif mengubah diri sendiri menjadi seorang kacung borjuasi. Kalau kita gagal menyadari ini, ini berarti kita tidak mampu mengedepankan masalah ini dari sudut pandang kelas-kelas yang tertindas: Apakah ada satu negeri pun di dunia ini, bahkan di antara negeri-negeri borjuis yang paling demokratik sekalipun, di mana buruh jelata, buruh tani jelata, atau semi-proletar di pedesaan (yakni, perwakilan dari kaum yang tertindas, dari mayoritas besar populasi), menikmati kebebasan untuk menyelenggarakan pertemuan di gedung-gedung terbaik, kebebasan untuk menggunakan percetakan terbesar dan stok kertas terbesar untuk mengekspresikan gagasan mereka dan mempertahankan kepentingan mereka, kebebasan untuk mengedepankan perwakilan dari kelasnya sendiri untuk mengurus dan “membentuk” negara, seperti di Soviet Rusia? Tn. Kautsky tidak akan dapat menemukan di negeri manapun bahkan satu dari seribu buruh atau buruh tani yang maju yang tidak tahu jawaban dari pertanyaan di atas. Mengikuti insting mereka, dari mendengar sepotong-sepotong kebenaran dari pers borjuis, kaum buruh dari seluruh dunia bersimpati dengan Republik Soviet karena mereka menganggapnya sebagai demokrasi proletariat, sebuah demokrasi untuk yang miskin, dan bukan demokrasi untuk yang kaya, yang sesungguhnya adalah demokrasi borjuis, bahkan yang terbaik sekalipun. Kita diperintah (dan negara kita “dibentuk”) oleh para birokrat borjuis, oleh para anggota parlemen borjuis, oleh para hakim borjuis – ini adalah kebenaran yang sederhana, jelas, dan tidak dapat diganggu gugat, sebuah kebenaran yang dikenal oleh puluhan dan ratusan juta rakyat dari kelas-kelas tertindas dari pengalaman mereka sendiri, pengalaman yang mereka rasakan dan jalankan setiap hari. Akan tetapi, di Rusia, mesin birokrasi ini telah sepenuhnya dihancurkan dan diluluhlantakkan; para hakim yang lama telah diusir, parlemen borjuis telah dibubarkan – dan perwakilan yang jauh lebih mudah diakses telah diberikan kepada buruh dan tani; Soviet-soviet mereka telah menggantikan para birokrat, atau Soviet-soviet mereka telah diberi kuasa untuk mengendalikan para birokrat, dan Soviet-soviet mereka telah diberikan otoritas untuk memilih para hakim. Fakta ini sendiri saja sudah cukup bagi semua kelas-kelas yang tertindas untuk mengakui bahwa kekuasaan Soviet, yakni bentuk kediktatoran proletariat yang sekarang, adalah satu juta kali lebih demokratis dibandingkan republik borjuis yang paling demokratis. Kautsky tidak memahami kebenaran ini, yang begitu jelas bagi setiap buruh, karena dia telah “melupakan” untuk bertanya: demokrasi untuk kelas yang mana? Dia berbicara dari sudut pandang demokrasi “murni” (yakni demokrasi non-kelas? atau demokrasi yang di atas kelas?). Dia berargumen seperti Shylock: “satu pon daging saya” dan tidak lebih. Kesetaraan bagi semua warga negara – kalau tidak demikian, maka ini bukan demokrasi. Kita harus bertanya kepada Kautsky “sang Marxis” dan “sang Sosialis” yang terpelajar ini: Apakah mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi? Sungguh memalukan kalau pertanyaan seperti ini harus ditanyakan dalam mendiskusikan buku yang ditulis oleh pemimpin ideologi Internasional Kedua. Tetapi “setelah siap untuk membajak, tidak boleh menoleh ke belakang,” dan setelah memulai menulis mengenai Kautsky, saya harus menjelaskan kepada orang terpelajar ini mengapa tidak mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi. === Apakah mungkin bisa ada kesetaraan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi? === Kautsky memaparkan argumennya seperti berikut ini: (1) “Yang mengeksploitasi selalu hanya membentuk minoritas kecil di dalam populasi.” (hal. 14 dari pamflet Kautsky) Ini benar. Berangkat dari sini, apa argumennya? Kita dapat berargumen dengan metode Marxis, dengan metode sosialis, yakni kita mulai dari hubungan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi. Atau kita dapat berargumen dengan metode liberal, dengan metode demokrasi-borjuis. Dan bila demikian, kita akan mulai dari hubungan antara mayoritas dan minoritas. Bila kita berargumen secara Marxis, kita harus mengatakan: kaum yang mengeksploitasi niscaya mengubah negara (dan kita sedang berbicara mengenai demokrasi, yakni salah satu bentuk negara) menjadi sebuah instrumen untuk kekuasaan kelas mereka. Oleh karenanya, selama ada kaum pengeksploitasi yang berkuasa atas mayoritas yang tereksploitasi, negara demokratis ini niscaya adalah demokrasi untuk kaum pengeksploitasi. Sebuah negara kaum tereksploitasi secara fundamental harus berbeda dari negara kaum pengeksploitasi; ia haruslah berupa demokrasi untuk yang tereksploitasi, dan alat untuk menindas yang mengeksploitasi; dan penindasan terhadap sebuah kelas berarti ketidaksetaraan untuk kelas tersebut, ini berarti kelas tersebut disisihkan dari “demokrasi”. Bila kita berargumen secara liberal, kita harus mengatakan: mayoritas memutuskan, minoritas tunduk. Mereka yang tidak tunduk akan dihukum. Begitu saja. Tidak ada yang perlu dikatakan mengenai karakter kelas dari negara secara umum, atau mengenai “demokrasi murni” khususnya, karena ini tidaklah relevan, karena mayoritas adalah mayoritas dan minoritas adalah minoritas. Satu pon daging adalah satu pon daging, dan begitu saja. Dan begini cara Kautsky berargumen: (2) “Mengapa kekuasaan oleh kaum proletariat harus mengambil sebuah bentuk yang tidak kompatibel dengan demokrasi?” (hal. 21) Lalu ini disusul dengan penjelasan yang sangat terperinci dan panjang lebar, yang didukung oleh sebuah kutipan dari Marx dan hasil pemilu Komune Paris, di mana proletariat adalah mayoritas. Kesimpulannya adalah: “Sebuah rejim yang mendapatkan dukungan yang sangat kuat dari rakyat tidak punya alasan sama sekali untuk melanggar demokrasi. Ia tidak dapat menggunakan kekerasan ketika kekerasan ini digunakan untuk menekan demokrasi. Kekerasan hanya dapat dilawan dengan kekerasan. Tetapi sebuah rejim yang tahu bahwa ia punya dukungan rakyat akan menggunakan kekerasan hanya untuk melindungi demokrasi dan bukan untuk menghancurkan demokrasi. Adalah bunuh diri kalau rejim ini mencampakkan dukungan yang begitu kuat dari pemilu universal, yang merupakan sumber otoritas moral yang besar.” (hal. 22) Seperti yang kita lihat, hubungan antara yang tereksploitasi dan yang mengeksploitasi telah hilang di dalam argumen Kautsky. Yang ada hanya mayoritas secara umum, minoritas secara umum, demokrasi secara umum, “demokrasi murni” yang telah kita kenal dengan baik. Dan semua ini katanya berkaitan dengan Komune Paris! Untuk lebih jernihnya saya akan mengutip Marx dan Engels, guna menunjukkan apa yang mereka katakan mengenai kediktatoran dalam kaitannya dengan Komune Paris: Marx: “... Ketika kaum buruh menggantikan kediktatoran borjuis dengan kediktatoran revolusioner mereka ... untuk meluluhlantakkan perlawanan balik dari kaum borjuasi ... kaum buruh memberikan negara ini bentuk yang revolusioner dan transisional ...” Engels: “... Dan pihak yang memang (di dalam sebuah revolusi) harus mempertahankan kekuasaannya dengan senjatanya yang akan mengilhami teror di antara kaum reaksioner. Apakah Komune Paris dapat bertahan lebih dari sehari jika tidak menggunakan otoritas dari rakyat yang bersenjata untuk melawan kaum borjuis? Sebaliknya, apakah kita tidak dapat menyalahkan Komune Paris karena begitu sedikit menggunakan otoritas tersebut?” Engels: “Karena negara hanyalah sebuah institusi transisional yang digunakan di dalam perjuangan, di dalam revolusi, untuk menekan musuh-musuh dengan kekerasan, maka adalah omong kosong besar untuk berbicara mengenai ‘negara rakyat yang bebas’; selama kaum proletariat masih membutuhkan negara, mereka memerlukannya bukan untuk kepentingan kebebasan tetapi untuk menekan musuh-musuhnya, dan segera setelah mungkin berbicara mengenai kebebasan maka negara akan berhenti eksis.” Kautsky begitu terpisah dari Marx dan Engels seperti surga dan neraka, seperti seorang liberal dan seorang revolusioner proletariat. Demokrasi murni dan “demokrasi” sederhana yang dibicarakan oleh Kautsky hanyalah parafrasa dari “negara rakyat bebas”, yakni omong kosong besar. Kautsky, dengan aura pengetahuan dari seorang bodoh yang terpelajar, atau dengan keluguan anak sekolah yang berumur 10 tahun, bertanya: Mengapa kita membutuhkan sebuah kediktatoran ketika kita memiliki mayoritas? Dan Marx dan Engels menjelaskan: -- Untuk meluluhlantakkan perlawanan balik dari kaum borjuasi; -- Untuk mengilhami rasa takut di antara kaum reaksioner; -- Untuk mempertahankan otoritas dari rakyat yang bersenjata dalam melawan kaum borjuasi; -- Agar kaum proletariat dapat menekan musuh-musuhnya secara paksa. Kautsky tidak memahami penjelasan-penjelasan ini. Begitu jatuh cintanya dia pada “kemurnian” demokrasi, dan tidak dapat melihat karakter borjuasinya, dia “secara konsisten” menyerukan agar pihak mayoritas, karena mereka adalah mayoritas, tidak perlu “menghancurkan perlawanan balik” dari pihak minoritas, tidak perlu “secara paksa menekannya”. Kita hanya perlu menekan kasus-kasus pelanggaran demokrasi. Begitu jatuh cintanya Kautsky dengan “kemurnian” demokrasi, dia dengan tidak sengaja melakukan kesalahan kecil yang selalu dilakukan oleh kaum demokrat borjuis, yakni dia menyamakan kesetaraan formal (yang tidak lain adalah palsu dan munafik di bawah kapitalisme) dengan kesetaraan yang sesungguhnya! Yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi tidak bisa setara. Kebenaran ini, tidak peduli betapa tidak menyenangkannya bagi Kautsky, membentuk esensi dari sosialisme. Kebenaran yang lain: tidak akan pernah bisa ada kesetaraan yang sesungguhnya sampai semua kemungkinan eksploitasi satu kelas oleh kelas yang lain telah benar-benar dihancurkan. Kaum pengeksploitasi bisa dikalahkan dengan satu pukulan bila pemberontakan berhasil di pusat, atau bila ada pemberontakan di dalam angkatan bersenjata. Tetapi kecuali dalam kasus yang benar-benar unik dan langka, kaum pengeksploitasi tidak bisa dihancurkan dengan satu pukulan. Mustahil untuk menyita semua tuan tanah dan kapitalis di negeri yang besar dengan sekaligus. Terlebih lagi, penyitaan saja, sebagai sebuah aksi legal atau politik, tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan, karena kita harus melengserkan para tuan tanah dan kapitalis secara konkret, kita harus menggantikan manajemen pabrik dan pertanian mereka dengan manajemen yang berbeda, manajemen buruh, secara konkret. Tidak bisa ada kesetaraan antara pengeksploitasi – yang selama puluhan generasi kondisi hidupnya lebih baik karena pendidikan, kekayaan, dan kebiasaan mereka – dan yang dieksploitasi, yang mayoritas dari mereka bahkan di republik-republik yang paling maju dan demokratik adalah kaum miskin yang terbelakang, tidak terdidik, penakut, dan terpecah belah. Untuk waktu yang lama setelah revolusi, kaum pengeksploitasi secara tak terelakkan masih akan memiliki sejumlah keunggulan praktis yang besar: mereka masih punya uang (karena mustahil untuk menghapus uang dengan sekaligus); mereka masih punya sejumlah properti yang mudah dipindah-pindahkan – sering kali ini cukup besar; mereka masih punya berbagai koneksi, kemampuan berorganisasi dan manajemen; pengetahuan akan semua “rahasia” manajemen (metode-metode); pendidikan yang lebih baik; koneksi yang dekat dengan teknisi-teknisi ulung (yang hidup dan berpikir seperti kaum borjuasi); jauh lebih berpengalaman dalam seni berperang (ini sangatlah penting), dan seterusnya. Bila kaum pengeksploitasi dikalahkan hanya di satu negeri – dan ini tentunya adalah tipikal, karena revolusi yang bersamaan di sejumlah negeri adalah sebuah pengecualian yang langka – mereka masih akan tetap lebih kuat daripada kaum tereksploitasi, karena koneksi internasional mereka sangatlah besar. Semua revolusi telah membuktikan bahwa satu lapisan dari kaum tereksploitasi, yang datang dari petani menengah, artisan, dan kelompok-kelompok serupa yang paling terbelakang, mendukung kaum pengeksploitasi. Termasuk juga Komune (karena ada juga proletariat di antara tentara Versailles, yang “dilupakan” oleh Kautsky). Dalam situasi seperti ini, untuk berasumsi bahwa sebuah revolusi, yang merupakan isu yang sangatlah penting dan serius, ditentukan oleh relasi antara mayoritas dan minoritas adalah puncak dari kebodohan, prasangka yang paling konyol dari seorang liberal, dan usaha untuk menipu rakyat dengan menutup-nutupi dari mereka sebuah kebenaran historis yang telah terbukti. Kebenaran historis ini adalah bahwa di setiap revolusi yang besar kaum pengeksploitasi, yang selama bertahun-tahun masih akan memiliki sejumlah keunggulan praktis yang penting, akan selalu mengobarkan perlawanan yang berkepanjangan, keras-kepala, dan nekat. Tidak akan pernah – kecuali di dalam mimpi sentimentil dari Kautsky, sang bodoh yang sentimentil – kaum pengeksploitasi akan tunduk pada keputusan dari mayoritas yang tereksploitasi tanpa mencoba menggunakan semua keunggulan mereka dalam sebuah pertempuran terakhir yang nekat atau serangkaian pertempuran. Transisi dari kapitalisme ke komunisme membutuhkan waktu satu epos sejarah. Sampai epos ini selesai, kaum pengeksploitasi niscaya akan selalu mengharapkan restorasi, dan harapan ini berubah menjadi usaha-usaha untuk restorasi. Setelah kekalahan serius mereka yang pertama, kaum pengeksploitasi yang tertumbangkan – yang tidak menyangka mereka dapat ditumbangkan, tidak pernah percaya kalau ini mungkin, dan tidak pernah mengakui penumbangan mereka – akan melempar diri mereka dengan kekuatan yang berlipat sepuluh kali, dengan gairah yang penuh kegeraman dan kebencian yang tumbuh seratus kali lipat, ke dalam pertempuran untuk mengembalikan “surga” mereka, yang telah direbut dari mereka. Mereka akan bertempur demi keluarga mereka, yang telah menjalani kehidupan yang begitu indah dan penuh kemudahan, yang sekarang oleh “massa rakyat jelata” dihancurkan dan dijadikan miskin (atau dijadikan buruh “biasa”). Di belakang kaum kapitalis adalah sejumlah lapisan luas borjuis kecil. Puluhan tahun pengalaman sejarah dari semua negeri telah membuktikan bahwa mereka tidak tegas dan selalu ragu. Satu hari mereka berbaris di belakang kaum proletariat, dan esok harinya mereka merasa takut akan kesulitan-kesulitan dari revolusi. Mereka menjadi panik ketika buruh mengalami kekalahan atau setengah-kekalahan mereka yang pertama, menjadi gelisah, kebingungan, mengeluh, dan tergopoh-gopoh menyebrang dari satu kamp ke kamp lainnya – seperti kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner kita. Di situasi seperti ini, di dalam sebuah epos peperangan yang teramat akut, ketika sejarah mengajukan pertanyaan mengenai eksistensi dari privilese kelas penguasa yang sudah ada selama ribuan tahun, ketika di momen seperti ini ada yang berbicara mengenai mayoritas dan minoritas, mengenai demokrasi murni, mengenai tidak diperlukannya kediktatoran, dan mengenai kesetaraan antara yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi! Sungguh kebodohan yang tak ada batasnya dan filistinisme yang bukan kepalang! Akan tetapi, selama puluhan tahun keberadaan kapitalisme yang relatif “damai” dari tahun 1871 sampai 1914, sampah filistinisme, kedunguan, dan pengkhianatan menumpuk di partai-partai sosialis yang beradaptasi pada oportunisme ... *** Para pembaca mungkin telah melihat bagaimana Kautsky, di paragraf yang dikutip di atas, berbicara mengenai usaha untuk melanggar hak pilih universal (di mana dia menggambarkan hak pilih universal sebagai sumber otoritas moral yang besar, sementara Engels, dalam kaitannya dengan Komune Paris dan masalah kediktatoran proletariat, berbicara mengenai otoritas dari rakyat yang bersenjata dalam melawan kaum borjuasi – sungguh perbedaan yang mencolok antara seorang filistin dan seorang revolusioner dalam memandang “otoritas”...) Perampasan hak pilih dari kaum pengeksploitasi adalah murni kasus Rusia, dan ini bukan masalah kediktatoran proletariat secara umum. Bila saja Kautsky, dengan mengesampingkan kemunafikannya, memberi judul pamfletnya “Menentang Kaum Bolshevik”, judul ini akan sesuai dengan isi pamfletnya, dan Kautsky akan dibenarkan dalam berbicara secara blak-blakan mengenai hak pilih ini. Tetapi Kautsky ingin tampil terutama sebagai “teoretikus”. Dia menyebut pamfletnya “Kediktatoran Proletariat” – secara umum. Dia berbicara mengenai Soviet-soviet dan mengenai Rusia terutama hanya di bagian kedua dari pamfletnya, di mulai dari paragraf keenam. Topik yang ditelaahnya di bagian pertama (yang saya kutip) adalah demokrasi dan kediktatoran secara umum. Dalam berbicara mengenai hak pilih, Kautsky menampilkan dirinya sebagai seorang musuh Bolshevik, yang sama sekali tidak peduli teori. Karena teori, yakni penalaran mengenai fondasi kelas dari demokrasi dan kediktatoran secara umum (dan bukan yang spesifik secara nasional), harus berbicara bukan mengenai masalah yang spesifik, seperti hak pilih, tetapi mengenai pertanyaan yang umum: apakah demokrasi dapat dipertahankan untuk kaum kaya, untuk kaum pengeksploitasi di dalam periode sejarah di mana kekuasaan mereka ditumbangkan dan negara mereka digantikan oleh negara kaum yang tereksploitasi. Inilah satu-satunya cara seorang teoretikus dapat mengajukan pertanyaan ini. Kita tahu contoh Komune Paris. Kita tahu semua yang telah dikatakan oleh para bapak Marxisme mengenai ini. Di atas basis materi-materi ini saya memeriksa, misalnya, masalah demokrasi dan kediktatoran di dalam pamflet saya, “Negara dan Revolusi” yang ditulis sebelum Revolusi Oktober. Saya sama sekali tidak berbicara mengenai pembatasan hak suara. Dan sekarang masalah pembatasan hak suara adalah masalah yang spesifik secara nasional, dan bukan masalah kediktatoran secara umum. Dalam melakukan pendekatan terhadap masalah pembatasan hak suara, kita harus mempelajari kondisi-kondisi spesifik dari Revolusi Rusia dan alur perkembangannya yang spesifik. Ini akan kita lakukan di bagian selanjutnya di pamflet ini. Akan tetapi, akan menjadi sebuah kekeliruan kalau kita sejak awal menjamin bahwa revolusi-revolusi yang akan datang di Eropa semuanya, atau mayoritas, akan disertai dengan pembatasan hak suara kaum borjuasi. Mungkin saja demikian. Setelah peperangan dan pengalaman Revolusi Rusia mungkin saja demikian; tetapi pembatasan hak suara bukanlah hal yang niscaya di dalam kediktatoran, ia bukanlah sesuatu yang diharuskan dari konsep logis “kediktatoran”. Ia sama sekali bukan kondisi yang diharuskan di dalam konsep historis dan kelas “kediktatoran”. Kondisi yang diharuskan dari kediktatoran adalah penindasan paksa terhadap kaum pengeksploitasi sebagai sebuah kelas, dan, oleh karenanya, pelanggaran “demokrasi murni”, yakni kesetaraan dan kebebasan, dalam kaitannya terhadap kelas tersebut. Inilah satu-satunya cara masalah ini dapat dikedepankan secara teoritis. Karena ia gagal melakukan ini, Kautsky telah menunjukkan bahwa dia menentang kaum Bolshevik bukan sebagai seorang teoretikus, tetapi sebagai seorang penjilat kaum oportunis dan borjuasi. Di negeri mana, dan dengan mempertimbangkan fitur-fitur nasional kapitalisme yang ada, demokrasi bagi kaum pengeksploitasi akan dalam satu atau lain bentuk dibatasi (sepenuhnya atau sebagian saja) dan dilanggar adalah masalah fitur-fitur nasional yang spesifik dari kapitalisme ini atau itu, dari revolusi ini atau itu. Pertanyaan teoritisnya berbeda: apakah kediktatoran proletariat mungkin tanpa melanggar demokrasi dari kelas yang mengeksploitasi? Inilah pertanyaan, satu-satunya pertanyaan yang penting dan esensial secara teoritis, yang dihindari oleh Kautsky. Dia telah mengutip banyak paragraf dari Marx dan Engels, kecuali paragraf-paragraf yang berkaitan dengan pertanyaan ini, dan yang telah saya kutip di atas. Kautsky berbicara mengenai apapun yang kau sukai, mengenai apapun yang dapat diterima oleh kaum liberal dan kaum demokrat borjuis, dan tidak keluar dari kerangka gagasan mereka. Tetapi dia tidak berbicara mengenai hal yang terutama, yakni kenyataan bahwa kaum proletariat tidak dapat meraih kemenangan tanpa mematahkan perlawanan kaum borjuasi, tanpa secara paksa menekan musuh-musuh mereka. Di mana ada “penekanan secara paksa”, di mana tidak ada “kebebasan”, maka tentunya tidak ada demokrasi. Ini tidak dipahami oleh Kautsky. *** Kita sekarang harus memeriksa pengalaman Revolusi Rusia, dan perbedaan antara Soviet dan Majelis Konstituante, yang berakhir pada pembubaran yang belakangan ini dan pembatalan hak suara kaum borjuasi. === Soviet Tidak Berani Menjadi Organisasi Negara === Soviet adalah bentuk kediktatoran proletariat di Rusia. Bila seorang teoretikus Marxis, yang menulis sebuah karya mengenai kediktatoran proletariat, benar-benar telah mempelajari topik ini (dan tidak serta-merta mengulang-ulang keluhan-keluhan borjuis-kecil terhadap kediktatoran, seperti yang dilakukan oleh Kautsky, yang menyanyikan lagu Menshevik), dia akan pertama-tama memberikan definisi umum untuk kediktatoran, dan dia akan kemudian memeriksa bentuknya yang unik secara nasional, yakni Soviet. Dia akan memberikan kritiknya terhadap Soviet sebagai salah satu bentuk kediktatoran proletariat. Sungguh tidak ada hal yang serius yang bisa diharapkan dari Kautsky setelah “interpretasi” liberalnya terhadap ajaran-ajaran Marx mengenai kediktatoran. Tetapi cara dia melakukan pendekatan terhadap masalah apa itu Soviet, dan cara dia menjawab masalah ini sangatlah khas. Soviet, katanya, mengingat munculnya mereka pada 1905, menciptakan “bentuk organisasi proletariat yang paling inklusif (umfassendste), karena ia merangkul semua pekerja upahan.” (hal. 31) Pada 1905 soviet-soviet hanyalah badan-badan yang bersifat lokal; pada 1917 mereka menjadi sebuah organisasi nasional. Kautsky melanjutkan: “Bentuk organisasi Soviet telah memiliki sejarah yang hebat dan mulia di belakangnya, dan ia masih memiliki masa depan yang bahkan lebih hebat di depannya, dan bukan hanya di Rusia saja. Di mana-mana tampaknya metode-metode perjuangan ekonomi dan politik kaum proletariat yang lama sudah tidak memadai (versagen; ekspresi Jerman ini lebih kuat daripada “tidak memadai” dan lebih lemah daripada “impoten”) dalam melawan kekuatan ekonomi dan politik yang ada di tangan kapital finans. Metode-metode lama ini tidak bisa dicampakkan; mereka masih tak-tergantikan pada masa-masa normal; tetapi dari waktu ke waktu ada tugas-tugas yang muncul yang tidak dapat mereka penuhi, tugas-tugas yang hanya bisa dipenuhi secara berhasil dengan kombinasi dari semua instrumen kekuatan politik dan ekonomi kelas buruh.” (hal.32) Lalu ini diikuti dengan sebuah penalaran mengenai pemogokan massa dan “birokrasi serikat buruh” – yang juga dibutuhkan seperti serikat-serikat buruh – yang “tidak berguna dalam memimpin pertempuran-pertempuran massa yang besar, yang menjadi semakin sering terjadi ...” “Oleh karenanya,” Kautsky menyimpulkan, “bentuk organisasi Soviet adalah salah satu fenomena terpenting di jaman kita. Ia memiliki peluang untuk memainkan peran yang menentukan di dalam pertempuran-pertempuran besar yang menentukan antara kapital dan buruh, yang mana kita sedang bergerak ke arah sana.” “Tetapi, apakah kita punya hak untuk menuntut lebih dari Soviet? Kaum Bolshevik, setelah Revolusi November (penanggalan baru, atau Revolusi Oktober sesuai dengan penanggalan lama Rusia), bersama-sama dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mengamankan mayoritas di dalam Soviet Perwakilan Buruh Rusia, dan setelah pembubaran Majelis Konstituante, mereka memulai mentransformasi Soviet-soviet dari organisasi perjuangan sebuah kelas menjadi organisasi negara. Mereka menghancurkan demokrasi yang telah dimenangkan oleh rakyat Rusia pada Revolusi Maret (penanggalan lama, atau Revolusi Februari sesuai dengan penanggalan lama Rusia). Bersamaan dengan ini, kaum Bolshevik telah berhenti memanggil diri mereka sendiri kaum Sosial-Demokrat. Mereka memanggil diri mereka Komunis.” (hal. 33., italik dari Kautsky) Mereka-mereka yang mengenal literatur Menshevik Rusia akan segera melihat bagaimana Kautsky secara menghamba mengkopi Martov, Axelrod, Stein dan yang lainnya. Ya, “secara menghamba”, karena Kautsky dengan seenaknya mendistorsi fakta-fakta demi mengekori prasangka-prasangka Menshevik. Kautsky tidak ambil pusing, misalnya, untuk menanyakan para informannya (Stein di Berlin, atau Axelrod di Stockholm) kapan masalah penggantian nama Bolshevik menjadi Komunis dan kapan masalah signifikansi Soviet sebagai organisasi negara pertama kali dikemukakan. Bila saja Kautsky menanyakan pertanyaan sederhana ini, dia tidak akan menulis baris-baris yang konyol ini, karena kedua masalah ini dikemukakan oleh kaum Bolshevik pada April 1917, misalnya di “Tesis” 4 April 1917 saya, yakni jauh sebelum Revolusi Oktober 1917 (dan, tentu saja, jauh sebelum pembubaran Majelis Konstituante pada 5 Januari 1918). Tetapi argumen Kautsky yang telah saya kutip sepenuhnya mewakili inti dari seluruh masalah mengenai Soviet. Intinya adalah: apakah Soviet harus berusaha menjadi organisasi negara (pada April 1917, kaum Bolshevik mengedepankan slogan “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet!” dan pada Konferensi Partai Bolshevik yang diselenggarakan pada bulan yang sama mereka menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan republik parlementer borjuis, tetapi menuntut sebuah republik buruh dan tani seperti tipe Komune Paris atau tipe Soviet); atau apakah Soviet tidak boleh berusaha untuk mencapai ini, dan menahan diri dari merebut kekuasaan ke tangannya, menahan diri dari menjadi organisasi negara dan tetap menjadi “organisasi perjuangan” dari “sebuah kelas” (seperti yang diekspresikan oleh Martov, yang dengan harapan lugunya menutup-nutupi kenyataan bahwa di bawah kepemimpinan Menshevik Soviet adalah instrumen yang digunakan untuk menundukkan kaum buruh di bawah borjuasi). Kautsky secara menghamba mengulang kata-kata Martov, memilah fragmen-fragmen dari polemik teoritis antara Bolshevik dan Menshevik, dan secara tidak kritis dan seenaknya mencangkokkan mereka ke bidang teori dan Eropa secara umum. Hasilnya adalah sebuah tambal sulam yang begitu buruk sehingga mengundang tawa keras dari setiap buruh Rusia yang sadar kelas yang membaca argumen-argumen Kautsky ini. Ketika kita menjelaskan apa isu utamanya, setiap buruh di Eropa (kecuali segelintir kaum imperialis-sosial yang tak bertulang punggung) akan menyambut Kautsky dengan tawa yang sama kerasnya. Kautsky telah memberikan Martov bantuan yang tak terduga dengan mengembangkan kesalahannya menjadi sebuah absurditas yang mencolok. Coba kita lihat apa argumen Kautsky sebenarnya. Soviet merangkul semua pekerja upahan. Metode-metode perjuangan ekonomi dan politik kaum proletariat yang lama sudah tidak memadai dalam melawan kapital finans. Soviet punya peran yang besar di masa depan, dan tidak hanya di Rusia. Mereka akan memainkan peran yang menentukan di dalam pertempuran-pertempuran besar yang menentukan antara kapital dan buruh di Eropa. Inilah yang dikatakan oleh Kautsky. Luar biasa. Tetapi bukankah “pertempuran-pertempuran yang menentukan antara kapital dan buruh” akan menentukan kelas mana yang akan merebut kekuasaan negara? Tidak boleh sama sekali! Ini haram! Soviet, yang merangkul semua pekerja upahan, tidak boleh menjadi organisasi negara di dalam pertempuran-pertempuran “yang menentukan”! Tetapi apa itu negara? Negara tidak lain adalah mesin bagi satu kelas untuk menindas kelas yang lainnya. Oleh karenanya, kelas yang tereksploitasi, kaum pelopor dari semua rakyat pekerja dan rakyat yang tereksploitasi di masyarakat modern, harus berusaha bergerak ke “pertempuran-pertempuran menentukan antara kapital dan buruh”, tetapi tidak boleh menyentuh mesin negara yang digunakan oleh kapital untuk menindas buruh! Mereka tidak boleh menghancurkan mesin tersebut! Mereka tidak boleh menggunakan organisasinya yang sepenuhnya-inklusif untuk menindas kaum pengeksploitasi! Luar biasa, Tn. Kautsky, luar biasa! “Kita” mengakui perjuangan kelas – seperti halnya semua kaum liberal mengakuinya, yakni tanpa penggulingan kaum borjuasi ... Di sinilah perpecahan Kautsky dengan Marxisme dan sosialisme menjadi jelas. Sesungguhnya, ini adalah pembelotan ke kamp borjuasi, yang siap memberikan segala macam konsesi kecuali transformasi organisasi kelas tertindas menjadi organisasi negara. Kautsky sudah tidak bisa lagi menyelamatkan posisinya yang ingin mendamaikan segalanya dan menghindari semua kontradiksi-kontradiksi utama dengan kata-kata. Kautsky sepenuhnya menolak perebutan kekuasaan negara oleh kelas buruh, atau dia menerima bahwa kelas buruh boleh mengambil alih mesin negara borjuis yang lama. Tetapi dia tidak akan pernah menerima bahwa kelas buruh harus menghancurkan negara borjuis yang lama dan menggantikannya dengan mesin proletar yang baru. Bagaimanapun argumen-argumen Kautsky “diinterpretasikan”, atau “dijelaskan”, perpecahan dia dengan Marxisme dan pembelotan dia ke kamp borjuasi adalah jelas. Di “Manifesto Komunis”, Marx menjelaskan bentuk negara seperti apa yang dibutuhkan oleh kelas buruh yang menang. Dia menulis: “negara, yakni, kelas proletar yang terorganisir sebagai kelas penguasa.” Sekarang ada seseorang, yang masih mengklaim dirinya sebagai seorang Marxis, maju ke depan dan menyatakan bahwa kaum proletariat, yang sepenuhnya terorganisir dan mengobarkan “pertempuran menentukan” melawan kapital, tidak boleh mengubah organisasi kelasnya menjadi organisasi negara. Di sini Kautsky telah menunjukkan “takhayul mengenai negara”, yang di Jerman, seperti yang ditulis oleh Engels pada 1891, “telah merasuk ke dalam pemikiran umum kaum borjuasi dan bahkan banyak buruh.” Buruh, berjuanglah! -- Para filistin kita “setuju” dengan ini (semua kaum borjuasi juga “setuju” dengan ini, karena buruh tetap akan berjuang, dan satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah mencari cara untuk menumpulkan pisau mereka) – berjuanglah, tetapi jangan berani-berani menang! Jangan hancurkan mesin negara borjuis, jangan gantikan “organisasi negara” borjuis dengan “organisasi negara” proletar! Siapa pun yang secara jujur setuju dengan gagasan Marxis bahwa negara tidak lain adalah sebuah mesin yang digunakan satu kelas untuk menindas kelas yang lain, dan yang telah mempertimbangkan kebenaran ini, tidak akan pernah dapat meraih kesimpulan yang konyol bahwa organisasi proletar yang dapat mengalahkan kapital finans tidak boleh mengubah dirinya menjadi organisasi negara. Pada poin inilah tersibak kaum borjuis kecil yang percaya bahwa “setelah semuanya” negara adalah sesuatu yang ada di luar kelas atau di atas kelas. Mengapa kelas proletariat, “sebuah kelas”, diperbolehkan mengobarkan perjuangan yang tak kunjung padam melawan kapital¸ yang menindas tidak hanya proletariat tetapi juga seluruh rakyat, seluruh borjuasi kecil, seluruh kaum tani, tetapi “kelas yang satu ini” tidak diperbolehkan mengubah organisasinya menjadi sebuah organisasi negara? Karena kaum borjuis kecil takut terhadap perjuangan kelas, dan tidak dapat membawa perjuangan kelas ke kesimpulan logisnya, ke tujuan utamanya. Kautsky menjadi bingung sendiri dan mengekspos dirinya sendiri. Dia sendiri mengakui bahwa Eropa sedang bergerak ke arah pertempuran-pertempuran menentukan antara kapital dan buruh, dan bahwa metode-metode perjuangan ekonomi dan politik kelas proletariat yang lama sudah tidak memadai. Tetapi metode-metode lama ini justru adalah penggunaan demokrasi borjuis. Oleh karenanya ...? Tetapi Kautsky takut memikirkan kelanjutannya. ... Oleh karenanya hanya seorang reaksioner, seorang musuh kelas buruh, seorang kacung borjuasi, yang sekarang dapat memalingkan mukanya ke masa lalu yang sudah usang, menghiasi demokrasi borjuis dan berkoar-koar tentang demokrasi murni. Demokrasi borjuis dulunya progresif dibandingkan dengan abad pertengahan, dan ia harus digunakan. Tetapi sekarang ia sudah tidak lagi memadai bagi kelas buruh. Sekarang kita harus menatap ke depan alih-alih ke belakang – untuk menggantikan demokrasi borjuis dengan demokrasi proletariat. Dan sementara kerja persiapan untuk revolusi proletariat, pembentukan dan pelatihan pasukan proletar adalah mungkin (dan diperlukan) di dalam kerangka negara demokratik-borjuis, sekarang ketika kita telah sampai pada tahapan “pertempuran menentukan”, untuk membatasi proletariat ke dalam kerangka ini berarti mengkhianati perjuangan proletariat, berarti menjadi seorang pengkhianat. Kautsky telah membuat dirinya sendiri tampak konyol dengan mengulangi argumen Martov tanpa mengetahui bahwa dalam kasus Martov argumen ini adalah berdasarkan argumen lain yang dia, Kautsky, tidak gunakan! Martov mengatakan (dan Kautsky mengulanginya) bahwa Rusia belumlah matang untuk sosialisme. Dari ini, secara logis maka terlalu dini untuk mentransformasi Soviet dari organ perjuangan menjadi organisasi negara (baca: adalah waktu yang tepat untuk mentransformasi Soviet, dengan bantuan para pemimpin Menshevik, menjadi instrumen untuk menundukkan kaum buruh ke bawah kaum borjuasi imperialis). Akan tetapi, Kautsky tidak dapat mengatakan secara terbuka bahwa Eropa belumlah matang untuk sosialisme. Pada 1909, ketika dia belumlah menjadi seorang pengkhianat, dia menulis bahwa tidak ada alasan untuk takut terhadap revolusi yang prematur, bahwa siapa pun yang menyangkal revolusi karena takut akan kekalahan adalah seorang pengkhianat. Kautsky tidak berani membantah ini secara terbuka. Dan oleh karenanya kita mendapati absurditas, yang dengan sepenuhnya menyibak kebodohan dan kepengecutan dari seorang borjuis kecil: di satu pihak, Eropa sudah matang untuk sosialisme dan bergerak ke arah pertempuran menentukan antara kapital dan buruh; tetapi, di lain pihak, organisasi perjuangan (yakni organisasi yang lahir, tumbuh, dan bertambah kuat melalui perjuangan), organisasi proletariat, sang pelopor dan organisator, sang pemimpin rakyat tertindas, tidak boleh diubah menjadi organisasi negara. *** Dari sudut pandang politik praktis, gagasan bahwa Soviet diperlukan sebagai organisasi perjuangan tetapi tidak boleh diubah menjadi organisasi negara adalah jauh lebih absurd dibandingkan dari sudut pandang teori. Bahkan di masa damai, ketika tidak ada situasi revolusioner, perjuangan massa buruh dalam melawan kapitalis – misalnya, pemogokan massa – menimbulkan rasa permusuhan yang besar di antara kedua belah pihak, menimbulkan semangat yang menggebu-gebu di dalam perjuangan, di mana kaum borjuasi terus bersikeras bahwa mereka masihlah “penguasa di rumah mereka sendiri:”, dsb. Dan di masa revolusi, ketika kehidupan politik mencapai titik didih, sebuah organisasi seperti Soviet, yang merangkul semua pekerja di semua cabang industri, semua tentara, dan semua lapisan pekerja dan kaum miskin desa – organisasi seperti ini, secara otomatis, seiring dengan perkembangan perjuangan, oleh karena “logika” sederhana dari menyerang dan bertahan, niscaya berbenturan dengan masalah ini secara langsung. Usaha untuk mengambil posisi tengah dan untuk “mendamaikan” kelas proletariat dengan kelas borjuasi adalah kebodohan yang teramat besar dan pasti menemui kegagalan. Inilah yang terjadi di Rusia pada ceramah dari Martov dan kaum Menshevik lainnya, dan ini akan terjadi di Jerman dan negeri-negeri lain bila Soviet berhasil berkembang dalam skala yang luas, berhasil bersatu dan menjadi kuat. Untuk mengatakan kepada Soviet: bertarunglah, tetapi jangan rebut kekuasaan negara ke tanganmu, jangan menjadi organisasi negara – ini sama dengan berceramah mengenai kolaborasi kelas dan “perdamaian sosial” antara proletariat dan borjuasi. Sungguh tidak masuk akal untuk bahkan berpikir bahwa di tengah perjuangan yang tajam posisi seperti ini tidak akan berakhir pada kekalahan yang telak. Tetapi nasib Kautsky adalah untuk duduk di antara dua kursi. Dia pura-pura tidak setuju secara teoritis dengan kaum oportunis dalam semua hal, tetapi dalam praktek dia setuju dengan mereka dalam semua hal yang esensial (yakni, dalam semua hal yang berkaitan dengan revolusi). === Majelis Konstituante dan Republik Soviet === Masalah Majelis Konstituante dan pembubarannya oleh kaum Bolshevik adalah inti dari seluruh pamflet Kautsky. Dia terus kembali ke topik ini, dan seluruh karya dari pemimpin ideologi Internasional Kedua ini dipenuhi dengan sindiran-sindiran bahwa kaum Bolshevik telah “menghancurkan demokrasi” (lihat salah satu kutipan Kautsky di atas). Masalah ini adalah masalah yang sungguh-sungguh menarik dan penting, karena di sini relasi antara demokrasi borjuasi dan demokrasi proletariat diajukan ke hadapan revolusi dalam bentuk yang praktis. Mari kita lihat bagaimana “teoretikus Marxis” kita menjawab masalah ini. Dia mengutip “Tesis Majelis Konstituante”, yang ditulis oleh saya dan diterbitkan di koran Pravda pada 26 Desember 1917. Kita mungkin akan berpikir bahwa dengan mengutip tulisan saya Kautsky telah melakukan pendekatan yang serius terhadap masalah ini. Tetapi lihat bagaimana dia mengutipnya. Dia tidak mengatakan bahwa ada 19 tesis; dia tidak mengatakan bahwa tesis-tesis ini mendiskusikan relasi antara republik borjuis yang lazim dengan Majelis Konstituante dan republik Soviet, dan juga sejarah perbedaan di dalam revolusi kita antara Majelis Konstituante dengan kediktatoran proletariat. Kautsky mengabaikan semua ini, dan hanya mengatakan kepada para pembaca bahwa “kedua dari mereka (tesis-tesis ini) adalah cukup penting”: yang satu menyatakan bahwa perpecahan di antara kaum Sosialis-Revolusioner terjadi setelah pemilu Majelis Konstituante, tetapi sebelum Majelis Konstituante ini bertemu (Kautsky tidak menyebutkan bahwa ini adalah tesis kelima); dan tesis yang satu lagi, bahwa republik Soviet secara umum adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Majelis Konstituante (Kautsky tidak menyebutkan bahwa ini adalah tesis ketiga). Hanya dari tesis ketiga ini Kautsky mengutip dengan setengah lengkap, yakni baris-baris berikut ini: “Republik Soviet bukan hanya sebuah tipe institusi demokrasi yang lebih tinggi (dibandingkan dengan republik borjuis lazimnya yang dimahkotai oleh Majelis Konstituante), tetapi juga adalah satu-satunya bentuk institusi demokrasi yang dapat menjadi transisi yang paling tidak menyakitkan ke sosialisme.” (Kautsky menghapus kata “lazimnya” dan kata-kata pengantar dari tesis tersebut: “Untuk transisi dari sistem borjuis ke sistem sosialis, untuk kediktatoran proletariat”). Setelah mengutip kata-kata ini, Kautsky, dengan ironi yang luar biasa, menyatakan: “Sungguh menyedihkan bahwa kesimpulan ini diraih hanya setelah kaum Bolshevik menemui diri mereka sebagai minoritas di dalam Majelis Konstituante. Sebelum itu, tidak ada yang menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante lebih bersemangat daripada Lenin.” Inilah yang secara harfiah ditulis oleh Kautsky di halaman 31 dari bukunya! Sungguh mengagumkan! Hanya seorang penjilat borjuasi yang dapat memalsukan ini guna memberi kesan kepada para pembaca bahwa semua yang dikatakan oleh kaum Bolshevik mengenai bentuk negara yang tinggi adalah sebuah rekaan yang hanya muncul setelah mereka menemui diri mereka sebagai minoritas di dalam Majelis Konstituante! Kebohongan seperti ini hanya dapat diucapkan oleh seorang bajingan yang telah menjual dirinya ke kaum borjuasi, atau, sama buruknya, seorang yang mempercayai Axelrod dan menyembunyikan sumber informasinya. Bagi semua orang yang tahu bahwa pada hari tibanya saya di Rusia pada 4 April 1917, saya di depan publik membaca tesis saya di mana saya memproklamirkan superioritas tipe negara Komune Paris dibandingkan republik parlementer borjuis. Setelah itu, saya berulang kali menyatakan ini di koran. Misalnya, di sebuah pamflet mengenai partai-partai politik, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada Januari 1918 di koran Evening Post di New York. Lebih dari itu, Konferensi Partai Bolshevik pada akhir April 1917 mengadopsi sebuah resolusi yang menyatakan bahwa republik proletariat dan tani adalah lebih superior dibandingkan dengan republik parlementer borjuis, dan bahwa Partai kami tidak akan puas dengan yang belakangan ini, dan bahwa Program Partai akan diubah sesuai dengan situasi. Di hadapan fakta-fakta ini, nama apa yang bisa diberikan kepada muslihat Kautsky untuk meyakinkan para pembaca Jermannya bahwa saya telah dengan menggebu-gebu menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante, dan bahwa saya mulai “mengecilkan” martabat dan kehormatan Majelis Konstituante hanya setelah kaum Bolshevik menemui dirinya sebagai minoritas di dalamnya? Bagaimana seorang bisa memaafkan muslihat seperti ini? Apa kita bisa mengatakan bahwa Kautsky tidak mengetahui fakta-fakta yang ada? Bila demikian, mengapa dia menulis mengenai topik ini? Atau mengapa dia tidak secara jujur mengumumkan bahwa dia menulis berdasarkan informasi yang disediakan oleh kaum Menshevik seperti Stein, Axelrod, dan yang lainnya? Dengan berpura-pura objektif, Kautsky ingin menyembunyikan perannya sebagai pelayan Menshevik, yang sakit hati karena mereka telah dikalahkan. Akan tetapi, ini kecil dibandingkan apa yang akan datang. Mari kita berasumsi bahwa Kautsky tidak dapat (?) memperoleh dari para informannya terjemahan resolusi-resolusi dan pernyataan-pernyataan Bolshevik mengenai masalah apakah kaum Bolshevik akan merasa puas atau tidak dengan republik parlementer demokratik borjuis. Mari kita asumsikan ini, walaupun ini adalah asumsi yang luar biasa. Tetapi Kautsky secara langsung menyebut tesis saya pada 26 Desember 1917, di halaman 30 dari bukunya. Apa dia tidak tahu tesis ini dalam bentuknya yang lengkap, atau dia hanya tahu dari apa yang diterjemahkan untuknya oleh Stein, Axelrod, dkk? Kautsky mengutip tesis ketiga mengenai masalah fundamental apakah kaum Bolshevik, sebelum pemilu Majelis Konstituante, menyadari bahwa republik Soviet adalah lebih superior dibandingkan dengan republik borjuis, dan apakah mereka memberitahu rakyat mengenai ini. Tetapi dia tetap bungkam mengenai tesis kedua. Tesis yang kedua adalah seperti berikut: “Sementara menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante, Sosial Demokrasi Revolusioner semenjak permulaan Revolusi 1917 telah berulang kali menekankan bahwa republik Soviet adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi daripada republik borjuis lazimnya dengan Majelis Konstituante.” (Italik dari saya) Untuk menggambarkan kaum Bolshevik sebagai orang-orang yang tidak prinsipil, sebagai “kaum oportunis revolusioner” (ini adalah ungkapan yang digunakan oleh Kautsky di bukunya, saya lupa dalam kaitan apa tepatnya), Tn. Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca Jermannya fakta bahwa tesis ini merujuk langsung pada deklarasi-deklarasi yang telah “berulang kali” dinyatakan! Ini adalah metode yang dangkal, buruk, dan memuakkan! Inilah bagaimana caranya dia menghindari masalah teori! Apakah benar atau tidak bahwa republik parlementer demokratik-borjuis lebih inferior dibandingkan republik tipe Komune Paris atau Soviet? Inilah masalah utamanya, dan Kautsky telah menghindar darinya. Kautsky telah “melupakan” semua yang telah dikatakan oleh Marx dalam analisanya terhadap Komune Paris. Dia juga telah “melupakan” surat Engels kepada Bebel pada 28 Maret 1875, di mana gagasan Marx yang sama ini diformulasikan dengan teramat jelas dan mudah dipahami: “Komune sudah bukan lagi negara dalam makna kata yang sesungguhnya.” Di sini, teoretikus Internasional Kedua yang paling terkemuka, di dalam pamflet mengenai Kediktatoran Proletariat dan terutama berbicara mengenai Rusia, di mana masalah mengenai bentuk negara yang lebih tinggi daripada republik demokratik borjuis telah dikedepankan secara langsung dan berulang kali, mengabaikan masalah ini. Apa bedanya ini dengan pembelotan ke kamp borjuasi? (Dalam hal ini juga, Kautsky hanya mengekor kaum Menshevik Rusia. Di antara kaum Menshevik Rusia, banyak yang tahu “semua kutipan” dari Marx dan Engels. Namun tidak ada satu pun kaum Menshevik, dari April sampai Oktober 1917 dan dari Oktober 1917 sampai Oktober 1918, yang berusaha sekalipun untuk memeriksa masalah mengenai tipe negara Komune Paris. Plekhanov juga menghindari masalah ini. Pada kenyataannya dia harus menghindari ini.) Mendiskusikan pembubaran Majelis Konstituante dengan orang-orang yang mengklaim dirinya sosialis dan Marxis, tetapi pada kenyataannya untuk masalah fundamental telah membelot ke kubu borjuasi, yakni masalah tipe negara Komune Paris, adalah seperti melempar mutiara ke seekor babi. Kita cukup menyajikan teks lengkap dari tesis saya mengenai Majelis Konstituante sebagai lampiran untuk buku ini. Para pembaca lalu dapat melihat bagaimana masalah ini diajukan pada 26 Desember 1917, dari sudut pandang teori, sejarah, dan politik praktis. Bila Kautsky telah sepenuhnya meninggalkan Marxisme sebagai seorang teoretikus, dia setidaknya harus memeriksa masalah perjuangan antara Soviet dengan Majelis Konstituante sebagai seorang sejarawan. Dari banyak karya-karyanya kita tahu bahwa Kautsky tahu bagaimana menjadi seorang sejarawan Marxis, dan karya-karyanya tersebut akan tetap jadi bahan bacaan kaum proletariat walaupun dia telah berkhianat. Tetapi mengenai masalah ini, Kautsky, bahkan sebagai seorang sejarawan, memalingkan punggungnya ke kebenaran, mengabaikan fakta-fakta yang sudah terbukti dan bertingkah seperti seorang penjilat. Dia ingin menggambarkan kaum Bolshevik sebagai orang-orang yang tidak prinsipil dan dia mengatakan kepada para pembacanya bahwa kaum Bolshevik mencoba untuk berdamai dengan Majelis Konstituante sebelum membubarkannya. Sama sekali tidak ada yang salah dengan ini. Tidak ada yang ingin kami tarik kembali. Saya berikan tesis kami dengan lengkap dan di sana dikatakan dengan sejelas-jelasnya: Tuan-tuan borjuis kecil yang terombang-ambing, yang ada di dalam Majelis Konstituante, tunduk pada kediktatoran proletariat atau kami akan menaklukkan kalian dengan “metode revolusioner” (tesis 18 dan 19). Inilah bagaimana seorang proletariat yang benar-benar revolusioner selalu bersikap dan akan selalu bersikap terhadap para borjuis kecil yang terombang-ambing. Kautsky mengadopsi sebuah posisi yang formal dalam masalah Majelis Konstituante. Tesis saya dengan jelas dan berulang kali mengatakan bahwa kepentingan revolusi adalah lebih tinggi daripada hak-hak formal Majelis Konstituante (baca tesis 16 dan 17). Sudut pandang demokratik formal adalah sudut pandang kaum demokrat borjuis yang menolak mengakui bahwa kepentingan kaum proletariat dan perjuangan kelas proletariat adalah yang tertinggi. Sebagai seorang sejarawan, Kautsky tidak dapat menyangkal bahwa parlemen borjuis adalah organ dari kelas penguasa. Tetapi sekarang (untuk tujuan menolak revolusi) Kautsky harus melupakan Marxismenya, dan dia menghindari pertanyaan: Majelis Konstituante adalah organ kelas mana? Kautsky tidak mengkaji kondisi-kondisi yang konkret. Dia tidak ingin menghadapi fakta-fakta. Dia tidak mengatakan barang satu kata pun kepada para pembaca Jermannya mengenai fakta bahwa tesis saya mengandung tidak hanya penjabaran teoritis akan keterbatasan dari demokrasi borjuis (tesis 1 sampai 3), tidak hanya penjabaran kondisi-kondisi konkret yang menentukan perbedaan antara daftar caleg di pertengahan Oktober 1917 dan situasi yang sesungguhnya pada Desember 1917 (tesis 4 sampai 6), tetapi juga sejarah perjuangan kelas dan Perang Sipil pada Oktober-Desember 1917 (tesis 7-15). Dari sejarah yang konkret ini kita menarik kesimpulan (tesis 14) bahwa slogan “Semua Kekuasaan Untuk Majelis Konstituante!” telah, pada kenyataannya, menjadi slogan orang-orang Kadet dan Kaledin dan kaki tangan mereka. Kautsky sang sejarawan tidak mampu melihat ini. Kautsky sang sejarawan tidak pernah mendengar bahwa hak pilih universal kadang-kadang menghasilkan parlemen yang borjuis-kecil, kadang-kadang parlemen yang reaksioner dan kontra-revolusioner. Kautsky sang sejarawan Marxis tidak pernah mendengar bahwa bentuk pemilu, bentuk demokrasi, adalah satu hal, dan karakter kelas dari sebuah institusi adalah satu hal lain. Masalah karakter kelas dari Majelis Konstituante secara langsung diajukan dan dijawab di dalam tesis saya. Mungkin jawaban saya keliru. Kami akan sangat menerima kritik Marxis dari orang luar terhadap analisa kami. Alih-alih menulis baris-baris yang sangat konyol (yang banyak sekali di dalam buku Kautsky) mengenai pelarangan kritik terhadap Bolshevisme, dia mestinya membuat kritik itu sendiri. Tetapi dia tidak menawarkan kritik sama sekali. Dia bahkan tidak mengungkit masalah analisa kelas Soviet di satu pihak, dan analisa kelas Majelis Konstituante di lain pihak. Oleh karenanya mustahil untuk berargumen, untuk berdebat dengan Kautsky. Yang bisa kita lakukan hanya mendemonstrasikan kepada para pembaca mengapa Kautsky adalah seorang pengkhianat dan tidak bisa lain. Perbedaan antara Soviet dan Majelis Konstituante memiliki sejarahnya. Bahkan seorang sejarawan yang tidak punya perspektif perjuangan kelas tidak bisa mengabaikannya. Kautsky tidak ingin menyentuh sejarah yang sesungguhnya ini. Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca Jermannya fakta yang sudah terbukti luas (yang hanya bisa disembunyikan oleh seorang Menshevik yang culas) bahwa perbedaan antara Soviet dan institusi “negara umumnya” (dalam kata lain, borjuis) telah eksis bahkan di bawah rejim Menshevik, dari Februari sampai Oktober 1917. Sebenarnya, Kautsky mengadopsi posisi konsiliasi, kompromi, dan kolaborasi antara proletariat dan borjuasi. Tidak peduli sekeras apapun Kautsky ingin membantah ini, ini adalah kenyataan yang termaktub di dalam seluruh pamfletnya. Untuk mengatakan bahwa Majelis Konstituante tidak boleh dibubarkan adalah sama dengan mengatakan bahwa perjuangan melawan borjuasi tidak boleh diperjuangkan sampai garis akhir, bahwa kaum borjuasi tidak boleh ditumbangkan dan bahwa proletariat harus berdamai dengan mereka. Mengapa Kautsky diam saja mengenai kenyataan bahwa kaum Menshevik telah melakukan kerja yang tercela ini dari Februari sampai Oktober 1917 dan tidak meraih apapun? Bila memang mungkin mendamaikan kaum borjuasi dengan kaum proletariat, mengapa kaum Menshevik tidak berhasil dalam melakukan ini? Mengapa kaum borjuasi menentang Soviet? Mengapa kaum Menshevik menyebut Soviet-soviet sebagai “demokrasi revolusioner”, dan kaum borjuasi sebagai “elemen-elemen berpunya”? Kautsky telah menyembunyikan dari para pembaca Jermannya bahwa kaum Menshevik-lah yang, dalam “epos” pemerintahan mereka (Februari sampai Oktober 1917), menyebut Soviet sebagai “demokrasi revolusioner”, dan oleh karenanya mengakui superioritas Soviet di atas semua institusi lainnya. Hanya dengan menyembunyikan fakta ini Kautsky sang sejarawan menciptakan kesan bahwa perbedaan antara Soviet dan borjuasi tidak memiliki sejarah, bahwa perbedaan ini timbul dengan sendirinya, tanpa sebab, tiba-tiba, karena perilaku buruk dari kaum Bolshevik. Namun, pada kenyataannya, yang meyakinkan rakyat akan kesia-siaan dari usaha kaum Menshevik dan menjauhkan kaum proletariat dari mereka adalah lebih dari enam bulan (suatu waktu yang panjang di masa revolusi) pengalaman di bawah Menshevik di mana mereka berusaha untuk berkompromi dan mendamaikan proletariat dengan borjuasi. Kautsky mengakui bahwa Soviet adalah organisasi perjuangan proletariat yang hebat, dan bahwa Soviet punya masa depan yang cerah di hadapannya. Tetapi, biarpun dia berkata begitu, posisi Kautsky runtuh seperti rumah kartu, atau buyar seperti mimpi seorang borjuis kecil yang ingin menghindari perjuangan tajam antara proletariat dan borjuasi. Karena revolusi adalah sebuah perjuangan yang berkelanjutan dan terlebih lagi nekat, dan kaum proletariat adalah kelas pelopor dari semua rakyat tertindas, fokus dan pusat dari semua aspirasi rakyat tertindas untuk pembebasan mereka! Oleh karenanya, wajar saja kalau Soviet, sebagai organ perjuangan rakyat tertindas, merefleksikan dan mengekspresikan mood dan perubahan opini rakyat dengan lebih cepat, lebih penuh, dan lebih sesuai dibandingkan dengan institusi lainnya (inilah mengapa demokrasi Soviet adalah tipe demokrasi yang lebih tinggi). Di periode antara 28 Februari dan 25 Oktober 1917, Soviet berhasil menyelenggarakan dua Kongres Seluruh-Rusia yang mewakili mayoritas populasi Rusia, semua buruh dan tani, dan 70 atau 80 persen kaum tani. Belum lagi ratusan bahkan ribuan kongres tingkat lokal, uyezd, kota, gubernia, dan regional. Selama periode ini, kaum borjuasi tidak berhasil menyelenggarakan satu pun pertemuan atau institusi yang mewakili mayoritas rakyat (kecuali “Konferensi Demokratik” yang adalah olok-olokan, yang membuat murka kaum proletariat). Majelis Konstituante merefleksikan mood rakyat dan pengelompokan politik yang sama seperti saat Kongres Soviet Seluruh Rusia Pertama (Juni 1917). Ketika Majelis Konstituante diselenggarakan (Januari 1918), Kongres Soviet Kedua (Oktober 1917) dan Ketiga (Januari 1918) telah bertemu, dan kedua kongres ini telah menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa rakyat telah berayun ke kiri, telah menjadi revolusioner, dan telah bergerak ke sisi kaum Bolshevik. Dalam kata lain, rakyat telah pecah dari kepemimpinan borjuis-kecil, telah pecah dari ilusi bahwa perdamaian dengan kaum borjuasi adalah hal yang mungkin, dan telah bergabung dengan perjuangan proletariat revolusioner untuk menumbangkan kaum borjuasi. Jadi, bahkan sejarah eksternal Soviet menunjukkan bahwa Majelis Konstituante adalah sebuah badan yang reaksioner dan bahwa pembubaran adalah hal yang tak terelakkan. Tetapi Kautsky tetap berpegang teguh pada “slogannya”: biarlah “demokrasi murni” menang walaupun revolusi binasa dan kaum borjuasi mengalahkan kaum proletariat! Fiat justitia, pereat mundus! [Bahasa Latin untuk “Biarlah hukum ditegakkan, walaupun dunia mungkin akan binasa!” – Pent.] Di bawah adalah hasil dari kongres-kongres Soviet Seluruh Rusia selama perjalanan sejarah Revolusi Rusia: Kongres Soviet Seluruh Rusia Jumlah Delegasi Jumlah Delegasi Bolshevik % Delegasi Bolshevik Pertama (3 Juni 1917) 790 103 13 Kedua (25 Oktober 1917) 675 343 51 Ketiga (10 Januari 1918) 710 434 61 Keempat (14 Maret 1918) 1232 795 54 Kelima (4 Juli 1918) 1164 773 66 Dengan melihat sekilas hasil di atas kita dapat memahami mengapa pembelaan terhadap Majelis Konstituante dan kegaduhan (seperti dari Kautsky) mengenai Bolshevik yang tidak memiliki mayoritas populasi di belakang mereka adalah olok-olokan di Rusia. === Konstitusi Soviet === Seperti yang telah saya jelaskan di atas, perampasan hak pilih dari kaum borjuasi bukanlah fitur yang niscaya dari kediktatoran proletariat. Dan di Rusia, kaum Bolshevik, yang jauh sebelum Revolusi Oktober telah mengedepankan slogan kediktatoran proletariat, tidak mengatakan apapun sebelumnya mengenai merampas hak pilih dari kaum pengeksploitasi. Aspek kediktatoran ini tidak muncul “sesuai dengan rencana” dari partai manapun; ia muncul dengan sendirinya seiring jalannya perjuangan. Tentu saja, Kautsky sang sejarawan gagal untuk menyadari ini. Dia gagal untuk memahami bahwa bahkan ketika kaum Menshevik (yang berkompromi dengan borjuasi) masih menguasai Soviet-soviet, kaum borjuasi memisahkan diri mereka dari Soviet-soviet atas kehendak mereka sendiri, memboikotnya, dan menentangnya dan berintrik melawannya. Soviet muncul tanpa konstitusi apapun dan eksis tanpa konstitusi lebih dari satu tahun (dari musim semi 1917 sampai musim panas 1918). Kemurkaan kaum borjuasi terhadap organisasi independen dan mahakuasa (karena organisasi ini inklusif) dari rakyat tertindas ini; perlawanan yang kotor, tak-berprinsip dan egois yang dikobarkan oleh kaum borjuasi terhadap Soviet, dan terakhir, partisipasi aktif (dari kaum Kadet sampai kaum Sosialis-Revolusioner Kanan, dari Milyukov sampai Kerensky) di dalam pemberontakan Kornilov -- semua ini membuka jalan untuk mengeluarkan kaum borjuasi dari Soviet-soviet. Kautsky telah mendengar mengenai pemberontakan Kornilov, tetapi dia dengan megah menyangkal fakta-fakta sejarah dan alur serta bentuk perjuangan yang menentukan bentuk kediktatoran. Tentu saja, siapa yang peduli dengan fakta ketika berbicara mengenai “demokrasi murni”? Inilah mengapa “kritik” Kautsky terhadap perampasan hak suara kaum borjuasi dipenuhi dengan kenaifan yang manis, yang menyentuh kalau ini ditunjukkan oleh seorang anak kecil, tetapi memuakkan ketika ditunjukkan oleh seorang yang masih bisa berpikir jernih. “... Bila kaum kapitalis menemui diri mereka sendiri dalam minoritas di bawah pemilu yang universal, mereka akan lebih siap menerima takdir mereka.” (hal. 33) Sungguh memukau bukan? Kautsky yang cerdik telah menyaksikan banyak kasus di dalam sejarah, dan, secara umum, mengetahui dengan sangat baik dari pengamatannya akan kehidupan tuan tanah dan kapitalis yang tunduk pada kehendak mayoritas kaum tertindas. Kautsky yang cerdik menganjurkan “oposisi”, yakni perjuangan parlementer. Ya, inilah yang dia katakan: “oposisi” (hal. 34 dan halaman-halaman lainnya). Sejarawan dan politisi pintar saya yang terhormat! “Oposisi” adalah sebuah konsep yang berlaku hanya pada masa perjuangan parlementer yang damai, yakni sebuah konsep pada masa non-revolusioner, ketika tidak ada revolusi. Selama revolusi kita harus melawan musuh yang kejam di dalam perang sipil; dan tidak ada satu pun keluhan reaksioner dari seorang borjuis kecil yang gemetar ketakutan akan perang seperti ini, seperti Kautsky, yang akan mengubah kenyataan ini. Untuk memeriksa masalah perang sipil yang kejam dari sudut pandang “oposisi” ketika kaum borjuasi siap melakukan kejahatan apapun -- contoh dari orang-orang Versailles dan perjanjian-perjanjian mereka dengan Bismarck mesti berarti sesuatu bagi setiap orang yang tidak memperlakukan sejarah seperti Petrushka-nya Gogol --- ketika bangsa-bangsa asing datang membantu kaum borjuasi dan berintrik melawan revolusi, adalah sesuatu yang sungguh konyol. Kaum proletariat revolusioner harus mengenakan topi tidur mereka, seperti Kautsky “sang penasihat yang kacau balau”, dan menganggap kaum borjuasi, yang sedang mengorganisir pemberontakan-pemberontakan kontra-revolusioner di Dutov, Krasnov, dan Ceko dan membayar jutaan rubel kepada para penyabot, sebagai “oposisi” legal. Oh, sungguh bijaksana! Kautsky sangatlah tertarik pada aspek formal dan legal dari masalah yang sedang kita diskusikan, dan membaca analisisnya mengenai Konstitusi Soviet, kita segera teringat kata-kata Bebel: pengacara adalah sepenuhnya reaksioner. Kautsky menulis, “Pada kenyataannya, tidak hanya kapitalis yang hak suaranya akan terampas. Apa itu kapitalis secara legal? Seorang pemilik properti? Bahkan di sebuah negeri yang ekonominya maju seperti Jerman, di mana kaum proletariat sangatlah banyak, pembentukan Republik Soviet akan merampas hak suara dari banyak orang. Pada 1907 di Jerman, bersama dengan keluarga mereka, jumlah orang yang bekerja di tiga sektor besar – pertanian, industri, dan perdagangan – kira-kira 35 juta orang di kelompok pekerja-upahan dan 17 juta di kelompok independen. Oleh karenanya, sebuah partai mungkin mendapatkan mayoritas di antara pekerja-upahan, tetapi hanya minoritas di antara populasi secara keseluruhan.” (hal. 33) Inilah satu contoh bagaimana Kautsky berargumen. Bukankah ini adalah keluhan kontra-revolusioner dari seorang borjuasi? Tn. Kautsky, mengapa kau memasukkan semua “orang independen” ke kategori orang-orang yang hak pilihnya dibatasi, ketika kau tahu dengan sangat baik bahwa mayoritas besar kaum tani Rusia tidak menyewa pekerja upahan, dan oleh karenanya mereka tidak akan kehilangan hak pilih mereka? Bukankah ini penipuan? Mengapa kau, seorang ekonom yang terpelajar, tidak mengutip angka-angka yang kau ketahui dengan sangat baik dan yang juga dapat ditemui di laporan-laporan statistik tahun 1907 mengenai pekerja-upahan di pertanian menurut luas sawah? Mengapa kau tidak mengutip angka-angka ini agar para buruh Jerman, yakni para pembaca pamfletmu, dapat melihat berapa banyak kaum pengeksploitasi, dan betapa sedikitnya mereka dibandingkan dengan jumlah total “petani” yang ada di statistik Jerman? Kau tidak melakukan ini karena pengkhianatanmu telah membuatmu tidak lebih daripada seorang penjilat kaum borjuasi. Kautsky mengatakan bahwa istilah kapitalis adalah sebuah konsep legal yang tidak jelas, dan di beberapa halaman dia mengecam “ketidakrincian atau kesewenang-wenangan” Konstitusi Soviet. “Akademisi serius” ini tidak keberatan pada kaum borjuasi Inggris yang membutuhkan beberapa abad untuk menyempurnakan konstitusi borjuis yang baru (baru di Abad Pertengahan). Tetapi dia, karena dia adalah perwakilan kacung borjuasi, tidak memberikan waktu kepada kita, kaum buruh dan tani Rusia. Dia menuntut agar kita segera menyempurnakan konstitusi kita sampai ke huruf yang terakhir dalam beberapa bulan. “Ketidakrincian!” Coba bayangkan betapa dalamnya kepatuhan pada borjuasi dan kebodohan yang terkandung di dalam kecaman seperti ini. Ketika para ahli hukum yang sepenuhnya borjuis dan reaksioner di negeri-negeri kapitalis telah selama puluhan tahun atau ratusan tahun merancang undang-undang yang paling terperinci dan menulis ratusan kitab hukum dan penafsiran hukum untuk menindas buruh, untuk mengikat kaki dan tangan kaum miskin dan meletakkan ribuan halangan dan rintangan di jalan setiap rakyat pekerja jelata – di sini kaum liberal borjuis dan Tn. Kautsky tidak melihat “kesewenang-wenangan”! Ini adalah “hukum” dan “ketertiban”! Cara-cara bagaimana “menundukkan” kaum miskin telah dipikirkan matang-matang dan dikitabkan. Ada ribuan pengacara borjuis dan birokrat (mengenai mereka Kautsky bungkam, mungkin karena menghancurkan mesin birokrasi dianggap sangat penting oleh Marx...) – para pengacara dan birokrat yang tahu bagaimana menafsir hukum sedemikian rupa sehingga buruh dan tani jelata tidak akan pernah bisa bebas dari ikatan kawat berduri hukum. Ini bukanlah “kesewenang-wenangan” dari kaum borjuasi. Ini bukanlah kediktatoran dari kaum pengeksploitasi yang keji dan egois, yang menghisap darah rakyat. Sama sekali bukan! Ini adalah “demokrasi murni”, yang semakin hari menjadi semakin murni. Tetapi sekarang ketika kelas-kelas pekerja dan tertindas, yang terpisah dari saudara-saudara mereka di seberang perbatasan akibat peperangan imperialis, telah untuk pertama kalinya membentuk Soviet-soviet mereka sendiri, telah menyerukan kepada rakyat yang sebelumnya ditindas, diinjak-injak dan dibodohkan oleh kaum borjuasi untuk melakukan kerja konstruksi politik, telah dengan tangan mereka sendiri memulai membangun sebuah negara proletariat yang baru, dan di tengah perjuangan yang tajam dan perang sipil yang berkobar telah mulai membuat sketsa dari prinsip-prinsip fundamental sebuah negara tanpa eksploitasi – semua bajingan borjuis, semua lintah darat, bersama-sama dengan Kautsky, melolong mengenai “ketidakrincian”! Betul, bagaimana mungkin orang-orang yang bodoh ini, buruh dan tani ini, “massa liar” ini, dapat menafsirkan hukum mereka? Bagaimana mungkin kaum buruh jelata bisa punya pemahaman mengenai keadilan tanpa nasihat dari pengacara-pengacara yang terdidik, dari para komentator borjuis, dari para Kautsky dan birokrat-birokrat tua yang bijaksana? Tn. Kautsky mengutip dari pidato saya pada 28 April 1918: “Rakyat sendiri yang akan menentukan prosedur dan waktu pemilu.” Dan Kautsky, sang “demokrat murni” ini, mengambil kesimpulan dari kutipan ini: “... Oleh karenanya, ini berarti setiap majelis pemilih dapat menentukan prosedur pemilu sekehendak hati mereka. Kesewenang-wenangan dan peluang untuk menyingkirkan oposisi yang tidak dikehendaki di dalam barisan proletariat oleh karenanya akan dilaksanakan secara ekstrem.” (hal. 37) Baik, apa bedanya ini dengan ocehan dari seorang jurnalis picisan yang dibayar oleh kaum borjuis, yang mengeluh mengenai rakyat pekerja yang menindas buruh yang rajin yang “bersedia bekerja” di saat pemogokan? Mengapa metode borjuis yang birokratis dalam menentukan prosedur pemilu di bawah demokrasi borjuis yang “murni” bukanlah kesewenang-wenangan? Mengapa rasa keadilan di antara massa yang telah bangkit untuk melawan penindas lama mereka dan yang telah terdidik dan tertempa di dalam perjuangan yang tajam ini bisa kurang berharga dibandingkan dengan rasa keadilan dari segelintir birokrat, intelektual, dan pengacara yang dididik di dalam prasangka-prasangka borjuis? Kautsky adalah seorang sosialis sejati. Jangan berani-berani mempertanyakan ketulusan dari bapak terhormat ini, dari warga negara yang sangat jujur ini. Dia adalah pendukung kuat dan setia kemenangan buruh dan revolusi proletar. Satu-satunya hal yang dia inginkan adalah para intelektual dan filistin borjuis-kecil yang bermulut manis, yang mengenakan topi tidur, harus terlebih dahulu sebelum massa mulai bergerak, sebelum mereka memulai perjuangan tajam dengan para penindas mereka, dan tentunya tanpa perang sipil, merancang peraturan-peraturan yang terperinci dan moderat untuk perkembangan revolusi ... Terbakar oleh kemarahan moral yang dalam, Judas Golovlyov kita yang paling terpelajar ini memberitahu para buruh Jerman bahwa pada 14 Juni 1918, Komite Eksekutif Pusat Soviet Seluruh Rusia memutuskan untuk mengeluarkan para perwakilan Partai Sosialis-Revolusioner Kanan dan Menshevik dari Soviet. Judas Kautsky yang geram menulis, “Kebijakan ini tidaklah diarahkan kepada orang-orang tertentu yang bersalah atas kejahatan yang jelas... Konstitusi Republik Soviet tidak memuat satu kata pun mengenai imunitas para perwakilan Soviet. Bukan orang-orang tertentu, tetapi partai-partai tertentu yang dikeluarkan dari Soviet.” (hal. 37) Ya, ini sangatlah buruk, sebuah penyimpangan dari demokrasi murni yang tidak dapat ditolerir, menurut peraturan-peraturan revolusi yang dibuat oleh Judas Kautsky kita yang revolusioner. Kami, kaum Bolshevik Rusia, harus pertama-tama menjamin imunitas dari para Savinkov dkk., para Lieberdan, pada Potresov (“aktivis”) dkk. Lalu merancang hukum-hukum pidana yang menyatakan bahwa partisipasi di dalam perang kontra-revolusioner di Ceko, atau aliansi dengan imperialis Jerman di Ukraina atau Georgia untuk melawan buruh dari bangsa sendiri, adalah “kejahatan yang dapat dihukum”. Dan hanya setelah itu, di atas basis hukum pidana ini, kita diperbolehkan, sesuai dengan prinsip-prinsip “demokrasi murni”, mengeluarkan “orang-orang tertentu” dari Soviet. Orang-orang Ceko, yang mendapat uang oleh kapitalis Inggris dan Prancis lewat (dan berkat agitasi) dari para Savinkov, Potresov dan Lieberdan, dan kelompok Krasnov yang mendapat amunisi dari Jerman lewat kaum Menshevik Ukraina dan Tiflis, akan duduk diam menunggu sampai kita siap dengan hukum pidana yang sempurna, dan seperti kaum demokrat paling murni, mereka akan membatasi diri mereka ke dalam peran seorang “oposisi”... Dada Kautsky juga penuh dengan kegeraman moral karena Konstitusi Soviet merampas hak pilih semua orang yang “menggaji pekerja-upahan dengan tujuan mendapatkan laba”. “Seorang pekerja di rumah, atau seorang majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang ahli,” tulis Kautsky “mungkin hidup dan merasa seperti seorang proletar, tetapi dia tidak dapat memilih.” (hal. 36) Sungguh sebuah penyelewengan “demokrasi murni”! Sungguh sebuah ketidakadilan! Benar, sampai sekarang semua Marxis telah berpikir – dan ribuan fakta telah membuktikannya – bahwa para majikan kecil adalah pengeksploitasi buruh yang paling kejam dan serakah, tetapi Judas Kautsky kita melihat para majikan kecil ini bukan sebagai sebuah kelas (siapa yang menciptakan teori perjuangan kelas yang jahat ini?) tetapi sebagai individu-individu terpisah, sebagai pengeksploitasi yang “hidup dan merasa seperti seorang proletar. “Si Agnes yang hemat”, yang telah dianggap mati dan sudah lama dikubur, sekarang bangkit hidup kembali di bawah pena Kautsky. “Si Agnes yang hemat” ini diciptakan dan diperkenalkan ke dalam literatur Jerman beberapa dekade yang lalu oleh Eugen Richter, sang demokrat “murni” dan borjuis itu. Dia memprediksikan bahwa kediktatoran proletariat dan penyitaan kapital para pengeksploitasi akan menyebabkan malapetaka yang tak terhingga. Eugen bertanya: secara legal, apa itu seorang kapitalis? Dia mengambil contoh seorang penjahit yang miskin dan hemat (“si Agnes yang hemat”), yang harta bendanya yang sedikit itu dirampas oleh “para diktator proletar” yang kejam. Dulu kala semua kaum Sosial-Demokrat Jerman mengolok-olok “si Agnes yang hemat” ciptaan Eugen Richter ini. Tetapi ini dulu sekali, ketika Bebel, yang sangat blak-blakan mengenai banyaknya kaum liberal di dalam partainya, masih hidup. Ini dulu sekali ketika Kautsky belumlah berkhianat. Sekarang “si Agnes yang hemat” telah bangkit dari kuburnya di dalam bentuk “majikan kecil yang hanya mempekerjakan seorang tukang-ahli, dan yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”. Kaum Bolshevik yang jahat menindasnya, dan merampas hak suaranya. Seperti yang Kautsky katakan, benar kalau “setiap majelis pemilih” di Republik Soviet dapat menerima masuk seorang majikan kecil yang miskin, kalau misalnya dia bukan seorang pengeksploitasi. Tetapi apakah kita dapat bergantung pada pengetahuan dari kehidupan, dari rasa keadilan bila para buruh dalam pertemuan pabrik bertindak tanpa hukum yang tertulis (sungguh buruk!)? Bukankah lebih baik memberikan hak suara kepada semua pengeksploitasi, kepada semua orang yang mempekerjakan pekerja-upahan, daripada mengambil risiko merampas hak pilih dari “si Agnes yang hemat” dan “para majikan kecil yang hidup dan merasa seperti seorang proletar”? *** Biarlah para bajingan pengkhianat yang memuakkan, di tengah tepuk tangan riuh dari kaum borjuasi dan sovinis-sosial, menyerang Konstitusi Soviet kita karena konstitusi tersebut merampas hak suara dari kaum pengeksploitasi! Tidak mengapa karena ini akan mempercepat dan memperlebar perpecahan antara kaum buruh revolusioner dengan para Scheidemann dan Kautsky, para Renaudel dan Longuet, para Henderson dan Ramsay MacDonalds, para pemimpin lama dan pengkhianat lama sosialisme. Massa kelas-kelas tertindas, para pemimpin proletar revolusioner yang sadar-kelas dan jujur akan ada di sisi kita. Kita cukup mengenalkan kaum proletar seperti itu dengan Konstitusi Soviet kita, dan mereka akan segera mengatakan: “Mereka sungguh adalah kamerad-kamerad kita, ini adalah partai buruh yang sesungguhnya, ini adalah pemerintahan buruh yang sesungguhnya, karena mereka tidak menipu buruh dengan berbicara mengenai reforma-reforma seperti yang dilakukan oleh para pemimpin yang disebut di atas. Mereka melawan kaum pengeksploitasi dengan sungguh-sungguh; mereka membuat revolusi dengan sungguh-sungguh, dan benar-benar berjuang untuk emansipasi buruh yang sepenuhnya.” Kenyataan bahwa setelah satu tahun “pengalaman” Soviet-soviet telah merampas hak suara kaum pengeksploitasi menunjukkan bahwa Soviet adalah sungguh-sungguh organisasi kaum tertindas, dan bukan organisasi kaum sosial-imperialis dan sosial-pasifis yang telah menjual diri mereka ke borjuasi. Kenyataan bahwa Soviet-soviet telah merampas hak suara kaum pengeksploitasi menunjukkan bahwa mereka bukanlah organisasi borjuis-kecil yang berkompromi dengan borjuasi, mereka bukanlah organ parlementer yang hanya mengoceh (seperti orang-orang tipe Kautsky, Longuet, dan MacDonald), tetapi mereka adalah organ proletariat yang sungguh-sungguh revolusioner, yang sedang mengobarkan perjuangan hidup-atau-mati melawan kaum pengeksploitasi. “Buku Kautsky hampir-hampir tidak dikenal di sini,” seorang kamerad dari Berlin menulis kepada saya beberapa hari yang lalu (hari ini adalah 30 Oktober). Saya akan memberikan nasihat kepada para perwakilan kita di Jerman dan Swiss untuk tidak menghemat uang, dan membeli buku ini dan menyebarkannya secara cuma-cuma kepada para buruh yang sadar-kelas, agar mereka dapat menginjak-injak di lumpur Sosial-Demokrasi “Eropa” ini – baca: imperialis dan reformis – yang lama telah menjadi “mayat busuk”. *** Di bagian akhir bukunya, pada halaman 61 dan 63, Tn. Kautsky dengan pahit mengeluh bagaimana “teori baru ini (dia menyebut Bolshevisme sebagai teori baru, karena dia takut menyentuh analisis Marx dan Engels mengenai Komune Paris) punya pendukung bahkan di negeri-negeri demokrasi tua seperti Swiss misalnya.” “Sungguh tak dapat dimengerti” bagi Kautsky “bagaimana teori ini dapat diadopsi oleh kaum Sosial-Demokrat Jerman.” Tidak, ini cukup dapat dimengerti, karena setelah pelajaran-pelajaran serius mengenai perang massa revolusioner menjadi muak dan letih dengan orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky. “Kami” selalu mendukung demokrasi, tulis Kautsky, tetapi tiba-tiba kami harus mengutuknya! “Kami”, kaum oportunis Sosial-Demokrasi, selalu menentang kediktatoran proletariat, dan Kolb dkk. sejak dulu telah memproklamirkan ini. Kautsky tahu akan hal ini dan dengan sia-sia berharap bahwa dia dapat menyembunyikan dari para pembacanya fakta yang jelas ini bahwa dia telah “kembali ke sarang” Bernstein dan Kolb. “Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah menjadikan demokrasi “murni” (borjuis) sebagai sebuah fetis. Seperti yang diketahui, pada 1903 Plekhanov adalah seorang Marxis revolusioner (di kemudian hari pembelotannya membuat dia menjadi Scheidemann Rusia). Dan pada tahun itu Plekhanov menyatakan di Kongres Partai kami, yang lalu mengadopsi program itu, bahwa di dalam revolusi proletariat dapat, bila diperlukan, merampas hak pilih kaum kapitalis dan membubarkan semua parlemen yang kontra-revolusioner. Bahwa ini adalah satu-satunya gagasan yang sesuai dengan Marxisme akan menjadi jelas bagi semua orang bahkan dari pernyataan-pernyataan Marx dan Engels yang telah saya kutip di atas. Ini mengalir dari semua prinsip-prinsip fundamental Marxisme. “Kami”, kaum Marxis revolusioner, tidak pernah di hadapan rakyat membuat pidato-pidato seperti yang gemar dilakukan oleh semua Kautskyite di semua negeri, yang gemetar ketakutan di hadapan borjuasi, beradaptasi pada sistem parlemen borjuis, bungkam mengenai karakter borjuis dari demokrasi modern dan menuntut hanya perluasannya, hanya agar demokrasi dibawa sampai ke kesimpulan logisnya. “Kami” mengatakan kepada kaum borjuasi: Kalian, pengeksploitasi dan orang munafik, berbicara mengenai demokrasi, sementara di setiap langkah kalian bangun ribuan rintangan untuk mencegah rakyat tertindas berpartisipasi di dalam politik. Kami memegang kata-kata kalian dan, untuk kepentingan rakyat, menuntut perluasan dari demokrasi borjuis milik kalian guna mempersiapkan rakyat untuk revolusi yang akan menumbangkan kalian para pengeksploitasi. Dan bila kalian mencoba melawan revolusi proletariat kami, kami akan menindas kalian tanpa belas kasihan. Kami akan merampas semua hak kalian; lebih dari itu, kami tidak akan memberimu roti, karena di dalam republik proletar kami kaum pengeksploitasi tidak akan memiliki hak-hak, mereka tidak akan diberi api dan air, karena kami adalah kaum sosialis yang sesungguh-sungguhnya, dan bukan sosialis seperti Scheidemann dan Kautsky. Inilah yang telah “kami”, kaum Marxis revolusioner, katakan, dan akan katakan – dan inilah mengapa rakyat tertindas akan mendukung kami dan akan bersama kami, sementara orang-orang seperti Scheidemann dan Kautsky akan tersapu ke dalam kubangan pengkhianat. === Apa itu Internasionalisme? === Kautsky benar-benar yakin bahwa dia adalah seorang internasionalis dan menyebut dirinya demikian. Orang-orang seperti Scheidemann dia sebut “kaum sosialis pemerintah”. Dalam membela kaum Menshevik (dia tidak secara terbuka menyatakan solidaritasnya dengan mereka, tetapi dia dengan setia mengekspresikan pandangan-pandangan mereka), Kautsky telah menunjukkan dengan kejelasan yang sempurna “internasionalisme” macam apa yang dia anut. Dan karena Kautsky tidak sendirian, dan dia adalah juru bicara dari sebuah tendensi yang secara tak terelakkan tumbuh berkembang di dalam atmosfer Internasional Kedua (Longuet di Prancis, Turati di Italia, Nobs dan Grimm, Graber dan Name di Swiss, Ramsay MacDonald di Inggris, dsb.), akan berguna kalau kita membahas “internasionalisme”nya Kautsky. Setelah menekankan bahwa kaum Menshevik juga menghadiri Konferensi Zimmerwald (sebuah ijazah, tentunya, tetapi … sebuah ijazah yang ternoda), Kautsky memaparkan pandangan-pandangan Menshevik, yang mana dia setujui, sebagai berikut: “… Kaum Menshevik menginginkan sebuah perdamaian umum. Mereka menginginkan semua pihak yang berperang untuk mengadopsi formula: menentang aneksasi dan menentang ganti-rugi perang. Sampai kondisi ini tercapai, angkatan bersenjata Rusia, menurut pandangan ini, harus siap sedia untuk berperang. Kaum Bolshevik, di pihak lain, menuntut perdamaian segera dengan cara apapun; mereka siap, bila diperlukan, untuk menandatangani perjanjian perdamaian secara terpisah; mereka mencoba memaksakan ini dengan meningkatkan kekacauan di dalam angkatan bersenjata, yang sudah cukup parah” (hal. 27). Menurut pendapat Kautsky, kaum Bolshevik tidak seharusnya merebut kekuasaan, dan seharusnya puas saja dengan Majelis Konstituante. Jadi, internasionalisme Kautsky dan kaum Menshevik pada akhirnya berarti ini: mereka menuntut reforma-reforma dari pemerintahan borjuis imperialis, tetapi terus mendukungnya, dan terus mendukung perang yang dikobarkan oleh pemerintahan ini sampai semua pihak yang berperang menerima formula menentang aneksasi dan menentang ganti-rugi perang. Cara pandang ini berulang kali diekspresikan oleh Turati, dan oleh para pendukung Kautsky (Haase dan lainnya), dan oleh Longuet dkk., yang menyatakan bahwa mereka berdiri untuk pembelaan tanah air. Secara teoritis, ini menunjukkan ketidakmampuan untuk memisahkan diri dari kaum sovinis-sosial dan kebingungan dalam masalah pembelaan tanah air. Secara politik, ini berarti menggantikan internasionalisme dengan nasionalisme borjuis-kecil, membelot ke kamp reformis dan mencampakkan revolusi. Dari sudut pandang proletariat, mengakui “pembelaan tanah air” berarti membenarkan perang hari ini, mengakui bahwa perang ini adalah sah. Dan karena perang ini adalah perang imperialis (di bawah pemerintahan monarkis maupun republik), tidak peduli negeri mana – negeri saya atau negeri lainnya – di mana pasukan-pasukan tentara musuh ada, mengakui pembelaan tanah air berarti, secara faktual, mendukung kaum borjuis imperialis, dan sepenuhnya mengkhianati sosialisme. Di Rusia, bahkan di bawah Kerensky, di bawah republik demokratik-borjuis, perang ini masihlah perang imperialis, karena perang ini dikobarkan oleh kaum borjuasi sebagai kelas penguasa (dan perang adalah “kelanjutan politik”); dan ekspresi yang paling jelas dari karakter imperialis peperangan ini adalah perjanjian-perjanjian rahasia untuk membagi-bagi dunia dan penjarahan negeri-negeri lain yang telah disepakati oleh Tsar dengan kapitalis di Inggris dan Prancis. Kaum Menshevik menipu rakyat dengan cara yang paling menjijikkan dengan menyebut perang ini sebagai perang defensif atau revolusioner. Dan dengan menyetujui kebijakan Menshevik, Kautsky setuju dengan penipuan terhadap rakyat ini. Kautsky menyetujui peran yang dimainkan oleh borjuis kecil dalam membantu kapital untuk menipu buruh dan mengikat mereka ke kereta perang imperialis. Kautsky mendukung kebijakan yang bersifat borjuis-kecil, kebijakan yang filistin dengan berpura-pura (dan mencoba membuat rakyat percaya) bahwa mengedepankan sebuah slogan akan mengubah posisi mereka yang sesungguhnya. Seluruh sejarah demokrasi borjuis menyangkal ilusi ini. Kaum demokrat borjuis selalu mengedepankan segala macam “slogan” untuk menipu rakyat. Yang terpenting adalah menguji ketulusan mereka, untuk membandingkan kata-kata mereka dengan tindakan-tindakan mereka, dan tidak menjadi puas dengan frase-frase yang idealistis atau yang menipu, tetapi berpijak pada realitas kelas. Sebuah perang imperialis tidak berhenti menjadi imperialis ketika para penipu atau filistin borjuis-kecil mengedepankan slogan-slogan “sentimentil”, tetapi hanya ketika kelas yang mengobarkan perang imperialis ini, dan yang terikat pada perang ini oleh jutaan benang (dan bahkan tali) ekonomi, benar-benar ditumbangkan dan digantikan dengan kelas yang benar-benar revolusioner, yakni kelas proletariat. Tidak ada cara lain untuk keluar dari perang imperialis, dan juga keluar dari perdamaian imperialis yang predatoris. Dengan menyetujui kebijakan luar negeri kaum Menshevik, dan menyatakannya internasionalis dan bersemangat Zimmerwald, Kautsky, pertama-tama, mengungkapkan kebangkrutan total dari mayoritas Zimmerwald yang oportunis (tidak heran kalau kami, Zimmerwald Kiri, segera memisahkan diri kami dari mayoritas tersebut), dan kedua – dan ini yang terutama – dia menyebrang dari posisi proletariat ke posisi borjuis kecil, dari revolusioner ke reformis. Proletariat berjuang untuk penumbangan revolusioner kaum borjuis imperialis. Kaum borjuis kecil berjuang untuk “perbaikan” reformis dari imperialisme, untuk beradaptasi, sementara bertekuk lutut kepadanya. Ketika Kautsky masihlah seorang Marxis, misalnya pada 1909, ketika dia menulis “Road to Power” (Jalan Menuju Kekuasaan), dia mengedepankan gagasan bahwa peperangan niscaya akan membawa kita ke revolusi, dan dia berbicara mengenai era revolusi yang semakin dekat. Manifesto Basel 1912 dengan jelas dan tegas berbicara mengenai revolusi proletariat dalam hubungannya dengan perang imperialis antara Jerman dan Inggris, yang akhirnya benar-benar meledak pada 1914. Tetapi pada 1918, ketika revolusi-revolusi sungguh-sungguh terjadi, Kautsky, alih-alih menjelaskan bahwa mereka adalah hal yang tak terelakkan, alih-alih memikirkan taktik-taktik revolusioner dan cara untuk mempersiapkan revolusi, dia malah mulai menggambarkan taktik-taktik reformis kaum Menshevik sebagai internasionalis. Bukankah ini pengkhianatan? Kautsky memuji kaum Menshevik yang bersikeras ingin mempertahankan kekuatan perang dari angkatan bersenjata, dan dia menyalahkan kaum Bolshevik karena telah memperparah “kekacauan angkatan bersenjata”, yang sudah kacau balau. Ini berarti memuji reformisme dan berkapitulasi pada borjuasi imperialis, dan menyalahkan serta menyangkal revolusi. Karena di bawah rejim Kerensky, mempertahankan kekuatan perang angkatan bersenjata berarti menjaga keberadaannya di bawah komando borjuis (walaupun republiken). Semua orang tahu, dan jalannya peristiwa telah memberikan konfirmasi yang jelas, bahwa angkatan bersenjata republiken ini mempertahankan semangat Kornilov karena para perwira tingginya adalah orang-orang Kornilov. Para perwira borjuis tidak bisa tidak menjadi orang-orang Kornilov; mereka tidak bisa tidak cenderung ke imperialisme dan menindas proletariat dengan kekerasan. Semua taktik Menshevik dalam prakteknya berarti membiarkan seluruh fondasi perang imperialis dan seluruh fondasi kediktatoran borjuis utuh, menambal sulam hal-hal detil yang remeh temeh (“reforma-reforma”). Di lain pihak, tidak ada satu pun revolusi besar yang pernah terjadi, atau akan pernah terjadi, tanpa “kekacau-balauan” di dalam tubuh angkatan bersenjata. Karena angkatan bersenjata adalah instrumen penjaga rejim lama yang paling tua dan kaku, benteng kedisiplinan borjuis yang paling kuat, yang mempertahankan kekuasaan kapital, dan mempertahankan dan memperkuat di antara rakyat pekerja semangat penghambaan pada kapital. Kontra-revolusi tidak pernah menoleransi, dan tidak akan pernah bisa menoleransi keberadaan rakyat yang bersenjata. Di Prancis, Engels menulis, di setiap revolusi kaum buruh muncul dengan senjata di tangannya, “oleh karenanya, pelucutan buruh adalah tugas pertama dari kaum borjuasi, yang ada di pucuk kepemimpinan negara.” Buruh yang bersenjata adalah embrio dari sebuah angkatan bersenjata yang baru, nukleus terorganisasi dari sebuah tatanan sosial yang baru. Tugas pertama dari kaum borjuasi adalah menghancurkan nukleus ini dan mencegahnya tumbuh. Tugas pertama dari setiap revolusi yang menang, seperti yang ditekankan berulang kali oleh Marx dan Engels, adalah untuk menghancurkan angkatan bersenjata yang lama, membubarkannya, dan menggantikannya dengan angkatan bersenjata yang baru. Sebuah kelas sosial yang baru, ketika ia naik ke tampuk kekuasaan, tidak akan pernah bisa merebut kekuasaan dan mempertahankannya tanpa membubarkan sepenuhnya angkatan bersenjata yang lama (“Kekacau-balauan!” teriak kaum filistin reaksioner yang penakut mengenai ini), tanpa melalui sebuah periode yang paling sulit dan menyakitkan di mana tidak ada angkatan bersenjata (Revolusi Prancis juga melalui periode yang sulit ini), dan perlahan-lahan membangun, di tengah peperangan sipil yang sulit, sebuah angkatan bersenjata yang baru, sebuah kedisiplinan yang baru, sebuah organisasi militer yang baru dari kelas yang baru. Sebelumnya Kautsky sang sejarawan memahami ini. Sekarang, Kautsky sang pengkhianat telah melupakan ini. Kautsky tidak punya hak untuk memanggil para Scheidemann sebagai “kaum sosialis pemerintahan” bila dia mendukung taktik kaum Menshevik di revolusi Rusia. Dengan mendukung Kerensky dan bergabung ke dalam kabinetnya, kaum Menshevik juga adalah kaum sosialis pemerintah. Kautsky tidak dapat menghindari kesimpulan ini bila dia mengedepankan pertanyaan kelas penguasa mana yang sedang mengobarkan perang imperialis ini. Tetapi Kautsky menghindari pertanyaan mengenai kelas penguasa ini, sebuah pertanyaan yang penting sekali bagi seorang Marxis, karena hanya dengan mengedepankan pertanyaan ini seorang pengkhianat akan terekspos. Para pendukung Kautsky di Jerman, para pendukung Longuet di Prancis, dan Turati dkk. di Italia berargumen seperti ini: sosialisme mensyaratkan kesetaraan, kebebasan dan hak penentuan nasib sendiri di antara bangsa-bangsa, oleh karenanya ketika negeri kami diserang atau ketika pasukan musuh menyerang daerah kami, adalah hak dan tugas dari kaum sosialis untuk mempertahankan negeri mereka. Tetapi secara teoritis, argumen seperti ini adalah entah mengolok-olok sosialisme atau penipuan yang terselubung. Sementara dari sudut pandang politik praktis argumen seperti ini adalah seperti argumen orang kampung yang tak terdidik, yang tidak memahami karakter sosial dan kelas dari perang sekarang ini, dan tidak paham tugas dari sebuah partai revolusioner pada saat perang yang reaksioner. Sosialisme menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa. Ini tidak terbantahkan. Tetapi sosialisme menentang kekerasan terhadap manusia secara umum. Selain kaum anarkis Kristen dan kaum Tolstoyan , belum ada satu pun orang yang menarik kesimpulan dari ini bahwa sosialisme menentang kekerasan revolusioner. Jadi, berbicara mengenai “kekerasan” secara umum, tanpa memeriksa kondisi-kondisi yang membedakan kekerasan reaksioner dari kekerasan revolusioner, berarti menjadi seorang filistin yang menyangkal revolusi, atau ini berarti menipu diri sendiri dan orang lain dengan sofisme. Hal yang sama juga benar mengenai kekerasan terhadap bangsa-bangsa. Setiap perang adalah kekerasan terhadap bangsa-bangsa, tetapi ini tidak mencegah kaum sosialis dari mendukung sebuah perang revolusioner. Karakter kelas dari sebuah perang – ini adalah pertanyaan fundamental yang dihadapi oleh seorang sosialis (bila dia bukanlah seorang pengkhianat). Perang imperialis 1914-1918 adalah sebuah peperangan antara dua kelompok borjuis imperialis untuk membagi-bagi dunia, untuk membagi-bagi harta jarahan, dan untuk menjarah dan mencekik bangsa-bangsa yang kecil dan lemah. Ini adalah pengkajian mengenai perang yang akan datang yang tertuang di Manifesto Basel pada 1912, dan yang sekarang telah terkonfirmasikan oleh fakta. Siapa pun yang tidak setuju dengan cara pandang ini bukanlah seorang sosialis. Bila seorang Jerman di bawah rejim Wilhem atau seorang Prancis di bawah rejim Clemenceau mengatakan, “Adalah hak dan tugas saya sebagai seorang sosialis untuk membela negeri saya bila negeri saya diserang oleh musuh”, dia berargumen bukan seperti seperti seorang sosialis, bukan seperti seorang internasionalis, bukan seperti seorang proletar revolusioner, tetapi seperti seorang nasionalis borjuis-kecil. Karena argumen ini mengabaikan perjuangan kelas revolusioner antara buruh dan kapital. Argumen ini mengabaikan pengkajian perang ini secara keseluruhan dari sudut pandang kaum borjuasi dunia dan kaum proletariat dunia, yakni argumen ini mengabaikan internasionalisme. Yang ada hanyalah nasionalisme yang buruk dan sempit. Negeri saya sedang diserang, dan saya hanya peduli ini – inilah argumennya, dan inilah nasionalisme borjuis-kecil yang sempit. Ini sama seperti argumen kekerasan individual, atau kekerasan terhadap seorang individu, di mana seorang berargumen bahwa sosialisme menentang kekerasan dan oleh karenanya saya lebih memilih menjadi seorang pengkhianat daripada dipenjara. Seorang Jerman, Prancis, atau Italia yang mengatakan: “Sosialisme menentang kekerasan terhadap bangsa-bangsa, oleh karenanya saya membela diri saya sendiri ketika negeri saya diserang”, ia mengkhianati sosialisme dan internasionalisme, karena orang seperti ini hanya melihat “negeri”nya sendiri, dia menaruh kaum borjuasinya “sendiri” di atas segalanya dan tidak memikirkan mengenai relasi-relasi internasional yang membuat perang ini sebuah perang imperialis dan bahwa kaum borjuasinya adalah satu mata rantai di dalam rantai penjarahan imperialis. Semua kaum filistin dan orang-orang kampung yang bodoh dan tidak terdidik berargumen seperti para pendukung Kautsky, Longuet, Turati dkk.: “Musuh telah menyerang negeri saya, saya hanya peduli ini.” Kaum sosialis, kaum proletar revolusioner, kaum internasionalis, punya argumen yang berbeda. Dia mengatakan: “Karakter dari sebuah perang (entah itu perang reaksioner atau perang revolusioner) tidak ditentukan oleh siapa yang menyerang, atau di negeri mana “sang musuh” berada; ini ditentukan oleh kelas mana yang mengobarkan perang, dan politik apa yang merupakan kelanjutan dari perang ini. Bila perang ini adalah sebuah perang imperialis yang reaksioner, yakni perang ini dikobarkan oleh dua kelompok borjuis imperialis dunia, yang rakus, predatoris, dan reaksioner, maka setiap kaum borjuasi (bahkan negeri yang terkecil pun) menjadi partisipan dari penjarahan ini. Tugas saya sebagai perwakilan dari proletariat revolusioner adalah untuk menyiapkan revolusi proletar dunia sebagai satu-satunya jalan keluar dari kengerian pembantaian global. Saya harus berargumen, bukan dari sudut pandang negeri ‘saya’ (karena argumen ini adalah argumen dari seorang nasionalis borjuis-kecil yang menyedihkan dan bodoh, yang tidak menyadari bahwa dia tidak ubahnya mainan di tangan kaum borjuasi imperialis), tetapi dari sudut pandang peran saya dalam persiapan, propaganda, dan dalam mempercepat revolusi proletariat dunia.” Inilah internasionalisme, dan inilah tugas dari kaum internasionalis, kaum buruh revolusioner, dan kaum sosialis yang sejati. Inilah ABC yang telah “dilupakan” oleh Kautsky sang pengkhianat. Dan pengkhianatannya menjadi semakin jelas saat dia bergerak dari mendukung taktik-taktik kaum nasionalis borjuis-kecil (kaum Menshevik di Rusia, pendukung Longuet di Prancis, pendukung Turati di Italia, dan Haase dkk. di Jerman) ke mengkritik taktik-taktik Bolshevik. Ini kritiknya: “Revolusi Bolshevik didasarkan atas asumsi bahwa revolusi ini akan menjadi titik awal dari revolusi Eropa secara umum, bahwa inisiatif berani dari Rusia akan mendorong kaum proletariat Eropa untuk bangkit. “Asumsi ini tidak mengindahkan apa bentuk perjanjian perdamaian yang akan ditandatangani oleh Rusia, apa kesukaran dan kehilangan daerah (secara harfiah, mutilasi, Verstümmelungen) yang harus dihadapi oleh rakyat Rusia, dan apa penafsiran hak penentuan nasib bangsa yang akan diberikannya. Ini juga tidak mengindahkan apakah Rusia dapat atau tidak dapat mempertahankan dirinya. Menurut cara pandang ini, revolusi Eropa adalah pertahanan terbaik untuk revolusi Rusia, dan akan membawa hak penentuan nasib sendiri yang sempurna dan sejati bagi seluruh rakyat yang tinggal di Rusia. “Sebuah revolusi di Eropa, yang akan mendirikan dan mengonsolidasikan sosialisme di sana, juga akan menyingkirkan rintangan-rintangan yang muncul di Rusia dalam memperkenalkan sistem produksi sosialis karena keterbelakangan ekonomi dari negeri ini. “Semua ini sangatlah logis dan sangatlah berlandasan kuat – hanya bila asumsi utamanya benar, yakni bahwa revolusi Rusia akan memercikkan revolusi Eropa. Tetapi, bagaimana kalau ini salah? “Sampai sekarang asumsi ini belumlah terbukti. Dan kaum proletar Eropa sekarang dituduh telah mencampakkan dan mengkhianati revolusi Rusia. Ini adalah tuduhan yang dilemparkan ke orang-orang yang tidak diketahui namanya, karena siapa yang harus bertanggung jawab atas perilaku dan tindakan kaum proletariat Eropa?” (hal. 28) Dan Kautsky lalu menjelaskan panjang lebar bahwa Marx, Engels dan Bebel telah lebih dari sekali keliru mengenai tibanya revolusi yang sebelumnya mereka antisipasi, tetapi mereka tidak pernah mendasarkan taktik-taktik mereka pada pengharapan akan revolusi pada “tanggal tertentu” (hal. 29), sementara, katanya, kaum Bolshevik “mempertaruhkan segalanya pada satu kartu, pada revolusi Eropa”. Kami sengaja mengutip baris-baris yang panjang ini untuk menunjukkan kepada para pembaca kami “talenta” Kautsky dalam memalsukan Marxisme, di mana dia menggantikan Marxisme dengan cara pandang filistinnya yang reaksioner dan dangkal. Pertama, Kautsky melekatkan pada kaum Bolshevik sebuah gagasan yang jelas-jelas bodoh, dan lalu mengecam gagasan tersebut. Ini adalah taktik yang digunakan oleh orang yang tidak terlalu cerdas. Bila kaum Bolshevik mendasarkan taktik mereka pada harapan terjadinya revolusi di negeri-negeri lain pada tanggal tertentu, ini sungguh adalah kebodohan. Tetapi Partai Bolshevik tidak pernah bersalah atas kebodohan seperti itu. Di surat saya kepada kaum buruh Amerika (20 Agustus, 1918), saya dengan jelas menyangkal gagasan bodoh ini, dengan mengatakan bahwa kita bergantung pada revolusi Amerika, tetapi bukan pada tanggal tertentu. Saya menulis panjang lebar mengenai gagasan ini lebih dari sekali di dalam polemik saya dengan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri dan kaum “Komunis Kiri” (Januari-Maret 1918). Kautsky telah melakukan pemalsuan yang sangat cerdik dalam melakukan kritiknya terhadap Bolshevisme. Kautsky telah mencampur aduk taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat, tetapi bukan pada tanggal tertentu, dengan taktik yang berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa pada tanggal tertentu. Sungguh sebuah pemalsuan yang sangat cerdik! Taktik yang belakangan [berdasarkan pengharapan akan revolusi pada tanggal tertentu – Ed.] sangatlah bodoh. Taktik yang pertama [berdasarkan pengharapan akan revolusi Eropa di masa depan yang kurang lebih dekat – Ed.] adalah taktik yang wajib bagi seorang Marxis, bagi setiap proletar revolusioner dan internasionalis. Ini adalah taktik yang wajib karena taktik ini mempertimbangkan secara Marxis situasi objektif yang menyebabkan perang ini di seluruh Eropa, dan taktik ini sesuai dengan tugas internasional kaum proletariat. Kautsky menggantikan masalah fondasi taktik revolusioner secara umum dengan masalah remeh temeh mengenai kekeliruan kaum Bolshevik. Dengan ini, dia telah dengan sangat cerdik menolak semua taktik revolusioner. Seorang pengkhianat dalam politik, Kautsky bahkan tidak mampu secara teoritis mengedepankan pertanyaan mengenai syarat-syarat objektif taktik revolusioner. Dan ini membawa kita ke poin kedua. Kedua, adalah kewajiban bagi seorang Marxis untuk berharap pada revolusi Eropa bila ada situasi revolusioner. Adalah ABC Marxisme bahwa taktik proletariat sosialis tidak bisa sama ketika ada situasi revolusioner dan ketika tidak ada situasi revolusioner. Bila Kautsky mengedepankan pertanyaan ini, yang wajib bagi seorang Marxis, maka dia akan menemukan bahwa jawabannya sungguh bertentangan dengan dia. Jauh sebelum perang, semua kaum Marxis dan semua kaum sosialis setuju bahwa sebuah peperangan Eropa akan menciptakan sebuah situasi revolusioner. Kautsky sendiri, sebelum dia menjadi seorang pengkhianat, jelas-jelas dan dengan tegas mengakui ini – pada 1902 (di karyanya “Social Revolution”) dan pada 1909 (di karyanya “Road to Power”). Ini juga diakui atas nama seluruh Internasional Kedua di dalam Manifesto Basel. Tidak mengherankan kalau para sosial-sovinis dan pendukung Kautsky (kaum “Sentris”, yakni mereka yang terombang-ambing antara revolusi dan oportunisme) dari semua negeri menghindari deklarasi Manifesto Basel seperti wabah! Jadi, harapan atas berkembangnya situasi revolusioner di Eropa bukanlah harapan hanya dari kaum Bolshevik, tetapi ini adalah pendapat umum dari semua Marxis. Ketika Kautsky mencoba lari dari kebenaran yang tak terbantahkan ini dengan menggunakan kalimat-kalimat seperti kaum Bolshevik “selalu percaya akan kemahakuasaan dari kekerasan dan kehendak”, dia sebenarnya menggunakan frase kosong yang berisik untuk menutup-nutupi pengelakannya, yakni pengelakan yang memalukan, dari pertanyaan mengenai situasi revolusioner. Apakah situasi revolusioner telah datang atau belum? Kautsky tidak mampu mengedepankan pertanyaan ini. Fakta-fakta ekonomi telah memberikan jawabannya: bencana kelaparan dan kehancuran yang diciptakan di mana-mana oleh perang berarti ada situasi revolusioner. Fakta-fakta politik juga menyediakan jawaban: semenjak 1915 sebuah proses perpecahan telah terjadi di semua negeri di dalam partai-partai sosialis lama yang telah membusuk, sebuah proses di mana massa proletariat bergeser ke kiri menjauhi para pemimpin sosial-sovinis, bergerak menuju gagasan-gagasan revolusioner dan pemimpin-pemimpin revolusioner. Hanya orang yang membenci revolusi dan mengkhianatinya dapat gagal untuk melihat fakta-fakta pada tanggal 5 Agustus 1918, ketika Kautsky sedang menulis pamflet ini. Dan sekarang, pada akhir Oktober 1918, revolusi sedang berkembang di sejumlah negeri-negeri Eropa, dan berkembang di depan mata semua orang dan dengan sangat cepat. Kautsky “sang revolusioner”, yang masih ingin dianggap sebagai seorang Marxis, telah membuktikan dirinya sebagai seorang filistin yang rabun jauh, yang, seperti para filistin yang diolok-olok Marx pada 1847, tidak mampu melihat revolusi yang sedang datang! Sekarang ke poin ketiga. Ketika, apa yang harus menjadi fitur-fitur spesifik dari taktik revolusioner ketika ada situasi revolusioner di Eropa? Setelah menjadi seorang pengkhianat, Kautsky tidak berani mengajukan pertanyaan ini, yang wajib diajukan oleh seorang Marxis. Kautsky berargumen seperti seorang borjuis kecil yang tipikal, seorang filistin, atau seperti seorang petani yang tak berpendidikan: apakah “Revolusi Eropa secara umum” telah dimulai atau belum? Bila sudah, maka dia juga siap menjadi seorang revolusioner! Tetapi, kalau demikian maka setiap bajingan (seperti para bajingan yang sekarang kadang-kadang menempelkan diri mereka ke kaum Bolshevik yang telah menang) akan menyatakan dirinya sebagai seorang revolusioner! Bila revolusi Eropa belum dimulai, maka Kautsky akan memalingkan punggungnya ke revolusi! Kautsky tidak punya secuil pun pemahaman bahwa seorang Marxis revolusioner membedakan dirinya dari kaum filistin dan borjuis kecil dari kemampuannya untuk menyampaikan kepada massa yang tak-terdidik bahwa revolusi yang menjadi matang adalah hal yang diperlukan, untuk membuktikan bahwa ini adalah hal yang tak-terelakkan, untuk menjelaskan keuntungannya bagi rakyat, dan untuk mempersiapkan kaum proletariat dan semua rakyat pekerja dan tertindas untuk situasi ini. Kautsky mengatakan bahwa kaum Bolshevik konyol karena mereka mempertaruhkan segalanya pada satu kartu, yakni pada Revolusi Eropa yang akan bergulir pada tanggal tertentu. Kekonyolan ini telah berbalik menyerang Kautsky, karena kesimpulan logis dari argumennya adalah bahwa taktik kaum Bolshevik hanya akan benar kalau revolusi Eropa terjadi pada 5 Agustus 1918! Inilah tanggal yang disebutkan oleh Kautsky ketika dia menulis pamfletnya. Dan ketika, beberapa minggu setelah 5 Agustus ini, telah menjadi jelas kalau revolusi sedang tiba di sejumlah negeri-negeri Eropa, seluruh pengkhianatan Kautsky, seluruh pemalsuannya terhadap Marxisme, dan ketidakmampuannya untuk bernalar atau bahkan mengajukan pertanyaan secara revolusioner, telah terungkap dengan sangat jelas! Ketika kaum proletar Eropa dituduh berkhianat, Kautsky menulis bahwa tuduhan ini dilemparkan ke orang-orang tidak bernama. Kau keliru, Tn. Kautsky! Bercerminlah dan kau akan melihat “orang-orang tidak bernama” tersebut. Kautsky pura-pura naif dan tidak paham siapa yang melemparkan tuduhan tersebut, dan apa arti tuduhan tersebut. Namun pada kenyataan, Kautsky tahu dengan sangat jelas bahwa tuduhan tersebut dilemparkan oleh kaum “Kiri” Jerman, oleh kaum Spartakus (Partai Komunis Jerman – Ed.), oleh Liebknecht dan kawan-kawannya. Tuduhan ini mengekspresikan pemahaman jelas akan kenyataan bahwa kaum proletariat Jerman telah mengkhianati revolusi Rusia (dan dunia) ketika ia mencekik Finlandia, Ukraina, Latvia dan Estonia. Tuduhan ini terutama dilemparkan, bukan kepada massa yang selalu tertindas, tetapi kepada para pemimpin, seperti para Scheidemann dan Kautsky, yang gagal dalam tugas mereka untuk melakukan agitasi revolusioner, propaganda revolusioner, kerja revolusioner di antara massa untuk menggerakkan mereka. Para pemimpin ini pada kenyataannya bekerja melawan insting dan aspirasi revolusioner yang selalu bersinar di dalam benak massa kelas tertindas. Para Scheidemann secara terbuka, vulgar, sinis, dan kebanyakan demi kepentingan pribadi mereka mengkhianati kaum proletariat dan membelot ke sisi borjuasi. Kautsky dan para pendukung Longuet melakukan hal yang sama, hanya saja dengan ragu-ragu dan tersendat-sendat, dan seperti pengecut selalu melirik ke pihak yang lebih kuat pada saat itu. Di semua tulisan-tulisannya selama perang Kautsky mencoba memadamkan semangat revolusioner, dan bukannya mengembangkannya dan membuatnya lebih besar. Kautsky bahkan tidak memahami signifikansi teoritis, dan signifikansi agitasi dan propaganda yang bahkan lebih besar, dari “tuduhan” bahwa kaum proletariat Eropa telah mengkhianati revolusi Rusia. Ini adalah monumen historis dari kebodohan filistin dari para pemimpin resmi Sosial-Demokrasi! Kautsky tidak paham bahwa karena sensor di bawah rejim “Reich” Jerman “tuduhan” ini mungkin adalah satu-satunya bentuk di mana kaum sosialis Jerman yang belum berkhianat – yakni Liebknecht dan kawan-kawannya – dapat menyatakan seruan mereka kepada para buruh Jerman untuk menumbangkan para Scheidemann dan Kautsky, untuk menyingkirkan “para pemimpin” ini, untuk membebaskan diri mereka dari propaganda yang membodohi mereka, untuk bangkit memberontak tanpa “para pemimpin” ini, dan bergerak melangkahi mereka untuk menuju revolusi! Kautsky tidak memahami ini. Dan bagaimana mungkin dia bisa memahami taktik kaum Bolshevik? Dapatkah seseorang yang telah menyangkal revolusi secara umum diharapkan untuk mengkaji dan mempertimbangkan kondisi-kondisi perkembangan revolusi di salah satu kasus yang paling “sulit”? Taktik-taktik kaum Bolshevik adalah taktik-taktik yang tepat; mereka adalah satu-satunya taktik internasionalis, karena mereka bukan didasarkan atas ketakutan terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas “ketidakpercayaan” filistin terhadap revolusi dunia, bukan didasarkan atas keinginan nasionalis yang sempit untuk membela “tanah air” diri sendiri (tanah air kaum borjuasi mereka sendiri), sementara tidak “peduli sama sekali” pada hal-hal lain. Namun taktik-taktik Bolshevik berdasarkan estimasi yang tepat mengenai situasi revolusioner di Eropa (sebelum perang dan sebelum pengkhianatan kaum sosial-sovinis dan sosial-pasifis, estimasi ini diterima oleh semua pihak). Taktik-taktik Bolshevik adalah satu-satunya taktik internasionalis, karena mereka melakukan segala hal yang memungkinkan di satu negeri demi perkembangan dan kebangkitan revolusi di negeri-negeri lain. Taktik-taktik ini telah dibenarkan oleh keberhasilan mereka yang besar, karena Bolshevisme (bukan karena jasa kaum Bolshevik Rusia saja, tetapi karena simpati mendalam dari rakyat di mana-mana atas taktik-taktik yang revolusioner dalam praktek) telah menjadi Bolshevisme dunia, telah menghasilkan sebuah gagasan, sebuah teori, sebuah program dan taktik-taktik yang berbeda secara konkret dan praktek dari sosial-sovinisme dan sosial-pasifisme. Bolshevisme telah meluluhlantakkan Internasional lama dan busuk dari para Scheidemann dan Kautsky, Renaudel dan Longuet, Henderson dan MacDonalds, yang dari sekarang akan saling menyerang, bermimpi mengenai “persatuan” dan mencoba untuk membangkitkan kembali sebuah mayat. Bolshevisme telah menciptakan fondasi ideologi dan taktik dari Internasional Ketiga, dari sebuah Internasional yang sungguh-sungguh proletariat dan Komunis, yang akan mempertimbangkan pencapaian-pencapaian dari masa damai serta pengalaman dari masa revolusi, yang telah dimulai. Bolshevisme telah mempopulerkan gagasan “kediktatoran proletariat” ke seluruh penjuru dunia, telah menerjemahkan kata-kata ini dari Latin, pertama ke bahasa Rusia dan lalu ke semua bahasa di dunia, dan telah menunjukkan dengan contoh pemerintahan Soviet bahwa kaum buruh dan tani miskin, bahkan yang dari negeri terbelakang, bahkan yang punya pengalaman, pendidikan dan kebiasaan berorganisasi yang paling sedikit, telah mampu dalam satu tahun ini, di tengah kesulitan yang besar dan di tengah perjuangan melawan para penindas (yang didukung oleh kaum borjuasi dari seluruh dunia), mempertahankan kekuasaan rakyat pekerja, menciptakan demokrasi yang jauh lebih tinggi dan luas daripada semua demokrasi yang terdahulu di dunia, dan memulai kerja kreatif dari puluhan juta buruh dan tani untuk membangun sosialisme secara praktikal. Bolshevisme telah membantu mengembangkan revolusi proletariat di Eropa dan Amerika dengan lebih baik daripada partai manapun. Kaum buruh di seluruh dunia semakin hari menjadi semakin sadar bahwa taktik para Scheidemann dan Kautsky belumlah membebaskan mereka dari perang imperialis dan perbudakan-upah, dan bahwa taktik ini tidak dapat menjadi model untuk semua negeri. Dan massa buruh di semua negeri semakin menyadari bahwa Bolshevisme telah menunjukkan jalan keluar dari kengerian perang dan imperialisme, dan bahwa Bolshevisme dapat menjadi model taktik untuk semua negeri. Tidak hanya Revolusi Eropa, tetapi revolusi proletariat sedunia sedang menjadi semakin matang di depan mata semua orang, dan ini telah dibantu, dipercepat, dan didukung oleh kemenangan kaum proletariat di Rusia. Semua ini tidak cukup untuk kemenangan mutlak sosialisme, katamu? Tentu saja ini tidak cukup. Satu negeri saja tidak akan bisa. Tetapi satu negeri ini, karena terbentuknya pemerintahan Soviet, telah melakukan begitu banyak hal, sehingga kalau pemerintahan Soviet di Rusia diremukkan oleh imperialisme dunia esok harinya, katakanlah karena perjanjian antara imperialisme Jerman dan Anglo-Prancis – bahkan dalam skenario yang paling buruk ini – taktik-taktik Bolshevik masih akan sangat berguna bagi sosialisme dan membantu perkembangan revolusi dunia. === Kepatuhan pada Borjuasi dengan Kedok “Analisis Ekonomi” === Seperti yang telah dikatakan, bila judul buku Kautsky sungguh-sungguh mencerminkan isinya, seharusnya buku tersebut diberi judul, bukan “Kediktatoran Proletariat”, tetapi “Pengulangan Kembali Serangan Borjuasi terhadap Bolshevik”. “Teori-teori” Menshevik yang lama mengenai karakter borjuis dari revolusi Rusia, yakni distorsi terhadap Marxisme yang dilakukan oleh kaum Menshevik (yang ditolak oleh Kautsky pada 1905!), sekarang diulang kembali oleh sang teoretikus kita. Kita harus menjawab masalah ini, walaupun ini akan begitu membosankan bagi kaum Marxis Rusia. Revolusi Rusia adalah revolusi borjuis. Ini yang dikatakan oleh semua kaum Marxis Rusia sebelum 1905. Kaum Menshevik, yang menggantikan Marxisme dengan liberalisme, menarik kesimpulan berikut: oleh karenanya kelas proletariat tidak boleh bergerak melebihi apa yang dapat diterima oleh kelas borjuasi dan harus melaksanakan kebijakan kompromi dengan mereka. Kaum Bolshevik mengatakan bahwa ini adalah teori borjuis-liberal. Kaum borjuasi sedang mencoba melakukan reforma terhadap pemerintahan di atas garis borjuis dan reformis, bukan di atas garis revolusioner. Pada saat yang sama mereka ingin mempertahankan sebisa mungkin sistem monarki, sistem feodal, dsb. Kaum proletariat harus melaksanakan revolusi borjuis demokratik sampai ke garis akhir, dan tidak boleh membiarkan dirinya “terikat” oleh reformisme borjuasi. Kaum Bolshevik merumuskan perimbangan kekuatan-kekuatan kelas di dalam revolusi borjuis ini sebagai berikut: kaum proletar, memenangkan kaum tani ke sisinya, akan menetralisir kaum borjuasi dan sepenuhnya menghancurkan sistem monarki, medievalisme, dan sistem feodal. Aliansi antara kaum proletar dan tani ini secara umum mengungkapkan karakter borjuis dari revolusi Rusia, karena kaum tani secara umum adalah produsen kecil yang eksis di atas basis produksi komoditas. Terlebih lagi, kaum Bolshevik kemudian menambahkan, proletariat akan memenangkan seluruh elemen semi-proletariat (semua rakyat pekerja dan tertindas), akan menetralisir kaum tani menengah dan menumbangkan kaum borjuasi; ini akan menjadi revolusi sosialis, yang berbeda dari revolusi borjuis demokratik. (Baca pamflet saya, “Dua Taktik”, yang diterbitkan pada 1905 dan dicetak ulang di “Dua Belas Tahun”, St. Petersburg, 1907) Kautsky terlibat secara tidak langsung dalam polemik ini pada 1905, ketika dia menjawab sebuah pertanyaan dari Plekhanov, yang saat itu sudah menjadi Menshevik, dan dia mengeluarkan sebuah opini yang menentang Plekhanov. Karena opini Kautsky ini, pers Bolshevik mencibir Plekhanov pada saat itu. Tetapi sekarang Kautsky tidak mengucapkan satu kata pun mengenai polemik pada saat itu (karena dia takut terekspos oleh pernyataannya sendiri!), dan oleh karenanya dia membuat mustahil bagi para pembaca Jerman untuk memahami inti dari permasalahan ini. Tn. Kautsky tidak dapat mengatakan kepada para buruh Jerman pada tahun 1918 kalau 13 tahun yang lalu dia mendukung aliansi buruh dengan kaum tani, dan bukan dengan kaum borjuis liberal, dan apa syarat-syarat untuk aliansi ini, dan apa program yang dia rumuskan untuk aliansi ini. Menjilat ludahnya sendiri, Kautsky, di bawah kedok “analisa ekonomi” dan berbicara dengan bangga mengenai “materialisme historis”, sekarang menyerukan agar kaum buruh tunduk pada kaum borjuasi. Dengan bantuan kutipan-kutipan dari Maslov, seorang Menshevik, dia memuntahkan kembali pandangan-pandangan liberal lama dari kaum Menshevik. Kutipan-kutipan digunakan untuk membuktikan gagasan baru mengenai keterbelakangan Rusia. Tetapi deduksi yang ditarik dari gagasan baru ini adalah deduksi tua, yakni bahwa di dalam sebuah revolusi borjuis kita tidak boleh bergerak melampaui kaum borjuasi! Dan ini setelah semua yang dikatakan oleh Marx dan Engels ketika membandingkan revolusi borjuis 1789-93 di Jerman dengan revolusi borjuis 1848 di Jerman! Sebelum kita bergerak ke “argumen” utama dan isi utama dari “analisa ekonomi”nya Kautsky, mari kita periksa baris-baris awal Kautsky yang mengungkapkan kebingungan dan kedangkalan dalam berpikir. Sang “teoretikus” kita menulis, “Pertanian, dan terutama pertanian kecil, sampai hari ini merepresentasikan fondasi ekonomi Rusia. Sekitar empat-per-lima, mungkin bahkan lima-per-enam, dari populasi Rusia hidup dengan bertani” (hal. 45). Pertama-tama, pernahkah kamu pertimbangkan berapa banyak penindas di antara massa produsen kecil ini? Tentunya tidak lebih dari satu-per-sepuluh, dan di kota-kota bahkan lebih kecil, karena produksi skala-besar lebih berkembang di sana. Bahkan kalau kita mengambil estimasi tinggi, dan berasumsi bahwa satu-per-lima dari produsen kecil adalah penindas yang tidak punya hak suara. Bahkan dengan estimasi ini 66% suara yang diraih oleh Bolshevik pada Kongres Kelima Soviet mewakili mayoritas populasi. Selain itu, cukup banyak kaum Sosialis-Revolusioner Kiri yang mendukung kekuasaan Soviet – secara prinsipil semua kaum Sosialis-Revolusioner Kiri mendukung kekuasaan Soviet, dan ketika satu seksi dari Sosialis-Revolusioner Kiri, pada Juli 1918, melakukan pemberontakan avonturis, dua partai yang baru pecah dari partai lama ini: “Komunis Narodnik” dan “Komunis Revolusioner”. (Dari para pemimpin terkemuka Sosialis-Revolusioner Kiri yang telah ditunjuk untuk posisi penting di dalam pemerintahan oleh partai SR Kiri, Zax adalah anggota partai Komunis Narodnik, dan Kolegayev anggota partai Komunis Revolusioner). Jadi, Kautsky sendiri secara tidak sengaja telah membantah dongeng konyol bahwa kaum Bolshevik hanya mendapatkan dukungan dari minoritas rakyat. Kedua, sang teoretikus saya yang terhormat, pernahkah kau pertimbangkan kenyataan bahwa kaum tani kecil niscaya terombang-ambing antara kaum proletar dan kaum borjuasi? Kebenaran Marxis ini, yang telah dikonfirmasikan oleh keseluruhan sejarah modern Eropa, dengan nyaman “dilupakan” oleh Kautsky, karena kebenaran ini menghancurkan “teori” Menshevik yang terus dia ulang-ulang! Bila Kautsky tidak “melupakan” kebenaran ini, dia tidak akan menyangkal perlunya kediktatoran proletariat di sebuah negeri di mana kaum tani kecil jumlahnya lebih banyak. Mari kita periksa “analisa ekonomi” dari sang teoretikus kita. Kekuasaan Soviet adalah sebuah kediktatoran, dan ini tidak bisa diperdebatkan, kata Kautsky. “Tetapi apakah kediktatoran ini adalah kediktatoran proletariat?” (hal. 34) “Menurut Konstitusi Soviet, kaum tani membentuk mayoritas populasi dan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam parlemen dan administrasi pemerintah. Apa yang disajikan di depan kita sebagai kediktatoran proletariat ternyata – bila dijalankan dengan konsisten, dan bila, berbicara secara umum, sebuah kelas dapat secara langsung mengimplementasikan kediktatoran, yang pada kenyataannya hanya dapat diimplementasikan oleh sebuah partai – hanyalah kediktatoran kaum tani.” (hal. 35) Merasa bangga karena argumennya yang begitu dalam dan pintar, Kautsky mencoba untuk membuat lelucon dan mengatakan: “Tampaknya pencapaian yang paling mudah dari sosialisme akan paling terjamin kalau ini diletakkan di tangan kaum tani.” (hal. 35) Dengan sangat terperinci, dan mengutip sejumlah kutipan yang sangat pintar dari Maslov yang semi-liberal, teoretikus kita mencoba membuktikan sebuah gagasan baru bahwa kaum tani tertarik pada harga gandum yang tinggi, upah rendah untuk kaum pekerja kota, dsb., dsb. Semakin Kautsky mengulang-ulang gagasan-gagasan baru ini, semakin sedikit perhatian yang dia berikan pada situasi-situasi baru yang muncul setelah peperangan. Contohnya, kaum tani tidak menginginkan uang untuk gandum mereka, tetapi mereka menginginkan komoditas, dan bahwa kaum tani tidak punya cukup alat-alat pertanian, yang tidak dapat mereka peroleh dengan cukup biarpun mereka punya uang. Kita akan kembali lagi ke topik ini. Oleh karenanya, Kautsky menuduh partai Bolshevik, partainya kaum proletariat, telah menyerahkan kediktatoran dan tugas untuk mencapai sosialisme ke kaum tani borjuis-kecil. Baik sekali, Tn. Kautsky! Tetapi, menurut pendapatmu yang mencerahkan, apa seharusnya sikap partai proletariat terhadap kaum tani borjuis-kecil? Teoretikus kita lebih memilih untuk diam seribu bahasa dalam hal ini, karena ada pepatah yang mengatakan: “Bicara itu perak, diam itu emas.” Tetapi dia mengekspos dirinya dengan argumen berikut ini: “Pada masa awal Republik Soviet, soviet-soviet tani adalah organisasi kaum tani secara umum. Sekarang Republik ini memproklamirkan bahwa Soviet-soviet adalah organisasi proletariat dan kaum tani miskin. Kaum tani yang kaya dirampas hak suaranya di dalam pemilu Soviet-soviet. Kaum tani miskin diakui sebagai produk permanen dan massa dari reforma agraria sosialis di bawah ‘kediktatoran proletariat’.” (hal. 48) Sungguh sebuah ironi yang menakjubkan! Ironi yang hanya dapat didengar dari kaum borjuasi. Mereka semua mencemooh dan mengejek Republik Soviet yang secara terbuka mengakui keberadaan kaum tani miskin. Mereka mencibir sosialisme. Ini hak mereka. Tetapi seorang “sosialis” yang mencemooh kenyataan bahwa setelah empat tahun peperangan yang paling menghancurkan masih ada (dan masih akan ada untuk waktu yang lama) kaum tani miskin di Rusia – seorang “sosialis” macam ini hanya dapat lahir dari pengkhianatan yang sepenuhnya. Dan lagi: “... Republik Soviet mengganggu relasi-relasi antara kaum tani kaya dan miskin, tetapi tidak dengan mendistribusi ulang tanah. Untuk mengatasi kekurangan roti di kota-kota, detasemen-detasemen buruh bersenjata dikirim ke pedesaan untuk merampas stok-stok surplus gandum milik kaum tani kaya. Sebagian dari stok tersebut diberikan kepada penduduk kota, sebagai lagi kepada kaum tani yang lebih miskin.” (hal. 48) Tentu saja, Kautsky sang sosialis dan sang Marxis sangatlah geram ketika kebijakan seperti ini diperluas melampaui batas-batas kota-kota besar (dan kita telah memperluasnya ke seluruh negeri). Dengan nada yang sangat dingin (atau keras kepala), Kautsky sang sosialis dan sang Marxis berceramah: “Ini [penyitaan terhadap kaum tani kaya] memperkenalkan elemen ketidakstabilan dan perang sipil yang baru ke dalam proses produksi” ... (perang sipil diperkenalkan ke dalam “proses produksi) – sungguh sesuatu yang supernatural)... “yang sangat membutuhkan kedamaian dan keamanan untuk bisa pulih” (hal. 49) Ya, tentu saja, Kautsky sang Marxis dan sang sosialis menghela napas dan meneteskan air mata untuk kedamaian dan keamanan bagi para pengeksploitasi dan pengeruk-laba yang menimbun stok surplus mereka, menyabotase hukum monopoli gandum, dan membuat penduduk kota kelaparan. “Kami semua adalah kaum sosialis dan Marxis dan internasionalis,” nyanyi para Kautsky, Heinrich Weber (Wina), Longuet (Paris), MacDonald (London), dan yang lainnya. “Kami semua mendukung revolusi kelas buruh. Hanya saja ... hanya saja kami menginginkan sebuah revolusi yang tidak mengganggu kedamaian dan keamanan para penimbun gandum! Dan kami menutupi penghambaan pada kapitalis ini dengan sebuah referensi ‘Marxis’ mengenai ‘proses produksi’ ...” Bila ini adalah Marxisme, lantas apa itu penghambaan pada borjuasi? Mari kita periksa kesimpulan dari teoretikus kita ini. Dia menuduh kaum Bolshevik telah menyajikan kediktatoran kaum tani sebagai kediktatoran proletariat. Tetapi pada saat yang sama dia menuduh kami telah memperkenalkan perang sipil ke daerah-daerah pedesaan, telah mengirim detasemen-detasemen buruh bersenjata ke desa-desa, yang secara publik memproklamirkan bahwa mereka sedang mengimplementasikan “kediktatoran buruh dan tani miskin”, membantu tani miskin dan menyita stok gandum para peraup laba dan kaum tani kaya yang mereka timbun, yang melanggar hukum monopoli gandum. Di satu pihak, teoretikus Marxis kita mendukung demokrasi murni, dalam kata lain dia mendukung tunduknya kelas revolusioner, pemimpin rakyat pekerja dan tertindas, kepada mayoritas populasi (oleh karenanya termasuk para pengeksploitasi). Di lain pihak, sebagai sebuah argumen untuk menentang kami, dia menjelaskan bahwa revolusi Rusia haruslah berkarakter borjuis, karena kehidupan kaum tani secara keseluruhan adalah berdasarkan relasi-relasi sosial borjuis – dan pada saat yang sama dia berpura-pura menjunjung sudut pandang proletariat, kelas, dan Marxis. Alih-alih “analisa ekonomi”, kita dapati tambal sulam yang teramat buruk. Alih-alih Marxisme, kita dapati fragmen-fragmen doktrin liberal dan dakwah untuk tunduk pada kaum borjuasi dan kaum kulak (tani kaya). Masalah yang begitu membuat Kautsky kebingungan sudah dijelaskan sepenuhnya oleh kaum Bolshevik semenjak tahun 1905. Ya, revolusi kita adalah sebuah revolusi borjuis selama kita berbaris bersama kaum tani secara keseluruhan. Ini sangatlah jelas bagi kami; kami telah mengatakannya ratusan dan ribuan kali semenjak tahun 1905, dan kita tidak pernah mencoba melompati tahapan proses sejarah yang diperlukan ini atau menghapusnya dengan dekrit. Usaha Kautsky untuk “mengekspos” kami sekarang pada akhirnya hanya mengekspos kebingungannya sendiri dan ketakutannya untuk mengingat apa yang dia tulis pada 1905, ketika dia belum menjadi seorang pengkhianat. Akan tetapi, sejak April 1917, jauh sebelum Revolusi Oktober, yakni jauh hari sebelum kami merebut kekuasaan, secara publik kami menyatakan dan menjelaskan kepada rakyat: revolusi kita sekarang tidak bisa berhenti pada tahapan ini, karena bangsa ini telah melangkah maju, kapitalis telah bergerak maju, kehancuran telah mencapai dimensi yang luar biasa, yang (suka atau tidak) menuntut langkah-langkah maju, menuju sosialisme. Karena tidak ada jalan lain untuk maju, untuk menyelamatkan bangsa yang porak-poranda karena perang ini dan meringankan penderitaan rakyat pekerja dan tertindas. Peristiwa-peristiwa telah bergulir seperti yang telah kami katakan. Jalannya revolusi telah mengkonfirmasikan kebenaran dari nalar kami. Pertama, dengan “seluruh” kaum tani untuk melawan monarki, tuan tanah, dan feodalisme (dan pada tingkatan ini, revolusi masih merupakan revolusi borjuis, borjuis-demokratik). Kemudian, dengan kaum tani miskin, dengan kaum semi-proletar, dengan semua kaum tertindas, melawan kapitalisme, termasuk kaum kaya di pedesaan, kulak (tani kaya), lintah darah, dan pada tingkatan ini revolusi menjadi revolusi sosialis. Untuk mencoba membangun sebuah Tembok Cina yang artifisial antara revolusi yang pertama dan kedua, untuk memisahkan mereka dengan cara apapun selain tingkat kesiapan kaum proletariat dan tingkat persatuannya dengan kaum tani miskin, ini berarti mendistorsi Marxisme, membuatnya vulgar, menggantikannya dengan liberalisme. Ini berarti menyeludupkan pembelaan reaksioner terhadap borjuasi, ini berarti menentang kaum proletariat sosialis dengan merujuk secara quasi-ilmiah pada karakter progresif kaum borjuasi dibandingkan dengan feodalisme. Soviet merepresentasikan bentuk dan tipe demokrasi yang jauh lebih tinggi karena, dengan menyatukan dan menarik massa buruh dan tani ke kehidupan politik, ia menjadi sebuah barometer pertumbuhan dan perkembangan kedewasaan politik dan kelas dari rakyat yang paling sensitif, yang paling dekat dengan “rakyat” (seperti yang dikatakan Marx pada 1871 mengenai revolusi rakyat yang sesungguhnya). Konstitusi Soviet tidak ditulis berdasarkan semacam “rencana”; ia tidak dirancang di ruang studi, dan tidak disajikan kepada rakyat pekerja oleh para pengacara borjuasi. Tidak, Konstitusi ini tumbuh di dalam alur perkembangan perjuangan kelas seiring dengan matangnya antagonisme kelas. Kautsky sendiri mengakui ini. Awalnya, Soviet-soviet merangkul kaum tani secara keseluruhan. Karena ketidakdewasaan, keterbelakangan, dan ketidaktahuan kaum tani miskin, kepemimpinan jatuh ke tangan kaum kulak, kaum kaya, kaum kapitalis dan intelektual borjuis-kecil. Ini adalah periode dominasi borjuis kecil, dominasi kaum Menshevik dan kaum Sosialis-Revolusioner (hanya orang-orang bodoh dan pengkhianat seperti Kautsky yang dapat menganggap mereka sebagai sosialis). Kaum borjuis kecil tidak-bisa-tidak terombang-ambing antara kediktatoran borjuasi (Kerensky, Kornilov, Savinkov) dan kediktatoran proletariat. Karena posisi ekonomi mereka, kaum borjuis kecil tidak mampu melakukan apapun secara independen. Kautsky sepenuhnya menyangkal Marxisme karena ia membatasi analisanya mengenai Revolusi Rusia pada konsep “demokrasi” yang legal dan formal, demokrasi yang bagi kaum borjuasi adalah kedok untuk dominasi mereka dan adalah alat untuk menipu rakyat. Kautsky lupa bahwa dalam prakteknya “demokrasi” kadang-kadang berarti kediktatoran borjuasi, dan kadang-kadang berarti reformisme impoten dari kaum borjuis kecil yang tunduk pada kediktatoran borjuasi. Menurut Kautsky, di sebuah negeri kapitalis ada partai-partai borjuasi dan ada partai proletariat (kaum Bolshevik), yang memimpin mayoritas, massa proletariat, tetapi tidak ada partai borjuis kecil! Kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner tidak punya akar kelas, tidak punya akar borjuis-kecil! Kaum borjuis kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, terombang-ambing antara borjuasi dan proletar, dan ini membantu mencerahkan rakyat dan membuat mayoritas besar rakyat, yakni semua “lapisan bawah”, semua kaum proletar dan semi-proletar, meninggalkan “para pemimpin” ini. Kaum Bolshevik memenangkan mayoritas di Soviet-soviet (di Petrograd dan Moskow pada Oktober 1917); perpecahan di antara kaum Sosialis-Revolusioner dan Menshevik menjadi semakin dalam. Kemenangan revolusi Bolshevik berarti berakhirnya kebimbangan, berarti kehancuran total dari monarki dan sistem tuan tanah (yang belum hancur sebelum Revolusi Oktober). Kami menyelesaikan revolusi borjuasi sampai ke kesimpulannya. Kaum tani secara keseluruhan mendukung kami. Antagonisme mereka terhadap kaum proletariat sosialis belumlah terungkap sepenuhnya. Soviet-soviet menyatukan kaum tani secara umum. Divisi kelas di antara kaum tani belumlah matang, dan belumlah terkuak. Proses ini berlangsung pada musim panas dan gugur 1918. Pemberontakan kontra-revolusioner di Ceko membangkitkan kaum kulak. Gelombang pemberontakan kaum kulak menyapu seluruh Rusia. Kaum tani miskin belajar, bukan dari buku-buku atau koran-koran, tetapi dari kehidupan itu sendiri, bahwa kepentingan mereka bertentangan sepenuhnya dengan kepentingan kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi pedesaan. Seperti semua partai borjuis-kecil, “Partai Sosialis-Revolusioner Kiri” merefleksikan kebimbangan rakyat, dan pada musim panas 1918 partai ini pecah. Satu seksi bergabung dengan kekuatan kontra-revolusi Ceko (pemberontakan di Moskow, ketika Proshyan, setelah merebut Kantor Telegraf selama satu jam! – menyiarkan bahwa kaum Bolshevik telah ditumbangkan; kemudian pengkhianatan Muravyov, Pemimpin angkatan bersenjata yang sedang memerangi Ceko, dsb.), sementara seksi yang lainnya, yang telah disebut di atas, tetap bersama Bolshevik. Kekurangan gandum di kota-kota yang semakin parah membuat masalah monopoli gandum semakin mendesak (ini sama sekali “dilupakan” oleh Kautsky dalam analisa ekonominya, yang sebenarnya hanyalah pengulangan dari tulisan-tulisan Maslov sepuluh tahun yang lalu!). Para tuan tanah dan borjuasi yang lama, dan bahkan negeri republik-demokratik, mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen bersenjata yang ada di bawah komando borjuasi. Tn. Kautsky tidak mengetahui ini! Dia tidak menganggap ini “kediktatoran borjuasi”. Ini adalah “demokrasi murni”, terutama bila disahkan oleh parlemen borjuasi! Kautsky juga tidak “mendengar” bahwa pada musim panas dan gugur tahun 1917, Avksentyev dan S. Maslov, bersama dengan para Kerensky, Tsereteli dan kaum Sosialis-Revolusioner dan Menshevik lainnya, menangkap para anggota Komite-Komite Tanah; dia tidak mengucapkan satu kata pun mengenai ini! Sebuah negara borjuasi yang sedang melakukan kediktatoran borjuasi melalui sebuah republik demokratik tidak dapat mengaku kepada rakyat bahwa ia melayani kaum borjuasi; negara ini tidak dapat mengatakan yang sebenarnya, dan harus menjadi seorang munafik. Tetapi negara tipe Komune Paris, yakni negara Soviet, secara terbuka dan jujur mengatakan kebenaran kepada rakyat dan menyatakan bahwa ia adalah kediktatoran proletariat dan tani miskin; dan dengan kebenaran ini ia memenangkan ke sisinya jutaan dan jutaan rakyat yang tertindas di republik demokratis manapun, tetapi yang sekarang terdorong oleh Soviet ke dalam kehidupan politik, ke dalam demokrasi, ke dalam administrasi negara. Republik Soviet mengirim ke daerah-daerah pedesaan detasemen-detasemen buruh bersenjata, terutama buruh yang lebih maju, dari kota-kota besar. Buruh-buruh ini membawa sosialisme ke pedesaan, memenangkan ke sisi mereka kaum miskin, mengorganisir mereka dan mencerahkan mereka, dan membantu mereka melawan resistensi kaum borjuasi. Semua yang paham akan situasi ini dan telah pergi ke daerah-daerah pedesaan menyatakan bahwa baru sekarang, pada musim panas dan gugur 1918, daerah-daerah pedesaan ini melalui Revolusi “Oktober” (dalam kata lain, Revolusi Proletarian). Semua mulai berubah. Gelombang pemberontakan kulak digantikan dengan kebangkitan kaum tani miskin dan tumbuhnya “Komite-komite Tani Miskin”. Di dalam angkatan bersenjata, jumlah buruh-buruh yang menjadi komisar, perwira, dan komandan divisi tentara menjadi semakin banyak. Dan ketika Kautsky yang bodoh ini, yang merasa takut pada Krisis Juli 1918 dan ratap tangis kaum borjuasi, lalu mengejar yang belakangan ini seperti seekor ayam, dan menulis sebuah pamflet yang dipenuhi dengan keyakinan bahwa kaum Bolshevik tidak lama lagi akan ditumbangkan oleh kaum tani; pada saat ketika orang bodoh ini menganggap pembelotan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri sebagai “mengecilnya” (hal. 37) lingkaran orang-orang yang mendukung Bolshevik, justru lingkaran pendukung Bolshevisme yang sesungguhnya sedang tumbuh menjadi sangat besar, karena jutaan kaum tani miskin membebaskan diri mereka dari dominasi dan pengaruh kaum kulak dan borjuasi di pedesaan, dan sedang terbangunkan ke kehidupan politik yang independen. Kita telah kehilangan ratusan kaum Sosialis-Revolusioner Kiri, para intelektual tak-bertulang-punggung dan kaum kulak di antara petani, tetapi kita telah meraih jutaan rakyat miskin. Setelah menyelesaikan revolusi borjuis-demokratik dengan beraliansi dengan kaum tani secara keseluruhan, kaum proletariat Rusia akhirnya bergerak ke revolusi sosialis ketika mereka berhasil memecah belah populasi pedesaan, dengan memenangkan kaum proletariat dan semi-proletariat pedesaan, dan dengan menyatukan mereka dalam melawan kaum kulak dan kaum borjuasi, termasuk kaum tani borjuis. Bila kaum proletariat Bolshevik di kota-kota besar dan pusat-pusat industri besar belum mampu menyatukan kaum tani di sekitar mereka untuk melawan kaum tani kaya, ini membuktikan bahwa Rusia “belum matang” untuk revolusi sosialis. Kaum tani akan tetap menjadi satu “kesatuan penuh”, dalam kata lain mereka akan terus berada di bawah kepemimpinan ekonomi, politik dan moral kaum kulak, kaum kaya, dan kaum borjuasi, dan revolusi ini tidak akan beranjak melebihi batas-batas revolusi borjuis-demokratik. (Namun, bahkan bila demikian adanya, ini tidak membuktikan kalau kaum proletariat seharusnya tidak merebut kekuasaan, karena hanya proletariat sendiri yang dapat menyelesaikan revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya, hanya proletariat sendiri yang telah melakukan suatu hal yang sangat penting untuk membawa revolusi proletariat dunia semakin dekat, dan kaum proletariat sendiri yang telah membentuk negara Soviet, yang, setelah Komune Paris, adalah langkah kedua menuju negara sosialis.) Di lain pihak, bila kaum proletariat mencoba sekaligus, pada Oktober-November 1917 -- tanpa menunggu diferensiasi kelas di daerah-daerah pedesaan, tanpa persiapan – “mendekritkan” perang sipil atau “memperkenalkan sosialisme” ke pedesaan, dan mencoba melakukan ini tanpa membentuk blok sementara dengan kaum tani secara umum, tanpa membuat sejumlah konsesi kepada kaum tani menengah, dsb., ini adalah distorsi Blanquist terhadap Marxisme. Ini adalah usaha dari minoritas untuk memaksakan kehendaknya kepada mayoritas. Ini akan menjadi sebuah kekonyolan teoritis, yang mengungkapkan kegagalan untuk memahami bahwa revolusi tani secara umum masihlah merupakan revolusi borjuis, dan tanpa serangkaian transisi, tanpa tahapan-tahapan transisional, revolusi ini tidak dapat ditransformasikan menjadi sebuah revolusi sosialis di sebuah negeri terbelakang. Dalam masalah teori dan politik yang sangat penting ini, Kautsky telah mengacaukan semuanya. Dia, dalam praktek, terbukti menjadi pelayan kaum borjuasi, yang menentang kediktatoran proletariat. *** Kautsky telah memperkenalkan kebingungan yang serupa, bila tidak lebih buruk, ke dalam masalah yang sangatlah penting, yakni: apakah aktivitas legislatif Republik Soviet di dalam ranah reforma agraria – yakni reforma sosialis yang paling sulit namun paling penting – berdasarkan prinsip-prinsip yang kokoh dan dijalankan dengan baik? Kita akan sangat berterima kasih kepada kaum Marxis Eropa Barat manapun, yang setelah mempelajari dokumen-dokumen yang paling penting lalu memberikan kritik terhadap kebijakan kami, karena dengan demikian dia akan sangat membantu kami, dan akan membantu revolusi yang sedang ranum di seluruh dunia. Tetapi alih-alih kritik, Kautsky menghasilkan kekacauan teori yang teramat luar biasa, yang mengubah Marxisme menjadi liberalisme, dan yang, dalam praktek, adalah serangkaian ujar-ujar pandai yang tak berguna, penuh bisa beracun, dan vulgar. Biarlah para pembaca menilainya sendiri. “Kepemilikan tanah besar tidak dapat dipertahankan. Ini adalah hasil dari revolusi. Ini jelas. Distribusi tanah ke populasi tani menjadi tak terelakkan ...” (Ini tidak benar, Tn. Kautsky. Kau menggantikan sikap dari kelas-kelas yang berbeda terhadap masalah ini dengan apa yang “jelas” bagimu. Sejarah revolusi telah menunjukkan bahwa pemerintahan koalisi borjuasi dan borjuis-kecil, yakni Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, telah melaksanakan kebijakan mempertahankan kepemilikan tanah besar. Ini terutama dibuktikan oleh rancangan undang-undang S. Maslov dan ditangkapnya anggota-anggota Komite Tanah. Tanpa kediktatoran proletariat, “populasi tani” tidak akan mengalahkan kaum tuan tanah, yang telah bergabung dengan kelas kaum kapitalis.) “Tetapi mengenai bentuk distribusi tanah ini, tidak ada persatuan di antara kaum sosialis mengenai solusi yang tepat. Ada berbagai solusi yang memungkinkan ...” (Kautsky paling khawatir mengenai “persatuan” di antara “kaum sosialis”, tidak peduli siapa yang memanggil diri mereka sendiri dengan nama itu. Dia lupa bahwa kelas-kelas utama di dalam masyarakat kapitalis akan selalu tiba pada solusi yang berbeda.) “... Dari sudut pandang sosialis, solusi yang paling rasional adalah mengubah lahan-lahan besar menjadi properti negara dan mengizinkan para petani yang selama ini telah bekerja di lahan-lahan ini sebagai buruh tani untuk mengolah lahan-lahan ini dalam bentuk koperasi. Tetapi solusi seperti ini mensyaratkan keberadaan tipe buruh tani yang tidak ada di Rusia. Solusi yang lain adalah mengubah lahan-lahan besar ini menjadi properti negara dan membagi-bagikan tanah ini menjadi lahan-lahan kecil yang disewakan kepada para tani yang hanya memiliki lahan kecil. Bila ini dilakukan, maka setidaknya sesuatu yang sosialis dapat diraih...” Seperti biasa Kautsky membatasi dirinya pada hal yang sudah diketahui: di satu pihak ini tidak dapat diakui, dan di lain pihak ini harus diakui. Dia menempatkan solusi-solusi yang berbeda pada level yang sama, tanpa memikirkan apa yang harus dilakukan pada tahapan-tahapan transisional dari kapitalisme ke komunisme di bawah kondisi-kondisi tertentu. Ada kaum buruh tani di Rusia, tetapi tidak banyak; dan Kautsky tidak menyentuh masalah – yang dikedepankan oleh pemerintahan Soviet – mengenai metode transisi ke bentuk pengolahan tanah secara komunal dan koperasi. Akan tetapi, yang paling mengherankan Kautsky mengklaim bahwa menyewakan lahan-lahan kecil adalah “sesuatu yang sosialis”. Pada kenyataannya, ini adalah slogan borjuis kecil, dan tidak ada yang “sosialis” di dalamnya. Bila “negara” yang menyewakan tanah ini bukanlah negara tipe Komune Paris, tetapi sebuah republik parlementer borjuis (dan inilah asumsi Kautsky), penyewaan lahan-lahan kecil adalah reforma liberal yang tipikal. Kautsky tidak mengatakan apapun mengenai pemerintahan Soviet yang telah menghapus semua kepemilikan pribadi atas tanah. Lebih parah lagi, dia melakukan pemalsuan yang luar biasa dan mengutip dekrit-dekrit pemerintahan Soviet dengan sedemikian rupa sehingga bagian yang paling penting sengaja diabaikan. Setelah menyatakan bahwa “produksi skala-kecil menginginkan kepemilikan pribadi penuh atas alat-alat produksi,” dan bahwa Majelis Konstituante adalah “satu-satunya otoritas” yang dapat mencegah dibagi-bagikannya tanah (sebuah pernyataan yang akan menimbulkan tawa di Rusia, di mana semua orang tahu bahwa Soviet adalah satu-satunya otoritas yang diakui oleh buruh dan tani, sementara Majelis Konstituante telah menjadi slogan dari kaum kontra-revolusioner Ceko dan para tuan tanah), Kautsky melanjutkan: “Salah satu dekrit pertama yang dinyatakan oleh Pemerintahan Soviet adalah: (1) Kepemilikan tanah dihapus tanpa ganti rugi. (2) Tanah-tanah kaum bangsawan, dan juga semua tanah monarki, biara dan gereja, dengan semua ternak, alat-alat, bangunan-bangunan, dan semua properti yang ada di sana, akan diserahkan ke Komite-Komite Tanah volost dari Soviet Tani uyezd, menunggu penyelesaian masalah tanah oleh Majelis Konstituante.” Setelah mengutip hanya dua pasal ini, Kautsky menyimpulkan: “Rujukan ke Majelis Konstituante hanyalah huruf-huruf belaka. Pada kenyataannya, kaum tani di berbagai volost dapat melakukan apapun yang mereka kehendaki dengan tanah di desa-desa.” (hal. 47) Di sini kita temui contoh dari “kritik” Kautsky! Di sini kita temui karya “ilmiah” yang lebih seperti penipuan. Para pembaca Jerman diperdaya supaya mereka mengira kaum Bolshevik menyerah pada kaum tani mengenai masalah kepemilikan pribadi atas tanah, bahwa kaum Bolshevik mengizinkan kaum tani untuk bertindak sekehendak hati mereka di tiap-tiap daerah (“di berbagai volost”). Tetapi pada kenyataannya, dekrit yang dikutip oleh Kautsky – yang pertama kali disebarluaskan pada 26 Oktober 1917 (kalender lama) – terdiri dari lima pasal, dan bukannya dua pasal. Selain itu ada lagi delapan pasal Amanat yang dengan jelas dinyatakan “akan digunakan sebagai panduan”. Pasal ke-3 dari dekrit ini menyatakan bahwa tanah-tanah akan dialihkan “ke rakyat”, dan “inventaris terperinci dari semua properti yang disita” akan dibuat dan properti ini “akan dilindungi dengan metode revolusioner yang paling tegas”. Dan Amanat ini menyatakan bahwa “kepemilikan tanah akan dihapus untuk selamanya”. bahwa “tanah-tanah di mana ada pertanian modern tingkat-tinggi ... tidak akan dibagi-bagikan”, bahwa “semua ternak dan alat-alat pertanian dari tanah-tanah yang disita akan digunakan secara eksklusif oleh negara atau komune, tergantung dari besar kecilnya dan signifikansinya, dan tidak akan ada ganti rugi”, dan bahwa “semua tanah akan menjadi bagian dari dana tanah nasional (National Land Fund).” Terlebih lagi, bersamaan dengan dibubarkannya Majelis Konstituante (5 Januari, 1918), Kongres Ketiga Soviet mengadopsi “Deklarasi Hak Rakyat Pekerja dan Tertindas”, yang sekarang menjadi bagian dari “Undang-Undang Fundamental Republik Soviet.” Artikel ke-2, Paragraf Pertama dari Deklarasi ini menyatakan bahwa “kepemilikan tanah dihapus”, dan bahwa “tanah-tanah dan perusahaan-perusahaan pertanian yang teladan ... diproklamirkan sebagai milik negara.” Jadi, rujukan pada Majelis Konstituante bukanlah huruf-huruf belaka, karena badan perwakilan nasional lainnya, yang memiliki otoritas yang jauh lebih besar di mata kaum tani, telah mengedepankan solusi terhadap masalah agraria. Lagi, pada 19 Februari, 1918, hukum sosialisasi tanah dicanangkan, yang sekali lagi mengkonfirmasikan penghapusan kepemilikan pribadi atas tanah. Tanah dan semua ternak pribadi dan alat-alat pertanian diberikan kepada otoritas Soviet di bawah kontrol pemerintah federal Soviet. Di antara tugas-tugas yang berhubungan dengan penggunaan tanah, hukum ini menyatakan: “perkembangan pertanian kolektif sebagai bentuk yang lebih unggul dari sudut pandang ekonomi tenaga kerja dan produksi, dibandingkan dengan pertanian perorangan, dengan tujuan untuk transisi ke pertanian sosialis” (Artikel 11, paragraf e). Undang-undang yang sama, dalam menetapkan prinsip penggunaan tanah yang setara, menjawab pertanyaan fundamental ini: “Siapa yang punya hak guna tanah?” dengan demikian: (Artikel 20) “Tanah di dalam batas-batas Republik Federasi Soviet Rusia dapat digunakan untuk kepentingan publik dan pribadi. A. Untuk kepentingan kebudayaan dan pendidikan: (1) oleh negara yang diwakili oleh organ-organ kekuasaan Soviet (federal, begitu juga propinsi, gubernia, uyezd, volost, dan desa), dan (2) oleh badan-badan publik (di bawah kontrol, dan dengan izin, dari otoritas-otoritas Soviet setempat); B. Untuk kepentingan pertanian: (3) oleh komune-komune pertanian, (4) oleh kelompok-kelompok koperasi pertanian, (5) oleh komunitas-komunitas desa, (6) oleh keluarga atau individu perorangan...” Para pembaca dapat melihat bagaimana Kautsky telah memutar balik fakta sepenuhnya, dan telah memberi para pembaca Jerman pandangan yang keliru mengenai kebijakan dan undang-undang pertanian negara proletar di Rusia. Kautsky bahkan tidak dapat memformulasikan masalah-masalah teori yang fundamental! Masalah-masalah ini adalah: (1) Hak guna tanah yang setara, dan (2) Nasionalisasi tanah – relasi kedua kebijakan ini dengan sosialisme secara umum, dan relasi kedua kebijakan ini dengan transisi dari kapitalisme ke komunisme pada khususnya. (3) Pertanian bersama sebagai transisi dari pertanian kecil yang terpencar-pencar ke pertanian kolektif skala-besar; apakah cara bagaimana masalah ini dihadapi di dalam undang-undang Soviet sesuai dengan syarat-syarat sosialisme? Mengenai masalah pertama, pertama-tama kita harus mengemukakan dua fakta yang fundamental. (a) Dalam mencermati pengalaman revolusi 1905 (saya dapat merujuk pada karya saya mengenai masalah agraria pada Revolusi Rusia yang Pertama ini), kaum Bolshevik merujuk pada arti demokratis yang progresif dan revolusioner dari slogan “hak guna tanah yang setara”, dan pada 1917, sebelum Revolusi Oktober, kami menyatakan ini dengan cukup jelas. (b) Ketika mencanangkan undang-undang sosialisasi tanah – yang “semangatnya” adalah penggunaan tanah yang setara – kaum Bolshevik dengan terbuka dan jelas menyatakan bahwa ini bukanlah gagasan kami. Kami tidak setuju dengan slogan ini, tetapi kami merasa bahwa adalah tugas kami untuk mengimplementasikan undang-undang ini karena ini adalah tuntutan dari mayoritas besar kaum tani. Dan gagasan-gagasan dan tuntutan-tuntutan dari rakyat pekerja adalah hal-hal yang harus ditanggalkan oleh rakyat pekerja sendiri. Tuntutan-tuntutan ini tidak dapat “dihapus” atau “dilompati”. Kami, kaum Bolshevik, akan membantu kaum tani untuk menanggalkan slogan-slogan borjuis kecil, untuk bergerak dari slogan-slogan borjuis kecil ke slogan-slogan sosialis secepat mungkin dan semudah mungkin. Seorang teoretikus Marxis yang ingin membantu revolusi kelas buruh dengan analisa ilmiahnya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: pertama, apakah benar bahwa gagasan penggunaan tanah yang setara memiliki arti demokratis yang revolusioner dalam melaksanakan revolusi borjuis-demokratik ke kesimpulannya? Kedua, apakah kaum Bolshevik benar dalam membantu meloloskan (dan dengan setia mengimplementasikan) undang-undang penggunaan tanah yang setara yang bersifat borjuis kecil ini? Kautsky bahkan gagal menyadari masalah teori yang terutama ini! Kautsky tidak akan pernah bisa menyangkal bahwa gagasan penggunaan tanah yang setara memiliki nilai yang progresif dan revolusioner dalam revolusi borjuis-demokratik. Revolusi seperti ini tidak dapat melampaui batas ini. Dengan mencapai batasnya, akan semakin jelas, cepat, dan mudah terungkap kepada rakyat bahwa solusi-solusi borjuis-demokratik tidaklah memadai, dan rakyat harus bergerak melampaui batas-batas borjuis demokratik ini, dan bergerak ke sosialisme. Kaum tani, yang telah menumbangkan Tsarisme dan feodalisme, memimpikan penggunaan tanah yang setara, dan tidak ada satu pun kekuatan di muka bumi yang dapat menghentikan kaum tani setelah mereka bebas dari feodalisme dan dari negara republik parlementer borjuis. Kaum buruh mengatakan kepada kaum tani: kami akan membantumu mencapai kapitalisme yang “ideal”, karena penggunaan tanah yang setara adalah idealisasi kapitalisme yang dimimpikan oleh para produsen kecil. Pada saat yang sama kami akan membuktikan kepadamu bahwa kapitalisme yang “ideal” ini tidaklah memadai dan perlunya bergerak ke pertanian bersama. Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana Kautsky dapat membuktikan bahwa kepemimpinan proletariat terhadap kaum tani yang seperti ini adalah keliru. Namun Kautsky memilih menghindari pertanyaan ini. Lalu, Kautsky dengan sengaja menipu para pembaca Jermannya dengan menyembunyikan dari mereka fakta bahwa dalam undang-undang tanahnya pemerintahan Soviet memberikan preferensi langsung pada komune-komune dan kelompok-kelompok koperasi. Dengan seluruh kaum tani sampai pada akhir revolusi borjuis-demokratik; dan dengan kaum tani miskin, tani-proletar dan semi-proletar, maju menuju revolusi sosialis! Ini adalah kebijakan kaum Bolshevik, dan ini adalah satu-satunya kebijakan Marxis. Tetapi Kautsky sama sekali kebingungan dan tidak mampu memformulasikan apapun! Di satu pihak, dia tidak berani mengatakan bahwa kaum buruh harus pecah dengan kaum tani mengenai masalah penggunaan tanah yang setara, karena dia menyadari bahwa ini adalah konyol (dan, terlebih lagi, pada 1905, ketika dia belumlah menjadi seorang pengkhianat, dia sendiri dengan jelas dan terbuka menyerukan pembentukan aliansi antara buruh dan tani sebagai syarat untuk kemenangan revolusi). Di pihak lain, dia dengan simpatik mengutip ujar-ujar liberal dari Maslov yang Menshevik, yang “membuktikan” bahwa hak guna tanah yang setara yang borjuis-kecil adalah utopis dan reaksioner dari sudut pandang sosialisme, tetapi bungkam mengenai karakter progresif dan revolusioner dari perjuangan borjuis-kecil untuk kesetaraan dan hak guna tanah yang setara dari sudut pandang revolusi borjuis-demokratik. Kautsky sungguh kebingungan: dia (pada 1918) bersikeras bahwa Revolusi Rusia memiliki karakter borjuis. Dia (pada 1918) mengatakan: jangan lampaui batas-batas ini! Namun Kautsky yang sama ini melihat “ada yang sosialistis” (untuk revolusi borjuis) di dalam reforma borjuis kecil di mana lahan-lahan kecil disewakan ke kaum tani miskin (yang adalah aproksimasi dari hak guna tanah yang setara)!! Coba saja untuk memahami ini bila kau bisa! Selain itu, seperti seorang filistin Kautsky tidak mampu mempertimbangkan kebijakan yang sesungguhnya dari sebuah partai tertentu. Dia mengutip frase-frase kosong dari kaum Menshevik Maslov dan menolak untuk melihat kebijakan Partai Menshevik yang sesungguhnya pada 1917, ketika dalam suatu “koalisi” dengan para tuan tanah dan Partai Kadet, mereka menyerukan reforma agraria liberal dan kompromi dengan para tuan tanah (bukti: penangkapan anggota-anggota Komite Tanah dan rancangan undang-undang S. Maslov). Kautsky gagal menyadari bahwa frase-frase P. Maslov mengenai karakter reaksioner dan utopis dari kesetaraan borjuis-kecil sesungguhnya adalah kedok untuk menutupi kebijakan Menshevik yang menyerukan kompromi antara kaum tani dan tuan tanah (dalam kata lain, mendukung tuan tanah dalam menipu kaum tani), alih-alih penumbangan kaum tuan tanah secara revolusioner oleh kaum tani. Sungguh “Marxis” Kautsky ini! Kaum Bolshevik-lah yang secara tegas membedakan antara revolusi borjuis-demokratik dan revolusi sosialis: dengan melaksanakan revolusi borjuis-demokratik, mereka membuka pintu untuk transisi ke revolusi sosialis. Ini adalah satu-satunya kebijakan yang revolusioner dan Marxis. Akan lebih bijak kalau Kautsky tidak mengulang ujar-ujar cerdik dari kaum liberal yang lembek ini: “Tidak pernah kaum tani kecil di mana pun mengadopsi pertanian kolektif di bawah pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50) Sungguh cerdik! Tetapi di mana pun tidak pernah kaum tani dari negeri yang besar ada di bawah pengaruh sebuah negara proletariat. Di mana pun tidak pernah kaum tani meluncurkan sebuah perjuangan kelas terbuka yang sampai mencapai tingkatan perang sipil antara kaum tani miskin dan kaum tani kaya, dengan dukungan propagandis, politik, ekonomi, dan militer yang diberikan kepada kaum tani miskin oleh negara proletariat. Di mana pun tidak pernah kaum kaya meraup begitu banyak kekayaan dari peperangan, sementara massa tani menderita kehancuran yang luar biasa. Kautsky hanya mengulang-ulang ujar-ujar lama. Dia takut bahkan untuk berpikir mengenai tugas-tugas baru dari kediktatoran proletariat. Tetapi, Tn. Kautsky yang terhormat, bagaimana bila kaum tani tidak memiliki alat-alat untuk pertanian skala-kecil dan negara proletariat membantu mereka untuk mendapatkan mesin-mesin untuk pertanian kolektif? Apakah ini sebuah “keyakinan teori”? Mari kita sekarang sentuh masalah nasionalisasi tanah. Kaum Narodnik kita, termasuk semua kaum Sosialis Revolusioner Kiri, menyangkal bahwa kebijakan yang telah kita adopsi adalah kebijakan nasionalisasi tanah. Secara teori mereka keliru. Selama kita masih berada di dalam kerangka produksi komoditas dan kapitalisme, penghapusan kepemilikan pribadi atas tanah adalah nasionalisasi tanah. Istilah “sosialisasi” hanyalah mengekspresikan sebuah kecenderungan, sebuah pengharapan, persiapan untuk transisi ke sosialisme. Sikap apa yang harus diambil oleh kaum Marxis mengenai nasionalisasi tanah? Di sini, Kautsky juga gagal bahkan untuk memformulasikan masalah teori ini. Atau, bahkan lebih parah lagi, dia dengan sengaja mengelak darinya, walaupun kita tahu dari literatur Rusia bahwa Kautsky tahu akan polemik-polemik lama di antara kaum Marxis Rusia mengenai masalah nasionalisasi, munisipalisasi (transfer tanah-tanah besar ke pemerintahan lokal), atau pembagian tanah. Kautsky mengatakan bahwa mentransfer tanah-tanah besar ke negara dan lalu menyewakan mereka dalam bentuk lahan-lahan kecil ke para petani miskin adalah “sesuatu yang sosialistis”, dan pertanyaan ini adalah penghinaan terhadap Marxisme. Kita sudah menunjukkan bahwa tidak ada yang sosialistis mengenai ini. Tetapi tidak hanya itu saja; ini bahkan tidak akan membawa revolusi borjuis-demokratik ke kesimpulannya. Kemalangan Kautsky adalah bahwa dia menaruh kepercayaannya pada kaum Menshevik. Inilah mengapa dia memiliki posisi yang membingungkan. Di satu pihak, dia bersikeras bahwa revolusi Rusia adalah revolusi borjuis dan mengecam kaum Bolshevik yang bergerak ke sosialisme; di lain pihak dia sendiri menganjurkan reforma liberal di bawah kedok sosialisme, tanpa melaksanakan reforma ini sampai ke titik di mana semua sisa-sisa feodalisme dalam relasi agraria dihapuskan sepenuhnya! Argumen-argumen Kautsky, seperti juga para penasihat Menshevik-nya, pada akhirnya adalah pembelaan terhadap kaum borjuis liberal, yang takut terhadap revolusi, dan bukannya pembelaan terhadap revolusi borjuis-demokratik yang konsisten. Mengapa hanya tanah-tanah besar, dan bukan semua tanah, diubah menjadi milik negara? Kaum borjuis liberal oleh karenanya mempertahankan kondisi-kondisi yang lama secara maksimal, dan juga secara maksimum memfasilitasi restorasi ke kondisi-kondisi yang lama. Kaum borjuasi radikal, yakni kaum borjuasi yang ingin melaksanakan revolusi borjuis sampai ke kesimpulannya, mengedepankan slogan nasionalisasi tanah. Kautsky, yang pada masa lalu yang samar dan jauh, kira-kira dua puluh tahun yang lalu, menulis sebuah karya Marxis yang luar biasa mengenai masalah agraria. Dia tidak mungkin tidak tahu bahwa Marx mengatakan bahwa nasionalisasi tanah pada kenyataannya adalah slogan konsisten dari kaum borjuasi. Kautsky tidak mungkin tidak tahu mengenai polemik Marx dengan Rodbertus, dan mengenai tulisan-tulisan Marx di karyanya “Teori-teori Nilai Lebih” di mana dia memaparkan dengan teramat jelas signifikansi revolusioner – dalam artian borjuis-demokratik – dari slogan nasionalisasi tanah. P. Maslov yang Menshevik, yang dipilih oleh Kautsky sebagai penasihatnya, mengatakan bahwa kaum tani Rusia tidak akan setuju dengan nasionalisasi semua tanah (termasuk tanah kaum tani). Sampai pada tingkatan tertentu, pandangan Maslov ini bisa dihubungkan dengan teori “aslinya” (yang hanya membeo para kritikus borjuis Marx), yakni, penolakannya terhadap teori sewa tanah absolut (absolute land rent) dan pengakuannya terhadap “hukum” (atau “fakta”, seperti yang diekspresikan oleh Maslov) “hasil yang semakin menurun” (law of diminishing returns). Akan tetapi, pada kenyataannya Revolusi 1905 sudah mengungkapkan bahwa mayoritas besar petani di Rusia, para anggota komune-komune desa serta para petani perorangan, setuju dengan nasionalisasi semua tanah. Revolusi 1917 mengkonfirmasikan ini, dan setelah perebutan kekuasaan oleh kaum proletariat semua tanah dinasionalisasi. Kaum Bolshevik tetap setia pada Marxisme dan tidak pernah mencoba (seperti yang dituduhkan oleh Kautsky tanpa bukti) “meloncati” revolusi borjuis-demokratik. Kaum Bolshevik, pertama-tama, membantu para teoretikus borjuis-demokratik yang paling radikal dan revolusioner dari kaum tani, mereka yang berdiri paling dekat dengan kaum proletariat, yakni kaum Sosialis Revolusioner Kiri, untuk melaksanakan nasionalisasi tanah. Pada 20 Oktober 1917, yakni pada hari pertama revolusi sosialis proletariat, kepemilikan pribadi atas tanah dihapus di Rusia. Ini meletakkan fondasi yang paling sempurna dari sudut pandang perkembangan kapitalisme (Kautsky tidak dapat menyangkal ini tanpa pecah dari Marx), dan pada saat yang sama menciptakan sebuah sistem agraria yang paling fleksibel dari sudut pandang transisi ke sosialisme. Dari sudut pandang borjuis-demokratik, kaum tani revolusioner di Rusia tidak dapat bergerak lebih jauh; tidak ada yang bisa “lebih ideal” dari sudut pandang ini, tidak ada yang bisa “lebih radikal” dari nasionalisasi tanah dan hak guna tanah yang setara. Kaum Bolshevik-lah, dan hanya kaum Bolshevik, yang berkat kemenangan revolusi proletariat, membantu kaum tani untuk melaksanakan revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya. Dan hanya dengan cara ini mereka dapat memfasilitasi dan mempercepat transisi ke revolusi sosialis. Kita dapat menilai dari ini bagaimana Kautsky membuat bingung para pembacanya ketika dia menuduh kaum Bolshevik gagal memahami karakter borjuis dari revolusi Rusia. Namun dia sendiri telah pecah dari Marxisme ketika dia tidak mengatakan apapun mengenai nasionalisasi tanah dan ketika dia mengajukan reforma agraria liberal yang paling tidak revolusioner (dari sudut pandang borjuis) sebagai “sesuatu yang sosialistis”! Sekarang kita telah sampai pada masalah ketiga, yakni sampai mana kediktatoran proletariat di Rusia mempertimbangkan perlunya bergerak ke pertanian kolektif. Di sini, sekali lagi Kautsky melakukan pemalsuan: dia mengutip hanya “tesis-tesis” di mana Bolshevik berbicara mengenai tugas bergerak ke pertanian kolektif! Setelah mengutip salah satu tesis ini, “teoretikus” kita dengan bangga menyatakan: “Sayangnya, sebuah tugas tidak akan terpenuhi hanya karena ia disebut sebagai sebuah tugas. Untuk sementara waktu, pertanian kolektif di Rusia hanya akan ada di atas kertas. Tidak pernah kaum tani di mana pun mengadopsi pertanian kolektif di bawah pengaruh keyakinan teori.” (hal. 50) Tidak pernah seorang penipu di mana pun melakukan penipuan yang begitu rendah seperti yang dilakukan oleh Kautsky. Dia mengutip “tesis-tesis” ini, tetapi tidak mengatakan apapun mengenai undang-undang pemerintahan Soviet. Dia berbicara mengenai “keyakinan teori”, tetapi tidak mengatakan apapun mengenai kekuasaan negara proletariat yang memiliki di tangannya pabrik-pabrik dan barang-barang produksi! Semua yang ditulis oleh Kautsky sang Marxis pada 1899 di karyanya “Masalah Agraria” mengenai sumber daya yang ada di tangan negara proletariat untuk melaksanakan transisi gradual kaum tani ke sosialisme telah dilupakan oleh Kautsky sang pengkhianat pada 1918. Tentu saja, beberapa ratus komune pertanian yang didukung negara dan pertanian-pertanian milik negara (yakni, ladang-ladang besar yang dikelola oleh asosiasi-asosiasi buruh) masihlah sangat kecil. Tetapi apakah “kritik” Kautsky dapat benar-benar disebut kritik bila dia mengabaikan fakta ini? Nasionalisasi tanah yang telah dilaksanakan di Rusia oleh kediktatoran proletariat telah memberikan jaminan terbaik atas terlaksanakannya revolusi borjuis-demokratik sampai ke kesimpulannya – bahkan bila terjadi kontra-revolusi yang menyebabkan pengembalian dari nasionalisasi tanah ke pembagi-bagian tanah (saya telah melakukan pemeriksaan khusus mengenai kemungkinan ini di pamflet saya mengenai program agraria kaum Marxis pada Revolusi 1905). Selain itu, nasionalisasi tanah telah memberikan negara proletar peluang maksimum untuk bergerak ke pertanian sosialis. Singkatnya, Kautsky telah menghidangkan kepada kita, secara teori, tambal-sulam yang luar biasa buruk, yang merupakan penyangkalan sepenuhnya terhadap Marxisme. Dan secara praktek, dia telah menyajikan kepada kita sebuah kebijakan penghambaan kepada kaum borjuasi dan reformismenya. Sungguh sebuah kritik yang baik! *** Kautsky memulai “analisa ekonomi”nya terhadap industri dengan argumen luar biasa berikut ini: Rusia memiliki industri kapitalis skala-besar. Dapatkah sistem produksi sosialis dibangun di atas fondasi ini? “Kita mungkin berpikir demikian, bila sosialisme berarti bahwa buruh dari tiap-tiap pabrik dan tambang menyita mereka” (secara harfiah menyita pabrik dan tambang untuk diri mereka sendiri) “guna melakukan produksi secara terpisah di tiap-tiap pabrik” (hal.52), “Pada hari ini, 5 Agustus, ketika saya sedang menulis baris-baris ini,” tambah Kautsky, “sebuah pidato dilaporkan dari Moskow, yang disampaikan oleh Lenin pada 2 Agustus, di mana dia mengatakan: ‘Kaum buruh mempertahankan kepemilikan pabrik dengan teguh di tangan mereka, dan kaum tani tidak akan mengembalikan tanah ke para tuan tanah.’ Sampai sekarang, slogan: pabrik untuk kaum buruh, dan tanah untuk kaum tani, adalah slogan anarko-sindikalis, dan bukan slogan Sosial-Demokratik” (hal 52-53). Saya telah mengutip kalimat ini secara penuh supaya kaum buruh Rusia, yang sebelumnya menghormati Kautsky, dapat melihat dengan mata mereka sendiri metode yang digunakan oleh pengkhianat ini yang telah membelot ke sisi borjuasi. Coba pikirkan: pada tanggal 5 Agustus, ketika puluhan dekrit mengenai nasionalisasi pabrik telah diterbitkan – dan tidak ada satu pun pabrik yang “disita” oleh buruh untuk diri mereka sendiri tetapi semua telah diubah menjadi milik Republik Soviet – pada 5 Agustus, dengan penafsiran yang jelas menipu dari satu kalimat di dalam pidato saya, Kautsky mencoba membuat kaum buruh Jerman percaya bahwa pabrik-pabrik telah diserahkan kepada kelompok-kelompok buruh yang terpisah! Dan setelah itu Kautsky mengatakan bahwa menyerahkan pabrik-pabrik kepada kelompok-kelompok buruh yang terpisah adalah sesuatu yang keliru! Ini bukan kritik, tetapi tipu daya dari seorang antek borjuasi, yang telah disewa oleh kapitalis untuk memfitnah revolusi buruh. Kautsky mengatakan berulang kali bahwa pabrik-pabrik harus diserahkan kepada negara, atau kepada pemerintahan munisipal, atau kepada koperasi-koperasi konsumen, dan lalu dia akhirnya menambahkan: “Ini yang sekarang mereka coba lakukan di Rusia...” Sekarang! Apa artinya ini? Pada bulan Agustus? Mengapa Kautsky tidak meminta teman-temannya, Stein atau Axelrod, atau teman-teman borjuasi lainnya, untuk menerjemahkan setidaknya salah satu dekrit mengenai pabrik? “Seberapa jauh mereka telah bergerak ke arah ini, kita tidak tahu. Aktivitas Republik Soviet dalam aspek ini adalah hal yang paling penting bagi kita, tetapi ini masih belum jelas. Tidak ada kekurangan dekrit-dekrit ...” (Inilah mengapa Kautsky mengabaikan isi dekrit-dekrit tersebut, atau menyembunyikannya dari para pembacanya!) “Tetapi tidak ada sumber informasi yang dapat diandalkan mengenai dekrit-dekrit ini. Produksi sosialis adalah mustahil tanpa informasi statistik yang cakupannya luas, terperinci, dapat diandalkan, dan cepat. Republik Soviet masih belum bisa menciptakan statistik seperti ini. Apa yang kita pelajari mengenai aktivitas-aktivitas ekonominya sangatlah penuh kontradiksi dan tidak dapat sama sekali diverifikasi. Ini juga adalah akibat dari kediktatoran dan ditekannya demokrasi. Tidak ada kebebasan pers ataupun kebebasan berpendapat.” (hal. 53) Beginilah caranya sejarah ditulis! Kautsky menerima informasi mengenai pabrik-pabrik yang diambil alih oleh buruh dari pers “bebas” kapitalis dan orang-orang Dutov ... “Pemikir serius” yang berdiri di atas kelas-kelas ini memang sungguh luar biasa! Mengenai ratusan fakta yang menunjukkan bahwa pabrik-pabrik telah diserahkan ke Republik, bahwa mereka dikelola oleh organ kekuasaan Soviet, yakni Dewan Ekonomi Agung, yang terdiri dari para buruh yang telah dipilih oleh serikat-serikat buruh, Kautsky menolak untuk mengatakan barang satu kata pun. Dengan keras kepala dia terus mengulang-ulang satu hal: berikan saya demokrasi yang damai, tanpa perang sipil, tanpa kediktatoran dan dengan statistik yang baik (Republik Soviet telah mendirikan sebuah badan statistik di mana ahli-ahli statistik terbaik di Rusia bekerja, tetapi tentu saja statistik yang ideal tidak dapat diperoleh begitu cepat). Dalam kata lain, Kautsky menginginkan sebuah revolusi tanpa revolusi, tanpa perjuangan yang keras, tanpa kekerasan. Ini sama saja dengan meminta sebuah pemogokan di mana buruh dan kapitalis merasa tenang-tenang saja. Carilah perbedaan antara “sosialis” macam ini dengan kaum birokrat liberal! Jadi, dengan bersandar pada “fakta-fakta material” seperti ini, yakni dengan sengaja mengabaikan banyak fakta, Kautsky “menyimpulkan”: “Sangat diragukan kalau kaum proletariat Rusia telah meraih lebih dalam hal pencapaian-pencapaian praktis yang riil, dan tidak hanya dekrit-dekrit semata, di bawah Republik Soviet dibandingkan dengan apa yang dapat dicapainya dari Majelis Konstituante, di mana, seperti halnya di dalam Soviet-soviet, kaum sosialis, walaupun dari warna yang berbeda, mendominasi.” (hal. 58) Sungguh luar biasa bukan? Kami akan menganjurkan kepada para pemuja Kautsky untuk menyebarkan kalimat di atas seluas mungkin di antara buruh Rusia, karena tidak ada materi yang lebih baik daripada ini untuk mengukur tingkat kebangkrutan politiknya. Kamerad-kamerad buruh, Kerensky juga adalah seorang “sosialis”, hanya saja “dari warna yang berbeda”! Kautsky sang sejarawan puas dengan nama, dengan gelar yang “disita” oleh kaum Sosialis-Revolusioner Kanan dan Menshevik untuk mereka sendiri. Kautsky sang sejarawan menolak untuk mendengarkan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa di bawah Kerensky kaum Menshevik dan Sosialis-Revolusioner Kanan mendukung kebijakan imperialis dan praktek-praktek penjarahan kaum borjuasi. Diam-diam dia bungkam mengenai fakta bahwa mayoritas Majelis Konstituante terdiri dari orang-orang yang mendukung peperangan imperialis dan kediktatoran borjuis. Dan ini disebut “analisa ekonomi”! Sebagai kesimpulan, mari saya kutip satu contoh lagi dari “analisa ekonomi” ini: “... Setelah sembilan bulan, Republik Soviet, alih-alih membawa kesejahteraan, harus menjelaskan mengapa masih ada kemiskinan secara umum” (hal. 41). Kita terbiasa mendengar argumen seperti ini dari bibir kaum Kadet. Semua kacung borjuasi di Rusia berargumen seperti ini: tunjukkan kepada kami, setelah sembilan bulan, kesejahteraanmu – dan ini setelah empat tahun peperangan yang menghancurkan, dengan kapital asing yang memberikan dukungan penuh terhadap sabotase dan pemberontakan kaum borjuasi di Rusia. Pada kenyataannya, tidak ada perbedaan sama sekali antara Kautsky dan seorang borjuasi kontra-revolusioner. Ujar-ujarnya yang manis, yang diberi kedok “sosialisme”, hanya mengulang-ulang apa yang dikatakan oleh orang-orang Kornilov, orang-orang Dutov, dan orang-orang Krasnov di Rusia secara blak-blakan, secara langsung dan tanpa ditutup-tutupi. *** Baris-baris di atas ditulis pada 8 November 1918. Pada malam yang sama kita menerima berita dari Jerman mengenai mulainya revolusi, pertama di Kiel dan kota-kota dan pelabuhan-pelabuhan di Utara, di mana kekuasaan telah berpindah tangan ke Dewan Deputi Buruh dan Tentara, dan kemudian di Berlin, di mana kekuasaan juga telah berpindah tangan ke Dewan. Kesimpulan yang masih harus ditulis di pamflet saya mengenai Kautsky dan mengenai revolusi proletariat sekarang sudah tidak dibutuhkan lagi. ''10 November, 1918'' === Lampiran I: Tesis Mengenai Majelis Konstituante === 1. Tuntutan untuk diselenggarakannya Majelis Konstituante adalah bagian dari program Sosial-Demokrasi revolusioner yang sepenuhnya sah, karena di dalam republik borjuis Majelis Konstituante mewakilkan bentuk demokrasi yang tertinggi, dan karena, dengan membentuk pra-Parlemen, republik imperialis yang dipimpin oleh Kerensky sedang bersiap-siap untuk melakukan kecurangan dalam pemilu dan melanggar demokrasi dengan berbagai cara. 2. Sementara menuntut diselenggarakannya Majelis Konstituante, Sosial-Demokrasi revolusioner telah berulang kali menekankan semenjak awal Revolusi 1917 bahwa republik Soviet adalah bentuk demokrasi yang lebih tinggi daripada republik borjuis dengan Majelis Konstituante. 3. Untuk transisi dari sistem borjuis ke sistem sosialis, untuk kediktatoran proletariat, Republik Soviet (Buruh, Tentara, dan Tani) bukan hanya sebuah bentuk institusi demokratik yang lebih tinggi (dibandingkan dengan republik borjuis yang dipimpin oleh Majelis Konstituante), tetapi juga adalah satu-satunya bentuk yang dapat mengamankan transisi yang paling mulus ke sosialisme. 4. Penyelenggaraan Majelis Konstituante dengan daftar yang diserahkan pada pertengahan Oktober 1917 berlangsung di bawah kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan pemilu yang mengekspresikan kehendak rakyat secara umum dan rakyat pekerja khususnya. 5. Pertama, perwakilan proporsional akan mengekspresikan kehendak rakyat hanya bila daftar para perwakilan partai sesuai dengan dukungan rakyat terhadap faksi-faksi partai. Akan tetapi, dalam kasus kita, seperti yang diketahui semua orang, partai yang dari Mei hingga Oktober punya dukungan terbesar dari rakyat, dan terutama dari kaum tani – Partai Sosialis-Revolusioner – mengeluarkan daftar perwakilan bersama untuk Majelis Konstituante pada pertengahan Oktober 1917, tetapi pecah pada November 1917, setelah pemilu dan sebelum Majelis ini bertemu. Oleh karenanya, tidak ada, dan tidak mungkin akan ada, kesesuaian antara kehendak massa pemilih dan komposisi Majelis Konstituante yang terpilih. 6. Kedua, yang lebih penting, yakni sumber perbedaan – yang bukan bersifat formal maupun legal, tetapi sosio-ekonomik dan kelas – antara kehendak rakyat, terutama kehendak kelas pekerja, dengan komposisi Majelis Konstituante. Ini karena pemilihan Majelis Konstituante berlangsung ketika mayoritas besar rakyat masih belum mengetahui sepenuhnya cakupan dan signifikansi Revolusi Oktober, Soviet, proletariat-tani, yang dimulai pada 25 Oktober 1917, yakni setelah daftar kandidat Majelis Konstituante telah diserahkan. 7. Revolusi Oktober melalui serangkaian tahapan perkembangan, memenangkan kekuasaan untuk Soviet dan merebut kekuasaan politik dari kaum borjuasi dan mentransfernya ke kaum proletariat dan tani miskin. 8. Ini dimulai dengan kemenangan 24-25 Oktober di ibukota, ketika Kongres Soviet Buruh dan Tani Kedua, yakni pelopor kaum proletariat dan seksi kaum tani yang paling aktif secara politik, memberikan mayoritas kepada Partai Bolshevik dan menaruhnya ke tampuk kekuasaan. 9. Kemudian, selama bulan November dan Desember, revolusi menyebar ke seluruh tentara dan kaum tani. Ini terutama terekspresikan dengan disingkirkannya badan-badan kepemimpinan lama (komite-komite tentara, komite-komite tani gubernia, Komite Eksekutif Pusat dari Soviet Tani Seluruh Rusia, dsb.) – yang merupakan fase lama dan kompromi dari revolusi, fase borjuis dan bukan fase proletariat, yang oleh karenanya niscaya lenyap di bawah tekanan massa yang semakin luas – dan di dalam pemilihan-pemilihan badan-badan kepemimpinan yang baru untuk menggantikan mereka. 10. Gerakan rakyat tertindas yang masif ini untuk membangun kembali badan-badan kepemimpinan dari organisasi-organisasi mereka bahkan belum berakhir sampai sekarang, di pertengahan bulan Desember 1917, dan Kongres Buruh Kereta Api, yang masih berlangsung, mewakili salah satu tahapan ini. 11. Oleh karenanya, pengelompokan kekuatan-kekuatan kelas di Rusia seiring dengan berjalannya perjuangan kelas pada kenyataannya mengambil, pada bulan November dan Desember, bentuk yang berbeda secara prinsipil dengan daftar kandidat partai untuk Majelis Konstituante yang dibuat pada pertengahan Oktober 1917. 12. Peristiwa-peristiwa belakangan ini di Ukraina (dan juga di Finlandia dan Byelorussia, dan juga di Caucasus) juga menunjukkan pengelompokan ulang kekuatan-kekuatan kelas yang terjadi di dalam proses perjuangan antara nasionalisme borjuis dari Bada Ukraina, Diet Finlandia, dsb. di satu pihak, dan kekuasaan Soviet, revolusi proletariat-tani di tiap-tiap republik nasional ini, di pihak lain. 13. Terakhir, peperangan sipil yang dimulai oleh pemberontakan kontra-revolusioner Kadet-Kaledin terhadap otoritas Soviet, terhadap pemerintahan buruh dan tani, telah akhirnya membawa perjuangan kelas ke permukaan secara terbuka, dan telah menghancurkan semua kesempatan untuk menyelesaikan secara formal-demokratis semua masalah-masalah akut yang telah dilemparkan oleh sejarah ke rakyat Rusia, dan terutama kelas buruh dan tani Rusia. 14. Hanya dengan kemenangan mutlak buruh dan tani atas pemberontakan kaum borjuasi dan tuan tanah (seperti gerakan Kadet-Kaledin), hanya dengan menumpas pemberontakan pemilik-budak ini secara militer dan tanpa belas kasihan maka kita dapat sungguh-sungguh menjaga revolusi proletar-tani ini. Jalannya peristiwa-peristiwa dan perkembangan perjuangan kelas di dalam revolusi telah membuat slogan “Semua Kekuasaan untuk Majelis Konstituante!” – yang mengabaikan pencapaian-pencapaian revolusi buruh dan tani, yang mengabaikan kekuasaan Soviet, yang mengabaikan keputusan-keputusan dari Kongres Soviet Buruh dan Tani Kedua, dsb. – menjadi slogannya Kadet dan Kaledin dan para pendukungnya. Seluruh rakyat sekarang sudah tahu bahwa bila Majelis Konstituante memisahkan diri dari kekuasaan Soviet maka ia akan jatuh ke dalam kepunahan secara politik. 15. Salah satu masalah nasional yang teramat akut adalah masalah perdamaian. Sebuah perjuangan yang sungguh-sungguh revolusioner demi perdamaian dimulai di Rusia hanya setelah kemenangan Revolusi Oktober, dan buah pertama dari kemenangan ini adalah diterbitkannya pakta-pakta perjanjian rahasia, ditandatanganinya gencatan senjata, dan dimulainya negosiasi-negosiasi terbuka untuk perdamaian umum tanpa aneksasi dan ganti-rugi perang. Hanya sekarang lapisan luas rakyat sungguh-sungguh punya kesempatan untuk menyaksikan secara penuh dan terbuka kebijakan perjuangan revolusioner untuk perdamaian dan mempelajari hasil-hasilnya. Pada saat pemilu Majelis Konstituante, massa rakyat tidak memiliki kesempatan seperti ini. Jelas bahwa perbedaan antara komposisi Majelis Konstituante yang terpilih dan kehendak rakyat yang sesungguhnya mengenai masalah menghentikan perang adalah sesuatu yang tidak terelakkan dari sudut pandang ini juga. 16. Semua kondisi yang disebut di atas secara keseluruhan membuat Majelis Konstituante, yang dipilih berdasarkan daftar partai sebelum revolusi proletariat-tani di bahwa kekuasaan borjuasi, secara tak terelakkan berbenturan dengan kehendak dan kepentingan kelas-kelas pekerja dan tertindas, yang pada tanggal 25 Oktober memulai revolusi sosialis yang melawan kaum borjuasi. Sewajarnya, kepentingan revolusi ini lebih tinggi daripada hak-hak formal Majelis Konstituante, bahkan bila hak-hak formal tersebut tidak dilemahkan oleh tidak adanya pasal di dalam hukum Majelis Konstituante yang mengakui hak rakyat untuk me-recall perwakilan mereka dan menyelenggarakan pemilihan kapan pun. 17. Setiap usaha langsung atau tidak langsung untuk mempertimbangkan masalah Majelis Konstituante dari sudut pandang legal dan formal, di dalam kerangka demokrasi borjuis umumnya, dan mengabaikan perjuangan kelas dan perang sipil adalah pengkhianatan terhadap perjuangan proletariat, dan mengadopsi sudut pandang borjuis. Kaum Sosial-Demokrat Revolusioner punya tugas untuk memperingatkan semua orang agar tidak melakukan kekeliruan ini, yang telah dilakukan oleh beberapa pemimpin Bolshevik yang tidak mampu memahami signifikansi dari pemberontakan Oktober dan tugas kediktatoran proletariat. 18. Satu-satunya peluang untuk menjamin solusi yang mulus untuk krisis yang diakibatkan oleh perbedaan antara pemilu Majelis Konstituante dan kehendak kelas pekerja dan tertindas adalah memberikan rakyat hak seluas mungkin dan secepat mungkin untuk memilih ulang anggota-anggota Majelis Konstituante, dan Majelis Konstituante harus menerima undang-undang pemilu dari Komite Eksekutif Pusat, menyatakan bahwa ia mengakui sepenuhnya kekuasaan Soviet, revolusi Soviet, dan kebijakan Soviet mengenai perdamaian, tanah dan kontrol buruh, dan dengan tegas bergabung dengan musuh-musuh dari kontra-revolusi Kadet-Kaledin. 19. Kalau syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka krisis Majelis Konstituante ini hanya dapat diselesaikan dengan cara revolusioner, yakni kekuasaan Soviet melaksanakan kebijakan yang paling enerjetik, cepat, tegas, dan revolusioner dalam melawan kontra-revolusi Kadet-Kaleditn, tidak peduli apa slogan dan institusi (bahkan partisipasi di dalam Majelis Konstituante) yang digunakan oleh kontra-revolusi untuk bersembunyi. Setiap usaha untuk mengikat tangan dan kaki kekuasaan Soviet dalam perjuangan ini adalah sama saja dengan membantu kontra-revolusioner. === Lampiran II: Buku Baru Vandervelde mengenai Negara === Hanya setelah saya membaca bukunya Kautsky saya punya kesempatan untuk membaca buku Vandervelde “Socialism versus the State” (“Sosialisme versus Negara”) (Paris, 1918). Perbandingan kedua buku ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa Kautsky adalah pemimpin ideologis dari Internasional Kedua (1889-1914), sementara Vandervelde, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Biro Internasional Sosialis, adalah perwakilan resminya. Keduanya mewakili kebangkrutan total dari Internasional Kedua, dan keduanya dengan keterampilan seorang jurnalis berpengalaman “dengan mahir” menutup-nutupi kebangkrutan ini dan kebangkrutan mereka sendiri dan pembelotan mereka ke sisi borjuasi dengan ujar-ujaran Marxis. Yang satu memberikan kita satu contoh yang baik apa itu oportunisme Jerman yang tipikal, yang membosankan, suka berteori dan memalsukan Marxisme dengan menyingkirkan semua yang tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi. Yang satu lagi adalah variasi oportunisme Latin – pada tingkatan tertentu, oportunisme Eropa Barat (yakni, Barat dari Jerman) – yang lebih fleksibel, lebih tidak membosankan, dan yang memalsukan Marxisme dengan metode yang secara fundamental sama, tetapi dengan cara yang lebih halus. Keduanya secara radikal mendistorsi ajaran Marx mengenai Negara dan juga mengenai kediktatoran proletariat; Vandervelde lebih berbicara mengenai masalah Negara, sementara Kautsky masalah kediktatoran proletariat. Keduanya mengaburkan hubungan yang sangat dekat dan tak terpisahkan antara kedua subjek ini. Mereka berdua adalah revolusioner dan Marxis dalam kata-kata, tetapi pengkhianat dalam praktek, yang berusaha sangat keras untuk memisahkan diri mereka dari revolusi. Gagasan mereka tidak mengandung satu pun gagasan Marx dan Engels, dan tidak membedakan sosialisme dari karikatur borjuisnya, dalam kata lain mereka tidak menguraikan tugas-tugas revolusi sebagai sesuatu yang berbeda dari tugas-tugas reforma, mereka tidak menguraikan taktik-taktik revolusioner sebagai sesuatu yang berbeda dari taktik-taktik reformis, tidak menguraikan tugas kaum proletariat dalam menghapus tatanan, orde, atau rejim perbudakan-upah sebagai sesuatu yang berbeda dari tugas proletariat negeri-negeri “Adidaya” yang berbagi secuil super-profit dan penjarahan imperialis dengan kaum borjuasi. Kita akan mengutip beberapa argumen Vandervelde yang paling penting. Seperti Kautsky, Vandervelde mengutip Marx dan Engels dengan sangat bersemangat, dan seperti Kautsky, dia mengutip semua dari Marx dan Engels kecuali yang benar-benar tidak dapat diterima oleh kaum borjuasi dan yang membedakan seorang revolusioner dari seorang reformis. Dia berbicara banyak mengenai perebutan kekuasaan politik oleh proletariat, karena praktek telah membatasi ini di dalam kerangka parlementer. Tetapi mengenai fakta bahwa setelah pengalaman Komune Paris, Marx dan Engels merasa harus menambahi karya Manifesto Komunis yang sudah usang dengan penguraian sebuah kebenaran bahwa kelas buruh tidak boleh menggunakan mesin negara yang sudah ada, tetapi harus menghancurkannya – tidak ada satu pun kata mengenai ini dari Vandervelde! Vandervelde dan Kautsky, seperti sudah saling setuju, bungkam mengenai apa yang paling penting di dalam pengalaman revolusi proletariat, yakni yang membedakan antara revolusi proletariat dari reforma borjuis. Seperti Kautsky, Vandervelde berbicara mengenai kediktatoran proletariat hanya untuk memisahkan dirinya dari kediktatoran proletariat. Kautsky melakukan ini dengan pemalsuan yang kasar. Vandervelde melakukan ini dengan cara yang lebih halus. Di bagian ke-4 bukunya, yang berbicara mengenai “perebutan kekuasaan politik oleh proletariat”, dia mendedikasikan sub-bagian b untuk masalah “kediktatoran kolektif proletariat”, “mengutip” Marx dan Engels (saya ulangi kembali: menghapus justru yang penting, yakni menghancurkan mesin negara borjuis-demokratik yang lama), dan menyimpulkan: “... Di antara lingkaran-lingkaran sosialis, revolusi sosial biasanya dimaknai seperti demikian: sebuah Komune [Paris – Ed.] yang baru, yang kali ini menang, dan tidak hanya di satu tempat saja tetapi di pusat-pusat utama dunia kapitalis. “Sebuah hipotesa, tetapi sebuah hipotesa yang tidak mustahil ketika menjadi jelas bahwa periode pasca-perang akan menyaksikan antagonisme kelas dan gejolak sosial yang tidak ada presedennya di banyak negeri. “Kegagalan Komune Paris, dan apalagi kesulitan-kesulitan revolusi Rusia, membuktikan bahwa mustahil kita bisa mengakhiri sistem kapitalis kalau kaum proletariat belumlah cukup siap untuk menggunakan dengan baik kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh kondisi-kondisi yang ada.” (hal. 73) Dan begitu saja! Inilah, para pemimpin dan perwakilan Internasional Kedua! Pada 1912 mereka menandatangani Manifesto Basel, yang secara eksplisit berbicara mengenai hubungan antara perang – yang kemudian pecah pada tahun 1914 – dan revolusi proletariat, dan menjunjung revolusi proletariat sebagai ancaman. Dan ketika perang pecah dan situasi revolusioner muncul, para Kautsky dan Vandervelde mulai memisahkan diri mereka dari revolusi. Sebuah revolusi seperti Komune Paris hanyalah sebuah hipotesa yang tidak mustahil! Ini sama dengan argumen Kautsky mengenai kemungkinan peran Soviet di Eropa. Tetapi beginilah cara kaum liberal yang terpelajar berargumen; tentu saja, dia sekarang akan setuju bahwa sebuah Komune yang baru adalah sesuatu yang “tidak mustahil”, bahwa Soviet punya peran besar, dsb. Seorang proletariat revolusioner berbeda dari seorang liberal, di mana dia, sebagai seorang teoretikus, menganalisis signifikansi baru Komune dan Soviet sebagai sebuah negara. Vandervelde, di lain pihak, bungkam mengenai apa yang dikatakan oleh Marx dan Engels panjang lebar mengenai analisis pengalaman Komune Paris. Sebagai seorang buruh yang praktis, sebagai seorang politisi, seorang Marxis harus menjelaskan bahwa hanya pengkhianat sosialisme dapat menghindari tugas menguraikan perlunya revolusi proletariat (model Komune, model Soviet, atau mungkin model ketiga yang lain), menjelaskan perlunya persiapan untuk revolusi ini, melakukan propaganda untuk revolusi di antara rakyat, menjawab prasangka-prasangka borjuis-kecil, dsb. Tetapi Kautsky dan Vandervelde tidak melakukan ini sama sekali, karena mereka sendiri adalah pengkhianat sosialisme, yang ingin mempertahankan reputasi mereka sebagai sosialis dan Marxis di antara kaum buruh. Mari kita tengok formulasi teori mengenai masalah negara. Negara, bahkan di dalam republik demokratik, tidak lain adalah mesin penindasan satu kelas oleh kelas yang lain. Kautsky akrab dengan kebenaran ini, mengakuinya, setuju dengannya, tetapi ... dia menghindari pertanyaan fundamental ini: kelas mana yang harus ditindas oleh kelas proletariat ketika kelas ini membentuk negara proletariat, untuk alasan apa, dan dengan cara apa. Vandervelde akrab, mengakui, dan setuju dengan proposisi fundamental Marxisme ini (hal 72. bukunya), tetapi ... dia tidak mengatakan satu kata pun mengenai subjek penumpasan resistensi kaum penindas “yang tidak menyenangkan” (bagi para tuan-tuan kapitalis)! Vandervelde dan Kautsky telah sepenuhnya menghindari subjek “yang tidak menyenangkan” ini. Di sinilah terletak pengkhianatan mereka. Seperti Kautsky, Vandervelde adalah ahli dalam seni menggantikan dialektika dengan eklektisme. Di satu pihak ini tidak bisa tidak diakui, dan di lain pihak ini harus diakui. Di satu pihak, istilah negara dapat berarti “bangsa secara keseluruhan” (baca kamus Littré – sebuah karya yang baik, ini tidak dapat disangkal – dan Vandervelde, hal. 87); di lain pihak, istilah negara dapat berarti “pemerintahan” (Vandervelde, hal. 87). Vandervelde mengutip pernyataan cerdik ini berdampingan dengan kutipan-kutipan dari Marx. Makna Marxis dari istilah “negara” berbeda dari makna biasanya, tulis Vandervelde. Oleh karenanya, “kesalahpahaman” mungkin dapat timbul. “Marx dan Engels menganggap negara bukan sebagai negara dalam artian yang luas, bukan sebagai organ pemandu, bukan sebagai perwakilan dari kepentingan-kepentingan umum masyarakat (intérêts généraux de la société). Namun negara sebagai kekuasaan, negara sebagai organ otoritas, negara sebagai instrumen kekuasaan satu kelas terhadap kelas yang lain.” (hal. 75-76) Marx dan Engels berbicara mengenai penghancuran negara hanya dalam artian kedua ... “Afirmasi yang terlalu absolut berisiko menjadi tidak tepat. Ada banyak tahapan-tahapan transisional antara negara kapitalis, yang berdasarkan kekuasaan eksklusif dari satu kelas, dan negara proletariat, yang tujuannya adalah menghapus semua kelas.” (hal. 156) Ini contoh “cara”nya Vandervelde, yang hanya sedikit berbeda dengan caranya Kautsky, dan pada intinya identik. Dialektika menyangkal adanya kebenaran yang absolut dan menjelaskan perubahan berturut-turut dari yang berlawanan dan signifikansi krisis di dalam sejarah. Kaum eklektis tidak menginginkan proposisi yang “terlalu absolut”, karena dia ingin mendorong hasrat filistinnya untuk menggantikan revolusi dengan “tahapan-tahapan transisional”. Para Kautsky dan Vandervelde tidak berbicara satu kata pun mengenai fakta bahwa tahapan transisional antara negara sebagai organ kekuasaan kelas kapitalis dan negara sebagai organ kekuasaan proletariat adalah revolusi, yang berarti penumbangan kaum borjuasi dan pembubaran dan penghancuran mesin negara mereka. Para Kautsky dan Vandervelde mengaburkan fakta bahwa kediktatoran borjuis harus digantikan dengan kediktatoran satu kelas, yakni kelas proletariat, dan bahwa “tahapan-tahapan transisional” revolusi akan disusul oleh “tahapan-tahapan transisional” pupusnya negara proletar. Di sinilah terletak pengkhianatan politik mereka. Di sinilah, secara teori dan filsafat, mereka menggantikan dialektika dengan eklektisme dan sofisme. Dialektika adalah filsafat yang konkret dan revolusioner, dan membedakan antara “transisi” dari kediktatoran satu kelas ke kediktatoran kelas yang lainnya, dan “transisi” dari negara proletar demokratik ke masyarakat tanpa negara (“pupusnya negara”). Untuk menyenangkan kaum borjuasi, eklektisme dan sofisme para Kautsky dan Vandervelde mengaburkan semua yang konkret dan tepat di dalam perjuangan kelas dan mengedepankan konsep umum “transisi”, di mana mereka dapat menyembunyikan penyangkalan mereka terhadap revolusi (seperti yang dilakukan oleh sembilan dari sepuluh kaum Sosial Demokrat kita hari ini). Sebagai seorang eklektis dan sofis, Vandervelde lebih mahir dan halus daripada Kautsky; karena frase “transisi dari negara dalam arti yang sempit ke negara dalam arti yang luas” dapat menjadi cara untuk menghindari semua masalah revolusi, semua perbedaan antara revolusi dan reforma, dan bahkan perbedaan antara kaum Marxis dan kaum liberal. Kaum borjuasi dengan pendidikan Eropa mana yang akan menyangkal, “secara umum”, “tahapan-tahapan transisional” dalam artian “umum” ini? Vandervelde menulis: “Saya setuju dengan Guesde bahwa mustahil untuk mensosialisasi alat-alat produksi dan distribusi tanpa memenuhi dua kondisi berikut ini: “1. Transformasi negara yang sekarang sebagai organ kekuasaan satu kelas terhadap kelas yang lain menjadi apa yang disebut Monger sebagai sebuah negara buruh rakyat (people’s labour state), dengan perebutan kekuasaan oleh proletariat. 2. Pemisahan negara sebagai sebuah organ otoritas dari negara sebagai sebuah organ pemandu, atau, dengan menggunakan istilah dari Saint-Simon, pemisahan pemerintahan rakyat dari administrasi.” (hal.89) Vandervelde menulis baris-baris di atas dalam huruf miring, yang memberikan penekanan khusus pada signifikansi dari proposisi-proposisi ini. Tetapi ini sebenarnya hanyalah gado-gado eklektik, yang pecah sepenuhnya dari Marxisme! “Negara buruh rakyat” (people’s labour state) hanyalah parafrase dari “negara rakyat yang bebas” (free people’s state), yang diparadekan oleh kaum Sosial-Demokrat Jerman pada tahun 1870an dan yang dicap konyol oleh Engels. Istilah “negara buruh rakyat” adalah istilah dari kaum demokrat borjuis-kecil (seperti kaum Sosialis-Revolusioner Kiri kita), sebuah istilah yang menggantikan konsep kelas dengan konsep non-kelas. Vandervelde menempatkan perebutan kekuasaan negara oleh proletariat (oleh sebuah kelas) berdampingan dengan negara “rakyat”, dan tidak mampu melihat bahwa hasilnya adalah sebuah gado-gado. Dengan Kautsky dan “demokrasi murni”nya, hasilnya adalah gado-gado yang serupa dan filistinisme anti-revolusioner yang serupa, yang mengabaikan tugas dari revolusi kelas proletariat, tugas dari kediktatoran kelas proletariat, tugas dari negara kelas proletariat. Terlebih lagi, pemerintahan rakyat akan lenyap dan digantikan oleh administrasi hanya ketika negara dalam semua bentuk pupus. Tetapi berbicara mengenai masa depan yang relatif jauh ini, Vandervelde mengaburkan tugas esok hari, yakni penumbangan kelas borjuasi. Tipu daya ini sama dengan penghambaan terhadap kaum borjuis liberal. Kaum liberal bersedia berbicara mengenai apa yang akan terjadi ketika mereka tidak perlu memerintah rakyat. Mengapa tidak bermain saja dalam mimpi yang tidak berbahaya ini? Tetapi mengenai kaum proletariat yang harus meremukkan perlawanan kaum borjuasi – tidak ada satu kata pun. Kepentingan kelas kaum borjuasi menuntut ini. Sosialisme versus negara. Inilah bagaimana Vandervelde mengangguk kepada kaum proletariat. Tidaklah sulit untuk mengangguk; setiap politisi “demokratis” tahu bagaimana mengangguk kepada para pemilihnya. Dan di bawah kedok “anggukan” ini, tersembunyi makna anti-revolusioner dan anti-proletariat. Vandervelde mengutip Ostrogorsky panjang lebar untuk menunjukkan betapa banyaknya penipuan, kekerasan, korupsi, kebohongan, kemunafikan, dan penindasan yang tersembunyi di balik kedok beradab, mengkilap, dan harum dari demokrasi borjuis modern. Tetapi dia tidak menarik kesimpulan dari ini. Dia gagal memahami bahwa demokrasi borjuis menindas rakyat pekerja, dan demokrasi proletariat harus menindas kaum borjuasi. Kautsky dan Vandervelde matanya buta terhadap ini. Mereka membuntuti kepentingan kelas kaum borjuasi, dan kepentingan kelas borjuasi ini menuntut agar masalah penindasan ini dihindari, didiamkan, atau disangkal. Eklektisme borjuis-kecil versus Marxisme, sofisme versus dialektika, reformisme filistin versus revolusi proletariat – inilah yang seharusnya menjadi judul bukunya Vandervelde. '''Catatan:''' <references/> [[Kategori:Vladimir Lenin]] tquukxb1kuc5suqbg2p71qoct59157a Kamus Banjar-Indonesia/Kata Pengantar 0 22293 100304 65391 2022-08-21T03:14:32Z 2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E Lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo042946886 Manajemen s1{{Header |title=Kamus Banjar-Indonesia |author=Abdul Djepar Hapip |year=1977 |section=Kata Pengantar |previous=[[Kamus Banjar-Indonesia/Prakata|Prakata]] |next=[[Kamus Banjar-Indonesia/Pendahuluan|Pendahuluan]] |notes= }} <pages index="Kamus Banjar-Indonesia.pdf" from=6 to=6 /> c0qmp7m5ihxurcl3kb4bz4fjhlgl0v8 100322 100304 2022-08-21T05:43:54Z Agus Damanik 15946 Membalikkan revisi 100304 oleh [[Special:Contributions/2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E|2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E]] ([[User talk:2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E|bicara]]) wikitext text/x-wiki {{Header |title=Kamus Banjar-Indonesia |author=Abdul Djepar Hapip |year=1977 |section=Kata Pengantar |previous=[[Kamus Banjar-Indonesia/Prakata|Prakata]] |next=[[Kamus Banjar-Indonesia/Pendahuluan|Pendahuluan]] |notes= }} <pages index="Kamus Banjar-Indonesia.pdf" from=6 to=6 /> 587op5oio1l7rue3anfzq6ssqnhy6fw Nakoda Tenggang/Bertamasa 0 23044 100327 66981 2022-08-21T07:00:59Z 2404:C0:7540:0:0:0:E387:7FF4 lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo332710603790042{{Header subhalaman|bab=Bertamasa|mundur=Nakoda Muda|maju=Di Mana Kita Sekarang}} <pages index="ADH 0006 A. Damhoeri - Nakoda Tenggang.pdf" from=34 to=36 /> t7ifsjk2b5ejthl9fylmwgkiw5xb7w4 100328 100327 2022-08-21T08:44:53Z Agus Damanik 15946 Membalikkan revisi 100327 oleh [[Special:Contributions/2404:C0:7540:0:0:0:E387:7FF4|2404:C0:7540:0:0:0:E387:7FF4]] ([[User talk:2404:C0:7540:0:0:0:E387:7FF4|bicara]]) wikitext text/x-wiki {{Header subhalaman|bab=Bertamasa|mundur=Nakoda Muda|maju=Di Mana Kita Sekarang}} <pages index="ADH 0006 A. Damhoeri - Nakoda Tenggang.pdf" from=34 to=36 /> qdl5aoti6j0bi2m3xq83jm19t42ki70 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Minangkabau/Kata Pengantar 0 23129 100305 67153 2022-08-21T03:20:47Z 2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E lembar kemajuan wikitext text/x-wiki Casmo042946886 Manajemen s1 {{Header subhalaman|bab=Kata Pengantar|maju=Pemakaian Huruf}} <pages index="Pedoman Umum Ejaan Bahasa Minangkabau 1990.pdf" from=6 to=7 /> 2ffzx1e31y2l3i6bme2fmqgcf024k8n 100321 100305 2022-08-21T05:43:42Z Agus Damanik 15946 Membalikkan revisi 100305 oleh [[Special:Contributions/2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E|2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E]] ([[User talk:2404:C0:7540:0:0:0:E32D:FF5E|bicara]]) wikitext text/x-wiki {{Header subhalaman|bab=Kata Pengantar|maju=Pemakaian Huruf}} <pages index="Pedoman Umum Ejaan Bahasa Minangkabau 1990.pdf" from=6 to=7 /> gvdgu4g076jolx7vdblfbe45wa0tb3j Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/426 104 29771 100306 87279 2022-08-21T03:24:26Z Devi 4340 13230 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Zhilal Darma" />{{rh||379}}</noinclude>tiada berkata-kata, dengan air mata berlinang-linang, dan dengan hati jang perasaannja melimpah-limpah; dalam hatikoe adalah terima kasih, ada kesombongan, sombong karenanja, karena ia tahoe benar mengambil hati ra'jatnja jang amat sajang kepadanja itoe. Saja mengoetjap terima kasih karena seboeah tjita-tjitakoe jang besar telah mendjelma atas dirinja; dan berbahagia besarlah rasanja saja doedoek disisinja. Hendaknja dapatlah toean melihatkoe semendjak telah bersoeami dan mendjadi boenda ini, betapa kesenangan hatikoe telah memantjar-mantjar terbit dimatakoe, moeloet dan pénakoe ta' dapat mengatakan atau menoeliskan kegirangan hatikoe karena kekajaan ini! Dan anak-anak kami! Bagaimanalah saja akan mentjeriterakan kepada toean betapa kekajaan kami ini? Sekaliannja anak-anak jang manis lakoenja, sehingga hatikoepoen lekaslah melekat kepadanja; dan meréka makin lama makin koeat bergantoeng dihatikoe. Bapaknja telah meletakkan sendi jang koekoeh pada hati meréka itoe, dan telah mendidïknja seperti pendidikan jang selaloe saja ingini, sederhana dan rendah hati. Anak-anakkoe itoe tiadalah menjangkakan dirinja lebih tinggi dari pada orang jang serendah-rendahnja dalam roemah; sekalian orang sama kepadanja. Disini telah saja dapati tanah jang dikerdjakan, kerdjakoe hanjalah akan menanaminja sadja lagi. Saja berharap dalam boelan Januari sekolah kami dapat didirikan. Kami sekarang mentjari seorang goeroe perempoean jang baik. Selama kami beloem mendapat goeroe itoe, sajalah jang akan memberi pengadjaran oentoek sementara; dan apabila saja karena bermatjam-matjam hal ta' boléh memberi pengadjaran itoe, maka salah seorang dari padabadik-adikkoelah jang akan mengerdjakan pekerdjaan itoe, sampai saja boléh mengadjar kembali. Ada doea tiga orang toea, jang telah meminta kepadakoe akan mengadjari anak-anaknja. Maksoed kami disini bila kami boléh mendapat seorang goeroe perempoean jangbbaik, akan memboeka seboeah sekolah diroemah kami, oentoek anak-anak gadis kepala-kepala negeri. Kalau sekiranja kami boléh mendapat seorang goeroe perempoean jang baik, goeroe itoelah nanti jang akan memberi anak-anak kami pengadjaran jang menadjamkan pikirannja dan lagi pendidikan oentoek boedi pekertinja. Djikalau pekerdjaan itoe telah madjoe djalannja, dapatkah kami mengharapkan oeang bantoean dari Goebernemén? Wang sekolah wadjiblah hendaknja serendah-rendahnja, anak-anak itoe dapat makan dan tempat tinggal dari kami. Boléhkah saja memboeat peringatan tentang hal itoe?<noinclude></noinclude> ts9dnurbjcarmpt80q8w7o0843n3y40 Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/427 104 29783 100307 87280 2022-08-21T03:26:58Z Devi 4340 13230 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Zhilal Darma" />{{rh||380}}</noinclude>Orang-orang toea anak-anak itoe sangat pertjaja kepada kami, dan meminta kalau boléh sekarang sekolah itoe diadakannja dan kamipoen wadjib memberinja. Soedahlah; nantilah saja toelis lebih landjoet tentang hal itoe kepada toean. Saja pertjaja soenggoeh-soenggoeh jang diroemah kami akan terdiri seboeah sekolah anak-anak perempoean, jang dipimpin oléh seorang goeroe perempoean bangsa Eropah dan oléhkoe sendirï, sebagai goeroe'jang „tertinggi" sekali! Maksoed kami bersama-sama terlampau besar. Maoelah rasanja saja membajar berapa djoeapoen banjaknja, asal kami dapat memperbintjangkan sekalian itoe dengan toean kedoea. Saja toelis soerat ini poekoel lima pagi-pagi. Anak-anakkoe telah bangoen, dan bergantoeng berkeliling koersikoe. Boenda wadjib memberi meréka itoe soesoe dan roti. Toean hendaknja mesti melihat anakkoe jang boengsoe, ia beloem ber'oemoer 2 tahoen, tetapi ia amat tjerdik. Bila saja doedoek, maka datanglah ia membawa bangkoe kaki kepadakoe. Bangkoe itoe tiadalah terangkat oléhnja, melainkan selaloe dihélakannja kepada boendanja. Kaki boendanja tiadalah boléh tergantoeng. Setelah itoe kesajangankoe itoe memandjatlah dengan segera keatas pangkoeankoe. Djikalau saja soedah memboeat barang sesoeatoenja, maka sekalian anakkoe itoe bereboét-reboet, berdoega-doega mengoendjoekkan ini dan itoe kepadakoe, dan kesajangankoe si Sis jang ketjil sekali membawakan saja sendoek dan garpoe bertamboen-tamboen. Siapa jang nakal ta' boléh datang kepada boendanja. Keriangan jang sebesar-besarnja bagi anak-anak itoe, ialah apabila meréka itoe mandi bersama-sama dengan saja, dan sajapoen bersoekatjita boekan bóeatan. Soeatoe kesoekaan besarlah kepadakoe melihat moeka anak-anak ketjil jang bersih dan tertawa-tawa itoe. Sekarang saja selaloelah membitjarakan hal keadaankoe sadja. Saja beloem lagi mengoetjapkan terima kasih kepada toean atas kesajangan toean jang tiada berhingga, jang telah saja dapati dalam beberapa hari ini. Toean kedoea telah meriangkan hatikoe dengan soerat-soerat toean jang telah saja terima di Djapara tiada dapat koeperikan. Atas soerat toean itoe koepohonkan banjak terima kasih kepada toean, kekasihkoe. Dan njonja, boenda, boeah hatikoe, saja tjioemlah toean dengan segala soekatjita pada kedoea belah pipi toean atas keselamatan toean menjamboet kedatangankoe, jang bermoela sekali disini. Karena itoe saja sangat bersenang hati dan berbahagia! 16 December. Baroelah soenji sekarang. Sekalian kerdja telah selesailah.<noinclude></noinclude> dbqk5emvyh7fgy3n5ji5ujfv6bwal7j Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/428 104 29784 100309 87281 2022-08-21T03:28:25Z Devi 4340 13230 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Zhilal Darma" />{{rh||381}}</noinclude>Saja ta' dapat menghoeboeng soeratkoe sebeloem kedjadian ini telah laloe. Toean sekali-kali ta' dapatlah menerka, siapa jang telah menoempang dengan kami dan siapa jang telah berangkat tadi pagi. Njonja dan toean Bervoets dari Modjowarno! Meréka itoe moela-moelanja pergi ke Djapara kepada orang-orang toeakoe dan mereka menjoeroehnja datang kemari. Itoelah soeroehan Toehan jang amat menjenangkan hati; kami meminta sjoekoer berlipat ganda, karena keadaan jang tiada disangka-sangka telah membawakan kami ni'mat. Amat sangat ingin benar hatikoe hendak berkenalan dengan njonja dan toean jang moelia. Keinginan hatikoe itoe telah sampai dan tjara bagaimana poela sampainja! Dahoeloe selaloe saja kenangkan kedoea hamba Allah jang berhati moelia ini dengan segala soekatjita, sekarang kesoekaan hatikoe itoe telah bertjampoer dengan sjoekoer dan terima kasih. Kemarin dahoeloe soeamikoe itoe sehari-harian itoe dalam segar dan riang, dan petangnja itoelah datang njonja dan toean Bervoets; oléh mereka itoe, tampak benar betapa girangnja hati soeamikoe pada malam itoe, dan dengan tidak sedikit djoega disangka-sangka, doea djam kemoedian ia mendjadi sakit keras. Hampir tengah malam waktoe kami akan pergi tidoer dengan bergirang hati, kami oetjapkanlah selamat tidoer kepada djamoe kami itoe. Sedjam kemoedian dari pada itoe soeamikoe tiba-tiba mendjadi sakit keras; dalam waktoe tiga menit sadja ia merasa amat keras sakitnja sehingga iapoen menjangka jang ia ésoknja tiada akan hidoep lagi. Bagaimana soesahkoe waktoe itoe, tentoelah dapat toean pikirkan. Saja soeroeh orang membangoenkan Dokter Bervoets. Mereka itoe bermaksoed akan berangkat bésok poekoel delapan pagi, tetapi ia dan isterinja ta' sampai hati akan meninggalkan kami sendiri dalam kesoesahan jang demikian. Sebab itoelah mereka itoe berangkat poekoel satoe tengah hari, tetapi maksoed itoepoen tiadalah poela sampai, karena soeamikoe waktoe itoe perloe mendapat pertolongan dokter, dan dokter kami tatkala itoe pergi komisi. Penjakit itoe ialah penjakit memoelas-moelas, jaitoe soeatoe penjakit jang beloem pernah dirasai oleh soeamikoe selama hidoepnja. Petang kemarin baroelah ia berangsoer semboeh dan dapat tidoer. Betapa sjoekoer saja kepada Allah, tentoelah toean dapat memikirkannja. Tadi poekoel delapan pagi baharoelah berangkat sahabat baroe kami itoe. Soeamikoe makin lama bertambah semboeh, hanjalah badannja sekarang masih koerang koeat. Pada waktoe ini ia telah setengah djam lamanja tidoer njenjak. Saja harap Toehan akan menjemboehkannja dengan segera!<noinclude></noinclude> f9sahqqdevfvcnc4nhg2kfqjblntnbg Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/429 104 29785 100311 87282 2022-08-21T03:35:01Z Devi 4340 13230 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Zhilal Darma" />{{rh||382}}</noinclude>Héran, héran benarlah jang isteri soeamikoe jang pertama itoe sampai pada hari maoetnja selaloe memperbintjangkan saja. Ia sangat ingin berkenalan dan bersahabat dengan saja. Tjita-tjitanja selaloe hendak pergi ke Djapara dan membawa anak-anaknja kepadakoe. Porterétkoe ta' sekedjap djoea lepas dari tangannja, sehingga sampai ia berpoelang selaloe porterét itoe adalah ditangannja. Sesoedah ia berpoelang kerahmatoe'llah dan doekatjita telah hilang, maka sekalian orang, demikianpoen kepala-kepala bangsa Boemipoetera, mempoenjaïlah satoe maksoed sadja{{...|12}}ja'ni maksoed jang telah disampaikan pada 8 November. Sebab itoelah boléh dikatakan sekalian orang bersoekatjita, tatkala menerima kedatangan kami. Soeamikoe menerima soerat toean sangat berbesar hati. Pakaian koeda oentoek perserikatan „Oost en West" telah lama soedah, dan sekarang telah diboengkoes, dan apabila soeamikoe telah semboeh, maka dengan segeralah akan dikirimkan. Soeamikoe poen telah memesan poela bermatjam-matjam tempat rokok terboeat dari boeloe boeroeng merak, dan dalam itoe kami sedang mentjari kain Lasem jang bagoes dan sedjati. Tjobalah nanti kita lihat apa jang dapat kami kerdjakan oentoek „Oost en West." Akan menjoeroeh toekang-toekang oekir Djapara bekerdja disini, amat bagoes menoeroet timbangan soeamikoe. Ia akan menolong saja dengan sekoeat-koeatnja dalam hal itoe, démikian djoega dalam segala hal lain-lain jang hendak saja perboeat. Akan mendirikan seboeah sekolah pertoekangan oentoek Boemipoetera, itoelah soeatoe tjita-tjitanja jang telah lama tersimpan dalam hatinja. Soeamikoe soeka benar melihat, jang saja akan mengarang seboeah kitab tjeritera-tjeritera dan babad Djawa. Ia hendak mengoempoelkan tjeritera-tjeritera itoe oentoekkoe, dan kami akan berdaja bersama-sama mengerdjakan pekerdjaan itoe. Maksoed itoe menjenangkan hatikoe! Adalah banjak lagi kerdja jang lain, jang hendak diboeatnja bersama-sama dengan saja; diatas médja toeliskoe telah ada doea boeah karangan bekas tangannja. {{asterisme}} {{r|''Rembang, 6 Maart 1904 (VIII)''.}} Boenda kandoengkoe jang ditjinta. O, hendaknja dapatlah kiranja oléhkoe memeloekkan tangankoe keléhér toean, karena saja sangat berahi hendak mentjeriterakan sendiri ketelinga toean dan akan mendjadikan toean<noinclude></noinclude> etz685ccih3tkx0blu20srkvhy1oo4e Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/430 104 29787 100313 87283 2022-08-21T03:38:27Z Devi 4340 13230 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Zhilal Darma" />{{rh||383}}</noinclude>kawankoe dalam rahsia kami jang baik tentang bahagiakoe jang amat menjenangkan hati. Kalau ada dengan takdir Allah pada achir boelan September akan datanglah rahmat kepada kami dan akan mempertegoeh tali kasih sajang kami jang sekarang telah memperhoeboengkan kami. Boendakoe, o boenda kandoengko, betapalah senang perasaankoe kelak, bila anak jang akan lahir ini, jang berasal dari darah kami kedoea, menjeboetkan iboe kepadakoe! Dapatkah toean memikirkan itoe? Saja akan mendjadi iboe kandoeng! Iboekoe, telah saja djadikan orang toealah toean karena itoe! Saja boeat toean akan mendjadi ma' toeanja! Datangkah toean nanti melihat tjoetjoe toean itoe? Akan pergi ke Betawi ta' dapatlah saja lakoekan. Maksoed kami moela-moela hendak pergi tamasja oentoen témpoh barang seboelan, tetapi sekarang kami wadjib menghilangkan maksoed itoe. Dalam beberapa boelan ini saja ta' boléh mengendaraï keréta dan lain-lainnja! Dan apabila anak kami telah lahir, sajapoen ta' dapat poela pergi berdjalan. Oleh karena itoe Betawi tiadalah akan saja lihat lagi, jaïtoe selama toean masih di Betawi sekarang. Apakah paédahnja saja pergi kesana lagi kalau toean kedoea ta' ada lagi disana? Soeamikoe sangat beroentoeng, berbahagia karena bidji matanja jang masih dalam kandoengankoe ini. Itoelah sadja lagi jang koerang dalam{{...|9}}bahagia kami. {{asterisme}} {{r|''Rembang, 10 April 1904 (III)''.}} Sahabat-sahabatkoe jang terhormat. Betapakah hérannja toean melihat, jang toean ta' sedikit djoega mendapat kabar dari padakoe tentang soerat-soerat jang terbit dari hati jang soetji dan tentang pemberian toean jang indah itoe, pemberian jang sangat meriangkan, menjoekakan hati kami. Djika sekiranja tiap-tiap pikirankoe jang mengenangkan toean selaloe dengan mengoetjap banjak terima kasih, sekalian itoe saja toeliskan, tentoelah akan bertimboen-timboen toean mendapat soerat dari padakoe. Ma'afkanlah saja, o sahabat-sahabatkoe jang ditjinta, karena soerat ini ta' dapat lebih lekas mendapatkan toean. Peroebahan dari seorang anak gadis jang sederhana telah mendjadi isteri, iboe dan perempoean dari seorang kepala negeri jang tertinggi, -ja'ni soeatoe peroebahan dalam doenia Boemipoetera jang ta' sedikit artinja-amat besar, sehingga<noinclude></noinclude> jne19581r9o7ots21hhypt6r8zif6b9 Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/431 104 29788 100314 87284 2022-08-21T03:40:27Z Devi 4340 13230 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Zhilal Darma" />{{rh||384}}</noinclude>saja sedjak bermoela ta' dapat sedikit djoea memikirkan hal jang lain dari pada mengenangkan daja oepaja bagaimana patoetnja saja melakoekan kewadjibankoe jang baroe itoe. Boekanlah kewadjiban itoe sadja jang saja ichtiarkan, tetapi adalah poela soeatoe pertjobaan jang haroes saja tanggoengkan. Ta' berapa lamanja sesoedah kami kawin, maka soeamikoe djatoeh sakit keras. Kemoedian saja sendiri moelaï poela sakit-sakit. Sampai sekarang hawa negeri Rembang beloemlah begitoe sesoeai dengan badankoe. Kamipoen disini tinggal ditepi laoet djoega. Dalam hal tinggal ditepi laoet di Djapara mendjadikan soeatoe kesoekaan, maka diam ditepi laoet di Rembang mendatangkan soeatoe ganggoean. Disini kami haroes hati-hati mendjaga angin laoet, jang koerang séhat itoe karena mengandoeng hawa kerang dan loempoer. Tetapi marilah sekarang saja, poen djoea atas nama soeamikoe, mengoetjapkan terima kasih dahoeloe kepada toean kedoea, atas tanda mata jang bagoes itoe, jang toean berikan kepada kami pada hari kawin kami. Lebih-lebih poela saja amat menjoekaï hadiah itoe, karena ia menggambarkan Thuringerwoud, jang masjhoer lagi telah atjap kali toean tjeriterakan kepadakoe, jaïtoe soeatoe tempat poela, kemana sahabat-sahabatkoe bangsa Djérman soeka sekali pergi tamasja. Gambaran jang indah dan porterét kota Jena jang bagoes itoe, kami gantoengkan dibilik tempat kami doedoek-doedoek, tempat soeamikoe menjimpan kekajaannja dalam hal gambar-menggambar, karena iapoen seorang jang amat soeka kepada gambar-gambar dan patoeng-patoeng jang bagoes-bagoes. Kerap kali saja melihat akan gambar-gambar itoe dengan segala soeka hati, dan dalam hal jang demikian melajanglah beberapa pikirankoe dengan tjinta dan terima kasih kepada sahabatkoe di Jena. Betapalah baik hati toean, sesoenggoehnjalah amat baik, karena toean hendak mengirimi saja „boomkoek", soeatoe matjam koeé asal dari Djérman, jang ta' boléh tinggal dalam peralatan. Toean ta' dapat menjampaikan kenang-kenangan itoe mendjadi soeatoe hal jang sesoenggoehnja kedjadian; tetapi bagikoe sekalian itoe, saja pandang seperti telah kedjadianlah dan saja hormatilah ia benar-benar. Sekarang saja hendak mentjeriterakan kepada toean hal keadaan hidoepkoe jang baroe dan kaja sekarang ini, boekankah toean soeka sekali mendengar hal itoe? Toean dahoeloe selaloe mengatjoehkan benar betapa hidoepnja sahabat toean anak perempoean Djawa itoe, dan atjap kali bersoesah hati memikirkan nasibnja pada waktoe jang akan datang. Sjoekoer, sjoekoerlah apa jang toean takoetkan dahoeloe,<noinclude></noinclude> 4i26zy3vw1k8wuowgyfk60weqjju24m Halaman:Habis Gelap Terbitlah Terang.pdf/432 104 29789 100315 87285 2022-08-21T03:44:14Z Devi 4340 13230 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Zhilal Darma" />{{rh||385}}</noinclude>roepanja tiadalah ada bersebab. Boekankah sekarang perempoan moeda itoelah jang telah menoelis kalimat-kalimat itoe kepada toean, dan lihatlah poela dimatanja betapa bahagia dan kesenangan hatinja telah bersinar-sinar, sehingga ta' dapatlah ia mentjari kata-kata jang akan mentjeriterakan sekalian kesoekaan hatinja dan bahagia itoe! Soeamikoe{{...|12}}boekan sadja ia soeami kepadakoe, tetapi iapoen sahabatkoe sepikiran djoega. Kalau tidak demikian masakan saja akan diambilnja mendjadi isterinja, dan masakan saja dapat menambahkan diri saja kepadanja! Seloeroeh tanah Djawa orang telah tahoe, bahwa saja ini berlainan dari pada perempoean jang lain. Segala jang saja pikirkan dahoeloe, soedahlah poela dipikirkannja dan telah banjak poela jang telah dikerdjakannja; saja pikir hidoepkoe seperti sekarang ini telah mendjadi lebih koekoeh oentoek mentjari hak kebébasan perempoean bangsa Djawa, dan akan mendjadi penoendjoek djalan bagi meréka itoe. Karena pertama-tama sebagai isteri seorang jang terpandang tinggi kehormatannja, dan kedoea dapat mengharap pertolongan dari pada soeamikoe akan menjampaikan tjita-tjitakoe, jang dahoeloe membajang-bajang dalam pemandangankoe, sehingga sekarang saja telah mempoenjaï doea matjam hidoep, jaïtoe: hidoep jang kaja dan hidoep jang tjoekoep. Saja tahoe jang toean kedoea akan bersoekatjita mendengarkan hal itoe. Sahabat toean kedoea, anak Djawa jang ketjil ini telah sampai ketempat jang sentosa, soenggoehpoen dahoeloe ia selaloe menaroeh pikiran jang bertjaboel. Saja soeka benar jang toean kedoea dapat melihat saja dalam doenia hidoepkoe jang sekarang ini. Toean tahoe, jang saja ta' sedikit djoea soeka akan kekajaan dan daradjat jang tinggi dalam doenia Boemipoetera. Kedoea keadaan itoe ta' adalah harganja kepadakoe, kalau sekiranja tiadalah soeamikoe jang memberikannja kepadakoe. Sekarang kedoeanja itoe mendjadi soeatoe perkakas kepadakoe, soepaja maksoedkoe itoe lekas sampai. Hati anak negeri bangsa Djawa sangat melekat kepada orang bangsawannja; sekalian jang datang dari kepala-kepala negerinja meréka itoe amat soeka dan moedah menoeroet. Kalau dengan tjara demikian saja berdiri disisi soeamikoe, tentoelah lebih lekas dan lebih moedah saja sampai kehati anak negeri. Maksoed kami tentang pengadjaran dan pendidikan akan diteroeskan djoega, meskipoen saja telah kawin. Diroemah orang toeakoe telah kami moelaï pekerdjaan itoe, dan sekarang adik-adikkoe jang perempoeanlah jang memadjoekan pekerdjaan kami itoe. Sekolah kami di Djapara telah<noinclude></noinclude> mz0wdxpjh683a0srlog6ifqfdapxdms Halaman:Tao Teh King.pdf/361 104 33114 100300 99148 2022-08-20T14:51:15Z Empat Tilda 13539 /* Tervalidasi */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Empat Tilda" />{{rh||BERDIRI TERPISAH SENDIRIAN.|}} {{rule}}</noinclude>{{hwe|poeasan|kapoeasan}}, kapan sa'andenja pendoedoek dari itoe negri ada poenja kabiasa'an aken bertjampoer gaoel dengen tetangga-tetangganja jang penghidoepannja brangkalih ada lebih goemilang, hingga membikin marika katoelaran oleh penjakit serakah. Maka itoe Lao Tze ingin bikin soepaja, biarpoen di sabelahnja ada terdapet laen negri jang letaknja begitoe deket hingga soeara andjing dan boenjinja ajam-ajam dalem itoe negri bisa kadengeran, rahajatnja tida ingin saling bertemoe, lantaran soedah merasa poeas sama apa jang ia dapet dalem negrinja sendiri. Inilah ada tjara hidoep jang sampe di ini djaman poen masih ditoentoet oleh banjak orang pertapa'an dalem berbagi-bagi negri dan dari roepa-roepa agama, hingga apa jang Lao Tze impiken boekan barang jang tida bisa kadjadian. Djikaloe dalem pemandangan banjak orang ada dipandang aneh, gandjil dan soesah didjalanin, itoelah lantaran ini angen-angen ada ditimbang atawa dipandang dari fihak kadoenia'an, oleh orang jang masih oetamain kasenangan dan kabesaran doenia. (''{{sic|A jat|Ajat}}'' 7). [[File:Tao Teh King (page 361 crop).jpg|100px|center]]<noinclude>{{rh||345|}}</noinclude> 57c4jrcsnei84e10qbpem9rnzb8ssbu Halaman:Tao Teh King.pdf/16 104 33394 100372 98685 2022-08-21T10:49:33Z Mbee-wiki 5975 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Mbee-wiki" />{{rh||X.|}}</noinclude>{{TOCstyle|model=DP |row1model=CDP|LX.|[[Tao Teh King/LX|Bantoeannja Roh-roh]]|258 |row2model=CDP|LXI.|[[Tao Teh King/LXI|Kabedjikannja Merendahken Diri]]|263 |row3model=CDP|LXII.|[[Tao Teh King/LXII|Tao jang Gampang Digoenaken]]|267 |row4model=CDP|LXIII.|[[Tao Teh King/LXIII|Mendjaga Lebih Siang]]|270 |row5model=CDP|LXIV.|[[Tao Teh King/LXIV|Mendjaga pada Apa jang Ketjil]]|276 |row6model=CDP|LXV.|[[Tao Teh King/LXV|Kabedjikan jang Saderhana]]|283 |row7model=CDP|LXVI.|[[Tao Teh King/LXVI|Kabelakangin Diri]]|287 |row8model=CDP|LXVII.|[[Tao Teh King/LXVII|Tiga Barang Berharga]]|290 |row9model=CDP|LXVIII.|[[Tao Teh King/LXVIII|Meniroe Tjaranja Langit]]|298 |row10model=CDP|LXIX.|[[Tao Teh King/LXIX|Kagoena'annja Pri Kabedjikan jang Paling Tinggi]]|301 |row11model=CDP|LXX.|[[Tao Teh King/LXX|Perkenalan jang Soeker]]|305 |row12model=CDP|LXXI.|[[Tao Teh King/LXXI|Penjakitnja Pengatoeran]]|308 |row13model=CDP|LXXII.|[[Tao Teh King/LXXII|Menjinta Diri]]|311 |row14model=CDP|LXXIII.|[[Tao Teh King/LXXIII|Kamerdika'an Berlakoe]]|316 |row15model=CDP|LXXIV.|[[Tao Teh King/LXXIV|Katjatjatannja Menghoekoem]]|319 |row16model=CDP|LXXV.|[[Tao Teh King/LXXV|Djahatnja Kaserakahan]]|324 |row17model=CDP|LXXVI.|[[Tao Teh King/LXXVI|Bahajanja Kakoeatan]]|327 |row18model=CDP|LXXVII.|[[Tao Teh King/LXXVII|Itoe Tao dari Langit]]|330 |row19model=CDP|LXXVIII.|[[Tao Teh King/LXXVIII|Menerima itoe Kabeneran]]|334 |row20model=CDP|LXXIX.|[[Tao Teh King/LXXIX|Memenoehi Perdjandjian]]|337 |row21model=CDP|LXXX.|[[Tao Teh King/LXXX|Berdiri Terpisah Sendirian]]|340 |row22model=CDP|LXXXI.|[[Tao Teh King/LXXXI|Boekti-boekti dari Kasaderhana'an]]|346 }} {{gambar hilang}}<noinclude></noinclude> pfju13zm181z4w8kaeyxm86rdi1b217 Halaman:Tao Teh King.pdf/352 104 33477 100299 99146 2022-08-20T14:48:23Z Empat Tilda 13539 /* Tervalidasi */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Empat Tilda" />{{rh||TAO TEH KING.|}} {{rule}}</noinclude>„Nabi" (orang jang pande bernaboewet, atawa bisa taoe kadjadian jang bakal dateng). Tetapi seperti soedah diterangken di atas, Lao Tze poenja pengoendjoekan itoe boekan boeat ''ramalin'' apa jang bakal dateng, hanja ''toetoerin boekti'' jang soedah kaliatan dan berdjalan sadari doeloe, berhoeboeng dengen sikepnja radja-radja boediman jang bersedia aken tanggoeng negrinja poenja kahina'an dan rahajatnja poenja kasangsara'an. Inilah ada sikep jang sabaliknja dari kabanjakan kepala dan pemimpin bangsa djaman belakangan, jang boekan sadja tida perdoeliken kasangsara'an rahajat, malah sengadja menindes pada orang ketjil jang dipandang sabagi alat boeat memberi kasenangan dan kabesaran pada dirinja sendiri. Maka itoe Lao Tze tegesken, oedjar jang menggenggem kabeneran selamanja bertentangan dengen anggepan oemoem, jang mengira siapa pegang perentah moesti berada di atas, sedeng moestinja bertempat di bawah dan mendjadi hamba dari rahajat. (''Ajat 1-5''). [[File:Tao Teh King (page 352 crop).jpg|100px|center]]<noinclude>{{rh||336|}}</noinclude> t0cm222ylpdawfqat2jrgctv8rixjwd Halaman:Tao Teh King.pdf/368 104 33840 100298 100282 2022-08-20T14:45:45Z Empat Tilda 13539 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Empat Tilda" /></noinclude>{{c|'''Khong Kauw'''}} PENGHIDOEPAN DAN PELADJARANNJA NABI KHONG HOE TJOE, oleh K.T.H. Memberi penoetoeran ringkes, tapi djelas dan gampang dimengerti, tentang penghidoepan dan peladjarannja itoe Goeroe Boedi dari bangsa Tionghoa, hingga orang bisa liat dengen njata iapoenja kasoetjian, kabesaran, toedjoean dan pegoeletan boeat sebar pri kabeneran goena kaselamatan manoesia. Berikoet satoe pemandangan dari Njonja C.E. Couling tentang azas-azasnja Khong Kauw jang haroes diketaoei oleh sasoeatoe ornag jang anoet peladjaran Khong Tjoe. Satoe djilid tamat, tebelnja 130 pagina, besarnja 21 X 13½ cM, terdjilid doea matjem : Dalem djilidan biasa . . . . . . . . . . . f 1.75. Pake carton tebel, terdjait benang dengen omslag indah f 2.25. SIFATNJA SATOE KOENTJOE, disalin oleh K.T.H. Mengasih liat kadjoedjoeran dan kagagahannja satoe pembesar Tionghoa di djeman Tjhing Tiauw aken belaken kabeneran menoeroet atoerannja Nabi Khong Hoe Tjoe, hingga ia tida bersangsi aken korbanken djiwanja . . . . . . . . . f 0.75 ,,TJENG TOO", oleh Toean Tan Boen Sing. Berisi azas peladjaran Khong Kauw. Ini boekoe soedah terkenal di mana-mana hingga tida oesah dipoedjiken lagi. Harga per djilid, franco di post . . . . . . . . . f 0.50. THAY HAK (PELADJARAN BESAR), disalin dan dibitjaraken oleh K.T.H. dari boekoenja Professor Jan es Legger, berikoet kritiek, pertimbangan, peroendingan dan katerangannja achli-achlie Khong Kauw dari djeman doeloe dan masa sekarang, seperti Chu Hsi, Kung Ying Ta, Chang Kang Chang, Lo Chung Fan, Tan Ging Tong dan len-laen. Ini boekoe boekan tjoemah ''salinan'' oedjar-oedjar dalem Thay Hak, hanja berisi pengoendjoekan dari maksoednja itoe peladjaran besar sadalem-dalemnja, dan sadjelas-djelasnja. Terdjilid doea matjem : Dalem djilidan biasa . . f. 1.60. Pake cartoon, terdjait benang dengen omsleg indah f 2.10. KABESARANNJA KHONG HOE TJOE. Menoeroet pemandangannja beberapa Sinoloog dan penoelis bangsa asing seperti Lionel Giles, C. Jinarajadasa, Njonja C. E. Couling, de Lanessan dan laen-laen, berikoet katerangan ringkes atas azas dan toedjoeannja dari Khong Tjoe poenja peladjaran dan kafaedahannja boeat manoesia. Dikoempoel dan disalin oleh K. T. H. Harga per djilid . . . . . . . . . .f 0,75,<noinclude></noinclude> ps6a6bvutf2j6usx91nto9nn2c0oz0m Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/281 104 33844 100330 2022-08-21T09:23:32Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||281}}</noinclude>terakan kelakoean anak toeannja bagai dia. Moela-moela soearanja gemetar dan ia gagap berkata-kata itoe. Lama- lama ketenangannja poen kembalilah. Maka ia poen dapatlah menerangkan ketakoetannja itoe kepada sahabatnja itoe. Setelah anak itoe habis berkata, maka ia poen menangislah tersedoe-sedoe, Jang ditahannja selama ini telah poeas. Air mata itoelah jang dapat menawari kemasgoelan dan ketakoetannja selama ini. Ia merasa hatinja sakit dan sedih benar-benar mengenangkan nasibnja itoe. Menoeroet pendapatannja adalah kelakoeannja rendah. Sekarang tingkah lakoenja dan 'adatnja poen haloes. Ia memakai badannja adab dan sederhana. Tiadalah pernah ia memperboeat soeatoe apa, jang menggerakkan keberanian laki-laki. Dalam pikirannja poen tiada pernah timboel angan-angan jang demikian itoe. Nasihat Soerdjima itoe selaloe ditoeroetnja benar-benar. Karena ia mengerti djoega, bahwa kebanja- kan bentjana jang terdjadi diantara laki-laki dan perempoean adalah asalnja, karena perempoean itoe koerang hati-hati. Ia menerbitkan-disengadja atau tiada disengadja-keinginan laki-laki itoe. Pada galibnja perboeatan demikian itoe terbit dari pada kebebalan, perempoean itoe koerang hati-hati memikirkan kesoedahan tiap-tiap perboeatan. Perboeatan jang ketjil itoe kerap kali membawa bentjana jang besar. Orang sering menanggoeng<noinclude></noinclude> rt6uijvclnjsvyzo6y894m7942mnhxq 100339 100330 2022-08-21T09:47:11Z Mbee-wiki 5975 /* Tervalidasi */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="4" user="Mbee-wiki" />{{rh||281}}</noinclude>{{hwe|terakan|mentjeriterakan}} kelakoean anak toeannja bagai dia. Moela-moela soearanja gemetar dan ia gagap berkata-kata itoe. Lama-lama ketenangannja poen kembalilah. Maka ia poen dapatlah menerangkan ketakoetannja itoe kepada sahabatnja itoe. Setelah anak itoe habis berkata, maka ia poen menangislah tersedoe-sedoe. Jang ditahannja selama ini telah poeas. Air mata itoelah jang dapat menawari kemasgoelan dan ketakoetannja selama ini. Ia merasa hatinja sakit dan sedih benar-benar mengenangkan nasibnja itoe. Menoeroet pendapatannja adalah kelakoeannja rendah. Sekarang tingkah lakoenja dan 'adatnja poen haloes. Ia memakai badannja adab dan sederhana. Tiadalah pernah ia memperboeat soeatoe apa, jang menggerakkan keberanian laki-laki. Dalam pikirannja poen tiada pernah timboel angan-angan jang demikian itoe. Nasihat Soerdjima itoe selaloe ditoeroetnja benar-benar. Karena ia mengerti djoega, bahwa kebanjakan bentjana jang terdjadi diantara laki-laki dan perempoean adalah asalnja, karena perempoean itoe koerang hati-hati. Ia menerbitkan—disengadja atau tiada disengadja—keinginan laki-laki itoe. Pada galibnja perboeatan demikian itoe terbit dari pada kebebalan, perempoean itoe koerang hati-hati memikirkan kesoedahan tiap-tiap perboeatan. Perboeatan jang ketjil itoe kerap kali membawa bentjana jang besar. Orang sering menanggoeng<noinclude></noinclude> fanuo7h22rvagb4q45buz8zsgo3to3w Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/198 104 33845 100331 2022-08-21T09:26:53Z Agus Damanik 15946 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Agus Damanik" />{{rh||198}}</noinclude>,,Ja", boenda pertjajalah, saja akan menoeroet pengadjaran boenda itoe: Akan tetapi bolehkah saja mengetahoei apa sebabnja boenda berkata jang demikian?" ,,Saja bernasihat demikian itoe, karena saja telah menimbang boeroek baiknja dengan pandjang lébar. Kalau sekiranja engkau meninggalkan toean itoe, tentoe amat soesah bagaimoe akan kawin dengan bangsa sendiri. Meréka itoe memandang perempoean piaraan itoe amat rendah. Kalau ada seorang jang soeka kawin dengan bekas njai jang seroepa itoe, adalah pada galibnja orang itoe kawin boekan sebab ia menaroeh tjinta, hanjalah oeang atau barang jang dipandang meréka itoe. Maka apabila jang diingininja itoe telah diperoléhnja, ia poen meninggalkan perempoean itoe. Jang demikian ini telah banjak koelihat. Haraplah saja djangan engkau beroléh jang demikian. Kalau engkau tinggal sabar dan tetap pada toeanmoe jang sekarang, boléh djadi ia menaroeh kasihan bagaimoe dibelakang hari. Ia memelihara engkau sampai hari toeamoe. Benar kebiasaannja meréka itoe jang memiara njai itoe dengan maksoed mengénténgkan belandja dan mentjahari kesenangan dirinja. Kesoedahannja mereka itoe kawin djoega dengan bangsanja. Tetapi meskipoen demikian, kalau toeanmoe sajang dikau, tentoe ia<noinclude></noinclude> auv0mqwy6ub74mi0hjr01yfdzonbo8o Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/280 104 33846 100332 2022-08-21T09:29:47Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||280}}</noinclude>Lagi poen goenanja tiada lagi. Kalau engkau tinggal sendiri, adalah dia itoe waktoe jang baik bagimoe akan mempeladjari berdiri sendiri. Orang jang tiada dapat berdiri sendiri dalam kehidoepannja, orang itoe sia-sia mendjadi orang. Lihatlah anak ketjil. Moela-moela ia berladjar berdjalan, ia selaloe ditolong iboenja. Setelah ia koeat dan pandai, pertolongan iboenja itoe tiada bergoena lagi bagai dia. Demikian djoega dalam kehidoepan ini. Selama engkau masih beladjar hidoep sendiri, pertolongan itoe bergoena bagimoe. Kalau ada kesoesahan, engkau beroléh bitjara dan nasihat. Sekarang soedah waktoenja engkau berdiri sendiri. Djanganlah koeatir, beranikanlah hatimoe. Lagi poen bila saja tá ada nanti, engkau tákan tinggal sendiri sahadja. Lihat sahadjalah, nanti ada jang menemani engkau dalam kesoesahan.Boekan orang sebagai saja, atau malaikat dari la- ngit. Siapa dia itoe, engkau mengetahoei dia kelak. Setelah habis Soerdjima berkata- kata itoe, si Ani tinggal tepekoer. Ia bertanja dalam hatinja, atau ia memoeaskan hatinja pada waktoe itoe djoega. Adakah Soerdjima mengerti nanti apa jang ditjeriterakannja ioe. Bagaimanakah saja katakan, soepaja terang padanja. ,,Saja soedah lama mengetahoei bahasa ada jang hendak engkau katakan," kata Soerdjima. ,,Dengan soeara jang gemetar si Ani mentjeri-<noinclude></noinclude> gc39wcy6wgvuoboov9ezahpjpll00yh 100348 100332 2022-08-21T10:10:07Z Dvnfit 20067 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||280}}</noinclude>Lagi poen goenanja tiada lagi. Kalau engkau tinggal sendiri, adalah dia itoe waktoe jang baik bagimoe akan mempeladjari berdiri sendiri. Orang jang tiada dapat berdiri sendiri dalam kehidoepannja, orang itoe sia-sia mendjadi orang. Lihatlah anak ketjil. Moela-moela ia berladjar berdjalan, ia selaloe ditolong iboenja. Setelah ia koeat dan pandai, pertolongan iboenja itoe tiada bergoena lagi bagai dia. Demikian djoega dalam kehidoepan ini. Selama engkau masih beladjar hidoep sendiri, pertolongan itoe bergoena bagimoe. Kalau ada kesoesahan, engkau beroléh bitjara dan nasihat. Sekarang soedah waktoenja engkau berdiri sendiri. Djanganlah koeatir, beranikanlah hatimoe. Lagi poen bila saja tá ada nanti, engkau tákan tinggal sendiri sahadja. Lihat sahadjalah, nanti ada jang menemani engkau dalam kesoesahan.Boekan orang sebagai saja, atau malaikat dari la- ngit. Siapa dia itoe, engkau mengetahoei dia kelak. Setelah habis Soerdjima berkata- kata itoe, si Ani tinggal tepekoer. Ia bertanja dalam hatinja, atau ia memoeaskan hatinja pada waktoe itoe djoega. Adakah Soerdjima mengerti nanti apa jang ditjeriterakannja ioe. Bagaimanakah saja katakan, soepaja terang padanja. ,,Saja soedah lama mengetahoei bahasa ada jang hendak engkau katakan," kata Soerdjima. ,,Dengan soeara jang gemetar si Ani {{hws|mentjeri|mentjeriterakan}}<noinclude></noinclude> r0zu0842sdm49rpi67riw3ce8pxps2e Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/108 104 33847 100333 2022-08-21T09:32:48Z Apriadi ap 20026 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Apriadi ap" />{{rh||108}}</noinclude>{{hwe|goe|menonggoe}} trém. Kalau orang menoenggoe soeatoe apa, adalah ketika itoe lama dari biasa rasanja. Oléh sebab itoe saja berdjalan poelang balik, akan tetapi tiada djaoeh dari halté, tempat perhentian tram itoe. Orang jang hilir moedik, keinderaan jang laloe lintas didjalan besar itoe tiadalah jang menarik hatikoe. Karena semoeanja itoe boekanlah dia barang jang gandjil dalam matakoe. Roemah-roemah gedong jang ditepi djalan itoe poen tiadalah barang jang baharoe dimatakoe; roemah jang bagoes-bagoes dikota jang besar adalah sebagai biasa sahadja pada pemandangankoe. Sedang saja berdjalan hilir moedik perlahan-lahan, nampak pada matakoe seboeah roemah ditepi djalan raja itoe djoega. Dari djaoeh tahoelah sahaja bahwa roemah itoe tempat mendjoeal tjandoe, karena papan tergantoeng dimoeka roemah itoe terang hoeroefnja. Roemah itoe kotor dipandang mata, tjatnja poen malap, tiada sebanding dengan roemah jang disekeliling tempat itoe. Soeram dan sebagai berkaboet roepanja roemah itoe, seolah-olah tiada dihoenii orang. Boekan orang sipengisap madat jang hilang tjahaja moekanja roemah tempat madatpoen koerang djoega serinja. Sampai dihadapan roemah itoe saja melihat doea orang tjina dan seorang orang boemi poetera berdiri dihadapan lokét itoe. Saja mengamat-amati maka orang itoe masing-masing waktoe meréka<noinclude></noinclude> smgrmy0w88qnrqtm9vj6n5g7hb9jd1m Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/279 104 33848 100334 2022-08-21T09:35:30Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||279}}</noinclude>meskipoen badankoe menanggoeng. Ja.........soedah tentoe. Apa bila njawa dan djiwa itoe hendak meninggalkan badan itoe, bermatjam-matjamlah penanggoengan kita. Karena amatlah soesahnja bagai badan itoe melepaskan njawa dan djiwa itoe., Sedapat-dapatnja ia menahan meréka itoe soepaja tinggal tetap bersama-sama dengan dia. Lihatlah bagaimana soesahnja, bagai orang jang hendak meninggal, menghemboeskan napas jang penghabisan. Napas jang penghabisan itoelah watasnja kehidoepan orang didoenia ini, karena pada sa'at itoelah njawa dan djiwa melajang meninggalkan badan, tempat meréka beroemah selama didoenia. Kalau Ani perhatikan adalah sekalian barang itoe kembali kepada asalnja. Asal djiwa itoe boekan dari doenia ini, tempatnja poen tiadalah disini, jang empoenja dia poen boekan orang disini. Oleh karena itoe kalau waktoenja soedah sampai, ia akan kembali kepada asal kedatangannja. Dengan kematian badan itoe ia meninggalkan doenia dengan segala keadaannja. Karena itoe djanganlah kita sekali-kali menakoeti kematian itoe. Seorang poen tiada jang loepoet dari padanja. Waktoenja poen tiada dapat dilekaskan atau dilambat- kan. Saja mengerti apa sebab Ani berhati soegoel mendengar perkataankoe itoe. Karena Ani ingin soepaja kita sama-sama selamanja. Itoe tá dapat.<noinclude></noinclude> 09kznt4rsdtx2wd4po738owrwuo75xu Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/97 104 33849 100335 2022-08-21T09:39:02Z Agung Rizka 20510 /* Belum diuji baca */ ←Membuat halaman berisi 'Mereka itoe tertawa mendengar perkataan jang seroepa itoe. Tjari kesenangan doenia dan poeaskan nafsoe selama hajat dikandoeng badan. Itoelah pendapatan mereka itoe dan segala oesaha mereka itoe, oeang dan kepandaian, tenaga dan pengatahoean, dipergoenakannja akan mengenjangkan kehendak nafsoenja. Kalau pekerdjaankoe sehari-hari soedah selesai dan saja terletak pada tempat tidoerkoe hendak tidoer, maka segala jang koekerdjakan pada hari itoe koe... proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Agung Rizka" />{{rh||97}}</noinclude>Mereka itoe tertawa mendengar perkataan jang seroepa itoe. Tjari kesenangan doenia dan poeaskan nafsoe selama hajat dikandoeng badan. Itoelah pendapatan mereka itoe dan segala oesaha mereka itoe, oeang dan kepandaian, tenaga dan pengatahoean, dipergoenakannja akan mengenjangkan kehendak nafsoenja. Kalau pekerdjaankoe sehari-hari soedah selesai dan saja terletak pada tempat tidoerkoe hendak tidoer, maka segala jang koekerdjakan pada hari itoe koepikiri perlahan-lahan dari awal sampai achir. Sering saja melihat peboeatankoe jang salah, sedang dahoeloenja saja soedah bermaksoed keras djangan melakoekan jang seroepa itoe. Saja berdjandji poela dengan dirikoe, soepaja saja djangan berboeat poela jang seroepa itoe. Akan tetapi doea tiga hari, seboelan doea boelan, apabila saja terletak hendak tidoer, sambil mengingati perboeatankoe jang soedah pada hari itoe, nampak poela kesalahan jang dahoeloe itoe koekerdjakan poela. Soenggoeh amat sedih! 17 Juli. Boelan doea belas hari membentangkan tjahajanja, sehingga dewi malam itoe seolah-olah<noinclude></noinclude> mlnd7uqwb89mr5akmc2mya0zfw3grwp 100336 100335 2022-08-21T09:40:00Z Agung Rizka 20510 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Agung Rizka" />{{rh||97}}</noinclude>Mereka itoe tertawa mendengar perkataan jang seroepa itoe. Tjari kesenangan doenia dan poeaskan nafsoe selama hajat dikandoeng badan. Itoelah pendapatan mereka itoe dan segala oesaha mereka itoe, oeang dan kepandaian, tenaga dan pengatahoean, dipergoenakannja akan mengenjangkan kehendak nafsoenja. Kalau pekerdjaankoe sehari-hari soedah selesai dan saja terletak pada tempat tidoerkoe hendak tidoer, maka segala jang koekerdjakan pada hari itoe koepikiri perlahan-lahan dari awal sampai achir. Sering saja melihat peboeatankoe jang salah, sedang dahoeloenja saja soedah bermaksoed keras djangan melakoekan jang seroepa itoe. Saja berdjandji poela dengan dirikoe, soepaja saja djangan berboeat poela jang seroepa itoe. Akan tetapi doea tiga hari, seboelan doea boelan, apabila saja terletak hendak tidoer, sambil mengingati perboeatankoe jang soedah pada hari itoe, nampak poela kesalahan jang dahoeloe itoe koekerdjakan poela. Soenggoeh amat sedih! {{rh||17 Juli.}} Boelan doea belas hari membentangkan tjahajanja, sehingga dewi malam itoe seolah-olah<noinclude></noinclude> d1l9380gx7semdvqvr6tkoifixddxre Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/278 104 33850 100337 2022-08-21T09:44:26Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||278}}</noinclude>menoeloeng orang lain, tiada mengapa. Itoelah boeah kehidoepan jang sesoetji-soetjinja. Dalam hal jang demikian itoe adalah kesoesahan kita itoe lebih ringan, kalau ditimbang, dari pada boeah pertolongan kita itoe. Itoelah hidoep mengorbankan kahidoepan jang kita terima. Kehidoepan jang seroepa inilah jang disoek ai Toehan jang mendjadikan manoesia jang pertama itoe." Soerdjima berhenti berkata- kata itoe. Dadania sesak dan napasnja soesah. Kemoedian ia meneroeskan perkataannja: ,,Ani, tiadakah pernah orang, jang mengoempoelkan kekajaannja dari peloeh orang miskin, bersenang hati. Sebaliknja hatikoe sekali girang dalam kesoesahan koe. Saja tahoe benar- benar, bahasa saja tá kan lama lagi menoenggoe adjal- koe. Maka oléh sebab itoelah akoe bekerdja sebanjak banjak, soepaja harikoe jang sedikit lagi itoe berdjasa benar." Si Ani mendekap sahabatnja itoe laloe menangis tersedoe-sedoe. Sangkaan jang menakoetkan diri dia itoe, soedah benar. Dari moeloet Soerdjima sendiri ia mendengar perkataan itoe, ja'ni hari pertjeraikan mereka itoe tiada djaoeh lagi. ,,Apakah sebab Ani menangis jang demikian itoe? Doedoeklah baik-baik. Dengar dan perhatikan saja berkata itoe. Pekerdjaankoe, Ani, hampir selesai. Oleh karena itoe saja selaloe bersoekatjita,<noinclude></noinclude> jndqc2g8mlmjrv777j9s9o1h5fy5pai Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/110 104 33851 100338 2022-08-21T09:45:06Z Apriadi ap 20026 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Apriadi ap" />{{rh||110}}</noinclude>Badannja tinggi dan potongannja tegap. Diwaktoe moedanja tá boléh tidak ia seorang-orang jang bagoes. Bentoek moeka dan kepalanja poen berpadanan dengan bahoe dan badannja jang kokoh itoe. Akan tetapi sekarang soedahlah roesak binasa segala kebagoesan jang ada pada badannja. Matanja soedah djaoeh masoek kedalam dan tjahajanja soedah hilang, karena bidji mata poetih itoe telah koening nampaknja. Pipinja koeroes dan tjekoeng sehingga toelang hidoengnja tadjam nampaknja. Tangan dan kakinja ketjil dan terlaloe pandjang roepanja, bila dibandingkan dengan badan jang koeroes itoe. Badan orang itoe soedah boeroek dimata kita, demikian djoega pakaian jang memaloet badan jang sengsara itoe. Meskipoen kainnja belem sompang samping, akan tetapi boekan kotor dan mesoemnja, sehingga amat soesah menentoekannja atau badjoenja itoe kain poetih dan betapa warna tjelananja itoe. Tjorak kain kepalanja itoe poen soedah hilang dipenoehi daki. Péndéknja segala jang nampak pada orang itoe semoeanja mengeloehkan kemalaratan orang toea itoe. Didjalan besar, sebagai Mataramweg, adalah pemandangan seroepa itoe kentara dimata kita. Oleh karena orang jang laloe lintas diwaktoe siang kebanjakan berpakaian rapi dan bagoes. Maka pemandangan jang seroepa itoe amatlah {{hws|mengge|menggerakkan}}<noinclude></noinclude> ciyxosne2bywjao4nypvm3isg599hsc Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/199 104 33852 100340 2022-08-21T09:49:12Z Agus Damanik 15946 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Agus Damanik" />{{rh||199}}</noinclude>dapat meninggalkan kehidoepan jang tjoekoep bagimoe, sekalipoen ia kembali kenegerinja. „Rélakah Soer menoeroet nasihatkoe itoe?” „Pertjajalah mak, semoeanja itoe akan koelakoekan.” Kalau demikian, senanglah hatikoe bertjerai denga engkau Inilah pengharapankoe jang penghabisan pengharapan seorang iboe soepaja anaknja selamat sedjahtera sesoedah ia berhenti dalam koeboer. Moga moga Toehan Allah soebhanah Wata 'ala mengeoeatkan hatimoe akan memikoel sekaliannja itoe. Dengan perkataan itoe iboekoe memeloek dan mentjioem sahaja.” ,Izinkanlah saja mati, soepaja perdjalanankoe moedah dan lapang." kata iboekoe. Saja tiada menjahoet. Dadakoe sesak dan kerongkongankoe sebagai disepit dengan besi. Soer, izinkanlah, tanjanja poela, sambil air ma- tanja jang bertjoetjoeran itoe membasahi pipikoe. Dengan tangiskoe saja menjahoet serta soeara- * koe poetoes-poetoes: ,,Mak, saja berserah kepada Allah, maka barang segala takdirnja itoe, sahaja akan menerima dia." ,,Sjoekoer, sjoekoer, engkau tiada mengoepat perboeatan Toehan. Ani djanganlah terlampau berdoekatjita. Meskipoen bagaimana besar seng sara kehidoepanmoe sepeninggalkoe, tinggallah<noinclude></noinclude> 1s2r0wnsake9impeu71skjjel9m82zm Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/181 104 33853 100341 2022-08-21T09:49:12Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||181}}</noinclude>kalian pengetahoean dari pada orang toeanja. Pertjampoerannja dengan teman-temannja itoelah jang sering memboeka matan'a dan dari pertjampoeran jang demikian itoe ia beladjar matjam-matjam, jang tiada diperoléhnja dari pada orang toeanja. Saja soedah beroemoer lima belas tahoen tetapi saja masih bodoh, bila koebandingkan dengan seorang anak gadis jang datang pada waktoe itoe dengan orang toeanja mengoendjoengi kami. Anak itoe mentjeriterakan roepa-roepa hal jang beloem koeketahoei. Seorang anak moeda, kekasihnja amat tjinta pada dia. Setelah saja bertanja apa sebab anak moeda itoe sajang akan dia, ia menertawakan saja. Saja maloe dan merasa dihinakan. Saja poen tiada bertanja soeatoe apa. Kalau saja keloear, menghantarkan makanan dari roemah kekedai, sering orang-orang jang bersoea ditengah djalan berkata: ,,Lihat, anak itoe bagoes". Saja tiada mengerti pada waktoe itoe apa sebabanja orang itoe berkata jang demikian. Demikian djoega kalau hari témpoh, atau petang, Belanda-Belanda jang bekerdja dikeboen itoe datang diroemah bertjakap-tjakap dengan orang toeakoe. Meréka ioe amat ramah kepada saja. Seorang toean jang moeda selaloe bermoeka manis, kalau ia pergi, ia memandang saja, sambil tersenjoem ia menganggoekkan kepalanja.<noinclude></noinclude> 0u9va8qn56ouuut2h6vffqob3fyeyvz 100346 100341 2022-08-21T10:04:04Z Dvnfit 20067 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||181}}</noinclude>{{hwe|kalian|sekalian}} pengetahoean dari pada orang toeanja. Pertjampoerannja dengan teman-temannja itoelah jang sering memboeka matan'a dan dari pertjampoeran jang demikian itoe ia beladjar matjam-matjam, jang tiada diperoléhnja dari pada orang toeanja. Saja soedah beroemoer lima belas tahoen tetapi saja masih bodoh, bila koebandingkan dengan seorang anak gadis jang datang pada waktoe itoe dengan orang toeanja mengoendjoengi kami. Anak itoe mentjeriterakan roepa-roepa hal jang beloem koeketahoei. Seorang anak moeda, kekasihnja amat tjinta pada dia. Setelah saja bertanja apa sebab anak moeda itoe sajang akan dia, ia menertawakan saja. Saja maloe dan merasa dihinakan. Saja poen tiada bertanja soeatoe apa. Kalau saja keloear, menghantarkan makanan dari roemah kekedai, sering orang-orang jang bersoea ditengah djalan berkata: ,,Lihat, anak itoe bagoes". Saja tiada mengerti pada waktoe itoe apa sebabanja orang itoe berkata jang demikian. Demikian djoega kalau hari témpoh, atau petang, Belanda-Belanda jang bekerdja dikeboen itoe datang diroemah bertjakap-tjakap dengan orang toeakoe. Meréka ioe amat ramah kepada saja. Seorang toean jang moeda selaloe bermoeka manis, kalau ia pergi, ia memandang saja, sambil tersenjoem ia menganggoekkan kepalanja.<noinclude></noinclude> sqpeqmfv0fvu6iyztcpeoi4x27sbt00 Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/180 104 33854 100342 2022-08-21T09:59:26Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||180}}</noinclude>itoe ditangan orang toeakoe sebagai hoedjan djatoeh kepasir, artinja tiada tinggal. Sebabnja ja'ni sebagai jang soedah saja katakan tahadi. Sebarang orang jang memindjam oeang selaloe diberikannja. Tambahan lagi pada waktoe itoe segala kaoem kirabat orang toeakoe jang djaoeh datang mengoendjoengi kami. Meréka itoe poera-poera rindoeh, akan tetapi maksoed meréka itoe hanja akan beroléh soeatoe apa dari orang toeakoe. Kalau mak berkata: ,,Waktoe kita miskin dahoeloe, seorang poen tiada jang mengakoe kita familie. Sekarang meréka itoe datang, boekan sebab meréka itoe merasa dia karib dengan kita, oeang sahadjalah jang dipandang meréka itoe". Kalau bapak mendengar iboe berkata demikian, selaloe ia mendjawab: ,,Djanganlah engkau berkata demikian. Tiadalah baiknja menjangka jang koerang pantas dari orang lain. Lagi poen kalau orang mengakoe kita saudara, tiadalah lajaknja kita berkata jang demikian. Saudara dan sahabat, itoelah jang haroes kita tjari didoenia ini". Sebagai engkau tahoe Ani, kami hidoep diloear, artinja tiada dikota atau didesa. Soedah tentoe saja tiada beroleh pergaoelan dengan orang loear. Itoe djoegalah sebabnja maka saja tiada banjak mengetahoei roepa² hal dan perkara dalam kehidoepan ini. Seorang anak tiada beroleh se-<noinclude></noinclude> i1ha4pvaqfjw2fpe1bqlcnbqza9ot2l 100344 100342 2022-08-21T10:01:46Z Dvnfit 20067 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||180}}</noinclude>itoe ditangan orang toeakoe sebagai hoedjan djatoeh kepasir, artinja tiada tinggal. Sebabnja ja'ni sebagai jang soedah saja katakan tahadi. Sebarang orang jang memindjam oeang selaloe diberikannja. Tambahan lagi pada waktoe itoe segala kaoem kirabat orang toeakoe jang djaoeh datang mengoendjoengi kami. Meréka itoe poera-poera rindoeh, akan tetapi maksoed meréka itoe hanja akan beroléh soeatoe apa dari orang toeakoe. Kalau mak berkata: ,,Waktoe kita miskin dahoeloe, seorang poen tiada jang mengakoe kita familie. Sekarang meréka itoe datang, boekan sebab meréka itoe merasa dia karib dengan kita, oeang sahadjalah jang dipandang meréka itoe". Kalau bapak mendengar iboe berkata demikian, selaloe ia mendjawab: ,,Djanganlah engkau berkata demikian. Tiadalah baiknja menjangka jang koerang pantas dari orang lain. Lagi poen kalau orang mengakoe kita saudara, tiadalah lajaknja kita berkata jang demikian. Saudara dan sahabat, itoelah jang haroes kita tjari didoenia ini". Sebagai engkau tahoe Ani, kami hidoep diloear, artinja tiada dikota atau didesa. Soedah tentoe saja tiada beroleh pergaoelan dengan orang loear. Itoe djoegalah sebabnja maka saja tiada banjak mengetahoei roepa² hal dan perkara dalam kehidoepan ini. Seorang anak tiada beroleh {{hws|se|sekalian}}<noinclude></noinclude> juqf7tsadfud6nz88v3kghuvl56webx Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/111 104 33855 100343 2022-08-21T09:59:50Z Apriadi ap 20026 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Apriadi ap" />{{rh||111}}</noinclude>{{hwe|rakkan|menggerakkan}} hati. Hiba dan sedih, sajoe dan rajoe persaankoe melihat peroentoengan manoesia jang seroepa itoe. Saja berdiri termenoeng melihat orang toea itoe berdjalan perlahan-lahan, makin lama makin djaoeh. Trém lintas dengan hiroeknja dan saja terkedjoet dari kenang-kenangankoe. Hatikoe bimbang, Poelangkah saja dengan trém ini, atau koekedjar orang toea itoe akan berkata-kata dengan dia sekadar bertanja halnja barang sedikit. Meskipoen badan dan pakaian orang-orang miskin, sebagai peminta-minta ditepi djalan, kotor dan djidji mamta, akan tetapi seringlah kita tertarik pada meréka itoe dengan sesoeatoe kekoeatan jang menarik kita itoe dan kita pegi djoega dengan tiada mengindahkan orang jang sengsara itoe, adalah kita merasa diri kita sial dan hati kita berat sebagai orang jang beroetang. „Pak hendak poelang kemana?" kata saja menegoer orang toea itoe, sesoedah saja berdekatan dengan dia. la memandang moeka saja dengan sedikit terkedjoet. „Poelang keroemah", sahoet orang toea itoe, sambil ia batoek doea tiga kali. Ia menjahoet itoe dengan bertambah sedih lagi dipandang mata. „Roemah pak masih djaoeh dari sini? „Djaoeh lagi toean".<noinclude></noinclude> 7grtn88fv4ce1u8rfsagxrc7rvlgvcv Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/1 104 33856 100345 2022-08-21T10:03:47Z Agung Rizka 20510 /* Belum diuji baca */ ←Membuat halaman berisi '{{rh|||Diantara sekalian jang ada,}} {{rh|||Dalam ini lingkoengan doenia,}} {{rh|||Hanjalah oesaha jang moelia,}} {{rh|||Jang kekal selama-lamanja.}} {{rh||'''TJINTA dan HAWA NAFSOE'''}} {{rh||Tįeritera tnetang boesoek dan wanginįa kota Betawi}} {{rh||―――———}} {{rh||―――———}} {{rh||TERKARANG OLÉH}} {{rh||'''MERARI SIREGAR'''}} {{rh||(Pengarang ,,SI-DJAMIN dan SI DJOHAN'' dan,,'Azab dan Sengsara'', jang dikeloearkan oléh VOLKSLECTUUR...' proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Agung Rizka" /></noinclude>{{rh|||Diantara sekalian jang ada,}} {{rh|||Dalam ini lingkoengan doenia,}} {{rh|||Hanjalah oesaha jang moelia,}} {{rh|||Jang kekal selama-lamanja.}} {{rh||'''TJINTA dan HAWA NAFSOE'''}} {{rh||Tįeritera tnetang boesoek dan wanginįa kota Betawi}} {{rh||―――———}} {{rh||―――———}} {{rh||TERKARANG OLÉH}} {{rh||'''MERARI SIREGAR'''}} {{rh||(Pengarang ,,SI-DJAMIN dan SI DJOHAN'' dan,,'Azab dan Sengsara'', jang dikeloearkan oléh VOLKSLECTUUR).}} {{rh||―――———}} {{rh||―――———}}<noinclude></noinclude> ikypife1uwxjzm18l6exzfcbq47tleh 100349 100345 2022-08-21T10:12:38Z Agung Rizka 20510 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Agung Rizka" /></noinclude>{{rh|||Diantara sekalian jang ada,}} {{rh|||Dalam ini lingkoengan doenia,}} {{rh|||Hanjalah oesaha jang moelia,}} {{rh|||Jang kekal selama-lamanja.}} {{rh||'''TJINTA dan HAWA NAFSOE'''}} {{rh||Tįeritera tentang boesoek dan wanginįa kota Betawi}} {{rh||―――———}} {{rh||―――———}} {{rh||TERKARANG OLÉH}} {{rh||'''MERARI SIREGAR'''}} {{rh||(Pengarang ,,SI-DJAMIN dan SI DJOHAN"'' dan,,'Azab dan Sengsara", jang dikeloearkan oléh VOLKSLECTUUR).}} {{rh||―――———}} {{rh||―――———}}<noinclude></noinclude> rk76gi73y5oq4dc05hnttyui08t55j2 100354 100349 2022-08-21T10:18:09Z Agung Rizka 20510 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Agung Rizka" /></noinclude>{{rh|||Diantara sekalian jang ada,}} {{rh|||Dalam ini lingkoengan doenia,}} {{rh|||Hanjalah oesaha jang moelia,}} {{rh|||Jang kekal selama-lamanja.}} {{rh||'''TJINTA dan HAWA NAFSOE'''}} {{rh||Tįeritera tentang boesoek dan wanginįa kota Betawi}} {{rh||═══}} {{rh||TERKARANG OLÉH}} {{rh||'''MERARI SIREGAR'''}} {{rh||(Pengarang ,,SI-DJAMIN dan SI DJOHAN"'' dan,,'Azab dan Sengsara", jang dikeloearkan oléh VOLKSLECTUUR).}} {{rh||═══}}<noinclude></noinclude> ckz1qmd8c4302w36vcpgml9wo9gx1cy Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/99 104 33857 100347 2022-08-21T10:10:03Z Ships in the Starlight 20480 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||99|}}</noinclude>jang benar". Sedang ia berpikir-pikir demikian maka datanglah Ani dari dalam, laloe doedoek disisi teman sahabatnja itoe. Soerdjima menjanji perlahan-lahan karena keélokan tjahaja boelan itoe. Ia teringat akan hari moedanja waktoe ia anak-anak bermain-main dengan teman sedjawatnja didoesoen tempat kelahirannja. Jang dinjanjikannja itoe poen lagoe jang biasa dilagoekan anak-anak gadis ketika meréka itoe menoemboek padi diwaktoe terang boelan atau sedang menganjam bakoel dan tikar. Ia menjanji itoe dengan soeára jang poetoes-poetoes serta dengan hati jang sedih. Dalam hatinja tergambar sekalian doesoen meréka itoe serta dengan roemah orang toeanja jang telah bertahoen-tahoen ditinggalkannja itoe. Sekalian jang dikenangkannja itoe dinjanjikannja perlahan-lahan. Makin lama soearanja poen makin sedih kedengaran sehingga Ani merasa piloe mendengar Soerdjima menjanji itoe. Air matanja mengalir perlahan-lahan, karena ia poen terkenanglah keroemah orang toeanja. Tiba-tiba berhentilah Soerdjima menjanji itoe, karena soearanja tá dapat keloear lagi. Sebagai tersoembat rasanja kerongkongannja karena kesedihan hatinja. Ia menangis tersedoe-sedce sambil memeloek si Ani anak jang moeda itoe. Jang dipeloek itoe menangis poela dengan hibanja. Ke-<noinclude></noinclude> nx9soan0es4gt3ybalwd83hsscc5uo5 100371 100347 2022-08-21T10:49:31Z Ships in the Starlight 20480 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||99|}}</noinclude>jang benar". Sedang ia berpikir-pikir demikian maka datanglah Ani dari dalam, laloe doedoek disisi teman sahabatnja itoe. Soerdjima menjanji perlahan-lahan karena keélokan tjahaja boelan itoe. Ia teringat akan hari moedanja waktoe ia anak-anak bermain-main dengan teman sedjawatnja didoesoen tempat kelahirannja. Jang dinjanjikannja itoe poen lagoe jang biasa dilagoekan anak-anak gadis ketika meréka itoe menoemboek padi diwaktoe terang boelan atau sedang menganjam bakoel dan tikar. Ia menjanji itoe dengan soeára jang poetoes-poetoes serta dengan hati jang sedih. Dalam hatinja tergambar sekalian doesoen meréka itoe serta dengan roemah orang toeanja jang telah bertahoen-tahoen ditinggalkannja itoe. Sekalian jang dikenangkannja itoe dinjanjikannja perlahan-lahan. Makin lama soearanja poen makin sedih kedengaran sehingga Ani merasa piloe mendengar Soerdjima menjanji itoe. Air matanja mengalir perlahan-lahan, karena ia poen terkenanglah keroemah orang toeanja. Tiba-tiba berhentilah Soerdjima menjanji itoe, karena soearanja tá dapat keloear lagi. Sebagai tersoembat rasanja kerongkongannja karena kesedihan hatinja. Ia menangis tersedoe-sedce sambil memeloek si Ani anak jang moeda itoe. Jang dipeloek itoe menangis poela dengan hibanja. {{hws|Ke|Kedoea}}<noinclude></noinclude> glxk55qvgqaaewh1e0atv5uuwpdj2mt Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/112 104 33858 100350 2022-08-21T10:14:36Z Apriadi ap 20026 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Apriadi ap" />{{rh||110}}</noinclude>„Dimana? Apa nama kampoeng itoe?" „Kampoeng Ploempoeng, kira-kira doea pal setengah dari sini." „Poelang dari mana pak?" bertanja poela saja, meskipoen soedah koelihat dia dipendjoealan tjandoe itoe. Pada penglihatankoe adalah soesah bagai dia menjahoet pertanjaankoe itoe. Oléh sebab itoe saja bertanja poela: „Apa pak moesti saban hari beli madať?". „Saja" djawabnja dengan soeara jang kesal. Moekanja jang poetjat itoe bertambah moeram, dan padanja terbajang maloe dan kesedihan jang selaloe timboel dalam hatinja. „Apakah bapak mempoenjai anak dan bini?" tanja saja. Pada soearakoe itoe ia mengetahoei, bahwa saja bertanja itoe boekan sekedar berkata-kata sahadja. Meskipoen soedah koeketahoei ia pengisap madat, boekanlah saja menoendjoekkan hati jang bentji, sebaliknja hatikoe menaroeh piloe melihat peroentoengannja itoe. „Anak dan bini saja soedah meninggal, toean. Soedah lama," sahoetnja seraja ia memandang kedjaoeh. Matanja jang malap itoe bertambah kilatnja. Akan tetapi tiada berapa lama maka mengalirlah air matanja dari pangkal hidoengnja perlahan-lahan, seolah-olah tiada diketahoeinja. Saja mengerti jang menjedihkan dia itoe. Pertanjaankie tentang anak bininja itoelah Jang {{hws|mem|membangoenkan}}<noinclude></noinclude> pxesmfatn21h3bens9zvidatp8v4hbo 100351 100350 2022-08-21T10:15:11Z Apriadi ap 20026 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Apriadi ap" />{{rh||112}}</noinclude>„Dimana? Apa nama kampoeng itoe?" „Kampoeng Ploempoeng, kira-kira doea pal setengah dari sini." „Poelang dari mana pak?" bertanja poela saja, meskipoen soedah koelihat dia dipendjoealan tjandoe itoe. Pada penglihatankoe adalah soesah bagai dia menjahoet pertanjaankoe itoe. Oléh sebab itoe saja bertanja poela: „Apa pak moesti saban hari beli madať?". „Saja" djawabnja dengan soeara jang kesal. Moekanja jang poetjat itoe bertambah moeram, dan padanja terbajang maloe dan kesedihan jang selaloe timboel dalam hatinja. „Apakah bapak mempoenjai anak dan bini?" tanja saja. Pada soearakoe itoe ia mengetahoei, bahwa saja bertanja itoe boekan sekedar berkata-kata sahadja. Meskipoen soedah koeketahoei ia pengisap madat, boekanlah saja menoendjoekkan hati jang bentji, sebaliknja hatikoe menaroeh piloe melihat peroentoengannja itoe. „Anak dan bini saja soedah meninggal, toean. Soedah lama," sahoetnja seraja ia memandang kedjaoeh. Matanja jang malap itoe bertambah kilatnja. Akan tetapi tiada berapa lama maka mengalirlah air matanja dari pangkal hidoengnja perlahan-lahan, seolah-olah tiada diketahoeinja. Saja mengerti jang menjedihkan dia itoe. Pertanjaankie tentang anak bininja itoelah Jang {{hws|mem|membangoenkan}}<noinclude></noinclude> lpjhtdg4gl9ry7rknj9tgfgegiovaqu Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/179 104 33859 100353 2022-08-21T10:15:31Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||179}}</noinclude>Selain dari pada itoe saja diadjarnja memasak roepa-roepa goelai dan pelbagai djoeadah. la selaloe berkata, perempoean itoe haroes pandai memasak. Boekan moeka jang man's sahadja jang menjenangkan hati laki-laki, kepandaian perempoean tjara memasak tiada koerang harganja bagai soeaminja. Tiga perkara haroes diketahoei perempoean, dan tiga perkara itoelah pintoe ke dalam kalboe laki-laki. Pertama roepa jang tjantik, kedoea perkataan jang lemah lemboet dan ketiga makanan jang sedap. Perempoean jang mempoenjai ketiga barang itoe tentoe amat disajangi lakinja. Perempoean jang seroepa itoe dapat memerintah soeaminja sebagai bapak memerintah anaknja. Habis tahoen berganti tahoen, soeatoepoen tiada perobahan dalam kehidoepan kami seroemah. Bapak pegi kerdja pagi-pagi benar, lebih lekas dari dahoeloenja ketika ia koeli. Ia poelang amat lambat. Sebagai mandoer haroeslah ia memberi tjontoh bagai orang banjak itoe. Karena itoe ialah jang pertama datang ditempat pekerdjaan dan jang paling belakang meninggalkan pekerdjaan. Iboekoe masih teroes memasak roepa-roepa makan-makanan bakal didjoeal dan saja poen menolong dia dengan sedapat-dapatnja. Meskipoen pendapatan kami bertambah dari dahoeloenja, akan tetapi adalah masoeknja oeang<noinclude></noinclude> m9opx0czpox8z2nzw3hg78rnb2006y5 Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/100 104 33860 100355 2022-08-21T10:18:34Z Ships in the Starlight 20480 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||100|}}</noinclude>doea orang itoe doedoek bertangis-tangisan dibalé-balé jang dihadapan roemah bamboe itoe, sedang boelan jang permai itoe memantjarkan tjahajanja diseloeroeh 'alam jang lengang itoe. „Ja, mèmang nasib manoesia itoe berbagai-bagai", berkata Soeardjima, setelah meréka itoe selesai bertangis-tangisan.” Dan saja harap engkau beroléh nasib jang baik; djangan seroepa saja ini. Itoelah pengharapankoe. Akan tetapi kalau koepikir betapa soesahnja dinegeri jang besar seperti Betawi ini dan bagaimana besar bahaja jang mengantjam kita perempoean jang haroes bekerdja oentoek kehidoepannja, hatikoe amat bimbang. Banjak laki-laki menjangka bahwa memang atoeranja — kalau meréka itoe berahi pada seorang perempoean bangsa ketjil seroepa kita ini — meréka itoe berboeat sesoeka-soekanja. Faédah perempoean itoe akan menjenangkan meréka itoe, demikianlah persangkaännja. Kita perempoean golongan jang miskin ini tiada menaroeh soeatoe apa. Akan tetapi mentjari makan, haroeslah kita mendjoeal tenaga kita. Dimana tenaga kita lakoe, kesitoelah kita pegi. Orang miskin golongan kita soedah tentoe tá mempergoenakan tenaga kita, karena itoelah kita pergi bekerdja diroemah orang jang berada, roemah orang jang kaja-kaja. Hal jang demikian itoe<noinclude></noinclude> pfwirst5a2pjde5yaxtff72x7h5tv6j 100374 100355 2022-08-21T10:50:19Z Ships in the Starlight 20480 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||100|}}</noinclude>{{hwe|doea|Kedoea}} orang itoe doedoek bertangis-tangisan dibalé-balé jang dihadapan roemah bamboe itoe, sedang boelan jang permai itoe memantjarkan tjahajanja diseloeroeh 'alam jang lengang itoe. „Ja, mèmang nasib manoesia itoe berbagai-bagai", berkata Soeardjima, setelah meréka itoe selesai bertangis-tangisan.” Dan saja harap engkau beroléh nasib jang baik; djangan seroepa saja ini. Itoelah pengharapankoe. Akan tetapi kalau koepikir betapa soesahnja dinegeri jang besar seperti Betawi ini dan bagaimana besar bahaja jang mengantjam kita perempoean jang haroes bekerdja oentoek kehidoepannja, hatikoe amat bimbang. Banjak laki-laki menjangka bahwa memang atoeranja — kalau meréka itoe berahi pada seorang perempoean bangsa ketjil seroepa kita ini — meréka itoe berboeat sesoeka-soekanja. Faédah perempoean itoe akan menjenangkan meréka itoe, demikianlah persangkaännja. Kita perempoean golongan jang miskin ini tiada menaroeh soeatoe apa. Akan tetapi mentjari makan, haroeslah kita mendjoeal tenaga kita. Dimana tenaga kita lakoe, kesitoelah kita pegi. Orang miskin golongan kita soedah tentoe tá mempergoenakan tenaga kita, karena itoelah kita pergi bekerdja diroemah orang jang berada, roemah orang jang kaja-kaja. Hal jang demikian itoe<noinclude></noinclude> 0xfsdf0n7ixhf5s5zotjzjf029w3jm1 Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/101 104 33861 100356 2022-08-21T10:27:36Z Ships in the Starlight 20480 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||101|}}</noinclude>soedah tentoe tiada moedah bagai perempoen jang masih moeda Sedang paras jang bagoes adalah bagai dia mendjadikan kesoesahan jang ber- tipat ganda. — Ani, itoelah jang menaroeh hatikoe bimbang melihat kau. Itoelah sebabnja saja menjangka bahwa nasibmoe tiada djaoeh berlainan dibelakang hari dari pada nasib jang soesah koeperoleh." Dari djaoeh kedengaran boenji gamelan. Soeara jang sedap dan merdoe itoe berboenji berombak-ombak memenoehi oedara jang sedjoek itoe. Kedoea orang perempoean itoe doedoek termenoeng-menoeng, masing² dengan angan-angannja. Soerdjima terkenang akan nasibnja sedjak dari ketjilnja. Betapa sengsaranja perempoean rendah — artinja orang kebanjakan — jang mendjadi korban nafsoe laki-laki, telah dirasainja, dan sampai sekarang masih terasa lagi oléhnja. Meréka itoe — golongan laki-laki ini — merasa dirinja lebih koeat dan lebih bertenaga. Maréka itoe orang berada, menaroeh oeang dan harta. Diloear dan dalam roemahnja meréka itoe mempoenjai kekoeasaän, jang diperoléh meréka itoe karena tipoe moeslihat dan pengaroeh kekajaän meréka itoe. Sedang 'adat poen — artinja pikiran orang banjak selaloe meringankan boesoeknja kedjahatan meréka itoe. Ja, kadang-kadang me-<noinclude></noinclude> oo93vf6vhpueu8pximzcga5tvdxr4hd 100360 100356 2022-08-21T10:36:35Z Ships in the Starlight 20480 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||101|}}</noinclude>soedah tentoe tiada moedah bagai perempoen jang masih moeda Sedang paras jang bagoes adalah bagai dia mendjadikan kesoesahan jang ber- tipat ganda. — Ani, itoelah jang menaroeh hatikoe bimbang melihat kau. Itoelah sebabnja saja menjangka bahwa nasibmoe tiada djaoeh berlainan dibelakang hari dari pada nasib jang soesah koeperoleh." Dari djaoeh kedengaran boenji gamelan. Soeara jang sedap dan merdoe itoe berboenji berombak-ombak memenoehi oedara jang sedjoek itoe. Kedoea orang perempoean itoe doedoek termenoeng-menoeng, masing² dengan angan-angannja. Soerdjima terkenang akan nasibnja sedjak dari ketjilnja. Betapa sengsaranja perempoean rendah — artinja orang kebanjakan — jang mendjadi korban nafsoe laki-laki, telah dirasainja, dan sampai sekarang masih terasa lagi oléhnja. Meréka itoe — golongan laki-laki ini — merasa dirinja lebih koeat dan lebih bertenaga. Maréka itoe orang berada, menaroeh oeang dan harta. Diloear dan dalam roemahnja meréka itoe mempoenjai kekoeasaän, jang diperoléh meréka itoe karena tipoe moeslihat dan pengaroeh kekajaän meréka itoe. Sedang 'adat poen — artinja pikiran orang banjak selaloe meringankan boesoeknja kedjahatan meréka itoe. Ja, kadang-kadang {{hws|me|memoedahkan}}<noinclude></noinclude> c7zeta4v4xaaccjuzqsssg6w0p7iksf Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/178 104 33862 100357 2022-08-21T10:30:37Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||178}}</noinclude>sedikit bodoh. Ia moedah pertjaja akan perkataan orang, dan apabila orang memindjam oeang karena dia dalam kesoesahan, ia selaloe sedia menolong orang itoe. Diroemah selamanja ada oeang tersimpan, karena iboekoe orang hémat dan bapakkoe poen tiada pemboros. Kalau hari besar atau selamatan dikeboen, tiadalah ia toeroet bermain. Oleh sebab orang moedah beroléh pindjaman dari dia, soedah tentoe ia sering dibohongi orang jang memindjam oeang dari dia. Kerap kedjadian oeang jang dipindjamkannja itoe tiada dibajar orang. Iboekoe sering memarahi dia. ,,Djanganlah beri pindjam sembarang orang, kalau engkau tiada kenal hatinja", kata iboekoe. Akan tetapi kalau datang temannja sedjawat kerdja mengeloehkan kesoesahannja dan berkata manis meminta pertolongan, bapakkoe tiada dapat menolak orang itoe. Hatinja terlampau baik dan toeloes. Kalau maksoedah marah benar, maka ia selaloe mendjawab: ,,Apalah goenanja engkau berhati bérang, kalau orang itoe ta' maoe membajar oeang itoe, soedah. Kita ta' kan miskin oléh karena itoe". Sepandjang peringatankoe adalah bapak pendiam. disoekai orang dikeboen itoe, dan opsinar jang mengepelai orang jang bekerdja itoe, ia poen diangkat mendjadi mandoer. Pada waktoe itoe saja beroemoer doea belas tahoen. Saja membantoe iboekoe dalam oeroesan roemah tangga.<noinclude></noinclude> m9kuw6qd6ohlebihiszy3t0nckoegie Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/98 104 33863 100358 2022-08-21T10:31:36Z Ships in the Starlight 20480 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||98|}}</noinclude>toean poeteri jang baharoe habis berlangir roepanja. Oedara jang memenoehi kota Betawi itoe sedjoek rasanja, djaoeh berlawanan dengan siang jang panas itoe. Djalan-djalan besar soedah moelai sepi, sedang kereta poen tiada berapa lagi jang lintas. Hanja sekali-kali, ja'ni kenderaan jang membawa tempat makan minoem serta bersoeka-soekaan. Dalam roemah bamboe tempat perempoean jang banjak itoe telah diam. Semoea perempoean itoe soedah keloear menéroeskan djalan jang didjalani mereka itoe, ja'ni djalan jang membawa dia kedalam djoerang jang dalam. Ani memandang moeka Soerdjima dengan hérannja. Akan tetapi meskipoen jang dipandang itoe mengerti pertanjaan jang dalam hati anak gadis itoe, tiadalah ia berkata barang sepatah kata. Sedjoeroes pandjang lamanja, maka Soerdjima poen mengadjak Ani makan bersama-sama. Setelah mereka itoe selesai makan, maka Soerdjima poen pergilah doedoek dibalé-balé jang dihadapkan roemah itoe. „Pada malam inilah waktoe jang baik bagikoe mentjeriterakan dia segala hal ihwal jang ada diroemah ini”, pikirnja, „,,lebih baiklah saja jang moelai, soepaja ia tahoe dan mengerti roepa-roepa bahaja jang menimpa perempoean jang sesat dari pada djalan<noinclude></noinclude> 8nwcce49ex1knux1tbc57ppoikgsm76 100359 100358 2022-08-21T10:32:04Z Ships in the Starlight 20480 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||98|}}</noinclude>toean poeteri jang baharoe habis berlangir roepanja. Oedara jang memenoehi kota Betawi itoe sedjoek rasanja, djaoeh berlawanan dengan siang jang panas itoe. Djalan-djalan besar soedah moelai sepi, sedang kereta poen tiada berapa lagi jang lintas. Hanja sekali-kali, ja'ni kenderaan jang membawa tempat makan minoem serta bersoeka-soekaan. Dalam roemah bamboe tempat perempoean jang banjak itoe telah diam. Semoea perempoean itoe soedah keloear menéroeskan djalan jang didjalani mereka itoe, ja'ni djalan jang membawa dia kedalam djoerang jang dalam. Ani memandang moeka Soerdjima dengan hérannja. Akan tetapi meskipoen jang dipandang itoe mengerti pertanjaan jang dalam hati anak gadis itoe, tiadalah ia berkata barang sepatah kata. Sedjoeroes pandjang lamanja, maka Soerdjima poen mengadjak Ani makan bersama-sama. Setelah mereka itoe selesai makan, maka Soerdjima poen pergilah doedoek dibalé-balé jang dihadapkan roemah itoe. „Pada malam inilah waktoe jang baik bagikoe mentjeriterakan dia segala hal ihwal jang ada diroemah ini”, pikirnja, „lebih baiklah saja jang moelai, soepaja ia tahoe dan mengerti roepa-roepa bahaja jang menimpa perempoean jang sesat dari pada djalan<noinclude></noinclude> 9ylnc2hlf5m34hcdlji9wwmxn900zwv Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/140 104 33864 100361 2022-08-21T10:37:51Z Apriadi ap 20026 /* Belum diuji baca */ ←Membuat halaman berisi '140 kadang menjakitkan hatinja. ,,Akoe tiada maoe menggadji perempoean seroepa itoe. Roemahkoe tempat orang sopan." ,,Djangan bawa orang jang seroepa ini." Begitoe- begitoelah perkataan jang diterima Soerdjima dari bangsa haloes itoe. Apabila ia menjahoet: ,,Benar dahoeloe ia melaloei djalan jang salah, sekarang ia soedah mengenal kesalahannja. Itoelah sebabnja saja mentjarikan pekerdjaan bagai dia. Lagi poela apakah-boeroek- nja kalau kita bero... proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Apriadi ap" /></noinclude>140 kadang menjakitkan hatinja. ,,Akoe tiada maoe menggadji perempoean seroepa itoe. Roemahkoe tempat orang sopan." ,,Djangan bawa orang jang seroepa ini." Begitoe- begitoelah perkataan jang diterima Soerdjima dari bangsa haloes itoe. Apabila ia menjahoet: ,,Benar dahoeloe ia melaloei djalan jang salah, sekarang ia soedah mengenal kesalahannja. Itoelah sebabnja saja mentjarikan pekerdjaan bagai dia. Lagi poela apakah-boeroek- nja kalau kita beroesaha memperbaiki orang?" Roemahkoe ini tempat orang baik, tempat orang baik dan sopan, boekan tempat memper- baikiki kelakoean orang jang boesoek." Mendengar djawab jang seroepa itoe soedah tentoe lebih bai: Soerdjimah meninggalkan pintoe roemah iboe jang sopan itoe. Tetapi dalam hati- nja adalah orang sopan itoe tiada lebih tinggi dari pada perempoean jang dinista- nista mereka itoe. 1 October. Djaoch didalam kampoeng Boengoer, hampir disisi sawah, disitoelah Soerdjama menjéwa seboe- ah roemah bamboe oentoek tempat tinggal dia dengan si Ani. Seboeah roemah bamboe....... sebenarnja sepétak. Roemah bamboe itoe pan- djang sebagai balairoeng dipasar dan dibagi ber- pétak-petak, sepoeloeh roeang banjaknja. Empat<noinclude></noinclude> 215rnbedw94j276x9va144tkw3v3t6d 100375 100361 2022-08-21T10:53:20Z Agung Rizka 20510 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Apriadi ap" />{{rh||140}}</noinclude>kadang menjakitkan hatinja. ,,Akoe tiada maoe menggadji perempoean seroepa itoe. Roemahkoe tempat orang sopan." ― „Djangan bawa orang jang seroepa ini." Begitoe- begitoelah perkataan jang diterima Soerdjima dari bangsa haloes itoe. Apabila ia menjahoet: ,,Benar dahoeloe ia melaloei djalan jang salah, sekarang ia soedah mengenal kesalahannja. Itoelah sebabnja saja mentjarikan pekerdjaan bagai dia. Lagi poela apakah-boeroeknja kalau kita beroesaha memperbaiki orang?" „Roemahkoe ini tempat orang baik, tempat orang baik dan sopan, boekan tempat memperbaikiki kelakoean orang jang boesoek." Mendengar djawab jang seroepa itoe soedah tentoe lebih bai: Soerdjimah meninggalkan pintoe roemah iboe jang sopan itoe. Tetapi dalam hati- nja adalah orang sopan itoe tiada lebih tinggi dari pada perempoean jang dinista- nista mereka itoe. 1 October. Djaoch didalam kampoeng Boengoer, hampir disisi sawah, disitoelah Soerdjama menjéwa seboe- ah roemah bamboe oentoek tempat tinggal dia dengan si Ani. Seboeah roemah bamboe....... sebenarnja sepétak. Roemah bamboe itoe pan- djang sebagai balairoeng dipasar dan dibagi ber- pétak-petak, sepoeloeh roeang banjaknja. Empat<noinclude></noinclude> byht4u4w7s4v3dhtzg934qu44cow40e Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/113 104 33865 100362 2022-08-21T10:38:13Z Apriadi ap 20026 /* Belum diuji baca */ ←Membuat halaman berisi '113 bangoenkan kenang-kenangannja itoe. Roepanja peringatan kepada anak bininja itoe soedah lama. diloepakannja, karena peringatan pada mereka itoe itoelah roepanja jang meroesakkan dia. Saja mengerti teroes, ia mengisap madat ini karena kesalnja akan dirinja. Maréka jang ditjintainja itoe meninggal semocanja dan dia tinggal seba- tang kara. Akan meloepakan doeka, tjita jang be- rat itoe roepanja tiada sampai kekoeatan hati- nja akan memikoel ba... proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Apriadi ap" /></noinclude>113 bangoenkan kenang-kenangannja itoe. Roepanja peringatan kepada anak bininja itoe soedah lama. diloepakannja, karena peringatan pada mereka itoe itoelah roepanja jang meroesakkan dia. Saja mengerti teroes, ia mengisap madat ini karena kesalnja akan dirinja. Maréka jang ditjintainja itoe meninggal semocanja dan dia tinggal seba- tang kara. Akan meloepakan doeka, tjita jang be- rat itoe roepanja tiada sampai kekoeatan hati- nja akan memikoel bala jang menimpa dirinja itoeia mengisap madat akan meloepakan pe- rihnja loeka jang dalam itoe. Akan memestikan sangkaankoe itoe saja ber- tanja poela: - ,,Sedjak pabilakah moelai mengisap madat?" ,Sesoedah anak bini saja meninggal, toean." Apa faédahnja pá mengisap madat itoe ?" ,,Perloenja tá ada." ,,Kalau demikian apakah sebabnja pak mengi- sap madat?" Moekanja jang kering itoe moeram poela. Ia menjahoet serta soéaranja gemeter dan poetoes- poetoes: ,,Djalannja begini toean. Koerang lebih tiga poeloeh tahoen dahoeloe saja kawin. Bini saja amat sajang pada saja. Dia poen amat koe- tjintai. Lepas tiga tahoen saja beroleh anak laki- laki. Binikoe amat girang beroléh anak itoe, saja<noinclude></noinclude> qm45pa9ps5v2d9bymv58ts86bjtqhf8 Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/114 104 33866 100363 2022-08-21T10:38:32Z Apriadi ap 20026 /* Belum diuji baca */ Membuat halaman kosong proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="1" user="Apriadi ap" /></noinclude><noinclude></noinclude> ba0slcjw16bn91bdyf4wmuu5u96xig0 Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/177 104 33867 100364 2022-08-21T10:38:45Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||177}}</noinclude>iknjalah kita menjerah diri kepada Dia, Toehan jang maha rahmat itoe". Kedoea perempoean itoe poen masoeklah bersama-sama Si Ani memboeka tempat makanan jang dibawanja itoe. ,,Makanlah soep ini masih panas. Saja beroléh dia dari njonja besar". ,,Djangan loepa bésok mengoetjapkan terima kasihkoe kepada njonja", djawab Soerdjima ,seraja ia doedoek makan bersama-sama dengan si Ani. {{rh||'''23 October.'''}} ,,Ani", kata Soedjima, ,,saja pikir ada djoega faédahnja bagimoe dibelakang, kalau saja mentjeriterakan kehidoepankoe. Siapa tahoe apa jang akan datang, hidoep manoesia adalah péndék adanja, dan waktoe jang baik tiada selamanja". ,,Saja soeka sekali mendengarnja', sahoet si Ani seraja doedoek dekat Soerdjima. ,,Orang toeakoe," kata Soerdjima memoelai kesah kehidoepannja, ,,tinggal dikebon téh jang besar, tiada djaoeh dari negeri Betawi. Moela² bapakkoe berderdja djadi koeli. Iboekoe mentja hari oeang dengan mendjoeal makan-makanan, karena gadji bapa tiadalah tjoekoep akan kehidoepan kami bertiga. Pada waktoe saja beroemoer lami tahoen. Bapakkoe bekerdja radjin; adalah ia seorang orang jang berhati toeloes, akan tetapi ada<noinclude></noinclude> j2eqy4th4gxhnno3vm42egg8u6dtpqo 100369 100364 2022-08-21T10:45:58Z Dvnfit 20067 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||177}}</noinclude>{{hwe|iknjalah|sebaiknjalah}} kita menjerah diri kepada Dia, Toehan jang maha rahmat itoe". Kedoea perempoean itoe poen masoeklah bersama-sama Si Ani memboeka tempat makanan jang dibawanja itoe. ,,Makanlah soep ini masih panas. Saja beroléh dia dari njonja besar". ,,Djangan loepa bésok mengoetjapkan terima kasihkoe kepada njonja", djawab Soerdjima ,seraja ia doedoek makan bersama-sama dengan si Ani. {{rh||'''23 October.'''}} ,,Ani", kata Soedjima, ,,saja pikir ada djoega faédahnja bagimoe dibelakang, kalau saja mentjeriterakan kehidoepankoe. Siapa tahoe apa jang akan datang, hidoep manoesia adalah péndék adanja, dan waktoe jang baik tiada selamanja". ,,Saja soeka sekali mendengarnja', sahoet si Ani seraja doedoek dekat Soerdjima. ,,Orang toeakoe," kata Soerdjima memoelai kesah kehidoepannja, ,,tinggal dikebon téh jang besar, tiada djaoeh dari negeri Betawi. Moela² bapakkoe berderdja djadi koeli. Iboekoe mentja hari oeang dengan mendjoeal makan-makanan, karena gadji bapa tiadalah tjoekoep akan kehidoepan kami bertiga. Pada waktoe saja beroemoer lami tahoen. Bapakkoe bekerdja radjin; adalah ia seorang orang jang berhati toeloes, akan tetapi ada<noinclude></noinclude> ipa67m6a9losytgkceohidipca7rb50 Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/240 104 33868 100365 2022-08-21T10:40:25Z Rima H (WMID) 14723 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Rima H (WMID)" />{{rh||240}}</noinclude>banjak itoe sama-sama bekerdja melawan ketjahatan itoe. Kalau tiada dapat hilang, tentoe akan koerang djoega.” „Apakah kedjahatan?” 'bertanja Hok Gwan. „Segala perboeatan jang tiada membawa kebadjikan pada kita, sebaliknja membawa bentjana pada diri kita dan orang lain, kedjahatan adanja.” „Oempamanja?” „Mengambil barang orang dengan kekerasan, dengan tipoe daja. Berboeat zina, membohongi orang, memakanan jang meroesakkan badan orang. Péndéknja segala perboeatan jang meroegikan orang lain dan dirinja sendiri.” Hok Gwan diam, Berzina kedjahatan, kata sahabatnja. Ia berpikir, adakah ia mengetahoei rassiakoe dan sengadjakah ia berkata demikin dihapankoe. Apakah zina? Meroegikan diri dan orang lain? Saja berzina? Bohong, memang orang itoe mengatakan sesoeatoe apa jang tiada diketahoeinja. Kalau soeatoe perboeatan terdjadi diantara laki-laki dan perempoean dengan kemaoean kedoea belah pihak, dan perboeatan itoe terdjadi dari pada pertjintaan meréka itoe, adakah dia itoe kedjahatan adanja? „Djanganlah kita meneroeskan pokok persoalan kita itoe, karena saja lihat adalar pikiran kita amat 1 berlain-lainan. Soenggoehpoen kita bertoekar pikiran sampai malam, tá akan kita dapat semoepa-<noinclude></noinclude> 4dpm8xp8aganm7gll92kmvq3bywr1hv Tao Teh King/I 0 33869 100366 2022-08-21T10:40:47Z Mbee-wiki 5975 ←Membuat halaman berisi '{{Header subhalaman |bab=Tanda boeat Mengenalin Tao |mundur=Kasoekerannja Menjalin |maju=II}} <pages index="Tao Teh King.pdf" from=29 to=32/>' wikitext text/x-wiki {{Header subhalaman |bab=Tanda boeat Mengenalin Tao |mundur=Kasoekerannja Menjalin |maju=II}} <pages index="Tao Teh King.pdf" from=29 to=32/> 23qz7bk3a70xvyk9snn49hu2fujd0sq Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/176 104 33870 100367 2022-08-21T10:44:29Z Dvnfit 20067 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{||176}}</noinclude>itoe. Bagaimana besar si Ani akan pemberian itoe boekan boeatan. Sebenarnja soedah lama ia ingin akan dia, tetapi tiada berani ia memintanja. Akan mengambil diam-diam, sebagai dilakoekan beberapa orang gadjian, tiada sampai hatinja. ,,Hari ini soedah moelai dingin, baiklah kita masoek kedalam," katanja, setelah ia sampai di roemah. Soerdjima tiada menjahoet. Ia menarik tangan si Ani soepaja anak ini datang dekat. Kemoedian ia memeloek anak itoe. ,,Moga-moga engkau hidoep dengan selamat", katanja seraja ia mentjioem pipi anak dara itoe. Si Ani merasa, bahwa peloek dan tjioem ini mempoenjai arti. Ia menoenggoe, kalau-kalau iboenja itoe berkata lagi. Akan tetapi soeatoe poen tiada didengarnja, hanja air mata jang dingin jang bertjoetjoeran keatas moekanja. Ia poen mengertilah akan peloek kekasihnja itoe. Tiadalah dapat ia lagi menahan tangisnja. Sebentar itoe maka ia poen menangis tersedoe-sedoe, sambil ia mendekap badan orang sakit jang koeroes itoe. Adalah ia seolah-olar berkata. ,,Djangan, djangan. Djanganlah tinggalkan saja". ,,Diam, diamlah Ni. Djanganlah kita terlaloe menjoesahkan jang akan datang. Boekanlah kita jang mengatoer nasib kita. Oleh sebab itoe {{hws|seba|sebagian}}<noinclude></noinclude> h22acnwmn4ykz5kjk3uc2c01jup2dls 100368 100367 2022-08-21T10:45:13Z Dvnfit 20067 proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Dvnfit" />{{rh||176}}</noinclude>itoe. Bagaimana besar si Ani akan pemberian itoe boekan boeatan. Sebenarnja soedah lama ia ingin akan dia, tetapi tiada berani ia memintanja. Akan mengambil diam-diam, sebagai dilakoekan beberapa orang gadjian, tiada sampai hatinja. ,,Hari ini soedah moelai dingin, baiklah kita masoek kedalam," katanja, setelah ia sampai di roemah. Soerdjima tiada menjahoet. Ia menarik tangan si Ani soepaja anak ini datang dekat. Kemoedian ia memeloek anak itoe. ,,Moga-moga engkau hidoep dengan selamat", katanja seraja ia mentjioem pipi anak dara itoe. Si Ani merasa, bahwa peloek dan tjioem ini mempoenjai arti. Ia menoenggoe, kalau-kalau iboenja itoe berkata lagi. Akan tetapi soeatoe poen tiada didengarnja, hanja air mata jang dingin jang bertjoetjoeran keatas moekanja. Ia poen mengertilah akan peloek kekasihnja itoe. Tiadalah dapat ia lagi menahan tangisnja. Sebentar itoe maka ia poen menangis tersedoe-sedoe, sambil ia mendekap badan orang sakit jang koeroes itoe. Adalah ia seolah-olar berkata. ,,Djangan, djangan. Djanganlah tinggalkan saja". ,,Diam, diamlah Ni. Djanganlah kita terlaloe menjoesahkan jang akan datang. Boekanlah kita jang mengatoer nasib kita. Oleh sebab itoe {{hws|seba|sebaiknjalah}}<noinclude></noinclude> 3npktczhii5hobj32umyh9u2a1k4we7 Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/102 104 33871 100370 2022-08-21T10:46:51Z Ships in the Starlight 20480 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" /></noinclude>{{hwe|moedahkan|memoedahkan}} mereka itoe berboeat salah. Kalau boeroek baiknja kesalahan ini oentoek meréka itoe beloem seberapa. Tetapi kesalahan jang diperoléh mereka itoe adalah semata-mata menimpa kami péhak perempoean, ja'ni péhak perempoean orang kebanjakan. Kehidoepan kami tiada lain dari pada makan gadji, djadi koki, baboe, koeli. Soedah tentoe kami terpaksa bekerdja ditangan mereka itoe, karena disanalah kami dapat menoekarkan tenaga kami dengan oeang, jang bergoena oentoek pembeli barang kehidoepan kami. Kalau ada diantara kami perempoean jang moeda dan bersih dan ia menaroeh ingin pada perempoean jang seroepa itoe, hampir tiadalah soeatoe apa jang menghambat maksoednja jang sérong itoe, sedang paksa jang baik akan menjampaikan jang diinginkannja itoe selaloe diperoléhnja. Sedang Soerdjima berkenang-kenang demikian, ia bertanja dalam hatinja: „Adakah hal jang sedih dengan kehendak Toehan jang mengatoer perdjalanan nasib segala jang ada ? „Moestahil”, djawabnja dalam hatinja, „karena kehendak Toehan tiada lain soepaja manoesia itoe hidoep didoenia senang dan sentosa.” „Kalau demikian, perboeatan siapakah itoe?” bertanja poela soeara jang lain dalam hatinja.<noinclude></noinclude> chtxqvq26fnfbwnk5swf61ezczsmicr Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/241 104 33872 100373 2022-08-21T10:49:54Z Rima H (WMID) 14723 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Rima H (WMID)" />{{rh||241}}</noinclude>kat”, kata Hok Gwan." Baiklah engkau mentjeriterakan maksoedmoe datang menoendjoengi saja tadi pagi." Tek Lie menjahoet dengan soeara jang lemah lemboet. Sebab ia mengingat pertjintaannja, ia poen loepalah pertjakapan meréka itoe jang tehadi. „Gwanlah jang dapat menolong saja dalam kesoesahankoe ini. Pertolonganmoelah jang koeharapkan. Saja soedah hampir kehiangan 'akal. Dari dahoeloe telah koeketahoei pikiran kita berlain-lainan. Akan tetapi soenggoehpoen demikian adalah tali persahabatan kita itoe tinggal kekal. Itoe poen haraplah saja Gwan soedi bersoesah pajah. Besar hatikoe tiada terkira apabila pertolonganmoe itoe berdjasa." „Perkara apakah itoe, katakanlah dengan teroes terang." „Saja rasa Gwan soedah ma'loem maksoedkoe itoe, karena dia soedah pernah koetjeriterakan.” „Barangkali. Katakanlah soepaja kita sama-sama moepakat apa jang hendak koelakoekan." „Pertjintaankoe dengan Noni. Soedah poetoes pikirankoe saja akan kawin dengan dia. Ia poen setoedjoe benar. Tetapi orang toeanja tiada setoedjoe. „Doea- doea?" „Bapaknja. Iboenja telah bertoekar pikiran. Setelah ia melihat persahabatan kami jang karib itoe,<noinclude></noinclude> qdm3qphwl459fzh7vc49s9yphthnrux Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/103 104 33873 100376 2022-08-21T10:57:02Z Ships in the Starlight 20480 /* Telah diuji baca */ proofread-page text/x-wiki <noinclude><pagequality level="3" user="Ships in the Starlight" />{{rh||103|}}</noinclude>„Perboeatan manoesia sendiri, jang selaloe meroesakan, sekalian jang diatoerkan Toehan oentoek keselamatan itoe”, djawab soeara jang lain. „Kalau demikian adalah salahnja péhak perempoean? Siapakah jang bersalah besar dalam hal itoe?” „Perempoean bersalah djoega, meskipoen tiada seberapa. Jang bersalah besar jaitoe laki-laki; meréka itoe patoet beroléh hoekoeman jang seberat-beratnja. Adalah kesalahan meréka itoe lebih lagi dari pada kesalahan radja, jang mengambil roemah dan sawah seorang djanda dengan paksa, karena radja itoe hendak melébarkan taman boenganja, tempat ia bersenang-senang. Radja itoe dapat melakoekan soekanja, karena ia radja jang memegang koeasa, sedang djanda jang miskin itoe tiada dapat mempertahankan haknja, karena ia hina dan dina.” „Kalau demkian,” bertanja soeara jang lain”, dimanakah” Toehan seroe sekalian 'alam si pelindoengi orang lemah dan ketjil, si penghoekoem orang jang djahat dan bengis?” Soerdjima termenoeng......termenoeng djoega. Tetapi soeara jang lain itoe tiada menjaoet lagi dalam hatinja.<noinclude></noinclude> 3j9yspx2gzbmk94ya3n5egi7mf5ihu2